// Kajian Ketangguhan Aceh Pasca Tahun Tsunami (Kerjasama Badan Penanggulangan Bencana Aceh/BPBA dan TDMRC Unsyiah) Syamsidik Tsunami and Disaster Migaon Research Center (TDMRC) Universitas Syiah Kuala Email: syamsidik@tdmrc.org Outline Presentasi Dampak tsunami terhadap masyarakat Aceh Proses Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pembangunan Transformasi Instusional Penanggulangan Bencana di Aceh Kajian persepsi kesiapan Pemerintah Aceh terhadap Bencana Gempabumi dan Tsunami Dampak Tsunami Terhadap Masyarakat Aceh Gempa dengan kekuatan 9.Mw yang berpusat di sekitar pantai Barat Aceh dan Barat laut Pulau Simeulue mengakibatkan. jiwa meninggal dunia dan Negara di sekitar Samudera Hindia terkena dampak. Aceh merupakan wilayah yang terdampak paling parah dari periswa tersebut. Seperga dari korban adalah anak- anak. Terjadi kedakefekfan roda pemerintahan dan pelayanan terhadap masyarakat pasca tsunami. Kondisi tersebut berlangsung antara - bulan setelah tsunami. Diperkirakan kerugian yang mbul akibat bencana ini adalah sekitar Rp Trilliun. Proses Rehabilitasi dan Rekonstruksi Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Aceh Nias dibentuk pada April yang secara spesifik ditugaskan untuk melakukan dan mengkoordinir proses rehab- rekon di Aceh dan Nias pasca tsunami. Ada 6 lembaga donor dan 6 lembaga pelaksana yang terlibat. Ada sekitar. jenis proyek Rehab Rekon di Aceh dan Nias dengan berbagai skala dan pe kegiatan diselenggarakan dalam kurun waktu.
// Pertanyaan- Pertanyaan Kunci Apakah setelah tahun tsunami Aceh menjadi lebih baik dari aspek kesiapsiagaan? Bagaimana integrasi program Peningkatan Kesiapsiagaan dan Kapasitas terhadap Gempabumi dan Tsunami di Aceh? Apakah persepsi terhadap risiko tsunami telah berubah? Apakah tataruang di Aceh telah mengintegrasikan upaya migasi bencana tsunami? Periswa Gempa April Gempa kembar, 8.6 dan 8.Mw yang terjadi pada tanggal April terjadi di sekitar barat dari Pulau Simeulue. Gempabumi ini menciptakan suasana panik dan memicu arahan evakuasi kepada penduduk yang nggal di kawasan pantai. Secara magnitud gempa, Gempabumi ini adalah gempa yang dapat menyebabkan tsunami. Namun, jika dilik dari mekanisme fokal dan lokasi periswanya, gempa tersebut dak lazim menghasilkan tsunami besar. Gempabumi ini adalah uji terhadap beberapa sistem kedaruratan yang selama ini dibangun sejak tahun. Rangkuman Hasil Kajian Periswa Gempabumi April Mengapa Perlu Kesiapsiagaan Psikologis? Aspek Masyarakat Respons masyarakat pada situasi darurat relaf baik, jika dibandingkan dg tahun. Kepanikan tetap terlihat di beberapa kawasan. Evakuasi penduduk berjalan meskipun beberapa tempat terjadi kemacetan. Tidak ada korban jiwa langsung dari periswa tersebut Aspek Pemerintah Aceh Pemerintah segera melakukan pengaturan evakuasi penduduk. Akvasi tower sirene secara keseluruhan masih gagal. Koordinasi di ngkat pemerintah berlangsung dengan baik dan relaf cepat. Perlu kesiapsiagaan psikologis Membantu memunculkan persepsi risiko (risk-perception) yang tepat, sehingga tidak mengalami false-perception Meningkatkan self-protection mechanism/ protective behavior Membantu meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan (decision making) yang tepat dan tidak emosional
// Dampak dari Ketidaksiapsiagaan Psikologis BELAJAR DARI ACEH (Hasil FGD Kajian Pemulihan pasca tahun Tsunami TDMRC Unsyiah Kobe University) Munculnya false perception, yaitu kesalahan persepsi terhadap situasi bahaya Munculnya sense of safety, yaitu merasa berada dalam situasi aman, padahal sebetulnya dalam bahaya Munculnya delayed response, yaitu respon yang terlambat pada saat situasi bahaya Awareness Risk Knowledge Physical Preparedness Kesadaran ttg bencana, bhw bencana dapat terjadi kapan saja Pentingnya menyisipkan isuisu ttg kebencanaan dlm sendi-sendi kehidupan seharihari, eg. Kami menyisipkan edukasi-edukasi kebencanaan pada saat ceramah keagamaan. Pentingnya pengetahuan ttg kebencanaan Pentingnya kekompakan dan kebersamaan masyarakat dalam menghadapi bencana Masyarakat mulai terbuka wawasan mengenai lingkungan tempat tinggalnya, kondisi geografis Aceh, pengalaman kegempaan & tsunami yang pernah terjadi, serta bahaya dan risiko tinggal di wilayah yg dekat pantai Berdirinya bangunanbangunan penyelamatan (escape building), jalur-jalur evakuasi, drill dan latihan ttg gempa & tsunami, Sekolah Seiaga Bencana (SSB) Psychological Preparedness Masyarakat pada umumnya masih mudah merasa takut bahkan panik manakala gempa terjadi. Jadi, belum ada program psychological preparedness yang dirasakan oleh masyarakat. Pemulihan Fisik Kawasan Pantai 9
// Persepsi Aparatur Pemerintah Aceh () (perbandingan sebelum dan ) SPDT dan Tataruang Very Good.. Before Present Good.. Fair. Before tsunami Present.. Bad.. Very Bad Tsunami EWS Tsunami Migaon Based Spaal Planning. Quality and Disaster Data Accessibility Disaster Informaon Openness The use of risk Map Tsunami risk understanding..... Integrasi ke dalam kebijakan dan kerjasama antar lembaga Integraon of DRR into government Program Instuonal Preparedness towards EQ and Tsunami Instuonal Readiness for Emergency Very Good Good Fair Bad Very Bad Inter- Instuonal Coordinaon on DM Overall Local Government Readiness towards EQ and Tsunami All DRR efforts by Districts, Provincial and Naonal levels. Lembaga pemerintah didukung oleh relawan dalam praktek PB Sangat Setuju Setuju Ragu- ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Tidak Menjawab. Lahan- lahan evakuasi / simulasi bencana telah dilakukan. Keberadaan Lembaga Khusus PB 8 6. Pemangku kebijakan paham metode dan pengetahuan PRB. Rencana konjensi untuk potensi bencana di ngkat daerah 8 6. Prosedur tetap telah disusun sebagai turunan dari Rencana konjensi Persepsi terhadap Evaluasi Pencapaian HFA Prioritas : Memperkuat kesiapsiagaan terhadap bencana demi respon yang efektif di semua tingkat Analisa Data hasil kuesioner yang disebarkan kepada responden yang terdiri dari unsur pemerintah, LSM dan Media. Kapasitas teknis personil lembaga PB meningkat % menjawab Ragu- Ragu bahwa pemangku kebijakan paham metode dan pengetahuan PRB. Upaya penangan darurat dilaksanakan berdasarkan rencana konjensi dan rencana pemulihan bencana INDIKATOR I: Tersedianya kebijakan, kapasitas teknis dan kelembagaan serta mekanisme penanggulangan risiko bencana yang kuat dengan perspektif pengurangan risiko bencana. INDIKATOR II: Tersedianya rencana kesiapsiagaan bencana dan rencana antisipasi yang siap di semua jenjang
// INDIKATOR III: Tersedianya cadangan inansial dan logistik serta mekanisme antisipasi yang siap untuk mendukung upaya penanganan darurat yang efektif dan pemulihan pasca bencana.. Adanya kelompok komunitas yang berparsipasi dalam memberikan informasi kepada masyarakat saat terjadi bencana. Rencana untuk pelaksanaan pemulihan wilayah setelah terjadi bencana telah disusun 6. Anggaran darurat telah dikembangkan demi menjamin keberlanjutan kehidupan korban bencana 6. Kebijakan mengenai prosedur pertukaran informasi saat darurat bencana telah disusun 8. Penyampianan informasi darurat kepada masyarakat secara cepat dan akurat telah dilakukan. Anggaran khusus untuk pemulihan pasca bencana terhadap aset vital telah dialokasikan INDIKATOR IV: Tersedianya prosedur- prosedur yang siap untuk melakukan pertukaran informasi yang relevan selama penanganan darurat serta untuk melakukan tinjauan- tinjauan pasca bencana.. Prosedur informasi dan komunikasi darurat saat penanganan bencana telah terdokumentasikan dengan baik 8% menjawab Ragu- Ragu bahwa Anggaran Darurat untuk menjamin keberlanjutan hidup korban % menjawab Ragu- Ragu bahwa informasi darurat ke masyarakat dilakukan secara cepat dan akurat % Upaya meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana telah dilakukan 9% % % Sangat Setuju Setuju Ragu- ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju % % 7% 67% Pemerintah dan LSM saling berkoordinasi dan bekerja sama dalam upaya meningkatkan kesiapsiagaan % % Transfer pengetahuan tentang bencana yang berkelanjutan antar generasi. Menanamkan kesadaran pada semua elemen untuk senanasa siaga bencana. Pemberdayaan kelompok masyarakat yang ada agar terlibat akf dalam PRB. Prioritas Upaya Meningkatkan Kesiapsiagaan Masyarakat Parsipasi publik yang mampu mengevaluasi kinerja upaya PB. Pengadaan pengujian sistem peringatan dini yang terpadu dan masif. Hasil FGD, 6 Agustus dihadiri oleh unsur BPBD, BMKG, Dinas Sosial/ Tagana, PMI, Media (Serambi Indonesia, Dja FM), RAPI, Forum PRB Aceh, Yayasan Kesejahteraan Ummat, Balai Syura Inong Aceh, Solidaritas Perempuan Aceh Dukungan kelembagaan Seluruh Daerah TK II telah memiliki BPBD, sebagian besar telah memiliki RPB dan Peta Risiko Bencana. Secara akademik, di seluruh strata S, khususnya di Universitas Syiah Kuala telah diajarkan matakuliah khusus migasi bencana dan Pembangunan Berkelanjutan. Telah adanya program Magister Ilmu Kebencanaan di Universitas Syiah Kuala sebagai persiapan tenaga ahli madya di bidang PB. Adanya Peta Risiko Bencana yang dapat diakses secara online. Kesimpulan dan rekomendasi Aceh telah tumbuh dan berkembang sebagai suatu wilayah dengan perspekf dan cara penanggulangan bencana yang lebih baik. Integrasi PB tsunami dan gempabumi telah berjalan baik, namun perlu terus konsisten memperkuat ngkat keberlanjutannya. Aspek psikologis perlu mendapat perhaan untuk menumbuhkan respon masyarakat yang benar dalam menghadapi situasi darurat. Ujicoba terhadap sistem evakuasi penduduk dan sistem peringatan dini harus senanasa dilakukan dalam kurun waktu tertentu. Meskipun belum sempurna, integrasi upaya migasi bencana gempabumi dan tsunami di Aceh telah cukup baik. Kerjasama antar lembaga pemerintah di Aceh dalam rangka PB perlu mendapat perhaan untuk meningkatkan efekfitas fungsi pemerintah dalam upaya PB.
// Rencana kegiatan- kegiatan terdekat: FGD kajian pemulihan tahun pasca tsunami dari Private Sector ( Oktober ) Annual Internaonal Workshop and Expo on Sumatra Tsunami Disaster Recovery (AIWEST- DR ) - Oktober. Film Dokumenter pemulihan Tahun Tsunami. Kerjasama uji coba sirene tsunami Terimakasih syamsidik@tdmrc.org 6