GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG EPILEPSI DI KELURAHAN MAHENA KECAMATAN TAHUNA KABUPATEN SANGIHE

dokumen-dokumen yang mirip
PROFIL PENYANDANG EPILEPSI DI POLIKLINIK SARAF RSUP PROF. DR. R.D. KANDOU MANADO PERIODE JUNI 2013 MEI 2014

I. PENDAHULUAN. otak (Dipiro et.al, 2005). Epilepsi dapat dialami oleh setiap orang baik laki-laki

Kata kunci : asap rokok, batuk kronik, anak, dokter praktek swasta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA KELAS XII SMA NEGERI 7 MANADO TENTANG KATARAK.

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG TENTANG KESELAMATAN LALU LINTAS TAHUN 2014

ABSTRAK. Raden Ghita Sariwidyantry, 2009, Pembimbing : Donny Pangemanan, drg., SKM. dan Surya Tanurahardja, dr., MPH., DTM&H.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dijumpai di masyarakat, baik anak-anak, remaja, dewasa. maupun lanjut usia. Cedera kepala dapat dikaitkan

ABSTRAK GAMBARAN DEMOGRAFI DAN PENGETAHUAN MENGENAI PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA TENAGA EDUKATIF TETAP DI UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP INTERAKSI SOSIAL PADA PENDERITA EPILEPSI DI KECAMATAN MANYARAN DAN KECAMATAN JATIPURNO KABUPATEN WONOGIRI

PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA TERHADAP KANKER LEHER RAHIM (CERVICAL CANCER) DI KELURAHAN BAGAN DELI KECAMATAN MEDAN BELAWAN KOTA MEDAN

Tedy Candra Lesmana. Susi Damayanti

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT AWAM TERHADAP PENDERITA HIV/AIDS DI KELURAHAN PETISAH TENGAH TAHUN 2009 KARYA TULIS ILMIAH.

BAB I PENDAHULUAN. Stroke Menurut World Health Organization (WHO) (2001) seperti yang

Hubungan Penyuluhan Bahaya Merokok dengan Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Bahaya Merokok di SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta

GAMBARAN STATUS KEBERSIHAN MULUT SISWA SD KATOLIK ST. AGUSTINUS KAWANGKOAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

PENGETAHUAN DAN SIKAP MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MENGENAI HIV / AIDS

DESCRIPTION OF KNOWLEDGE, ATTITUDE AND BEHAVIOR OF THE PEOPLE AT NANJUNG VILLAGE RW 1 MARGAASIH DISTRICT BANDUNG REGENCY WEST JAVA ABOUT FILARIASIS

KARAKTERISTIK PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS TUMINTING MANADO

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV/AIDS DI PUSAT PENGEMBANGAN ANAK ID 127 KELURAHAN RANOMUT MANADO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Epilepsi merupakan kelainan kronik dari sistem saraf pusat yang

Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Tindakan, Sanitasi Lingkungan

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG HEPATITIS B PADA DOKTER GIGI DI DENPASAR UTARA

BAB I PENDAHULUAN. perannya dalam masyarakat dan berperilaku sesuai dengan norma dan aturan


ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU IBU-IBU TERHADAP PENCEGAHAN KANKER SERVIKS DI KELURAHAN TEGAL GUNDIL KOTA BOGOR

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA PROFESI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI TERHADAP PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DI RSGMP UNSRAT MANADO

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA DOKTER KELUARGA

GAMBARAN PENGETAHUAN PENCABUTAN GIGI SISWA SMA NEGERI 1 SANG TOMBOLANG KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

PROFIL PENDERITA MORBUS HANSEN (MH) DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI DESEMBER 2012

Prevalensi dan Gambaran Faktor-Faktor Resiko Terjadinya Skabies di Panti Asuhan Yayasan Amal Sosial Al-Washliyah Medan Tahun 2015

TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN PENERIMAAN KELUARGA PENDERITA HIV/AIDS TERHADAP PENDERITA HIV/AIDS DI RUMAH SAKIT HAJI ADAM MALIK, MEDAN.

PERANAN LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI KECAMATAN SILIAN RAYA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

BAB 1 PENDAHULUAN. tahunnya. World Health Organization (WHO) memperkirakan. mendatang diperkirakan sekitar 29% warga dunia menderita

BAB I PENDAHULUAN. stimulus (Anurogo & Usman, 2014, h. 66). Epilepsi adalah kelainan

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU IBU-IBU TERHADAP PENCEGAHAN KANKER SERVIKS DI KELURAHAN TEGAL GUNDIL BOGOR

GAMBARAN PENGETAHUAN PASIEN DIABETES MELITUS TENTANG PENANGANANNYA DI RUMAH SAKIT PAHLAWAN MEDICAL CENTER KANDANGAN, KAB

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN IBU MENGENAI KEJANG DEMAM PADA ANAK DI KELURAHAN TEMBUNG TAHUN Oleh: INDAH TRIANA SARI POHAN

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA TB PARU DI PUSKESMAS PAMARICAN KABUPATEN CIAMIS PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER : Triswaty Winata, dr., M.Kes.

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS KARIES GIGI PADA SISWA SMP KRISTEN 67 MANADO

Kata Kunci : Pengetahuan, sikap,dukungan petugas kesehatan,asi eksklusif

Kata Kunci : Hubungan, Pendidikan, Tingkat Pengetahuan, Obat CTM.

HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT PENYAKIT INFEKSI DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK BATITA DI DESA MOPUSI KECAMATAN LOLAYAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

ABSTRAK PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA ANGKATAN 2010 TENTANG HIV/AIDS

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan perseorangan dan upaya kesehatan masyarakat. 1

PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA KEHAMILAN DI KLINIK DESMAWATI PANCURBATU KABUPATEN DELI SERDANG

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MAHASISWA/ MAHASISWI TERHADAP INFEKSI MENULAR SEKSUAL DI UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

TINGKAT PENGETAHUAN PELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS ( SMA ) TERHADAP KESEHATAN MATA DI KOTA MEDAN. Oleh KUHAPRIYA SELVARAJAH NIM :

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PENDERITA TUBERKULOSIS TERHADAP KETIDAKPATUHAN DALAM PENGOBATAN MENURUT SISTEM DOTS DI RSU

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

: NOR AFIFAH BINTI MOHD FADZIL

PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PENYAKIT TB PARU

KECENDERUNGAN PENDERITA RETINOPATI DIABETIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN HIPERTENSI TENTANG OBAT GOLONGAN ACE INHIBITOR DENGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM PELAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI DI RSUP PROF DR

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK PROFIL PENGGUNAAN OBAT PENYAKIT KRONIS PADA WARGA USIA LANJUT PENSIUNAN PT KAI BANDUNG TAHUN 2015

BAB 1 : PENDAHULUAN. membungkus jaringan otak (araknoid dan piameter) dan sumsum tulang belakang

UNIVERSI MEDAN. Universitas Sumatera Utara

STIGMA MASYARAKAT TERHADAP ORANG SAKIT JIWA (SUATU STUDI DI DESA TRUCUK KECAMATANTRUCUK KABUPATEN BOJONEGORO TAHUN 2014)

Marieta K. S. Bai, SSiT, M.Kes. Abstract

FAKTOR RISIKO AKNE VULGARIS DI KALANGAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ANGKATAN 2009, 2010, DAN 2011 KARYA TULIS ILMIAH

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

KARYA TULIS ILMIAH PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG DETEKSI DINI TB PARU

BAB I PENDAHULUAN. Kejang merupakan masalah neurologi yang paling sering kita jumpai pada

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tubuh manusia dan akan menyerang sel-sel yang bekerja sebagai sistem kekebalan

Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang 2)

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN GASTRITIS TERHADAP PENGGUNAAN TERAPI KOMBINASI RANITIDIN DAN ANTASIDA DI PUSKESMAS S. PARMAN BANJARMASIN

PERAN PETUGAS KESEHATAN DAN KEPATUHAN IBU HAMIL MENGKONSUMSI TABLET BESI

Oleh: Roy Marchel Rooroh Dosen Pembimbing : Prof. dr. Jootje M. L Umboh, MS dr. Budi Ratag, MPH

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PENCABUTAN GIGI PADA MASYARAKAT KELURAHAN KOMBOS BARAT BERDASARKAN PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN

GAMBARAN KADAR GULA DARAH DAN DERAJAT KEPARAHAN STROKE PADA PENDERITA STROKE ISKEMIK TROMBOTIK SKRIPSI

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN KOMPLIKASI CHRONIC KIDNEY DISEASE DI RSUP SANGLAH DENPASAR

Perilaku Koping pada Penyandang Epilepsi

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dan tingkah laku seseorang sehingga menimbulkan penderitaan dan

Kata Kunci: Aktivitas Fisik, Kebiasaan Merokok, Riwayat Keluarga, Kejadian Hipertensi

Anisia Mikaela Maubere ( ); Pembimbing Utama: Dr. dr. Felix Kasim, M.Kes ABSTRAK

POLA PENYAKIT KULIT NON-INFEKSI PADA ANAK DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE

BAB 1 PENDAHULUAN. karena penularannya mudah dan cepat, juga membutuhkan waktu yang lama

PREVALENSI DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) PADA PASIEN ANAK DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN DARI JANUARI HINGGA DESEMBER 2009 KARYA TULIS ILMIAH.

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP DENGUE HEMORRHAGIC FEVER DI KELURAHAN KARANG MEKAR CIMAHI TENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

1 Kevin G. Pitojo 2 Adrian Tangkilisan 2 Alwin Monoarfa.

BAB 1 : PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia. Menurut World Health Organization (WHO) sehat itu

I. PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi menetap yang penyebabnya tidak

The Incidence Of Malaria Disease In Society At Health Center Work Area Kema Sub-District, Minahasa Utara Regency 2013

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN MALALAYANG 2 LINGKUNGAN III

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

KARYA TULIS ILMIAH. Oleh: APRILIA PRAFITA SARI ROITONA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA. Universitas Sumatera Utara

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

GAMBARAN PENGETAHUAN TENAGA KESEHATAN TENTANG DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS KOTA MANADO

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PROFIL GULA DARAH SEWAKTU (GDS) DAN GULA DARAH PUASA (GDP) PASIEN STROKE DENGAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 YANG DI RAWAT INAP DI BAGIAN NEUROLOGI

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU TERHADAP PENGASUHAN DARI ORANG TUA DENGAN ANAK PENYANDANG RETARDASI MENTAL DI SLB-C KOTA BANDUNG

Transkripsi:

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG EPILEPSI DI KELURAHAN MAHENA KECAMATAN TAHUNA KABUPATEN SANGIHE 1 Dimas Prasetyo Gunawan 2 Karema Winifred 2 Junita Maja P. S 1 Kandidat skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado 2 Bagian/SMF Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado Email: dimasprasetyo10_020@yahoo.com Abstract: Epilepsy is one of the oldest disease in the world and ranked two on neurology diseases after stroke. Approximately 50 million people worldwide suffer from epilepsy. Although epilepsy is widely known, low level knowledge about this diseases leads to people with epilepsy being stigmatized and discriminated. This study aimed to examine the level of knowledge about epilepsy in Mahena village, Tahuna district, Sangihe regency. This was a descriptive study using 93 people of Mahena village communities. Questionnaire consisting of 12 questions were filled by the respondents. The results showed that of the 93 respondents, 60.2% were females, 28% were aged 16-24 years, and 46.2% were high school/equivalent educated. There were 32,3% worked as civil servant. Majority of respondents have enough knowledge about epilepsy (51.6%), 40 persons (43%) of respondents have a poor level of knowledge about epilepsy and only 5 (5.4%) who have a good level of knowledge about epilepsy. Conclusion: Most people of Mahena, Tahuna had enough knowledge about epilepsy, however, there were still many who had low knowledge about epilepsy. Keywords: epilepsy, knowledge level Abstrak: Epilepsi adalah salah satu penyakit tertua di dunia dan menempati urutan kedua dari penyakit saraf setelah stroke. Penyakit ini diderita oleh kurang lebih 50 juta orang di seluruh dunia. Walaupun telah dikenal secara luas, rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat tentang penyakit ini dapat menimbulkan stigma yang mengakibatkan terjadinya diskriminasi terhadap penderita epilepsi. Penelitian ini bewrtujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan masyarakat mengenai epilepsi. Penelitian merupakan suatu studi deskriptif terhadap 93 orang warga masyarakat kelurahan Mahena. Kuesioner yang digunakan terdiri dari 12 pertanyaan yang diisi sendiri oleh warga masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan dari 93 orang responden, 60,2% berjenis kelamin perempuan, 28% responden berusia 16-24 tahun, dan 46,2% berpendidikan terakhir SMA/SMK/sederajat. Sebanyak 32,3% bekerja sebagai PNS/pegawai kantoran. Sebagian besar responden (51,6%) memiliki pengetahuan cukup mengenai epilepsi, 40 orang (43%) responden memiliki tingkat pengetahuan buruk mengenai epilepsy, dan hanya 5 orang (5,4%) memiliki tingkat pengetahuan baik mengenai epilepsi. Simpulan: Walaupun sebagian besar masyarakat kelurahan Mahena, Tahuna sudah memiliki tingkat pengetahuan cukup tentang epilepsi, masih banyak juga yang memiliki tingkat pengetahuan kurang tentang epilepsi. Kata kunci: epilepsi, tingkat pengetahuan

Epilepsi adalah salah satu penyakit tertua di dunia dan menempati urutan kedua dari penyakit saraf setelah gangguan peredaran otak. 1 Penyakit ini diderita oleh kurang lebih 50 juta orang di seluruh dunia. Epilepsi bertanggung jawab terhadap 1% dari beban penyakit global, dimana 80% beban tersebut berada di negara berkembang. Pada negara berkembang di beberapa area 80-90% kasus tidak menerima pengobatan sama sekali. 2 Secara keseluruhan insiden epilepsi pada negara maju berkisar antara 40-70 kasus per 100.000 orang per tahun. Di negara berkembang, insiden berkisar antara 100-190 kasus per 100.000 orang per tahun. Prevalensi dari epilepsi bervariasi antara 5-10 kasus per 1.000 orang. 3 Di Indonesia belum ada data yang pasti mengenai penderita epilepsi, tetapi diperkirakan ada 1-2 juta penderita epilepsi. Prevalensi epilepsi di Indonesia adalah 5-10 kasus per 1.000 orang dan insiden 50 kasus per 100.000 orang per tahun. 4 Epilepsi telah dikenal sejak lama dan secara luas dalam masyarakat Indonesia. Hal ini terbukti dengan adanya istilah-istilah bahasa daerah untuk penyakit ini, seperti sawan, ayan, sekalor, dan celengan. 1 Walaupun telah dikenal secara luas, rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat tentang penyakit ini mengakibatkan timbulnya stigma yang mengakibatkan terjadinya diskriminasi terhadap penderita epilepsi. Penderita epilepsi sering digolongkan dalam penyakit gila, kutukan, atau turunan sehingga penderita tidak diobati atau bahkan disembunyikan oleh keluarganya. Akibatnya banyak penderita epilepsi yang tak terdiagnosis dan tidak mendapatkan pengobatan yang tepat sehingga menimbulkan dampak klinik dan psikososial yang merugikan baik bagi penderita maupun keluarganya. 5 Penelitian terakhir menemukan bahwa penderita epilepsi lebih rentan menderita kecemasan, depresi dan rendah diri. Beberapa masalah lain yang dihadapi oleh penderita epilepsi dewasa adalah pengganguran, kecenderungan tidak menikah dan isolasi sosial. 6 METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat deskriptif dan dilaksanakan dengan metode survei. Penelitian ini dilakukan pada bulan November-Desember 2013 di Kelurahan Mahena, Kecamatan Tahuna, Kabupaten Sangihe dengan jumlah sampel 93 orang. Kuesioner yang digunakan adalah knowledge, attitudes and practice toward epilepsy UC Berkeley yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, yang terdiri dari 12 pertanyaan yang meliputi kesadaran mengenai epilepsi, etiologi, manifestasi klinik, penanganan serangan dan pengobatan epilepsi. HASIL PENELITIAN Pada penelitian ini didapatkan karakteristik responden, meliputi jenis kelamin, umur, pekerjaan dan tingkat pendidikan. Untuk memeperoleh gambaran distribusi menurut karakteristik responden dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin Jenis kelamin n % Laki-laki 37 39,8 Perempuan 56 60,2 Tabel diatas menunjukkan responden dengan jenis kelamin perempuan lebih banyak dari responden dengan jenis kelamin laki-laki.

Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan umur Umur n % 16-24 26 28,0 25-34 16 17,2 35-44 24 25,8 45-54 23 24,7 55-64 4 4,3 Tabel 2 menunjukkan sebagian besar responden berada dalam kelompok umur 16-24 tahun yaitu sebanyak 26 orang dan paling sedikit adalah kelompok umur 55-64 yaitu sebanyak 4 orang. Tabel 3. Distribusi responden berdasarkan pekerjaan Pekerjaan n % Pelajar 16 17,2 Buruh 7 7,5 Petani 5 5,4 PNS/pegawai kantoran 30 32,3 Wiraswasta/pedagang 6 6,5 Pengangguran 3 3,2 Lainnya 26 28,0 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian responden bekerja sebagai PNS/pegawai kantoran yaitu sebanyak 30 orang sedangkan paling sedikit adalah pengangguran yaitu sebanyak 3 orang. Tabel 4. Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan Tingkat pendidikan n % Tidak sekolah 0 0 SD 9 9,7 SMP/sederajat 14 15,1 SMA/SMK/sederajat 43 46,2 Perguruan tinggi 27 29 Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden mencapai tingkat pendidikan terakhir SMA/SMK/sederajat yaitu sebanyak 14 orang. Tabel 5. Tingkat pengetahuan masyarakat mengenai epilepsi Pekerjaan n % Baik 5 5,4 Cukup 48 51,6 Kurang 40 43,0 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden memliliki pengetahuan yang cukup mengenai epilepsi, hanya 5 orang yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik mengenai epilepsi dan 40 orang responden memiliki tingkat pengetahuan yang buruk mengenai epilepsi. Dari 93 orang responden didapatkan 84 orang (90,3%) pernah mendengar atau membaca tentang epilepsi, 66 orang (71%) responden menjawab mengenal seseorang yang menyandang epilepsi, 69 orang (74,2%) responden memilih pernah melihat kejadian serangan epilepsi secara langsung maupun di televisi, 30 orang responden (32,3%) menganggap epilepsi sebagai penyakit jiwa, 51 orang responden (54,8%) menganggap kecerdasan penyandang

epilepsi lebih rendah dari orang normal, 37 orang (39,8%) responden berpendapat bahwa penderita epilepsi dapat membahayakan orang lain dan 40 orang (43%) responden menganggap anak yang menyandang epilepsi perlu disekolahkan di tempat pendidikan khusus. Tabel 6. Distribusi frekuensi pengetahuan responden mengenai etiologi dan manifestasi klinik epilepsi Pertanyaan Jumlah Persen n=93 Etiologi Infeksi 15 15,5 Penyakit otak 23 23,7 Keturunan 26 26,8 Cacat dari lahir 22 22,7 (kongenital) Gangguan pada saraf 64 66 Penyakit darah 2 2,1 Kutukan/ilmu hitam 3 3,1 Terlalu banyak menggunakan alat elektronik 3 3,1 Hukuman dari Tuhan 3 3,1 Tidak tahu 14 15,4 Manifestasi klinik Kejang 83 85,6 Gemetar 52 53,6 Hilang kesadaran 54 55,7 Perubahan sikap 14 14,4 Hilang ingatan 23 23,7 Tidak tahu 3 3,1 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa responden paling banyak memilih gangguan pada saraf (66%) sebagai etiologi epilepsi dan paling sedikit memilih penyakit darah (2,1%) serta 14 orang (15,4%) memilih tidak tahu. Dari tabel diatas didapatkan 83 orang (85,6%) memilih kejang sebagai karakteristik epilepsi, 52 orang (53,6%) memilih gemetar, 54 orang (55,7%) memilih hilang kesadaran, 14 orang (14,4%) memilih perubahan sikap, 23 orang (23,7%) memilih hilang ingatan dan 3 (3,1%) orang memilih tidak tahu. Penelitian menunjukkan bahwa 60 orang (66%) responden beranggapan bahwa saat terjadi serangan, benda keras harus dimasukkan ke mulut penderita, dimana 21 orang (35%) memilih buku sebagai sumber informasi tersebut, 9 orang (15%) memilih televisi, 41 (68,3%) orang memilih perkataan orang lain dan 10 orang (16,7%) memilih lainnya sedangkan 33 orang (34%) memilih tidak perlu memasukkan benda keras ke mulut penderita saat terjadi serangan. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa 85 orang (91,4%) percaya bahwa epilepsi dapat disembuhkan dan 59 orang (63,4%) responden menganggap obat adalah satusatunya cara mengendalikan epilepsi. BAHASAN Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, dari 93 responden masyarakat Kelurahan Mahena, Kecamatan Tahuna hanya didapatkan 5,4% responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik, 51,6% responden memiliki tingkat pengetahuan yang cukup dan 43% responden memiliki tingkat pengetahuan yang kurang mengenai epilepsi. Hal ini menunjukkan sebagian besar masyarakat Kelurahan Mahena memiliki pengetahuan yang cukup tentang epilepsi. Pada penelitian ini didapatkan 90,3% responden pernah mendengar atau membaca tentang epilepsi, 71% responden mengenal seseorang yang menyandang epilepsi dan 74,2% responden pernah melihat kejadian serangan epilepsi secara langsung. Hasil ini sebanding dengan data yang didapat oleh Johannes H.S di Medan tahun 2010 yaitu 90,5% responden pernah mendengar mengenai epilepsi tetapi lebih tinggi daripada hasil yang didapat pada penelitian yang dilakukan Kenny C dkk di Amerika

Serikat tahun 2010, yaitu hanya 40% responden mengenal seseorang yang menyandang epilepsi dan 55% pernah melihat serangan epilepsi secara langsung. 8-9 Hal ini menunjukkan bahwa penyakit ini dikenal secara luas di masyarakat. Sebanyak 32,3% responden menganggap epilepsi sebagai penyakit jiwa, hasil ini sebanding dengan data yang didapat oleh Ab Fatah Ab Rahman di Malaysia tahun 2005, yaitu 39,7% menganggap epilepsi sebagai penyakit jiwa. 10 Sebanyak 54,8% responden menganggap kecerdasan penyandang epilepsi lebih rendah dari orang normal, hasil ini lebih tinggi dari data yang didapat Kenny C dkk di Amerika Serikat tahun 2010 yaitu 25% responden menganggap kecerdasan penyandang epilepsi lebih rendah dari orang normal. 9 39,8% responden berpendapat bahwa penderita epilepsi dapat membahayakan orang lain, hasil ini lebih tinggi dari data yang didapat Kenny C dkk di Amerika Serikat tahun 2010 yaitu 18% responden berpendapat bahwa penderita epilepsi membahayakan orang lain. 9 43% responden menganggap anak yang menyandang epilepsi perlu disekolahkan di tempat pendidikan khusus, hasil ini sebanding dengan hasil penelitian oleh Abdelmoneim A dan Fatma S di Kuwait tahun 2008 yang menemukan 44,1% responden menganggap anak yang menyandang epilepsi perlu disekolahkan di tempat pendidikan khusus. 11 Dapat dilihat bahwa masih banyak masyarakat yang memiliki pemahaman mengenai epilepsi. Tabel 6 menunjukkan pilihan masyarakat mengenai etiologi epilepsi, adalah gangguan pada saraf (66%), keturunan (26,8%), penyakit otak (23,7%), cacat dari lahir (22,7%), infeksi (15,5%), penyakit darah (2,1%). Hanya gangguan saraf sudah dikenal luas sebagai penyebab epilepsi, sedangkan yang lain masih kurang diketahui. Hal ini berbeda dengan hasil yang didapat oleh Ann J dkk di Britania Raya tahun 2004 dimana penyebab epilepsi yang terbanyak diketahui responden adalah keturunan (57%) dan A. Bener dkk di Arab Saudi tahun 1998 yaitu menemukan penyebab epilepsi yang terbanyak diketahui responden adalah penyakit otak (16,5%) 7,12 Ada 15,4% responden yang tidak tahu mengenai etiologi epilepsi. Walaupun jumlahnya kecil, masih ada masyarakat yang menganggap bahwa epilepsi disebabkan oleh kutukan/ilmu hitam (3,1%). Hal ini sebanding penelitian Ab Fatah Ab Rahman di Malaysia tahun 2005 dimana sebanyak 5,3% responden dan penelitian A. Bener dkk di Arab Saudi tahun 1998 yaitu sebanyak 13,8% responden memilih kutukan/ilmu hitam sebagai penyebab epilepsi. 10,12 Pada tabel 4.6 menunjukkan persentase gejala epilepsi yang diketahui oleh responden, berurutan dari paling tinggi yaitu kejang (85,6%), hilang kesadaran (55,7%), gemetar (53,6%), hilang ingatan (23,7%) dan perubahan sikap (14,4%). Hanya 3 orang (3,1%) yang tidak tahu gejala epilepsi. Penelitian yang dilakukan Ann J dkk juga menempatkan kejang (79%) sebagai gejala epilepsi yang paling banyak diketahui responden. 7 Sebanyak 60 orang (66%) responden beranggapan bahwa saat terjadi serangan, benda keras harus dimasukkan ke mulut penderita. Dari 60 orang tersebut, didapatkan data sumber informasi tersebut, yaitu buku (35%), televisi (15%), orang lain (68,3%) dan sumber lain (16,7%). Hasil ini lebih tinggi dari hasil penelitian oleh Abdelmoneim A dan Fatma S di Kuwait tahun 2008 yang menemukan 11,7% responden yang beranggapan bahwa benda keras harus dimasukkan ke mulut penderita saat terjadi serangan. 11 Hal ini menunjukkan masih tingginya pemahaman yang salah tentang cara penanganan saat terjadi serangan epilepsi. Padahal hal ini akan membahayakan penderita epilepsi tersebut. Penelitian menunjukkan pengetahuan masyarakat mengenai penatalaksanaan

epilepsi, yaitu 91,4% responden percaya bahwa epilepsi dapat disembuhkan, hasil ini lebih tinggi dari data yang didapat oleh Ab Fatah Ab Rahman, dimana hanya 46,3% responden yang percaya bahwa epilepsi dapat disembuhkan. 10 Sebanyak 63,4% responden menganggap obat adalah satusatunya cara mengendalikan epilepsi, hasil ini sebanding dengan hasil penelitian oleh Abdelmoneim A dan Fatma S di Kuwait tahun 2008 yaitu 57,1% responden menganggap obat adalah satu-satunya cara mengendalikan epilepsi. 11 Hal ini menunjukkan bahwa sebagian masyarakat sudah paham bahwa epilepsi dapat dikendalikan dengan obat. SIMPULAN Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa walaupun sebagian besar masyarakat kelurahan Mahena, Tahuna sudah memiliki tingkat pengetahuan cukup tentang epilepsi, masih banyak juga yang memiliki tingkat pengetahuan kurang tentang epilepsi. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dr. Cory Mahama, SpS sebagai dosen penguji 1 dan dr. Herlyani Khosama, SpS sebagai dosen penguji 2 atas kritik dan saran yang membangun selama pelaksanaan penelitian ini, juga kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung membantu penulis dalam proses penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA 1. Tjahjadi P, Dikot Y, Gunawan D. Gambaran umum mengenai epilepsi. Dalam: Harsono. Kapita selekta neurologi. Ed ke-2. Yogyakarta: Gajah Mada University Press; 2009. 119-33. 2. WHO. Atlas: Epilepsy Care in The World. Geneva:World Health Organization; 2005 (Diunduh tanggal 21 September 2013). Tersedia di www.who.int/entity/mental_health/neuro logy/epilepsy_atlas_r1.pdf 3. Bell G.S, Sander J.W. The epidemiology of epilepsy: the size of the problem. Seizure. 2001;10:306 16. 4. Harsono. Buku ajar neurologi klinis. Yogyakarta: Gajah Mada University Press; 2008. 119-33 5. de Boer H.M, Mula M, Sander J.W. The global burden and stigma of epilepsy. Epilepsy behave. 2007;12(4):540-6. 6. Baker G.A. The psychosocial burden of epilepsy. Epilepsia. 2002;43(Suppl. 6):26 30. 7. Jacoby A, Gorry J, Gamble C, Baker G.A. Public knowledge, private grief: a study of public attitudes to epilepsy in the United Kingdom and implication for stigma. Epilepsia. 2004;45(11):1405-15. 8. Saing J.H. Tingkat pengetahuan, perilaku dan kepatuhan berobat orang tua dari pasien epilepsi anak di Medan. Sari pediatric. 2010: 12(2):103-7 9. Chung K. Knowledge, attitudes, and practices toward epilepsy (KAPE) survey of Chinese and Vietnamese college student in U.S. Berkeley Scientific Journal. 2010;13(2):33-44. 10. Ab Rahman A.F. Awareness and knowledge of epilepsy among student in a Malaysian university. Seizure. 2005;14:593-6. 11. Awad A, Sharkoo F. Public knowledge and attitudes toward epilepsy in Kuwait. Epilepsia. 2008; 49(4):564-72. 12. Bener A, Al-Marzooqi, Ztriha L. Public awareness and attitudes towards epilepsy in the United Arab Emirates. Seizures. 1998;7:219-22.