Studi Pembuatan Selai Campuran Dami Nangka (Artocarpus heterophyllus) dengan Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbí L.)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. selai adalah buah yang masak dan tidak ada tanda-tanda busuk. Buah yang

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Biologi A

SELAI DAN JELI BUAH 1. PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. daratan Malaya. Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) banyak ditemui

KANDUNGAN VITAMIN C DAN ORGANOLEPTIK SELAI JAMBU BIJI DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK KELOPAK BUNGA ROSELLA DAN BUAH BELIMBING WULUH NASKAH PUBLIKASI

I. PENDAHULUAN. Tenggara yang beriklim tropis basah seperti Indonesia, Thailand dan Malaysia

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan akan vitamin dan mineral yang diperoleh dari buah-buahan

BAB I PENDAHULUAN. mengkonsumsi buah ini dalam keadaan segar. Harga jual buah belimbing

BAB I PENDAHULUAN. bahan dalam pembuatan selai adalah buah yang belum cukup matang dan

UJI ORGANOLEPTIK DAN KANDUNGAN VITAMIN C PADA PEMBUATAN SELAI BELIMBING WULUH DENGAN PENAMBAHAN BUAH KERSEN DAN BUNGA ROSELA

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

A. Penggunaan. B. Alat dan Bahan. Berikut ini alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan selai. 1. Alat

BAB I PENDAHULUAN. panjang cm dan garis tengah cm. Buah nangka terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Astawan (2008), jambu biji merupakan buah yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan gizi pada ikan adalah protein, lemak, vitamin-vitamin, mineral,

PENDAHULUAN. Buah-buahan tidak selalu dikonsumsi dalam bentuk segar, tetapi sebagian

I. PENDAHULUAN. Buah naga (Hylocereus polyrhizus) merupakan buah yang saat ini cukup populer

I PENDAHULUAN. halaman tempat tinggal (Purwaningsih, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. Buah kersen merupakan buah yang keberadaannya sering kita jumpai

I. PENDAHULUAN. hewani. Selain sebagai komoditi ekspor, ikan juga banyak dikonsumsi oleh

I. PENDAHULUAN. kelezatannya (Anonim a, 2006). Manggis menyimpan berbagai manfaat yang luar

BAB I PENDAHULUAN. sebagai tempat tumbuh berbagai macam flora, termasuk buah-buahan. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Buah naga merupakan tanaman kaktus dari famili Cactaceae dengan subfamily

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pangan merupakan kebutuhan yang paling esensial bagi manusia untuk

I. PENDAHULUAN. Industri makanan dan minuman adalah salah satu industri yang. agar produk akhir yang dihasilkan aman dan layak untuk dikonsumsi oleh

I. PENDAHULUAN. Tanaman nangka (Artocarpus heterophyllus Lamk.) adalah jenis tanaman

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari (Astawan & Andreas, 2008). ataupun buah import yang sudah mulai banyak dikembangkan dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selatan. Buah naga sudah banyak di budidayakan di Negara Asia, salah satunya di

I PENDAHULUAN. selain sebagai sumber karbohidrat jagung juga merupakan sumber protein yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. makanan selingan berbentuk padat dari gula atau pemanis lainnya atau. makanan lain yang lazim dan bahan makanan yang diijinkan.

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

DIVERSIFIKASI OLAHAN BUAH SIRSAK BAGI KELOMPOK PEREMPUAN DI DESA BALE ABSTRAK

PEMBUATAN ROMO (ROTI MOCAF) YANG DIPERKAYA DENGAN TEPUNG KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) SEBAGAI SUMBER PROTEIN SKRIPSI OLEH:

BAB I PENDAHULUAN. makanan sangat terbatas dan mudah rusak (perishable). Dengan pengawetan,

I. PENDAHULUAN. kuning atau merah (Prajnanta, 2003).

PENGARUH PENAMBAHAN GULA PASIR DAN GULA MERAH TERHADAP TINGKAT KESUKAAN DODOL NANAS

I. PENDAHULUAN. kembang gula merupakan produk sejenis gula-gula (confectionary) yang dibuat

PENGOLAHAN BUAH-BUAHAN

I. PENDAHULUAN. Budaya mengkonsumsi daging sudah menyebar di sebagian besar. masyarakat dunia. Kalau tidak ada daging mungkin dirasa kurang lengkap

I. PENDAHULUAN. bermanfaat jika diolah, misalnya dibuat marmalade (Sarwono, 1991). Bagian

BAB I PENDAHULUAN. sangat beragam dan tergolong ke dalam jenis buah tropis seperti rambutan, nanas,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

I PENDAHULUAN. kesehatan. Nutrisi dalam black mulberry meliputi protein, karbohidrat serta

I. PENDAHULUAN. Sayur-sayuran dan buah-buahan adalah jenis komoditi pertanian yang mempunyai

UJI ORGANOLEPTIK DAN DAYA SIMPAN SELAI GULMA KROKOT

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Llatar Belakang, (2) Identifikasi

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan banyaknya ketersediaanya pangan lokal asli yang ketersediannya

I. PENDAHULUAN. tidak rata karena mata tunas dan warna daging dari putih hingga kuning

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buahnya. Dilihat dari bentuk daun dan buah dikenal ada 4 jenis nanas, yaitu Cayene

LAPORAN ILMU TEKNOLOGI PANGAN Pembotolan Manisan Pepaya. Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. manisan, dodol, dan keripik. Salah satu alternatif yang dipilih dalam

Gambar.1. Buah Salak Segar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi, diantaranya mengandung vitamin C, vitamin A, sejumlah serat dan

PELUANG BISNIS BUDIDAYA JAMBU BIJI

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III (Tiga) Gizi Ilmu Kesehatan

TANAMAN PENGHASIL PATI

PEMBUATAN SAOS CABE MERAH Nurbaiti A. Pendahuluan Cabe merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk

KOMPARASI UJI KARBOHIDRAT PADA PRODUK OLAHAN MAKANAN DARI TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG BIJI RAMBUTAN (Nephelium lappaceum Linn)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keberadaannya sudah sangat popular dan digemari sebagai buah segar.

PENGARUH PEMBERIAN PEKTIN DARI KULIT JERUK MANIS

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

YUWIDA KUSUMAWATI A

BAB I PENDAHULUAN. pemasaran produk makin terbuka luas. 1. buah-buahan sampai saat ini masih sangat sederhana (tradisional) dan pada

BAB I PENDAHULUAN. keinginan manusia, baik dari industri rumahan sampai restoran-restoran

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu. dan termasuk ke dalam famili Solanacea. Buahnya merupakan sumber vitamin

PENENTUAN KONDISI OPTIMUM PEMBUATAN NATAA DE IPOMOEA DARI CAMPURAN KULIT UBI JALAR PUTIH DAN MERAH ( Ipomoea batatas ) MENGGUNAKAN Acetobacter xylinum

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya, harus memenuhi kebutuhan akan pangan. 1. mengalami penguraian, sehingga nilai gizi dan kelezatannya akan

LEMBAR PENGESAHAN PEMBUATAN FRUIT LEATHER SIRSAK-ROSELLA HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Es krim adalah salah satu makanan kudapan berbahan dasar susu

dalam jumlah yang cukup. Carica merupakan tanaman monokotil yang dapat

PENGARUH SUHU TERHADAP KADAR VITAMIN C PADA PEMBUATAN TEPUNG TOMAT

KOMPARASI UJI KARBOHIDRAT PADA PRODUK OLAHAN MAKANAN DARI TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG BIJI NANGKA (Artocarpus heterophyllus)

PENDAHULUAN. Pada dasarnya bahan pangan hasil pertanian seperti buah-buahan, umbiumbian

BAB I PENDAHULUAN. Buah apel banyak dijumpai di mana pun tak hanya apel dari Malang,

KARAKTERISTIK EDIBLE FILM BERBAHAN DASAR KULIT DAN PATI BIJI DURIAN (Durio sp) UNTUK PENGEMASAN BUAH STRAWBERRY

I. PENDAHULUAN. Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu kabupaten penghasil sayuran

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. banyak ditemukan dan dikonsumsi yaitu ikan tongkol. Secara ilmu pengetahuaan,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup murah. Selain itu, jambu biji juga memiliki khasiat untuk

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN. Malang, 13 Desember 2005

1 PENDAHULUAN. Pemikiran, dan (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. A. JENIS PENELITIAN Penelitian ini termasuk penelitian jenis eksperimen dibidang Ilmu Teknologi Pangan.

BAB I PENDAHULUAN. alternatif pengganti beras dan sangat digemari oleh masyarakat Indonesia.

ANALISIS SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK KERIPIK BUAH MANGGA (Mangifera indica L.) PRODUK OLAHAN VACUUM FRYING

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL NABATI MANISAN MANGGA; SIRSAT NAGA; STRAWBERRY

I. PENDAHULUAN. yaitu permen keras, permen renyah dan permen kenyal atau permen jelly. Permen

PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB II DATA DAN ANALISA

I. PENDAHULUAN. Pengembangan komoditi perkebunan menempati prioritas yang tinggi dalam

I. PENDAHULUAN. campuran gula dan air bersama dengan bahan pewarna dan pemberi rasa

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya terus meningkat secara global, termasuk di Indonesia.

SAMPAH POTENSI PAKAN TERNAK YANG MELIMPAH. Oleh: Dwi Lestari Ningrum, SPt

Transkripsi:

Studi Pembuatan Selai Campuran Dami Nangka (Artocarpus heterophyllus) dengan Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbí L.) Oleh : Mutiara Y. Sidauruk Pembimbing : Dr. Ir. Rina Yenrina, MS dan Ir. Rifma Eliyasmi, MS ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui tingkat campuran dami nangka dengan belimbing wuluh terhadap karakteristik selai dengan analisa fisik, kimia dan uji organoleptik dari selai yang dihasilkan. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan tiga ulangan, yang dilanjutkan dengan uji DNMRT pada taraf nyata 5%. Perlakuan yang diberikan adalah A (Dami nangka 65% + Belimbing wuluh 35%), B (Dami nangka 50% + Belimbing wuluh 50%), C (Dami nangka 35% + Belimbing wuluh 65%) dan D (Dami nangka 20% + Belimbing wuluh 80%). Pengamatan dilakukan terhadap selai campuran yaitu kadar air, kadar pektin, kadar gula, ph, vitamin C, total asam, serat kasar, aktivitas air dan organoleptik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan terbaik adalah pada perlakuan C dengan kadar air (20,56), pektin (1,14%), kadar gula (66,97%), total asam (3,49%), ph (3,47), vitamin C (4,49%), serat kasar (2,28%), serta aktivitas air (a w ) dilakukan pada produk terbaik kedua yaitu perlakuan B (0,81). Hasil organoleptik dengan nilai warna 3,75 (suka), aroma 3,30 (biasa), rasa 3,65 (suka) dan tekstur 3,70 (suka). Kata kunci : Selai, Dami Nangka, Belimbing Wuluh

1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buah-buahan merupakan bahan pangan sumber vitamin. Buah cepat sekali rusak oleh pengaruh mekanik, kimia dan mikrobiologi misalnya sinar matahari dan pengaruh biologis (jamur) sehingga mudah menjadi busuk. Oleh karena itu, pengolahan buah untuk memperpanjang masa simpannya sangat penting. Buah dapat diolah menjadi berbagai bentuk minuman seperti anggur, sari buah dan sirup juga makanan lain seperti selai, manisan, dodol, keripik, dan sale. Salah satu alternatif yang dipilih dalam penelitian ini mengolahnya menjadi selai. Selai merupakan produk awetan yang dibuat dengan memasak hancuran buah yang dicampur gula dengan atau tanpa penambahan air. Selai beraneka rasa bisa kita dapatkan dengan mudah di pasaran. Selai adalah produk makanan yang kental atau setengah padat dibuat dari campuran 45 bagian berat buah (cacah buah) dan 55 bagian berat gula. Selai yang baik harus berwarna cerah, jernih, kenyal seperti agar agar tetapi tidak terlalu keras, serta mempunyai rasa buah asli (Margono, 1993). Kriteria kematangan buah yang dapat digunakan untuk membuat selai adalah buah yang masak dan tidak ada tanda-tanda busuk. Buah yang masih muda tidak dapat digunakan untuk pembuatan selai karena masih banyak mengandung pati dan kandungan pektinnya rendah. Kulit buahpun dapat digunakan untuk menghasilkan selai. Buah yang sering digunakan untuk pembuatan selai antara lain : anggur, apel, jambu biji, jeruk, dan lain-lain. Tetapi buah yang digunakan untuk penelitian ini adalah bagian dari nangka yaitu dami nangka dan belimbing wuluh. Tanaman nangka (Artocarpus heterophyllus) adalah jenis tanaman tropis yang banyak tumbuh di Indonesia. Tanaman nangka ini berbuah sepanjang tahun dan bukan merupakan buah musiman. Nangka merupakan buah-buahan yang banyak digemari karena rasanya lezat dan manis. Dalam pembuatan selai ini yang digunakan adalah dami dari buah nangka. Karena sampai sekarang dami nangka sering dibuang dan tidak dimanfaatkan. Dengan adanya penelitian ini, dami buah nangka dapat diolah menjadi makanan ringan yaitu selai. Dengan begitu, nilai ekonominya lebih tinggi dan masa simpannya juga lebih tahan lama.

2 Dami nangka ini mempunyai getah yang sulit dihilangkan dalam pengolahan. Salah satu cara untuk menghilangkan atau mengurangi getah yang terdapat pada dami nangka yaitu dengan cara blansir umumnya 3-5 menit dan dilakukan pengadukan berulang-ulang dan selain itu blansir dapat menurunkan browning. Dami yang digunakan dalam pembuatan selai yaitu dami yang berwarna kuning yang terdapat pada nangka yang matang. Karena dami nangka mempunyai kandungan pektin yang merupakan salah satu syarat dalam pembuatan selai. Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) adalah tanaman asli Amerika yang tumbuh subur di daerah yang banyak mendapat sinar matahari langsung tetapi cukup kelembaban udaranya. Kebanyakan orang memanfaatkan belimbing wuluh sebagai pelengkap sayur atau masakan. Padahal, belimbing wuluh termasuk dalam tanaman pekarangan yang memiliki khasiat obat dan dapat digunakan untuk pencampur bahan makanan lainnya (Anonim, 2008). Kurangnya variasi pemanfaatan buah belimbing wuluh menyebabkan rendahnya nilai ekonomis buah ini, sehingga sering kali ditemukan adanya pohon belimbing wuluh yang sarat buah tetapi kurang mendapat perhatian dari pemiliknya. Hanya sebagian kecil dari buahnya yang diambil dan dimanfaatkan, sedangkan sebagian besar lainnya dibiarkan begitu saja matang dan akhirnya membusuk di pohon. Belimbing wuluh dapat digunakan sebagai pencampur dami nangka dalam pembuatan selai, karena belimbing wuluh berasa asam dan mempunyai ph yang rendah. Selain itu, rasa asam juga dapat menghambat atau membunuh mikroorganisme yang tidak diinginkan sehingga selai dapat lebih awet. Dalam pembuatan selai ini, dilakukan pencampuran dami nangka dengan belimbing wuluh, sehingga diharapkan warna, rasa, aroma dan tekstur sesuai dengan kriteria selai. Penggunaan belimbing wuluh selain sebagai penambah rasa asam juga diharapkan sebagai pengawet. Dan kelebihan dalam pencampuran ini adalah dapat menurunkan ph. Dalam pembuatan selai dilakukan penambahan belimbing wuluh dengan 35 %, 50 %, 65 % dan 80 % dari berat campuran dami nangka. Berdasarkan hal diatas dilakukan penelitian dengan judul Studi Pembuatan Selai Campuran Dami Nangka (Artocarpus heterophyllus) dengan Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.).

3 1.2 Tujuan Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui tingkat campuran dami nangka dengan belimbing wuluh terhadap karakteristik selai. 1.3 Manfaat Diharapkan penelitian ini mempunyai manfaat sebagai berikut : 1. Menambah ragam produk olahan dari buah nangka 2. Memberikan nilai ekonomis pada limbah buah nangka khususnya dami nangka 3. Untuk memperpanjang masa simpan bahan makanan tersebut dengan cara diolah dan dapat disajikan menjadi lebih menarik 1.4 Hipotesa Tingkat pencampuran belimbing wuluh dalam pembuatan selai dari dami nangka akan mempengaruhi sifat, fisik, kimia dan organoleptik.

21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisa Bahan Baku Analisa bahan baku pada dami nangka dan belimbing wuluh meliputi kadar air, serat kasar dan ph. Analisa bahan baku pada dami nangka dan belimbing wuluh dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Hasil Analisa Kimia Dami Nangka dan Belimbing Wuluh Analisa Dami Nangka Belimbing Wuluh Kadar Air (%) Serat Kasar ph 58,15 1,24% 5,8 86 0,78 gr 2,8 Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa dami nangka mengandung 58,15% kadar air, serat kasar 1,24% dan ph 5,8. Menurut Muchtadi (1981) diacu dalam Novandrini (2003), dami nangka memiliki sifat fisik maupun kimiawi yang diduga hampir sama dengan buahnya. Menurut Novandrini (2003), kandungan serat makanan total dami nangka muda adalah 76,58% bk (berat kering). Sedangkan dalam bentuk berat kering (bk), serat kasar dami nangka 2,99 % dan serat kasar belimbing wuluh 5,57 %. Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa belimbing wuluh mengandung 86% kadar air, serat kasar 0,78 gr dan ph 2,8. Menurut Departemen Kesehatan RI, 1971 cit Lingga, 1990, belimbing wuluh mengandung 93% kadar air dan serat kasar 0,90 gr. Perbedaan ini dapat terjadi karena perbedaan jenis dan varietas. 4. 2 Hasil Analisa Organoleptik Selai Campuran Dami Nangka dengan Belimbing Wuluh Uji organoleptik dilakukan terhadap selai campuran dami nangka dengan belimbing wuluh dari masing-masing perlakuan meliputi warna, aroma, rasa dan tekstur. Pada proses pemasakan selai campuran dami nangka dengan dilakukan penambahan belimbing wuluh pada tiap perlakuan.

35 V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Tingkat campuran dami nangka dengan belimbing wuluh berpengaruh terhadap kadar air, total asam, kadar vitamin C, ph, kadar pektin dan kadar serat kasar, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap warna, aroma, rasa, tekstur dan kadar gula selai. 2. Semakin tinggi tingkat campuran belimbing wuluh maka akan meningkatkan kadar air, total asam dan vitamin C, tetapi ph, kadar pektin dan kadar serat kasar semakin turun. 3. Perlakuan yang disukai adalah C (dami nangka 35% + belimbing wuluh 65%) dan yang kedua adalah perlakuan B (dami nangka 50% + belimbing wuluh 50%). 4. Hasil uji aktivitas air (a w ) adalah 0,81 pada perlakuan B (dami nangka 50% + belimbing wuluh 50%). 5.2. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap selai campuran dami nangka dengan belimbing wuluh perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang daya simpan dari selai campuran yang dihasilkan.

36 DAFTAR PUSTAKA [Anonym]. 2008. Pembuatan Jem (Selai). http://teknologi-hasil pertanian.blogspot.com/2008/05pembuatan-jam-selai.html Anas, Y dan Z Zuki. 1981. Penuntun Praktikum Analisa Bahan Pangan. Teknologi Hasil Pertanian Universitas Andalas. Padang. Candrika, 2006. Hypoglycaemic Action Of The Flavanoid Fraction of Artocarpus heterophyllus Leaf, Afr. J. Trad. CAM, 3 (2) : 42-50 Cruess, W.V. 1958. Commercial Fruit and Vegetables Product. Mc Graw Hill Book Co., New York. Damariati, R. 1989. Pengaruh Kadar Gula, Citrus Pektin dan Penambahan Natrium Benzoat pada Buah Pepaya (Carica papaya). [Skripsi]. Bogor. Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Desrosier,W. 1988. The Technology of Food Preservation. Terjemahan dari : M,Muljohardjo UI-Press. Jakarta. Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI. 1996. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Jakarta : Bhratara Niaga Media. Ersam, T., 2001. Senyawa Kimia Makromolekul beberapa Tumbuhan Artocarpus Hutan Tropika Sumatera Barat [Disertasi ITB]. Bandung Fachruddin, L. 1997. Membuat Aneka Selai. Yogyakarta : Kanisius. Favier, A.E. et al. 1995. Analysys of Free Radicals in Biological System. Birkausher. Boston Furia, T.E. 1972. Band Book of Food Additives. CRC-Press Inc., Ohio. Forina, S. 1995. Pengaruh Jenis Gula Terhadap Mutu Selai Durian. [Skripsi].Fakultas Pertanian. UNAND. Padang. Herdiani, F. 2003. Pemanfaatan Rumput Laut (Euchema cottoni) untuk Meningkatkan Kadar Iodium dan Serat Pangan pada Selai dan Dodol. [Skripsi]. Bogor. Fakultas Teknologi Pertanian IPB. 89 hal Hermianti, W. Yusmeiati. Silfa dan Rimelda. 2003. Diversifikasi Pengolahan Belimbing Wuluh. Laporan Hasil Penelitian Pengembangan Teknologi Industri. INDAG. Padang. Heyne, K., 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid II. Jakarta : Badan Litbang Kehutanan. Isnaharani, Yulan. 2009. Pemanfaatan Tepung Jerami Nangka (Artocarpus heterophyllus) dalam Pembuatan Cookies Tinggi Serat. [Skripsi]. Bogor. Fakultas Ekologi Manusia IPB.