PENGARUH PERLAKUAN PANAS DAN PENUAAN TERHADAP SIFAT MEKANIS PADA MATERIAL KOMPOSIT MATRIK Al-4,5%Cu-4%Mg / 10%SiC (p)

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PERLAKUAN PANAS DAN PENUAAN TERHADAP SIFAT MEKANIS PADA MATERIAL KOMPOSIT MATRIK LOGAM DENGAN PENGUAT 7,5% Al 2 O 3 (p)

Gugun Gumilar Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Mesin Universitas Gunadarma Depok. Abstraksi

SEMINAR NASIONAL ke 8 Tahun 2013 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

BAB I PENDAHULUAN. tinggi,menyebabkan pengembangan sifat dan karakteristik aluminium terus

PENGARUH PROSES HARDENING PADA BAJA HQ 7 AISI 4140 DENGAN MEDIA OLI DAN AIR TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH VARIASI WAKTU PENAHANAN TERHADAP KEKERASAN PERMUKAAN, STRUKTUR MIKRO DAN LAJU KOROSI PADA ALUMINIUM 6061 DENGAN METODE UJI JOMINY

BAB III METODE PENELITIAN

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam menunjang industri di Indonesia. Pada hakekatnya. pembangunan di bidang industri ini adalah untuk mengurangi

STUDI KEKUATAN IMPAK PADA PENGECORAN PADUAL Al-Si (PISTON BEKAS) DENGAN PENAMBAHAN UNSUR Mg

Pengaruh Waktu Penahanan Artificial Aging Terhadap Sifat Mekanis dan Struktur Mikro Coran Paduan Al-7%Si

ANALISA PENGARUH PENGECORAN ULANG TERHADAP SIFAT MEKANIK PADUAN ALUMUNIUM ADC 12

PENGARUH PENAMBAHAN NIKEL TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KEKERASAN PADA BESI TUANG NODULAR 50

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALUMINIUM (Al) PADUAN DAUR ULANG DENGAN MENGGUNAKAN CETAKAN LOGAM DAN CETAKAN PASIR

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ANALISA PENGARUH SOLUTION TREATMENT PADA MATERIAL ALUMUNIUM TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

ANALISA PENGARUH HEAT TREATMENT TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO BESI COR NODULAR (FCD 60)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH UNSUR ALUMINIUM DALAM KUNINGAN TERHADAP KEKERASAN, KEKUATAN TARIK, DAN STRUKTUR MIKRO

BAB III METODE PENELITIAN

PERANCANGAN ALAT UJI KEMAMPUKERASAN JOMINY TEST UNTUK LABORATORIUM TEKNIK MESIN UNIVERSITAS ISLAM 45 BEKASI. Taufiqur Rokhman 1)

PENGARUH PERBANDINGAN GAS NITROGEN DAN LPG PADA PROSES NITROKARBURISING DALAM REAKTOR FLUIDIZED BED TERHADAP SIFAT MEKANIS BAJA KARBON RENDAH

ANALISA PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES TEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 4340

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen,

STUDI PEMBUATAN BESI COR MAMPU TEMPA UNTUK PRODUK SAMBUNGAN PIPA

DYAN YOGI PRASETYO I

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. masing-masing benda uji, pada pengelasan las listrik dengan variasi arus 80, 90,

PENGARUH VARIASI SUHU POST WELD HEAT TREATMENT ANNEALING

PENGARUH HASIL PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN, KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA ST 42

UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PENAMBAHAN Mg DAN PERLAKUAN PANAS TERHADAP SIFAT FISIK MEKANIK KOMPOSIT MATRIKS ALUMINIUM REMELTING PISTON BERPENGUAT SiO 2

ANALISA PENGUJIAN TARIK SERAT AMPAS TEBU DENGAN STEROFOAM SEBAGAI MATRIK

PENGARUH PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 1029 DENGAN METODA QUENCHING DAN MEDIA PENDINGIN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN MAKRO STRUKTUR

ANALISIS HASIL PENGECORAN ALUMINIUM DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGINAN

BAB I PENDAHULUAN. dimana logam dicairkan dalam tungku peleburan kemudian. dituangkan kedalam rongga cetakan yang serupa dengan bentuk asli

ANALISA PERBEDAAN SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PISTON HASIL PROSES PENGECORAN DAN TEMPA

PENGARUH JARAK DARI TEPI CETAKAN TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KEKERASAN PADA CORAN ALUMINIUM

III. METODE PENELITIAN. waktu pada bulan September 2015 hingga bulan November Adapun material yang digunakan pada penelitian ini adalah:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS STRUKTUR MIKRO CORAN PENGENCANG MEMBRAN PADA ALAT MUSIK DRUM PADUAN ALUMINIUM DENGAN CETAKAN LOGAM

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir pada Gambar 3.1.

ANALISA PENGARUH AGING 400 ºC PADA ALUMINIUM PADUAN DENGAN WAKTU TAHAN 30 DAN 90 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

Simposium Nasional RAPI XI FT UMS 2012 ISSN :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENGARUH PENAMBAHAN Mg TERHADAP SIFAT KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK SERTA STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN Al-Si BERBASIS MATERIAL PISTON BEKAS

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PERBEDAAN LAJU WAKTU PROSES PEMBEKUAN HASIL COR ALUMINIUM 319 DENGAN CETAKAN LOGAM TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIS

ANALISIS PEMBUATAN HANDLE REM SEPEDA MOTOR DARI BAHAN PISTON BEKAS. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PENAMBAHAN TEMBAGA (Cu) TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN ALUMINIUM-SILIKON (Al-Si) MELALUI PROSES PENGECORAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Pembuatan spesimen dilakukan dengan proses pengecoran metode die

PENGARUH FEED RATE TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN BENDING PADA PENGELASAN FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5052

Jl. Prof. Sudharto, SH., Tembalang-Semarang 50275, Telp * Abstrak. Abstract

I. PENDAHULUAN. Aluminium merupakan logam yang banyak digunakan dalam komponen

Sidang Tugas Akhir (TM091486)

UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Diagram alir penelitian selama proses penelitian dapat diperlihatkan pada Gambar 3.1 dibawah ini : Mulai

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut:

Pengaruh Kuat Medan Magnet Terhadap Shrinkage dalam Pengecoran Besi Cor Kelabu (Gray Cast Iron)

Karakterisasi Material Bucket Teeth Excavator 2016

ANALISIS KEKUATAN TARIK BAJA ST37 PASCA PENGELASAN DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGIN MENGGUNAKAN SMAW. Yassyir Maulana

PENGARUH MEDIA PENDINGIN PADA PROSES HARDENING MATERIAL BAJA S45C

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

VARIASI PENAMBAHAN FLUK UNTUK MENGURANGI CACAT LUBANG JARUM DAN PENINGKATAN KEKUATAN MEKANIK

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR TERHADAP KEKERASAN, STRUKTUR MIKRO, DAN LAJU KOROSI PADA ALUMINIUM A 6061 DENGAN METODE UJI JOMINY

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

Analisis Pengaruh Cooling Rate pada Material ASTM A36 Akibat Kebakaran Kapal Terhadap Nilai Kekuatan, Kekerasan dan Struktur Mikronya

VARIASI UKURAN PASIR CETAK TERHADAP KEKERASAN DAN KEKUATAN TARIK CORAN SCRAP PISTON SEPEDA MOTOR. Sigit Gunawan 1, Sigit Budi Hartono 2 2.

TUGAS PENYAMBUNGAN MATERIAL 5 RACHYANDI NURCAHYADI ( )

Dosen Pembimbing : Sutarsis, S.T, M.Sc.Eng

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Material Teknik Mesin Jurusan Teknik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pengaruh Temperatur Bahan Terhadap Struktur Mikro

PROSES MANUFACTURING

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2013 sampai dengan selesai.

III. METODE PENELITIAN. Adapun tempat pengerjaan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

Analisa Deformasi Material 100MnCrW4 (Amutit S) Pada Dimensi Dan Media Quenching Yang Berbeda. Muhammad Subhan

KARAKTERISTIK HASIL PENGELASAN PIPA DENGAN BEBERAPA VARIASI ARUS LAS BUSUR LISTRIK

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Material Teknik Mesin Jurusan Teknik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK PADUAN ALUMINIUM AA.319-T6 AKIBAT PENGARUH VARIASI TEMPERATUR AGING PADA PROSES PRECIPITATION HARDENING

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH TEMPERING PADA BAJA St 37 YANG MENGALAMI KARBURASI DENGAN BAHAN PADAT TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO

ANALISA SIFAT MEKANIK PROPELLER KAPAL BERBAHAN DASAR ALUMINIUM DENGAN PENAMBAHAN UNSUR Cu. Abstrak

PENGARUH MEDIA PENDINGIN TERHADAP BEBAN IMPAK MATERIAL ALUMINIUM CORAN

Karakterisasi Baja Karbon Rendah Setelah Perlakuan Bending

KARAKTERISASI PADUAN AlFeNiMg HASIL PELEBURAN DENGAN ARC FURNACE TERHADAP KEKERASAN

ANALISIS PENGARUH TEMPERATUR PENUANGAN DAN TEMPERATUR CETAKAN TERHADAP SIFAT MEKANIS BAHAN PADUAN Al-Zn

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisa Pengaruh Aging 450 ºC pada Al Paduan dengan Waktu Tahan 30 dan 90 Menit Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis

PENGARUH VARIASI ARUS TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN SAMBUNGAN PADA PROSES PENGELASAN ALUMINIUM DENGAN METODE MIG

ANALISIS PROSES TEMPERING PADA BAJA DENGAN KANDUNGAN KARBON 0,46% HASILSPRAY QUENCH

Transkripsi:

PENGARUH PERLAKUAN PANAS DAN PENUAAN TERHADAP SIFAT MEKANIS PADA MATERIAL KOMPOSIT MATRIK Al-4,5%Cu-4%Mg / 10%SiC (p) Hendra Supriatna Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Mesin Universitas Gunadarma Depok Abstraksi Telah dilakukan proses perlakuan panas dan penuaan aging pada komposit matrik logam Al-4,5%Cu-4%Mg+10%SiC [p]. Proses perlakuan yang dipilih meliputi tahapan : Solution treatment pada temperatur 540 o C selama 4 jam, quenching dan proses aging. Variabel yang digunakan adalah variasi temperatur 100 o C dan 200 o C dengan waktu aging 1, 10 dan 24 jam, selanjutnya dilakukan pengujian. Pengujian yang dilakukan adalah pengujian metalografi, pengujian tarik, pengujian kekerasan dan pengujian abrasif. Hasil pengujian pada komposit matrik logam paduan Al-Cu-Mg dengan penguat 10% SiC yang bervariasi diperoleh nilai kekerasan maksimum yang tertinggi sebesar 158,4 HB, kehilangan berat minimum sebesar 0,46 gr/m dan tegangan tarik maksimum sebesar 157,5 N/mm 2. Dan untuk nilai kekerasan maksimum yang terendah berada pada komposit matrik logam tanpa penguat sebesar 103,7 HB, kehilangan berat maksimum sebesar 7,4 gr/m dan tegangan tarik minimum sebesar 60 N/mm 2. 1. Pendahuluan Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan dewasa ini semakin pesat, hal ini sejalan dengan kemajuan industri yang semakin banyak dan kompleks. Salah satu kebutuhan yang paling mendasar adalah pengadaan material baik itu logam maupun non logam.

Pemilihan material untuk suatu komponen ataupun struktur umumnya menyangkut beberapa aspek, yaitu: aspek kekuatan spesifik, kekakuan, ringan, tidak korosif dan ketahanan atau umur material. Aspek tersebut perlu diperhatikan baik pada saat pembuatan maupun setelah komponen dan struktur tersebut beroperasi dan mengalami pembebanan. Penggunaan bahan dasar logam telah lama dikembangkan untuk produk industri sebab mempunyai beberapa keunggulan baik sifat mekanis, elektrik maupun yang lain, namun kelemahan yang sering timbul dalam pemilihan logam disebabkan oleh massa jenis yang cukup besar. Oleh karena itu para perancang komponen dan struktur produk industri dihadapkan pada tantangan untuk menciptakan material baru yang dapat memenuhi aspek persyaratan yang disebut diatas. Dalam perkembangan teknologi bahan khususnya dalam bagian permesinan automotive seperti piston, break drum dan silinder blok merupakan komponen yang mengalami gaya gesek permukaan, yang menyebabkan terjadinya keausan, sehingga mengakibatkan berkurangnya waktu pakai dari bahan tersebut. Untuk menangani masalah ini, diperlukan adanya alasan pemilihan bahan komposit berupa penguat serbuk senyawa karbida SiC yang memiliki sifat kekerasan tinggi dan ketahanan pada lingkungan temperatur tinggi. Lewat alasannya penggabungan serbuk senyawa karbida SiC dengan matrik paduan Aluminium-Tembaga-Magnesium (Al- Cu-Mg) diharapkan diperoleh bahan komposit matrik yang mampu menanggulangi masalah diatas dengan mengacu pada segi aspek pembuatannya. Pada material komposit matrik logam, proses peningkatan kekuatan dapat melalui metode laku panas. Kombinasi kekuatan yang mungkin terjadi adalah oleh dispersi partikel. Sedangkan bila matriknya berupa paduan, maka unsur paduan pada suatu logam seringkali menghasilkan fasa kedua yang berupa senyawa. Pada umumnya senyawa dari fasa kedua ini bersifat keras dan

rapuh, namun dapat meningkatkan kekuatan material akibat dapat menghambat gerakan dislokasi atau perpindahan tempat.. Material komposit adalah material rekayasa jenis baru yang dapat memberikan nilai ekonomi tambah yang besar didalam pemakaiannya. Suatu komponen atau konstruksi bernilai ekonomis dan dapat bersaing dipasaran apabila komponen dan konstruksi tersebut memenuhi semua aspek yang tersebut diatas, terutama pada industri pesawat terbang dan otomotif. Kecendrungan untuk membuat komponen dan konstruksi yang memenuhi semua aspek, mendorong para perancang untuk mengalihkan perhatiannya dari penggunaan material logam ke material komposit. Kegiatan penelitian difokuskan pada pembuatan komposit matrik logam paduan (Al-Cu-Mg) dengan penguat berupa serbuk senyawa silicon karbida SiC(p) yang menggunakan sistem metalurgi cair dengan metode Compocasting atau dikenal sebagi rheocasting (stircasting) merupakan proses pembuatan komposit dengan cara penuangan yang sebelumnya mengalami proses pengadukan pada kondisi bubur (S + L) penahanan temperatur konstan dengan batasan parameter ; % volume SiC(p) sedangkan pengujian yang dilakukan terhadap masing-masing specimen, meliputi : uji tarik, kekerasan, ketahanan aus dan metalografi. Dalam penelitian untuk penyusunan tugas akhir ini dilakukan beberapa batasan masalah agar mempermudah penelitian khususnya dalam perhitungan data. Adapun batasan masalah tersebut adalah : a. Proses pembuatan material komposit dengan matrik paduan (Al-Cu-Mg) dengan penambahan penguat (reinforcement) dibuat dengan menggunakan metode stir-casting. Selanjutnya diteruskan dengan proses perlakuan panas ( solution heat treatment) dan penuaan (aging). b. Pengujian yang dilakukan pada material komposit adalah uji tarik, uji kekerasan, uji abrasif, uji metalografi dan pengujian menggunakan metode praktal.

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui perbandingan kekuatan dan sifat mekanik serta struktur mikro dari masing-masing penguat yang akan dipadu serta mendapatkan kondisi optimum pada proses pembuatan komposit matrik logam terhadap ketahanan aus, kekerasan dan tegangan yang diperlukan untuk menarik benda uji sampai putus. 2. Proses Pembuatan KML a. Parameter proses pembuatan KML, meliputi : - ukuran partikel SiC : 200 mesh - volume fraksi partikel SiC terhadap BM : 10% b. Pemberian kode sampel Pengkodean sampel dilakukan untuk memberi nama pada benda yang akan diuji. Pemberian nama kode disesuaikan dengan kondisi proses, seperti penambahan penguat dan ukuran partikel penguat. Tabel Pengkodean Sampel No Kode Sampel Keterangan 1 A-1 Al-Cu-Mg + tanpa (0%SiC) penguat SiC dengan proses perlakuan panas (solution heat treatment) dan penuaan (aging) pada temperature 100 o C selama 1 jam 2 B-1 Al-Cu-Mg + tanpa (0%SiC) penguat SiC dengan proses perlakuan panas (solution heat treatment) dan temperature 200 o C slama 1 jam 3 A-10 Al-Cu-Mg + tanpa (0%SiC) penguat SiC dengan proses perlakuan panas (solution heat treatment) dan temperature 100 o C selama 10 jam

4 B-10 Al-Cu-Mg + tanpa (solution heat (0%SiC) penguat SiC dengan treatment) dan proses perlakuan panas (solution heat temperature 100 o C treatment) dan selama 1 jam 8 B-1 Al-Cu-Mg + 10%SiC temperature 200 o C (10%SiC) dengan proses selama 10 jam perlakuan panas 5 A-24 Al-Cu-Mg + tanpa (solution heat (0%SiC) penguat SiC dengan treatment) dan proses perlakuan panas (solution heat temperature 200 o C treatment) dan selama 1 jam 9 A-10 Al-Cu-Mg + 10%SiC temperature 100 o C (10%SiC) dengan proses selama 24 jam perlakuan panas 6 B-24 Al-Cu-Mg + tanpa (solution heat (0%SiC) penguat SiC dengan treatment) dan proses perlakuan panas (solution heat temperature 100 o C treatment) dan selama 10 jam 10 B-10 Al-Cu-Mg + 10%SiC temperature 200 o C (10%SiC) dengan proses selama 24 jam perlakuan panas 7 A-1 Al-Cu-Mg + 10%SiC (solution heat (10%SiC) dengan proses treatment) dan perlakuan panas

temperature 200 o C selama 20 jam 11 A-24 Al-Cu-Mg + 10%SiC (10%SiC) dengan proses perlakuan panas (solution heat treatment) dan temperature 100 o C selama 24 jam 12 B-24 Al-Cu-Mg + 10%SiC (10%SiC) dengan proses perlakuan panas (solution heat treatment) dan temperature 200 o C selama 24 jam Keterangan : A = artificial aging pada temperature 100 o C B = artificial aging pada temperature 200 o C 1 = Waktu penahanan artificial aging 1 jam 10 = Waktu penahanan artificial aging 10 jam 24 = Waktu penahanan artificial aging 24 jam c. Proses pembuatan KML Pada proses pembuatan komposit logam menggunakan metoda stircasting merupakan proses pembuatan komposit dengan cara penuangan yang sebelumnya mengalami proses pengadukan pada kondisi penahanan temperatur konstan. Pada proses pembuatan KML ini menggunakan Al-Cu-Mg sebagai matriks paduan serta Silicon Carbida (SiC) sebagai reinforced atau penguat. Dimana pada proses pembuatan KML ini adalah untuk mengetahui kekuatan dari bahan yang telah mengalami proses pencampuran atau setelah menjadi KML. Pada proses pembuatan KML ini ada beberapa tahap yang dilakukan seperti : Tahap awal, yaitu pada tahap ini adalah persiapan bahan baku dan alat, serta melakukan perhitungan material balance MMCs seperti ditunjukan dalam tabel 3.3.

Tahap kedua, yaitu pada tahap ini adalah tahap dimana kita akan melakukan proses pembuatan Komposit Matriks Logam (KML). Pertama kali yang dilakukan adalah memasukan paduan Al- Cu-Mg yang telah dipotong-potong dan ditimbang kedalam crucible beserta Silicon Carbida (SiC) yang telah dilakukan proses pengayakan dan penimbangan terlebih dahulu. Setelah semua bahan dimasukan kedalam crucible kemudian tungku dipanaskan dengan suhu pemanasan yang digunakan adalah 700 0 C dengan waktu ± 2jam. Setelah itu crucible dimasukan kedalam tungku stirrer untuk dilakukan peleburan, dan menyiapkan batang pengaduk yang terbuat dari grafit yang tahan terhadap suhu tinggi. Tabel 3.3 Persentase Campuran Pembuatan MMCs Al-4,5%Cu- Mg/ 10%SiC (P) No Al-Cu- Penguat Gerus/ayak Sampel Mg 10% (Mesh) 1 403.94 2 413.21 41.321 200# Setelah semua persiapan telah selesai maka kita siap untuk melakukan proses pembuatan metal matrix composite (MMCs), yang pertama dilakukan adalah memanaskan tungku stirrer hingga mencapai suhu 700 o C dengan menutup bagian atasnya dengan glass wool yang terbuat dari serat kaca agar oksigen tidak masuk dalam ruangan crucible dan menahannya selama 2 jam hingga mencair, lalu glass wool tersebut diangkat dan crucible dikeluarkan didalam tungku dengan menggunakan penjepit lalu diaduk menggunakan batang yang terbuat dari grafit hingga sampai kondisi bubur (molten). Setelah Al murni + penguat Silicon Carbida (SiC) dirasa telah menyatu dan telah dilakukan pengadukan hingga merata sampai menjadi bubur (molten), kemudian paduan tersebut dilepas dari dalam crussible lalu diletakkan di dalam cetakan mesin tempa dan ditempa.

3. Proses Perlakuan Panas dan Penuaan (aging) Urutan proses perlakuan panas dan penuaan, ditunjukkan pada Gambar Flowchart Proses Perlakuan panas dan penuaan (aging) Mesin Tempa Setelah semua bahan telah menjadi KML maka dilakukan pemotongan untuk diambil sampel pengujian tarik, metalografi, kekerasan dan abrasif. Sampel pengujian di atas diambil dari potongan bagian pinggir, karena bagian ini adalah bagian yang kurang padat dan ingin mengetahui strukturnya. Material KML hasil proses tempa Flowchart Proses Perlakuan panas dan penuaan (aging)

Preparasi sampel untuk dilakukan proses perlakuan panas, meliputi : a. Proses pemotongan, sebelum melakukan proses perlakuan panas bahan material KML yang sudah ditempa terlebih dahulu dipotong menjadi 6 bagian dan mengambil bagian pinggirnya tanpa bagian tengah (X) dari sampel. b. Proses pembentukan, selanjutnya sampel dibentuk dengan ukuran panjang 100mm, lebar 20mm dan radius 3mm menggunakan mesin freis c. Penggerindaan dan penghalusan permukaan, adalah menggerinda dan mengampelas untuk meratakan permukaan bahan yang telah dibentuk. Bahan yang sudah dibentuk selanjutnya dilakukan tahap proses perlakuan panas (heat treatment) dan penuaan (aging) yang bertujuan untuk mengubah sifat mekanik dan juga struktur mikro yang dimiliki bahan yang telah menjadi metal matriks composite (MMCs) dan dapat membandingkan kekuatan yang dimiliki tiap bahan Diagram proses perlakuan panas dan penuaan (aging) Al-Cu-Mg dan Al-Cu- Mg + 10%SiC Pada proses perlakuan panas ini pertama-tama mempersiapkan peralatan tungku pemanas (muffle) seperti pada Gambar 3.20, beserta kotak yang dilengkapi glass wool untuk penempatan bahan dan tang penjempit untuk pengambilan bahan. Setelah itu langkah awal yang dilakukan proses quenching, dimana bahan dipanaskan dengan temperature 540 0 C (solid solution) di dalam tungku pemanas (muffle) dengan

waktu penahanan (holding time) selama 4 jam, selanjutnya didinginkan melalui media air seperti ditunjukkan Gambar 3.19 merupakan diagram tahap proses perlakuan panas pada Al-Cu-Mg dan Al- Cu-Mg + 10%SiC [p]. Setelah bahan mengalami proses aging dengan temperature dan waktu penahanan yang sudah ditentukan (artificial aging) dilanjutkan dengan mamatikan tungku pemanas (muffle), bahan tersebut didiamkan di dalam tungku pemanas (muffle) hingga mencapai suhu kamar (natural aging). Tungku listrik jenis muffle Hasil dari quenching melalui media air langsung di masukkan ke dalam lemari es agar temperatur bahan tersebut dibawah temperatur kamar. Langkah selanjutnya proses penuaan pada logam atau disebut dengan aging (age hardening). Bahan di panaskan kembali didalam tungku pemanas (muffle) dengan memfariasikan temperaturnya 100 0 C selama 1, 10 dan 24 jam. Kemudian 200 0 C selama 1, 10 dan 24 jam atau hal ini biasa disebut dengan artificial aging. Bahan yang telah diproses perlakuan panas dan aging 4. Proses Pengujian Pengujian Kekuatan Tarik Pengujian tarik dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kekuatan tarik dari masing-masing material komposit matriks logam (KML) yang dipengaruhi oleh ukuran partikel dan volume fraksi partikel dari penguat. Pengujian tarik dilakukan di LUK-BPPT dengan

menggunakan mesin uji tarik Instron 8501. Data yang dapat diperoleh dari pengujian tarik antara lain : - Kekuatan tarik (tensile strength) - Batas luluh (yield strength) - Keuletan (ductility) Dimension, mm Standard Nominal diameter Speciment Sheet Type 12.5 mm wide Subsize Speciment 6 mm wide G - Gage length 50,00 ± 0,10 25,00 ± 0,10 W - Width 12,50 ± 0,05 6,00 ± 0,03 thickness of thickness of T - Thicness material material R - Radius of Fillet 12,5 6 L - Over all length 200 100 A - Length of reduced section 57 32 B - Length of grip section 50 30 C - Width of grip section 20 10 Ukuran spesimen uji tarik standar ASTM B 557-94 [12] Dari kurva uji tarik yang menunjukkan besarnya beban dan perubahan panjang, kemudian dapat dihitung : Fmaks Kekuatantarik: σ t = Ao... (N/mm 2 ) - Batas luluh : σ y = F min Ao. (N/mm 2 ) - Keuletan : Lo L 1 e Lo = x 100 % (%) Dimana : F maks = Gaya maksimum sampai patah, N F min = Gaya minimum sebelum patah, N Ao = luas penampang mula, mm 2 Lo = Panjang mula, mm L1 = Panjang setelah pengujian, mm Kekerasan. Pengujian kekerasan adalah satu dari sekian banyak pengujian yang dipakai, karena dapat dilaksanakan pada benda uji yang kecil tanpa kesukaran mengenai kesukaran spesifikasi

Alat uji kekerasan Brinell struktur kristal, pada umumnya logam terdiri dari banyak kristal. Dalam logam, pengertian kristal sering pula disebut sebagai butiran. Batas pemisah antara dua kristal disebut batas butir (grain boundry). Dsan juga untuk mengetahui ikatan yang terjadi pada logam campuran. Harga kekerasan dengan metoda Brinell, dihitung dengan menggunakan rumus, sebagai berikut : 2. P 2 BHN =...( Kg / mm ) π 2 2 D ( D D d ) dimana : P : beban yang digunakan, Kgf D : Diameter bola baja, mm d : diameter bekas penekanan, mm Metalography Adalah pengujian untuk mengetahui struktur mikro yang terdapat dalam logam, dimana struktur logam merupakan penggabungan dari satu atau lebih Alat uji metalography Abrasif Jenis pengujian keausan yang digunakan pada penelitian ini adalah keausan abrasif dimana keausan abrasif ada tiga, yaitu abrasif mencukil, abrasif karena erosi dan abrasif permukaan tegangan tinggi. Pada pengujian ini termasuk dalam abrasif pengikisan tegangan tinggi yaitu peristiwa lepasnya

material dari suatu permukaan sehingga mengakibatkan perubahan dimensi dan berkurangnya massa akibat partikel brasif kwarsa yang ada diantara permukaan material yang bergesekan, mengakibatkan terbatasnya umur atau daya guna material terssebut. Ketahanan aus akan bertambah dengan meningkatnya harga kekerasan material. Sebelum melakukan pengujian, terlebih dahulu menyiapkan alat uji dengan memanfaatkan putaran mesin amplas. Pertama yang dilakukan adalah mengkalibrasi pipa besi berukuran Ø 80mm yang bertujuan memberi pembebanan pada benda uji sebesar 500 gr yang sebelumnya dihubungkan dengan dudukan benda uji (holder) dengan cara dilas, kemudian sebagai porosnya pipa tersebut dihubungkan dengan kedua pipa berukuran Ø 25mm dengan menyambungkan pipa tersebut dengan suatu pelat besi yang bertujuan sebagai penahan. Alat Uji Abrasif P = 500gr T = 0,5 menit = 30 detik Rpm = 500 W = w (awal) w (akhir) Keausan abrasif (gr/m) = W Kel lingkar x rpm Dimana : W = Kehilangan berat (gr) W = Berat benda uji P = Pembebanan (gr) T = Waktu (menit)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Tarik dan Elongasi Hasil pengujian tarik KML dari paduan matriks Al-4,5%Cu-4%Mg dan material komposit matriks Al-4,5%Cu-4%Mg + 10%SiC Tabel Data hasil pengujian kekuatan tarik Grafik Pengaruh waktu Aging terhadap nilai Regangan pada temperatur Aging 100 dan 200 o C 4.1 Hasil Pengujian Kekerasan Brinell Hasil pengujian kekerasan brinell KML dari paduan matriks Al-4,5%Cu-4%Mg dan material komposit matriks Al- 4,5%Cu-4%Mg + 10%SiC. Tabel Hasil Uji Kekerasan Paduan Al- 4.5%Cu-4%Mg dan material KML Grafik Pengaruh waktu Aging terhadap nilai Kekuatan Tarik pada temperatur Aging 100 dan 200 o C

Grafik Pengaruh waktu Aging terhadap nilai Kekerasan pada temperatur Aging 100 dan 200 o C Grafik Pengaruh waktu Aging terhadap nilai Keausan Abrasif pada temperatur Aging 100 dan 200 o C Hasil Pengujian Abrasif Hasil pengujian abrasif pada paduan Al- 4,5%Cu-4%Mg yang telah dilakukan perlakuan panas. Tabel Hasil Pengujian Abrasif pada paduan Al-4,5%Cu-4%Mg+10%SiC Hasil Pengamatan Struktur Mikro Struktur Mikro Paduan Matriks Al- 4,5%Cu-4%Mg Gambar Struktur mikro paduan matriks dengan kode sampel A-1 (0%SiC). Etsa : Keller Reagent. Pembesaran 200x

Gambar Struktur mikro paduan matriks dengan kode sampel B-1 (0%SiC). Etsa : Keller Reagent. Pembesaran 200x Gambar Struktur mikro paduan matriks dengan kode sampel B-10 (0%SiC). Etsa : Keller Reagent. Pembesaran 200x Gambar Struktur mikro paduan matriks dengan kode sampel A-10 (0%SiC). Etsa : Keller Reagent. Pembesaran 200x Gambar Struktur mikro paduan matriks dengan kode sampel A-24 (0%SiC). Etsa : Keller Reagent. Pembesaran 200x

Gambar Struktur mikro paduan matriks dengan kode sampel B-24 (0%SiC). Etsa : Keller Reagent. Pembesaran 200x Gambar Struktur mikro material KML dengan kode sampel B-1 (10%SiC). Etsa : Keller Reagent. Pembesaran 200x Struktur Mikro Material KML dengan Penguat Partikel SiC Gambar Struktur mikro material KML dengan kode sampel A-1 (10%SiC). Etsa : Keller Reagent. Pembesaran 200x Gambar Struktur mikro material KML dengan kode sampel A-10 (10%SiC). Etsa : Keller Reagent. Pembesaran 200x

Gambar Struktur mikro material KML dengan kode sampel B-10 (10%SiC). Etsa : Keller Reagent. Pembesaran 200x Gambar Struktur mikro material KML dengan kode sampel B-24 (10%SiC). Etsa : Keller Reagent. Pembesaran 200x KESIMPULAN DAN SARAN Dari penelitian yang dilakukan dan hasil yang diperoleh maka didapat kesimpulan dan saran sebagai berikut : Gambar Struktur mikro material KML dengan kode sampel A-24 (10%SiC). Etsa : Keller Reagent. Pembesaran 200x Kesimpulan Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian yang telah dilakukan adalah : 1. Pada proses perlakuan panas dan penuaan aging untuk komposit matrik logam paduan Al-4,5%Cu-4%Mg dengan penguat 10% SiC diperoleh nilai kekerasan maksimum yang

tertinggi sebesar 158,4 HB, kehilangan berat minimum sebesar 0,46 gr/m dan tegangan tarik maksimum sebesar 157,5 N/mm 2. Dan untuk nilai kekerasan maksimum yang terendah berada pada komposit matrik logam tanpa penguat sebesar 103,7 HB, kehilangan berat maksimum sebesar 7,4 gr/m dan tegangan tarik minimum sebesar 60 N/mm 2. 2. Pengaruh temperatur aging dari 100 o C hingga 200 o C pada material KML dapat meningkatkan sifat mekanik terutama pada nilai kekuatan tarik dan kekerasan. Sedangkan pengaruh waktu aging dari 1 jam hingga 24 jam dapat menurunkan kekuatan tariknya walaupun nilai kekerasannya meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa proses solution heat treatment pada material KML matriks paduan Al-4,5%Cu-4%Mg dengan penguat partikel SiC lebih optimal pada temperatur aging 200 o C dengan waktu aging 10 jam. Saran Beberapa saran yang dapat diberikan setelah melakukan penelitian material matrik komposit adalah : 1. Proses perlakuan panas pada material KML perlu di jaga kestabilan komposisi kimia agar tetap di fasa α. 2. Sebelum melakukan proses perlakuan panas pada KML sebaiknya perlu menentukan waktu dan temperatur penahanan aging. DAFTAR PUSTAKA 1. B. Romiyarso, Toni., Komposit Matrik Logam untuk Bahan Mobil, Seminar Material Metalurgi, Serpong, 2005. 2. Prosiding, Study Kemampuan Basah dan Pengaruh Reaksi Antar Muka Matrik Logam (Paduan Al) Dengan Material Penguatnya (SiC dan Al 2 O 3 ) pada pembuatan KML. 3. Lawrence H. Van Vlack, Ilmu dan Teknologi Bahan, terjemahan Sriati Djaprie, Erlangga, Jakarta, 1985.

4. Hartono A.J., Komposit Metal, Andy offset, Yogyakarta, 1992. 5. Smallman, R.E.,. Bishop, R.J., Metalurgi Fisik Modern & Rekayasa Material, terjemahan Bustanul Arifin dan Myrna, edisi Keenam, Erlangga, Jakarta,2000. 6. Van Vliet G.L.J Both W, Bahan- Bahan, terjemahan Haroen, edisi I, Erlangga, Jakarta. 7. Davis, J.R., Aluminum and Aluminum Alloys, Ohio: ASM International Handbook Comitee, 1993. 8. DeGarmo, E. Paul Materials and Processes in Manufacturing, United State of America : Prentice Hall, 1997. 9. Laboratorium Teknik Mesin Lanjut, Material Teknik dan Pengecoran Logam, Pengujian Logam, Universitas Gunadarma, Jakarta, 2008. 10. Niemann, G., Elemin Mesin, terjemahan Anton budiman dan Bambang priambodo, edisi kedua. Erlangga, 1999. 11. Harsono W. dan Toshie O. Teknologi Pengelasan Logam, terjemahan Harsono Wiryo Sumarto, PT. Pradnya Paramita, Jakarta. 12. ASTM Annual Book Volume 02, 2000. 13. Situs internet : http://www.beaufortpublishing.com 26 November 2008