BAB I PENDAHULUAN. wajar akan dialami semua orang. Menua adalah suatu proses menghilangnya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan perhatian lebih dalam setiap pendekatannya. Berdasarkan

PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP TINGKAT STRES LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA JARA MARA PATI SINGARAJA. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional telah mewujudkan

BAB III KERANGKA KONSEP. Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang

BAB I PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2011, pada tahun UHH adalah 66,4

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO akan mengalami peningkatan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025

I. PENDAHULUAN. hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Indonesia menurut survey Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya (Padila, 2013). Pada tahun 2012, UHH penduduk dunia rata rata

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu kejadian

BAB I PENDAHULUAN. periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lanjut usia atau lansia

BAB I PENDAHULUAN. tahun Data WHO juga memperkirakan 75% populasi lansia di dunia pada. tahun 2025 berada di negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Antara tahun 2015 dan tahun 2050, proporsi lansia di dunia diperkirakan

Arifal Aris Dosen Prodi S1 keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia sebagai tahap akhir dari siklus kehidupan manusia, sering

Jurnal. Keperawatan Sriwijaya DEWAN REDAKSI. Penanggung Jawab Ns. Hikayati, S.Kep., M.Kep. Redaktur Ns. Antarini Idriansari, M.Kep, Sp.Kep.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 11% dari seluruh jumlah penduduk dunia (± 605 juta) (World Health. meningkat menjadi 11.4% dibandingkan tahun 2000 sebesar 7.4%.

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB 1 PENDAHULUAN. lansia di Indonesia yang berusia 60 tahun ke atas sekitar 7,56%. Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. periode dewasa akhir atau usia tua. Lansia merupakan bagian dari anggota

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika

BAB I PENDAHULUAN. Masa menopause merupakan suatu transisidimana ditandai. perubahan siklus menstruasi yang sebelumnya regular, siklik, bisa

I. PENDAHULUAN. sesuai kemampuannya (Darmajo, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat alamiah dan normal terjadi pada setiap manusia. Setiap manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) pada tahun 2010, dengan masalah kesehatan). Menurut Sumiati Ahmad Mohammad, masa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi

BAB I PENDAHULUAN. Batasan lansia yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia atau World

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat terlihat dari peningkatan Umur Harapan Hidup (UHH) dan Angka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Usia lanjut adalah suatu proses yang tidak dapat dihindari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan kesempatan untuk melewati masa ini. tahun 2014, jumlah lansia di Provinsi Jawa Tengah meningkat

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan sesuatu yang didambakan oleh setiap wanita.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Lansia yang berhenti bekerja, umumnya menderita post power. syndrome, kehilangan kepercayaan diri karena berkurangnya peran

BAB I PENDAHULUAN. psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam

PENGARUH RELAKSASI BENSON TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DI BALAI PSTW UNIT BUDI LUHUR YOGYAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. yaitu lanjut usia yang berusia antara tahun, danfase senium yaitu lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. lama semakin bertambah besar. Proporsi penduduk lanjut usia (lansia) yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk diamati karena dari tahun ke tahun jumlahnya cenderung meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stres tidak dapat dipisahkan dari setiap aspek kehidupan. Stres dapat

BAB I PENDAHULUAN. fungsi kehidupan dan memiliki kemampuan akal dan fisik yang. menurun. Menurut World Health Organization (WHO) lansia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tidur merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia. Lima, Fransisco &

MENGATASI STRES AKIBAT KERJA

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari semakin meningkatnya jumlah penduduk lansia (lanjut usia)

BAB I PENDAHULUAN. aspek psikologis, biologis, fisiologis, kognitif, sosial, dan spiritual yang akan

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi. Menurut Basha (2009) hipertensi adalah satu keadaan dimana seseorang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit dimana terjadi gangguan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan.

HUBUNGAN ANTARA STATUS INTERAKSI SOSIAL DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA DARMA BHAKTI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Jepang 129%, Jerman 66%, dan Swedia 33% (Depkes,2003). Indonesia termasuk salah satu negara Asia yang pertumbuhan penduduk

BAB I PENDAHULUAN. menstimulasi pengeluaran CRH (Corticotropin Realising Hormone) yang

BAB I PENDAHULUAN. upaya memperbaiki taraf hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. diulang kembali. Hal-hal yang terjadi di masa awal perkembangan individu akan

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai istilah bergesernya umur sebuah populasi menuju usia tua. (1)

Jenis hormon berdasarkan pembentuknya 1. Hormon steroid; struktur kimianya mirip dengan kolesterol. Contoh : kortisol, aldosteron, estrogen,

BAB I PENDAHULUAN. dan berkesinambungan dengan tujuan untuk meningkakan kesadaran, kemauan

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa jumlah. jiwa dengan usia rata-rata 60 tahun (Bandiyah, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun

BAB I PENDAHULUAN. terapi lingkungan untuk pasien dengan depresi yaitu Plant therapy di mana tujuan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. secara terus-menerus, dan berkesinambungan. Proses penuan ini akan. sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan (UU Kesehatan No36 Tahun 2009 Pasal 138)

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT REUMATIK PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang satu akan memberikan pengaruh pada tahap perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. sudah mengalami kemunduran fungsi fisiologis organ tubuhnya (Wahyunita, 2010).

PENGARUH TERAPI RELAKSASI AUTOGENIK TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesehatan seksual serta kesehatan sistem reproduksi. Kesehatan reproduksi

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kematian bayi dan anak, memperlambat kematian, berusia lebih dari 60 tahun), dan pada tahun 2025, lanjut usia akan

BAB I PENDAHULUAN. secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan laki-laki, yaitu 10,67 juta orang (8,61 % dari seluruh penduduk

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR JENIS KELAMIN DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI DESA LUWANG, GATAK, SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN di prediksikan jumlah lansia akan mengalami peningkatan sebesar 28,8 juta

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. merupakan proses perubahan biologis secara terus- menerus, dan terjadi. suatu kemunduran atau penurunan (Suardiman, 2011)

BAB I PENDAHULUAN. mulus sehingga tidak menimbulkan ketidakmampuan atau dapat terjadi sangat nyata

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti. diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses menua adalah sebuah proses yang mengubah orang dewasa sehat menjadi

BAB I PENDAHULUAN. fisilogis organ tubuhnya (Wahyunita, 2010). Banyak kelainan atau penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi masyarakat di negara maju maupun negara berkembang telah

BAB I PENDAHULUAN. lansia. Semua individu mengikuti pola perkemban gan dengan pasti. Setiap masa

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan farmakologis dan psikoterapeutik sudah sedemikian maju. Gejalagejala

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. sering terjadi di masyarakat dewasa ini. Di tengah jaman yang semakin global,

FAKTOR ANAK YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA MENETAP DARI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA TERATAI KOTA PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. angka harapan hidup semakin tinggi, sehingga kebutuhan ini mendesak yang

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang dapat dilihat dari usia harapan hidup (UHH) (Mubarak,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses menua di dalam perjalanan hidup manusia merupakan suatu hal yang wajar akan dialami semua orang. Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak tahan terhadap jejas dan infeksi (Herawati & Wahyuni, 2004). Seseorang dikatakan menjadi tua jika sudah melewati dua tahap kehidupan sebelumnya yaitu anak-anak dan dewasa. Tiap tahap kehidupan tersebut berbeda baik secara biologis maupun psikologi. Nugroho (2008) menyatakan bahwa memasuki usia tua yang biasanya sering disebut lansia (lanjut usia) berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, pengelihatan bertambah buruk, gerakan lambat, serta postur tubuh yang tidak proporsional. Bandiyah (2009) menyatakan bahwa jumlah lansia di seluruh dunia diperkirakan sebanyak 500 juta orang dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 mencapai 1,2 milyar. Jumlah penduduk di Indonesia terus meningkat, tahun 2010 penduduk lansia di Indonesia mencapai 23,9 juta atau 9,77% dan Usia Harapan Hidup (UHH) sekitar 67,4 tahun (Candra, 2012). Sepuluh tahun kemudian atau pada 2020 perkiraan penduduk lansia di Indonesia mencapai 28,8 juta atau 11,34 % dengan 1

2 UHH sekitar 71,1 tahun (Hamid, 2007). Data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Bali didapatkan hasil proyeksi penduduk Provinsi Bali menurut kelompok usia pada tahun 2014, tercatat kelompok umur 60-64 tahun sebanyak 140.600 jiwa, pada kelompok umur 65-69 tahun sebanyak 107.700 jiwa, kelompok umur 70-74 sebanyak 78.100 jiwa, dan pada kelompok umur diatas 75 tahun sebanyak 89.000 jiwa (Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, 2014). Pertambahan yang cepat dari penduduk lansia turut menimbulkan permasalahan. Meningkatnya jumlah penduduk lansia akan menimbulkan masalah terutama dari segi kesehatan dan kesejahteraan lansia. Untuk menunjang kesejahteraan lansia tersebut, maka pemerintah membangun rumah khusus untuk lansia yang dikenal dengan Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW). Salah satu PSTW yang ada di Bali adalah PSTW Jara Mara Pati Singaraja, dan merupakan panti yang mengasuh lansia terbanyak di Bali. Di panti tersebut terdapat 65 orang lansia yang terdiri dari 16 orang laki-laki dan 49 orang perempuan. Andini dan Supriyadi (2013) mengatakan bahwa sebagian besar lansia dibawa oleh keluarga ke panti dengan alasan tidak lagi mampu menjaga dan mengurus lansia di rumah. Hal ini menjadikan tidak sedikit lansia yang berpikir negatif tentang keputusan keluarga yang menempatkan lansia di panti, sehingga membuat lansia menjadi beban pikiran, harga diri rendah, dan stres. Lansia yang tinggal di panti dapat berhubungan dengan teman sebaya dan melakukan aktivitas bersama, namun lansia menjadi jauh dengan keluarga dan peraturan panti yang mungkin cukup ketat dapat menimbulkan stres pada lansia. Sebaliknya dengan tinggal bersama

3 keluarga, seringkali lansia merasakan kesepian karena keluarga yang selalu sibuk dan hal ini juga dapat menyebabkan stres pada lansia. Stres merupakan suatu perasaan tertekan saat menghadapi permasalahan. Situasi stres mengaktivasi hipotalamus yang selanjutnya mengendalikan dua sistem neuroendokrin, yaitu sistem simpatis dan sistem korteks adrenal. Sistem saraf simpatis memberi signal ke medulla adrenal untuk melepaskan epinefrin dan norepinefrin ke aliran darah. Sistem korteks adrenal diaktivasi jika hipotalamus mensekresikan Corticotropin-releasing Factor (CRF), suatu zat kimia yang bekerja pada kelenjar hipofisis yang terletak tepat di bawah hipotalamus. Kelenjar hipofisis selanjutnya mensekresikan hormon Adrenocorticotropin Hormone (ACTH), yang dibawa melalui aliran darah ke korteks adrenal yang akan menstimulasi pelepasan sekelompok hormon termasuk kortisol saat tubuh mengalami stres (Guyton & Hall, 2006). Ayu (2010) juga menjelaskan bahwa hormon stres akan menekan sistem kekebalan tubuh, sehingga meningkatkan jumlah platelet yaitu sesuatu yang dapat menyebabkan gangguan dalam arteri dan meningkatkan tekanan darah. Apabila keadaan tersebut tidak diatasi maka akan berdampak bagi kesehatan dan kualitas hidup lansia. Nugroho (2008) menjelaskan bahwa semakin tua seseorang, kesibukan sosialnya akan semakin berkurang dan mengakibatkan integrasi dengan lingkungan juga sangat sedikit. Lansia juga mengalami ketakutan terutama karena mengalami suatu penyakit, kesepian, ketergantungan fisik, dan ekonomi. Kondisi tersebut dapat mengakibatkan lansia mudah mengalami stres. Stres bukan suatu penyakit, tetapi bisa menjadi awal timbulnya penyakit mental atau fisik jika

4 terjadi terlalu lama. Stres menimpa setiap orang, masalah yang sama bisa memberikan stres dan beban yang berbeda. Stres yang berkepanjangan bisa mempengaruhi sistem tubuh, misalnya menimbulkan sakit maag (Suryani, 2005). Berbagai cara dilakukan untuk mengurangi tingkat stres yang terjadi pada lansia baik dengan terapi farmakologis maupun non-farmakologis (As adi, 2013). Terapi farmakologis penanganan stres berupa obat anti depresan dan anti cemas golongan benzodiazepam seperti alprazolam, yang dalam penerapannya menyebabkan ketergantungan yang cukup besar dan menimbulkan beberapa efek samping yang dapat mengganggu fungsi organ tubuh serta beberapa diantaranya menyebabkan ketergantungan. Terapi non farmakologis penanganan stres berupa pendekatan perilaku, pendekatan kognitif dan latihan relaksasi. Latihan relaksasi ada 3 macam yaitu relaksasi otot seperti senam otak, relaksasi kesadaran indera, dan relaksasi melalui yoga (Chomaria, 2009). Senam otak semula ditujukan untuk melatih anak dengan kesulitan belajar, namun sekarang senam otak bermanfaat untuk segala umur. Senam otak dapat dilakukan oleh segala usia, mulai dari anak-anak hingga lansia (As adi, 2013). Senam ini berupa gerakan silang atau gerakan saling bergantian. Gerakan silang akan mengaktifkan dua belah otak secara bersamaan. Gerakan pada senam otak dapat meningkatkan energi dan menunjang sikap positif yang mengaktifkan kembali hubungan saraf antara tubuh dan otak sehingga memudahkan aliran energi elektromagnetis ke seluruh tubuh. Seseorang yang mengalami peningkatan stres akan mengalami peningkatan adrenalin. Gerakan senam otak dalam keadaan ini dapat mengurangi pelepasan adrenalin dan memberikan keadaan rileks (Ide,

5 2008). Senam otak sangat mudah dilakukan dan mungkin untuk diterapkan dengan tujuan membantu mengatasi stres pada lansia. Fitria (2010) meneliti mengenai senam otak terhadap tingkat stres pada siswa-siswi SMA. Hasil analisis didapatkan hasil bahwa terdapat pengaruh senam otak yang bermakna terhadap penurunan tingkat stres pada kelompok intervensi, P = 0,000 dan kelompok kontrol P = 0,083. Farihah (2013) juga meneliti mengenai pemberian senam otak terhadap tingkat stres pada wanita post menopause. Hasilnya adalah bahwa tingkat stres pada wanita post menopause sebelum diberikan senam otak rata-rata dengan skor tingkat stres sebesar 20,33, responden (43,3%). Tingkat stres pada wanita post menopause sesudah diberikan senam otak, rata-rata dengan skor tingkat stres sebesar 18,33, sebagian besar responden dengan kategori tingkat stres sedang sebanyak 12 responden (40%). Dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh signifikan senam otak terhadap penurunan tingkat stres pada wanita post menopause. Studi pendahuluan telah dilakukan di PSTW Jara Mara Pati Singaraja pada tanggal 29 Nopember 2014, dari 10 orang lansia didapatkan data bahwa 7 orang lansia mengalami stres ringan dan 3 lansia lainnya mengalami stres sedang. Petugas panti mengatakan bahwa sebagian besar lansia yang tinggal di panti sosial tersebut mengalami stres dengan berbagai alasan seperti masalah dengan keluarga, ekonomi, dan ketidakberdayaan. Pimpinan PSTW Jara Mara Pati Singaraja mengatakan bahwa belum pernah dilakukan senam otak di panti ini. Berdasarkan data dan fenomena diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Senam Otak Terhadap Tingkat Stres Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Jara Mara Pati Singaraja.

6 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah Apakah ada pengaruh senam otak terhadap tingkat stres lansia di PSTW Jara Mara Pati Singaraja. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh senam otak terhadap tingkat stres lansia di PSTW Jara Pati Singaraja. 1.3.2 Tujuan Khusus a) Mengidentifikasi karakteristik responden berdasarkan usia dan jenis kelamin di PSTW Jara Mara Pati Singaraja. b) Mengidentifikasi tingkat stres lansia di PSTW Jara Mara Pati Singaraja sebelum dilakukan senam otak. c) Mengidentifikasi tingkat stres lansia di PSTW Jara Mara Pati Singaraja setelah dilakukan senam otak. d) Menganalisis pengaruh senam otak terhadap tingkat stres lansia di PSTW Jara Mara Pati Singaraja. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian dapat digunakan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan sebagai sumber informasi bagi penelitian selanjutnya di bidang perawatan gerontik khususnya yang berhubungan dengan senam otak untuk mengatasi stres pada lansia.

7 1.4.2 Manfaat Praktis a) Bagi petugas PSTW, diharapkan penelitian ini dapat menjadi pedoman untuk terapi non farmakologis tingkat stres pada lansia dan dapat dijadikan program wajib di PSTW Jara Mara Pati Singaraja untuk membantu mengurangi stres pada lansia. b) Bagi Keluarga, diharapkan penelitian ini dapat meringankan beban keluarga yang menitipkan lansia di panti karena dengan mengikuti senam ini para lansia yang mengalami stres dapat mengurangi tingkat stres, sehingga tidak membebani keluarga untuk membiayai pengobatan farmakologis lansia yang mengalami stres. c) Bagi lansia, diharapkan penelitian ini dapat membantu mengurangi tingkat stres pada lansia yang mengikuti latihan senam sehingga memberi rasa nyaman pada lansia.