BAB III DESKRIPSI PROYEK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III DESKRIPSI PROYEK

BAB V KONSEP. Tabel Pemintakatan Tapak No Zona Nama Bangunan Besaran (%) 1 Publik Bangunan Utama Pedodonti Area parkir

BAB III DESKRIPSI PROYEK

2015 RUMAH SAKIT KHUSUS GIGI DAN MULUT KELAS ADI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Penduduk dan Angka Beban Tanggungan Menurut Kelompok Usia

TERMINAL TIPE A KOTA BANDUNG

BAB III DESKRIPSI PROYEK. : Relokasi Pasar Astana Anyar Pasar Festival. : PD Pasar Bermartabat Kota Bandung. : Jl. Astana Anyar

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

03 PEMBAHASAN PERSOALAN DESAIN

BAB III: DATA DAN ANALISA

2. Bagi keluarga pasien dan pegunjung Tenang dan percaya akan kemampuan rumah sakit dalam menangani pasien yang menyatakan tersirat dalam interiornya.

BAB II TINJAUAN PROYEK Tinjauan Umum : Pusat Rehabilitasi Medik Tema Arsitektur : Healing Architecture

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

PERANCANGAN INTERIOR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK HERMINA DI JAKARTA BARAT PAPER TUGAS AKHIR. Oleh: Siswanti Asri Trisnanih ( ) 08 PAC

BAB V KONSEP PERANCANGAN

Tugas Akhir 138 Rumah Sakit Gigi dan Mulut di Semarang BAB I PENDAHULUAN

2015 RUMAH SAKIT KHUSUS GIGI DAN MULUT KELAS ADI KOTA BANDUNG

TERMINAL PENUMPANG ANGKUTAN LAUT DI TAHUNA (Arsitektur Perilaku)

Fasilitas Rumah Duka di Surabaya

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN

Teknik sampel yang dipakai adalah teknik pengambilan contoh atau sampel kasus

BAB III DESKRIPSI PROYEK. : Museum Perjuangan Rakyat Indonesia

Bab IV. Konsep Perancangan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN UCAPAN TERIMA KASIH ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR DIAGRAM DAFTAR LAMPIRAN

BAB II ANALISIS TAPAK. mengatakan metoda ini sebagai Metoda Tulang Ikan. Pada kegiatan Analisa, Dosen

BAB III DESKRIPSI PROYEK. : Pusat Rehabilitasi Korban Penyalahgunaan NARKOBA Pria : Arsitektur Perilaku

RENCANA PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN RUANG TERBUKA, SERTA PRASARANA DAN SARANA UMUM

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB.IV. KONSEP DESAIN. IV.1 Tema Perancangan Tema Perancangan Proyek medical spa ini adalah, Refreshing, Relaxing and Theurapetic,

BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rancangan

BAB III TINJAUAN TEMA

BAB IV KONSEP PERANCANGAN. Tema Healing Environment tidak hanya diterapkan pada desain bagian luar

BAB III METODE PERANCANGAN

Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Rumah Sakit Umum Daerah Jakarta Selatan BAB II: STUDI Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA)

BAB III DESKRIPSI PROYEK. : Bandung Technological Park. : Jl. Rancanumpang, Gedebage. Luas Lahan Perancangan

Penerapan Healing Architecture dalam Desain Rumah Sakit

BAB IV ANALISA TAPAK

2015 RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG

BAB III METODE PERANCANGAN. dalam mengembangkan ide sebuah rancangan. Langkah-langkah ini meliputi

fungsional, pendekatan kontekstual, pendekatan aspek pencitraan, pendekatan aspek teknis dan kinerja, serta pendekatan lokasi dan tapak.

-BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pembangunan Geodatabase Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit kanker. Penyakit kanker merupakan penyakit yang menyerang sistem kerja

BAB V HASIL RANCANGAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang

Gambar 5. 1 Citra ruang 1 Gambar 5. 2 Citra ruang 2 2. Lounge Lounge merupakan salah satu area dimana pengunjung dapat bersantai dan bersosialisasi de

BAB IV KONSEP PERANCANGAN. Bagan 4.1 Kerangka Berpikir Konsep

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Interior

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Kesehatan Di Rumah Sakit

KAWASAN WISATA BUNGA KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. kesulitan dalam menggunakan panca indera, muncul berbagai penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. pemakaian energi karena sumbernya telah menipis. Krisis lingkungan sangat mempengaruhi disiplin arsitektur di setiap

BAB I PENDAHULUAN. tempat ini ramai dikunjung oleh wisatawan baik dari dalam maupun dari luar

arsitektur fakultas teknik sipil dan perencanaan

BAB V I KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dari permasalahan Keberadaan buaya di Indonesia semakin hari semakin

BAB II DESKRIPSI PROYEK

PENDAHULUAN BAB I. Latar Belakang. Kota Jakarta, ibukota negara sekaligus sebagai pusat ekonomi dan pusat

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 SRIWIJAYA ARCHAEOLOGY MUSEUM

BAB I PENDAHULUAN. LATAR BELAKANG Latar Belakang Judul Proyek

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG

ELEMEN FISIK PERANCANGAN ARSITEKTUR KOTA

STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR I DESTI RAHMIATI, ST, MT

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR DIAGRAM...

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODELOGI PERANCANGAN. Dalam Perancangan Hotel Resort Wisata Organik ini terdapat kerangka

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar belakang

Bab III. Analisis. Aktivitas yang Dilakukan Ruang 1. Pengunjung. duduk & membaca. mengambil kembali tas & jaket. membeli. makan


FORM INSPEKSI. f. Issue Lingkungan : Air/ Udara/ Bunyi/ Keterangan : g. Analisis Resiko : Banjir/ Kebakaran/ Longsor/ Keamanan/

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Pusat Perawatan Hewan Peliharaan

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BELAWAN INTERNATIONAL PORT PASSANGER TERMINAL 2012 BAB I. PENDAHULUAN

Transkripsi:

31 BAB III DESKRIPSI PROYEK A. Gambaran Umum Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut yang akan direncanakan dan dirancang adalah Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut Kelas A yang akan menampung pasien rujukan dari seluruh pelosok Jawa Barat dan khususnya memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut untuk masyarakat Kota Bandung. Gambar 3. 1. Lokasi Sumber: data pribadi Judul Proyek Kelas Lokasi Kepemilikkan Sumber Dana Jenis Proyek : Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut : Rumah Sakit Khusus Kelas A : Jalan BKR Jalan Mohammad Toha, Regol, Bandung : Swasta : Swasta : Fiktif

32 B. Analisis Pemilihan Lokasi Berdasarkan hasil studi literatur dan studi banding yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut memiliki beberapa kriteria lokasi, yaitu: 1. Terletak pada wilayah yang belum memiliki Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut. Persebaran Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut sangatlah penting untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Kota Bandung. Selain itu, persebaran sangat penting untuk meningkatkan kecepatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. 2. Terletak pada wilayah dengan kepadatan penduduk yang sesuai. Kependudukan yang sesuai yang dimaksud adalah kependudukan yang tidak terlalu padat, namun masih cukup tinggi jumlah penduduknya sehingga dapat memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada wilayah yang paling membutuhkan. Sesuai dengan Pedoman Teknis Sarana, Prasarana Rumah Sakit Kelas B, yang menyebutkan bahwa rumah sakit harus terletak pada daerah yang memiliki persebaran penduduk yang tidak terlalu padat untuk mencegah munculnya penyebaran penyakit pada bangunan rumah sakit dari lingkungan di sekitar tapak. 3. Mudah diakses baik dari dalam maupun luar kota. Rumah sakit khusus kelas A memiliki fungsi sebagai rujukan tertinggi, oleh karena itu akses yang mudah dari dalam maupun luar kota sangatlah penting agar dapat memudahkan pencapaian ke lokasi. Kemudahan diakses dapat dilihat dari letak lokasi terhadap fasilitas transportasi seperti akses pintu tol, terminal, stasiun dan akses dari bandara. 4. Terletak pada kawasan dengan resiko bencana yang relatif rendah. Rumah sakit berisi pasien atau orang sakit dan manusia dengan kondisi yang sedang tidak sempurna sehingga lokasi harus terletak pada area yang aman dari bencana untuk meminimalisir keperluan evakuasi

33 pada saat-saat tertentu. Bencana yang dimaksud adalah bencana banjir dan tanah longsor. Berdasarkan kriteria lokasi di atas, berikut analisis lokasi untuk Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut dengan skala peniliaian 0-10: Tabel 3. 1. Analisis Pemilihan Wilayah No Kriteria 1 2 3 4 5 6 7 8 1 Kepadatan 9 9 5.9 9.2 5.6 2.7 5.6 5.6 Penduduk 2 Resiko Bencana 8.6 6.4 7.2 8 8 8 4.8 8 Rendah 3 Pencapaian 8.5 5.5 5 8 5.5 5 5 5 4 Tidak Memiliki 10 0 10 10 10 10 10 10 RSGM 5 Tidak Memiliki RSGM Pendidikan 0 0 10 10 10 10 10 10 TOTAL 36.8 21.5 38.1 45.2 39.1 35.7 35.4 38.6 (Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Bandung Keterangan: 1 : SWK Bojonagara 5: SWK Kordon 2 : SWK Cibeunying 6: SWK Gedebage 3 : SWK Tegallega 7: SWK Ujung Berung 4 : SWK Karees 8: SWK Arcamanik Berdasarkan hasil analisis di atas diperoleh Sub Wilayah Kota Karees sebagai wilayah yang sesuai untuk Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut. Tahapan selanjutnya adalah penentuan lokasi di Sub Wilayah Kota Karees tersebut. Peruntukkan lahan jasa terletak di sepanjang jalan arteri yang terdapat di Wilayah Karees. Dari lahan yang ada terpilih tiga lokasi yang dianggap paling sesuai dengan kriteria yang ada. Lahan yang pertama terletak di Jalan BKR-Jalan Mochammad Toha, yang kedua terletak di Jalan BKR- Jalan Buah Batu dan yang terakhir terletak di Jalan Pelajar Pejuang-Jalan Talaga Bodas.Untuk mempermudah proses pemilihan, penulis mengacu kepada Peta Rencana Pola Tata Ruang Kota Bandung tahun 2011-2031. Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut ini merupakan bagian dari jasa, sehingga peruntukkan lahan jasa di Wilayah Karees adalah sebagai berikut:

34 3 1 2 Gambar 3. 2. Alternatif Lokasi Sumber: Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung Tabel 3. 2. Analisis Pemilihan Lokasi No Kriteria 1 2 3 1 Peruntukkan Lahan 10 10 10 2 Kepadatan Penduduk 9 9.5 6 3 Pencapaian 8 6 7 4 Luas Lahan 9 9 9 TOTAL 36 34.5 32 (Sumber : Analisis Penulis, 2015) Berdasarkan hasil analisis penulis, diputuskan bahwa lokasi 1, merupakan lokasi yang paling cocok untuk dijadikan sebagai lokasi Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut Kelas A di Kota Bandung. Berikut penjabaran lokasi-lokasi yang dijadikan pilihan lokasi.

35 1. Lokasi 1 U Gambar 3. 3. Lokasi 1 (Sumber : Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung) Lokasi ini terletak di antara persimpangan Jalan Mochammad Toha dan Jalan BKR. Lokasi ini sangat mudah diakses dari dalam kota karena terletak pada lingkar selatan Kota Bandung yang saling terhubung dengan daerah lain. Selain itu, lokasi berada dekat dengan beberapa pintu tol yang menghubungkan Bandung dengan kota-kota lain.

36 2. Lokasi 2 Gambar 3. 4. Lokasi 2 (Sumber : Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung) Lokasi yang terdapat pada jalan BKR ini terletak di samping Sungai Cikapundung. Lokasi ini berada dekat dengan persimpangan Buah Batu yang dimana memiliki akses yang mudah dan relatif lebih dekat dengan pusat kota. Lokasi ini dijadikan sebagai pilihan karena kemudahan akses serta lokasi berdekatan dan bersinggungan dengan dua jalan arteri kota sehingga memudahkan akses ke lokasi.

37 3. Lokasi 3 Gambar 3. 5. Lokasi 3 (Sumber : Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung) Lokasi 3 terletak di Jalan Lodaya dan Jalan Pelajar Pejuang. Lokasi ini dijadikan sebagai pilihan karena terletak dekat dengan dua jalan arteri sehingga mudah diakses. Selain itu lokasi ini berdekatan dengan Rumah Sakit Muhammadiyah sehingga memungkinkan fungsi rujukan menjadi lebih mudah.

38 Lokasi yang terpilih: U Gambar 3. 6. Lokasi Terpilih Sumber: data pribadi C. Rona Lingkungan Luas Lahan KDB KLB : 3.18 Ha : 70% = 70% x 3,18 Ha = 2.26 Ha : 5,6 = 5,6 x 3.18 Ha = 17.808 Ha GSB : Jalan BKR 15 meter Jalan Mochammad Toha Jalan Mochammad Toha Dalam Jalan Samsudin 10 meter 4 meter 5 meter

39 Situasi Sekitar Tapak : Utara : Jalan Mochammad Toha Dalam, Pemukiman warga Gambar 3. 7. Batas Utara Tapak Sumber: dokumentasi pribadi Barat : Jalan Mochammad Toha, Taman Konservasi Tegalega Gambar 3. 8. Situasi Barat Tapak Sumber: dokumentasi pribadi

40 Timur : Jalan Samsudin, pemukiman warga Gambar 3. 9. Situasi Timur Tapak Sumber: dokumentasi pribadi Selatan : Jalan BKR, Kantor PT.Inti Gambar 3. 10. Situasi Selatan Tapak Sumber: dokumentasi pribadi

41 D. Elaborasi Tema 1. Latar Belakang Pemilihan Tema Permasalahan yang diangkat terfokus pada kondisi saat ini yang dimana pelayanan kesehatan belum memberikan kesehatan yang menyeluruh pada pasiennya terutama pada bagian psikologis pasien. Hal ini sangat berpengaruh karena pasien Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut memiliki perilaku tertentu yang harus ditanggapi untuk menciptakan lingkungan yang menyenangkan. Oleh karena itu, tema yang dipilih adalah aristektur perilaku terutama pada kajian wellbeing architecture. Berikut adalah gambaran umum latar belakang tema yang diangkat: Diagram 3. 1. Diagram Pemilihan Tema Sumber: analisis penulis 2. Pengertian Tema Kepuasan pasien merupakan tujuan utama yang ingin diraih oleh seluruh Rumah Sakit termasuk Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut. Sehingga dalam perancangan Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut dapat disimpulkan bahwa perancangan harus menitikberatkan terhadap terbentuknya Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut yang dapat

42 memberikan kepuasan kepada pasien. Sehingga perilaku pasien diangkat menjadi tema dalam perancangan Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut ini untuk dapat memenuhi tujuan utama dari Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut itu sendiri. Dalam Arsitektur Berwawasan Perilaku (Behaviorisme) yang disusun oleh Anthonius N. Tandal dan I. Pingkan P. Egam menyebutkan bahwa lingkungan dapat mempengaruhi manusia secara psikologi dan perilaku. Adapun hubungan antara lingkungan dan perilaku adalah sebagai berikut : a. Lingkungan dapat mempengaruhi perilaku lingkungan fisik dapat membatasi apa yang dilakukan manusia. b. Lingkungan mengundang atau mendatangkan perilaku lingkungan fisik dapat menentukan bagaimana kita harus bertindak. c. Lingkungan membentuk kepribadian. d. Lingkungan akan mempengaruhi citra diri. Gambar 3. 11. Pembentuk Psikologi Manusia Sumber: Architecture and Human Behavior: The Place of Environment-Behavior Studies in Architeture, Gary T. Moore

43 3. Implementasi Tema Diagram 3. 2. Implementasi Tema pada Konsep Sumber: analisis penulis Menurut Roger Ulrich dalam Effect of Interior Design on Wellness : Theory and Recent Scientific Research menyebutkan bahwa kesehatan pasien sangat dipengaruhi oleh lingkungannya. Menurutnya lingkungan yang ada pada kawasan rumah sakit haruslah menjadi pengalih perhatian yang positif bagi pasien. Pengalih perhatian yang positif juga dapat disertai dengan pengurangan stressor yang muncul dari lingkungan rumah sakit. Stressor yang muncul pada lingkungan rumah sakit di antaranya kebisingan, minimnya privasi, merasa terawasi, ruangan yang sempit dan memberi kesan menekan pada pasien. Hal- hal tersebut harus dihindari agar memberikan kenyamanan bagi pasien. Ulrich juga menyebutkan bahwa saat ini kesehatan fisik bukan hanya penentu kesehatan seseorang, namun kesehatan dari psikologi atau rasa tenang dan nyaman pasien juga dapat menjadi faktor penentu kesehatan secara keseluruhan. Rumah sakit yang baik adalah rumah sakit yang tidak hanya memberikan pelayanan kesehatan pada fisik pasien, namun juga pada psikis pasien. Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi psikologi pasien dalam rumah sakit menurut Ulrich dalam Effects of Healthcare Environmental Design on Medical Outcomes: 1. Kebisingan. Kebisingan yang ada di rumah sakit (baik dari peralatan maupun dari luar) menimbulkan rasa kesal pada pasien dan stress pada pegawai. Sehingga akustik pada ruangan harus sangat diperhatikan. 2. Ada atau tidaknya jendela.

44 Leather (1997) menyebutkan bahwa pasien yang memiliki akses pandangan langsung ke luar dapat memiliki kecepatan proses penyembuhan yang lebih baik. Sementara untuk karyawan sendiri, akses pandangan langsung keluar dapat mengurangi stress dan meningkatkan performa pekerjaan. 3. Pencahayaan langsung. Penelititan yang dilakukan oleh Beauchemin (1996) and Hays (1998) menunjukkan bahwa pencahayaan langsung dapat berefek positif bagi kesehatan pasien dibandingkan dengan pasien yang tidak mendapatkan pencahayaan langsung. 4. Penggunaan material. Material yang lebih lembut (terkesan lembut) seperti penggunaan karpet pada lantai dibandingkan dengan vinil menunjukkan bahwa dapat menghasilkan ruangan yang lebih nyaman dan menunjukkan waktu kunjungan yang menjadi relatif lebih lama. 5. Ruang inap (gabungan dan tunggal). Penelitian menunjukkan bahwa ruang inap yang diisi lebih dari satu orang menunjukkan performa kesehatan pasien yang jauh lebih baik dibanding dengan pasien rawat inap yang sendiri. 6. Penataan furnitur. Penataan furnitur yang terdiri dari grup-grup kecil dapat meningkatkan interaksi sosial pengguna di rumah sakit. Grup-grup kecil yang ada terdiri dari furniture yang dapat dipindahkan sesuai dengan kebutuhan pengguna sehingga menghasilkan ruang yang fleksibel dan tidak kaku. 7. Dan lain-lain. Selain hal yang telah disebutkan di atas, terdapat hal-hal lain yang mempengaruhi lingkungan rumah sakit dan terhadap penggunanya. Diantaranya kualitas udara, terdapat atau tidaknya musik dan hasil seni, dll.

45 4. Konsep Tema pada Desain Arsitektur perilaku dalam proses perancangan Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut Kelas A di Kota Bandung menekankan pada tercapainya kesehatan pasien secara menyeluruh baik kesehatan fisik dan psikisnya sehingga acuan yang disebutkan di atas dijadikan sebagai landasan perancangan. Dalam perancangan Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut ini permasalahan yang berusaha diselesaikan fokus pada kondisi psikis pasien yang memiliki kecemasan yang tinggi sehingga stressor yang ada dalam lingkungan rumah sakit sebisa mungkin harus ditekan. Berdasarkan pemaparan Ulrich, berikut adalah aplikasi tema pada desain: a. Kebisingan 2) Kebisingan yang timbul dari dalam rumah sakit sebagian besar muncul dari alat bor gigi yang mengeluarkan desingan, sehingga suara ini harus ditekan kebisingannya melalui penggunaan dinding dan plafond akustik. Melalui penggunaan akustik pada ruang periksa, kebisingan yang ditimbulkan dari alat dapat ditekan. 3) Kebisingan dari arah jalan atau dari luar dapat diatasi melalui penggunaan buffer pada kawasan untuk meredam bunyi. Buffer yang digunakan dapat berupa deretan vegetasi sehingga dapat menghalau bunyi. b. Terdapat jendela. Bukaan langsung yang menghubungkan bangunan dengan lingkungan ditempatkan pada area ruang tunggu untuk menimbulkan pengalih perhatian yang bersifat positif. Selain itu buffer vegetasi yang digunakan dalam menghalau kebisingan dapat menjadi pemandangan alami yang baik bagi pasien dan karyawan. c. Terdapatnya pencahayaan langsung. Pencahayaan langsung yang terdapat di dalam bangunan juga dapat terhubung langsung dengan jendela. Pencahayaan langsung

46 sebaiknya diletakkan pada ruangan yang memiliki kegiatan atau aktivitas yang memiliki waktu lama seperti kegiatan menunggu dan juga ruang istirahat karyawan. d. Penggunaan material Material yang digunakan sebisa mungkin menghindari kesan tajam atau keras. Oleh karena itu material pada bagian interior khususnya menggunakan kayu untuk menimbulkan kesan alami pada ruang dan menghindari kesan kaku pada rumah sakit. e. Ruang Inap Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut memiliki tipologi yang berbeda dengan rumah sakit lain sehingga jumlah ruang inap yang ada tidaklah terlalu banyak. Namun, ruang inap tersebut bila digunakan dapat disimpulkan bahwa penderita atau pasiennya memiliki penyakit yang cukup parah sehingga ruangan yang dirancang tetap harus mendukung proses penyembuhan pasien. Ruang rawat inap sendiri terdiri dari beberapa kasur dan terdapat ruang bersama pasien untuk tetap menjaga interaksi sosial pasien. f. Penataan Furnitur Furnitur yang terdapat pada ruang-ruang bersama bersifat fleksibel dan mudah diatur untuk menghilangkan kekakuan ruang. Melalui penggunaan furnitur yang dapat dipindahkan dapat menghasilkan ruang yang lebih dinamis dan pengguna dapat menyesuaikan furniture sesuai dengan kebutuhan aktivitasnya yang beragam. Berbagai penerapan tema pada desain diharapkan dapat meredam kecemasan dental yang dimiliki pasien maupun stress yang dimiliki pegawainya sehingga dapat tercipta lingkungan Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut yang menyenangkan.