BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2012

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. dari genus Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin

kematian, terutama pada kelompok yang berisiko tinggi seperti bayi, balita dan

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap ketahanan nasional, resiko Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) pada ibu

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai salah satu negara yang ikut menandatangani deklarasi Millenium

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. lebih dari 2 miliar atau 42% penduduk bumi memiliki resiko terkena malaria. WHO

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria merupakan salah satu penyakit tropik yang disebabkan oleh infeksi

BAB I PENDAHULUAN. Turki dan beberapa Negara Eropa) beresiko terkena penyakit malaria. 1 Malaria

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya perbaikan kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium yang

BAB I PENDAHULUAN. Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. utama, karena mempengaruhi angka kesakitan bayi, balita, dan ibu. melahirkan, serta menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB).

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses terjadinya penyakit terdapat tiga elemen yang saling berperan

BAB 1 PENDAHULUAN. negara khususnya negara-negara berkembang. Berdasarkan laporan The World

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu perhatian global karena kasus malaria yang tinggi dapat berdampak luas

BAB 1 PENDAHULUAN. (Harijanto, 2014). Menurut World Malaria Report 2015, terdapat 212 juta kasus

BAB I PENDAHULUAN. Prioritas pembangunan kesehatan dalam rencana strategis kementerian

BAB I PENDAHULUAN. miliar atau 42% penduduk bumi memiliki risiko terkena malaria. WHO mencatat setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. sering disebut sebagai vektor borne diseases. Vektor adalah Arthropoda atau

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit malaria telah diketahui sejak zaman Yunani. Penyakit malaria

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang tersebar hampir di beberapa Negara tropis dan subtropis saat

PERINGATAN HARI MALARIA SEDUNIA

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir


BAB I PENDAHULUAN. Malaria ditemukan hampir di seluruh bagian dunia, terutama di negaranegara

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG ELIMINASI MALARIA

WALIKOTA LANGSA PERATURAN WALIKOTA LANGSA NOMOR 77 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN ELIMINASI MALARIA DI KOTA LANGSA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Separuh penduduk dunia berisiko tertular malaria karena hidup lebih dari 100

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasil pembangunan kesehatan saat ini adalah derajat kesehatan masyarakat semakin meningkat secara bermakna, namun

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh parasit Protozoa genus Plasmodium dan ditularkan pada

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria yang penularannya melalui

PENGENDALIAN MALARIA DI INDONESIA. Prof dr Tjandra Yoga Aditama Dirjen PP &PL

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh dunia disetiap tahunnya. Penyebaran malaria berbeda-beda dari satu Negara

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia di seluruh dunia setiap tahunnya. Penyebaran malaria berbeda-beda dari satu

Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh TIWIK SUSILOWATI J

Epidemiologi dan aspek parasitologis malaria. Ingrid A. Tirtadjaja Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan parasit Plasmodium yang

BAB I PENDAHULUAN. Malaria merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh parasit protozoa UKDW

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ELIMINASI MALARIA DI PROVINSI BALI

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN WALIKOTA BENGKULU NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KOTA BENGKULU

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit malaria merupakan penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

GAMBARAN CAKUPAN PROGRAM KELAMBUNISASI DALAM MENCEGAH KEJADIAN MALARIA DI DESA TUNGGULO KECAMATAN LIMBOTO BARAT KABUPATEN GORONTALO TAHUN 2012.

SKRIPSI ANALISIS SPASIAL KASUS MALARIA DI KELURAHAN PAYA SEUNARA KECAMATAN SUKAKARYA KOTA SABANG PROPINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM TAHUN 2008

BAB I. PENDAHULUAN. lima hal, atau kombinasi dari beberapa macam penyakit, diantaranya : ISPA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyakit yang harus terus menerus dilakukan pengamatan, monitoring

I. PENDAHULUAN. dan ibu melahirkan serta dapat menurunkan produktivitas tenaga kerja (Dinkes

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang

BAB I PENDAHULUAN. penularan malaria masih ditemukan di 97 negara dan wilayah. Saat ini sekitar 3,3

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 45 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN BADUNG

Gambaran Diagnosis Malaria pada Dua Laboratorium Swasta di Kota Padang Periode Desember 2013 Februari 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUKU SAKU MENUJU ELIMINASI MALARIA DIREKTORAT PPBB, DITJEN PP DAN PL KEMENTERIAN KESEHATAN RI

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah di atas batas normal, hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. serta semakin luas penyebarannya. Penyakit ini ditemukan hampir di seluruh

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, adalah untuk melindungi segenap

BAB 1 PENDAHULUAN. endemik malaria, 31 negara merupakan malaria-high burden countries,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah suatu penyakit menular yang banyak diderita oleh penduduk di daerah tropis dan subtropis,

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional karena upaya memajukan bangsa tidak akan efektif apabila tidak memiliki

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 293/MENKES/SK/IV/2009 TENTANG ELIMINASI MALARIA DI INDONESIA

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang akan memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod Borne Virus, genus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pencapaian tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. kaki gajah, dan di beberapa daerah menyebutnya untut adalah penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Ada empat spesies

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang

menghasilkan output lewat suatu proses (Lababa,2008).

BUPATI POLEWALI MANDAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Malaria merupakan salah satu penyakit menular tropik yang distribusinya

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kejadian kematian ke dua (16%) di kawasan Asia (WHO, 2015).

masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2013). Lima ratus juta

Risk factor of malaria in Central Sulawesi (analysis of Riskesdas 2007 data)

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ELIMINASI MALARIA DI PUSKESMAS SE KOTA KUPANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010), program pencegahan dan

Penyakit Endemis di Kalbar

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya wabah campak yang cukup besar. Pada tahun kematian

SKRIPSI. Oleh Thimotius Tarra Behy NIM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan faktor..., Amah Majidah Vidyah Dini, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. fisik dan mentalnya akan lambat. Salah satu indikator kesehatan yang dinilai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang

Malaria disebabkan parasit jenis Plasmodium. Parasit ini ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi.

BAB I PENDAHULUAN. Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. jenis penyakit menular yang disebabkan oleh virus Chikungunya (CHIK)

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Penyakit ini tetap menjadi salah satu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan Indonesia sangat ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas. Untuk mendapatkan sumber daya tersebut, pembangunan kesehatan merupakan salah satu unsur penentu karena masyarakat harus bebas dari berbagai penyakit terutama penyakit menular. Penyakit infeksi menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang menonjol, termasuk didalamnya penyakit malaria, penyakit menular ini dapat menyerang semua kelompok umur khususnya pada kelompok risiko tinggi yaitu bayi, anak balita dan ibu hamil yang berdampak menurunkan kualitas dan produktivitas sumber daya manusia bahkan menyebabkan kematian (Kemenkes, 2013). Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2012 menyebutkan bahwa malaria terjadi di 104 negara, bahkan 3,3 milyar penduduk dunia tinggal di daerah berisiko tertular malaria. Jumlah penderita malaria di dunia sebanyak 219 juta kasus, dimana 28 juta kasus terjadi di ASEAN. Setiap tahunnya sebanyak 660 ribu orang meninggal dunia karena malaria, 6% diantaranya berada di Asia Tenggara termasuk Indonesia (WHO, 2013). Upaya pengendalian malaria telah dilakukan sejak tahun 1952-1959, pada akhir periode yaitu pada tanggal 12 Nopember 1959 di Yogyakarta, Presiden Soekarno telah mencanangkan dimulainya program pembasmian malaria yang dikenal dengan sebutan Komando Operasi Pembasmian Malaria (KOPEM).

Tanggal 12 November tersebut kemudian ditetapkan sebagai Hari Kesehatan Nasional (Kemenkes, 2013). Penggalakkan pemberantasan malaria melalui gerakan masyarakat yang dikenal dengan Gerakan Berantas Kembali Malaria atau Gebrak Malaria yang telah dicanangkan oleh Menteri Kesehatan di Kupang tanggal 8 April 2000. Gerakan ini merupakan embrio pengendalian malaria yang berbasis kemitraan berbagai sektor dengan slogan Ayo Berantas Malaria (Kemenkes, 2013). Pengendalian malaria di Indonesia tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor.293/MENKES/SK/IV/2009 tanggal 28 April 2009 tentang Eliminasi Malaria di Indonesia yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang hidup sehat, yang terbebas dari penularan malaria secara bertahap sampai tahun 2030. (Depkes, 2009). Malaria merupakan salah satu indikator dari target Pembangunan Milenium Development Goals (MDGs) tahun 2015 yang terdapat pada tujuan ke-6 MDGs ditargetkan untuk menghentikan penyebaran dan mulai menekan jumlah kasus malaria. Hal ini juga sesuai dengan RPJMN 2010-2014 dalam rangka upaya penurunan angka kesakitan malaria. Berdasarkan Inpres No.3 tahun 2010 tentang percepatan pencapaian MDGs salah satunya Program Pengendalian Malaria dengan angka API (Annual Parasite Incidence) tahun 2015 adalah <1 (Kemenkes, 2013). Adapun kegiatan yang dilakukan dalam melaksanakan program pengendalian malaria seperti diagnosis dini melalui pemeriksaan sediaan darah dengan konfirmasi labolatorium maupun Rapid Diagnostic Test (RDT) malaria dan

mengobati semua penderita malaria (kasus positif) dengan obat malaria efektif dan aman yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan yaitu ACT (Artemisinin Combination Therapy), skrining malaria pada ibu hamil, pemberian kelambu berinsektisida, penyemprotan dinding rumah dan penyuluhan (Kemenkes, 2014). Upaya penanggulangan penyakit malaria di Indonesia sejak tahun 2007 dapat dipantau dengan melihat angka kesakitan malaria dengan menggunakan indikator Annual Parasite Incidence (API). API adalah jumlah penderita positif malaria per 1.000 penduduk. Angka kasus malaria di Indonesia secara nasional selama periode 2005-2012 berdasarkan indikator API telah mengalami penurunan yaitu tahun 2005 sebesar 4,1 per 1.000 penduduk menurun menjadi 1,69 per 1.000 penduduk pada tahun 2012, tetapi disparitas setiap daerah berbeda, ada daerah bebas endemis, endemis tinggi, endemis sedang dan rendah (Kemenkes,2013). Berdasarkan cakupan konfirmasi laboratorium belum semua suspek malaria dilakukan pemeriksaan sediaan darahnya baik secara mikroskopis (laboratorium) maupun dengan Rapid Diagnostic Test (RDT) Malaria. Dari tahun 2008-2012 pemeriksaan sediaan darah terhadap jumlah suspek malaria terus meningkat secara signifikan yaitu pada tahun 2008 sebesar 48% sedangkan pada tahun 2012 meningkat menjadi 93% (Kemenkes, 2013). Semua kasus positif malaria harus diobati dengan pengobatan kombinasi berbasis artemisinin atau ACT (Artemisinin Combination Therapy), ACT yang direkomendasikan WHO saat ini antara lain Artesunat, Amodiakuin dan primakuin digunakan untuk pengobatan plasmodium falciparum dan vivax, kedua plasmodium tersebut merupakan penyebab malaria (Kemenkes,2013).

Cakupan kasus yang dinyatakan positif dan mendapatkan pengobatan, diukur melalui indikator persentase penderita malaria yang diobati. Capaian indikator ini pada tahun 2012 sebesar 81,78%. Angka ini lebih besar dibandingkan tahun 2010 sebesar 66,3%. Pengobatan terhadap penderita spositif malaria belum 100% karena masih adanya pengobatan malaria dengan menggunakan obat selain ACT (misal kloroquin, suldox atau fansidar) dan larangan konsumsi ACT bagi ibu hamil trimester pertama. (Riskesdas,2013) Untuk mengendalikan malaria selain pengobatan sangat penting melakukan upaya pencegahan terjadinya malaria, salah satu strategi untuk mengurangi faktor resiko penularan malaria adalah pemakaian kelambu berinsektisida. Maka kegiatan program pengendalian malaria terkait yang telah dijalankan saat ini adalah dengan pembagian kelambu yang bertujuan untuk melindungi penduduk dari gigitan nyamuk penyebab penyakit malaria terutama untuk balita dan ibu hamil (Kemenkes, 2013). Saat ini di Indonesia, jumlah penduduk berisiko sekitar 149 juta jiwa dan jumlah kelambu yang telah tersedia dimasyarakat sampai dengan tahun 2012 sekitar 6,4 juta kelambu. Jumlah kelambu yang tersedia dimasyarakat adalah jumlah kelambu yang sudah didistribusikan dikurangi dengan jumlah kelambu yang sudah kadaluarsa (lebih dari 3 tahun sejak didistribusikan). Apabila 1 kelambu diperkirakan mampu melindungi 2-3 orang dari anggota keluarga maka sekitar 12,8-19,2 juta jiwa yang terlindungi dengan kelambu. Pada tahun 2012 jumlah kelambu yang dibagikan sebanyak 642.210 buah, dibagikan ke seluruh

Provinsi di Indonesia kecuali : DKI Jakarta, Jawa Barat dan Aceh (Kemenkes, 2013) Sumatera Utara adalah salah satu provinsi yang melakukan upaya pengendalian malaria dan menargetkan eliminasi malaria di tahun 2020 mendatang, hal ini sesuai dengan keputusan menteri kesehatan Indonesia tahun 2009, pada tahun 2013 jumlah angka kesakitan (API) provinsi Sumatera Utara adalah 1,30 per 1000 penduduk, di Sumatera Utara masih terdapat beberapa kabupaten/kota endemis malaria diantaranya adalah Kabupaten Mandailing natal, Batubara, Nias Selatan, Asahan, dan Padang lawas utara. (Kemenkes, 2014) Adapun pola penanganan malaria yang telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara antara lain : Peningkatan kerjasama lintas program dan sektoral, penambahan jumlah peralatan (spray can), penerapan metode pengobatan malaria baru, peningkatan frekwensi penyuluhan kesehatan masyarakat, menyampaikan informasi kepada sarana-sarana kesehatan tentang perlunya pencatatan/pengiriman pelaporan kasus ke Dinkes setempat dalam upaya pencegahan & penanggulangan lebih awal dan peningkatan peran serta masyarakat serta perbaikan sistem pencatatan dan pelaporan. (Profil Dinkes Sumut, 2014) Berdasarkan Data dan informasi dari Profil Kesehatan Indonesia 2014, pada tahun 2012 dijelaskan bahwa Jumlah angka kesakitan (Annual Parasite Incidence) Malaria di Provinsi Sumatera utara sebesar 0,84, pada tahun 2013 sebesar 1,30, terlihat mengalami peningkatan, maka upaya pengendalian malaria tetap terus dilakukan. (Kemenkes, 2014)

Kabupaten Asahan adalah salah satu kabupaten di Sumatera Utara yang merupakan daerah endemis malaria dengan jumlah kasus tertinggi ke empat di Sumatera Utara terutama pada kecamatan yang berada pada daerah-daerah dataran rendah di kawasan sepanjang timur yaitu terdapat di Kecamatan Sei Kepayang Barat, Kecamatan Sei Kepayang Timur, Kecamatan Tanjung Balai dan Kecamatan Air Joman (Profil Dinkes Kabupaten Asahan, 2013) Jumlah Kasus Baru Malaria di Kabupaten Asahan tahun 2013 adalah pada Kecamatan Sei Kepayang Barat dan Sei Kepayang Timur hanya memiliki 1 Puskesmas yaitu Puskesmas Sei Kepayang Barat, dengan jumlah 816 kasus, sedangkan Kecamatan Tanjung Balai memiliki 2 Puskesmas yaitu Puskesmas Sei Apung dan Puskesmas Bagan Asahan, Puskesmas Sei Apung terdapat 244 kasus, sedangkan Puskesmas Bagan Asahan terdapat 698 kasus dan Kecamatan Air Joman memiiki 1 Puskesmas yaitu Puskesmas Binjai Serbangan dengan jumlah 68 kasus. (Profil dinkes Kabupaten Asahan, 2013) Puskesmas Sei Apung adalah salah satu Puskesmas yang berada di Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan melaksanakan 6 program pokok puskesmas salah satu diantaranya adalah program pencegahan penyakit menular (P2M) termasuk di dalamnya program pengendalian malaria. Keberhasilan suatu program tersebut tidak terlepas dari pelaksanaan koordinasi, pertemuan koordinasi dapat dilakukan pertemuan tingkat kelurahan atau desa, sedangkan di puskesmas dapat dilakukan pertemuan misalnya dalam kegiatan minilog. Pelaksanaan penyuluhan juga di lakukan dalam program pengendalian malaria, penyuluhan di lakukan di wilayah kerja Puskesmas Sei Apung terutama di desa yang sangat

endemis malaria seperti Desa Pematang Sei Baru. Penyuluhan yang dilakukan dengan tujuan memberi pengetahuan kepada masyarakat tentang bahaya penyakit malaria. Adapun kegiatan program pengendalian malaria yang dilakukan adalah diagnosis dini dengan pemeriksaaan sediaan darah dengan menggunakan Rapid Diagnostict Test (RDT) dan pengobatan malaria, skrining malaria pada ibu hamil kegiatan tersebut dilakukan dengan melakukan diagnosis dini dan bila hasilnya positif maka dilanjutkan dengan pemberian obat malaria bila tidak maka dapat dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya untuk mencari penyebab penyakit malaria, kegiatan dalam upaya pencegahan malaria dapat dilakukan dengan pemberian kelambu berinsektisida, serta penyemprotan rumah dengan insektisida (IRS) serta dilakukan penyuluhan. Dilihat dari Sumber daya manusia yang bertugas dalam program tersebut adalah 1 orang bidan sebagai penanggung jawab pengelola program malaria, kemudian bidan desa merupakan perpanjangan tangan dari puskesmas dan dia bertugas melaporkan jumlah kasus malaria di setiap desa kepada penanggung jawab pengelola program malaria. Adapun wilayah kerja Puskesmas Sei Apung terdiri dari Desa Sei Apung, desa Sei Apung Jaya, desa Kapias Batu VIII, dan desa Pematang Sei Baru dan Desa yang memiliki jumlah kasus tertinggi adalah desa Pematang Sei Baru karena desa tersebut merupakan daerah yang sangat endemis malaria dan dilihat dari geografisnya, desa tersebut berada di dekat pantai.

Berdasarkan hasil laporan Puskesmas Sei Apung Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan yang digabungkan dengan hasil laporan Puskesmas Pembantu dan Poskesdes maka hasil yang diperoleh ditemukan penderita positif malaria pada tahun 2013 sebanyak 168 orang serta pada tahun 2014 ditemukan sebanyak 209 orang positif malaria, obat yang diberikan adalah ACT (Arthemisin Combination Therapy), sedangkan pada tahun 2013 jumlah penderita yang mengonsumsi obat ACT adalah 161 orang sedangkan tahun 2014 sejumlah 203 orang, Vektor malarianya adalah nyamuk Anopeles dan parasit penyebab malaria yang paling banyak ditemukan di wilayah kerja Puskesmas Sei Apung adalah Plasmodium Falciparum. Pemeriksaan hanya dilakukan dengan RDT (Rapid Diagnostic Test) jumlah ibu hamil yang melakukan skrining malaria pada tahun 2013 dengan target 468 orang ibu hamil yang terrealisasi hanya 264 orang ibu hamil, sedangkan pada tahun 2014 dengan target 429 orang ibu hamil yang terrealisasi sebanyak 300 orang. Pemberian kelambu berinsektisida secara gratis pada tahun 2014 sebanyak 212 kelambu dan kelambu diberikan berdasarkan jumlah KK, ataupun diberikan kepada ibu hamil dan balita. Penyemprotan rumah dengan insektisida di lakukan dibeberapa rumah warga terutama pada desa yang sangat endemis malaria. penyemprotan di lakukan 1 kali dalam setahun. Hasil Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dalimunthe (2003) di Kecamatan Si Abu Kabupaten Mandailing Natal dijelaskan bahwa keberhasilan pengembangan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program pencegahan malaria terkait dengan ketersediaan tenaga kesehatan dan fasilitas yang digunakan

dalam program pencegahan penyakit malaria. Kemudian penelitian sebelumnya yang dilakukan Mayasari (dkk) 2012 menjelaskan bahwa salah satu upaya pencegahan malaria ialah melalui peningkatan pengetahuan masyarakat melalui kegiatan penyuluhan. Dimana hasil uji statistik variabel pengetahuan dan sikap menunjukkan ada pengaruh yang signifikan antara penyuluhan dengan perubahan pengetahuan dan sikap dari masyarakat. Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas maka penting dilakukan penelitian tentang Evaluasi Sistem Pelaksanaan Program Pengendalian Malaria Di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Apung Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2015. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana dengan koordinasi dalam evaluasi sistem pelaksanaan program pengendalian malaria di wilayah kerja Puskesmas Sei Apung Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2015? 2. Bagaimana kegiatan diagnosis malaria dan pengobatan evaluasi sistem pelaksanaan program pengendalian malaria di wilayah kerja Puskesmas Sei Apung Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2015? 3. Bagaimana kegiatan skrining malaria pada ibu hamil dalam evaluasi sistem pelaksanaan program pengendalian malaria di wilayah kerja Puskesmas Sei Apung Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2015?

4. Bagaimana kegiatan pemberian kelambu berinsektisida dalam evaluasi sistem pelaksanaan program pengendalian malaria di wilayah kerja Puskesmas Sei Apung Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2015? 5. Bagaimana kegiatan penyemprotan dinding rumah (IRS) dalam evaluasi sistem pelaksanaan program pengendalian malaria di wilayah kerja Puskesmas Sei Apung Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2015? 6. Bagaimana kegiatan penyuluhan dalam evaluasi sistem pelaksanaan program pengendalian malaria di wilayah kerja Puskesmas Sei Apung Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2015? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Mengetahui kegiatan koordinasi dalam evaluasi sistem pelaksanaan program pengendalian malaria di wilayah kerja Puskesmas Sei Apung Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2015 2. Mengetahui kegiatan diagnosis Malaria dan pengobatan dalam evaluasi sistem pelaksanaan program pengendalian malaria di wilayah kerja Puskesmas Sei Apung Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2015. 3. Mengetahui kegiatan skrining malaria pada ibu hamil dalam evaluasi sistem pelaksanaan program pengendalian malaria di wilayah kerja Puskesmas Sei Apung Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2015. 4. Mengetahui kegiatan pemberian kelambu berinsektisida dalam evaluasi sistem pelaksanaan program pengendalian malaria di wilayah kerja

Puskesmas Sei Apung Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2015. 5. Mengetahui kegiatan penyemprotan dinding rumah (IRS) dalam evaluasi sistem pelaksanaan program pengendalian malaria di wilayah kerja Puskesmas Sei Apung Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2015. 6. Mengetahui kegiatan penyuluhan dalam evaluasi sistem pelaksanaan program pengendalian malaria di wilayah kerja Puskesmas Sei Apung Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2015. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan informasi bagi Pemerintah terutama Dinas Kesehatan Kabupaten Asahan dan Puskesmas tentang Evaluasi Sistem Pelaksanaan Program Pengendalian Malaria di Puskesmas Sei Apung Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2015. 2. Untuk meningkatkan kemampuan peneliti dalam mengadakan research ilmiah dan meningkatkan pemahaman peneliti tentang Evaluasi Sistem Pelaksanaan Program Pengendalian Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Apung Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2015. 3. Sebagai sumber referensi untuk dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai Evaluasi Sistem Pelaksanaan Program Pengendalian Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Apung Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2015.