IDENTIFIKASI SUB-CEKUNGAN DI CEKUNGAN TOMINI BAGIAN SELATAN, BERDASARKAN PENAMPANG SEISMIK 2D DAN ANOMALI GAYA BERAT

dokumen-dokumen yang mirip
J.G.S.M. Vol. 15 No. 2 Mei 2014 hal

ANALISIS ANOMALI UDARA BEBAS DAN ANOMALI BOUGUER DI WILAYAH NUSA TENGGARA TIMUR

MINERALOGI INTI SEDIMEN PERMUKAAN DASAR LAUT GRT DARI CEKUNGAN TOMINI - SULAWESI TENGAH

INTERPRETASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN ATRIBUT ANOMALI MAGNETIK PERAIRAN WETAR, NUSA TENGGARA TIMUR

Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014

Bab IV Analisis Data. IV.1 Data Gaya Berat

BAB III TATANAN GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

Tinjauan Ulang Rekonstruksi Lempeng Laut Filipina

PEMODELAN 3-D SUSEPTIBILITAS MAGNETIK BAWAH PERMUKAAN DASAR LAUT PERAIRAN LANGSA, SELAT MALAKA-SUMATERA UTARA

STRUKTUR GEOLOGI LAUT FLORES, NUSA TENGGARA TIMUR

KONTROL STRUKTUR TERHADAP PENYEBARAN BATUAN VOLKANIK KUARTER DAN GUNUNGAPI AKTIF DI JAWA BARAT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Lampung Selatan tepatnya secara geografis, terletak antara 5 o 5'13,535''-

BAB II GEOLOGI REGIONAL

ANALISIS RELOKASI HIPOSENTER GEMPABUMI MENGGUNAKAN ALGORITMA DOUBLE DIFFERENCE WILAYAH SULAWESI TENGAH (Periode Januari-April 2018)

STUDI IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAN KEBERADAAN HIDROKARBON BERDASARKAN DATA ANOMALI GAYA BERAT PADA DAERAH CEKUNGAN KALIMANTAN TENGAH

STUDI IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAN KEBERADAAN HIDROKARBON BERDASARKAN DATA ANOMALI GAYA BERAT PADA DAERAH CEKUNGAN KALIMANTAN TENGAH

Survei Terpadu AMT dan Gaya Berat daerah panas bumi Kalawat Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara

GEOLOGI REGIONAL. Gambar 2.1 Peta Fisiografi Jawa Barat (van Bemmelen, 1949)

BAB I PENDAHULUAN. pertemuan diantara tiga lempeng besar, yaitu lempeng pasifik, lempeng Indo-

Bab III Pengolahan Data

TINJAUAN GEOLOGI LANDAS KONTINEN INDONESIA DI LUAR 200 MIL LAUT SEBELAH SELATAN PERAIRAN PULAU SUMBA

2014 INTERPRETASI STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DAERAH LEUWIDAMAR BERDASARKAN ANALISIS SPEKTRAL DATA GAYABERAT

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA ANOMALI BOUGUER

BAB II GEOLOGI REGIONAL

SEISMIK STRATIGRAFI PERAIRAN LOMBOK LEMBAR PETA 1807, NUSA TENGGARA BARAT

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

PEMETAAN GEOLOGI DAN GEOFISIKA DI PERAIRAN INDONESIA. Lukman Arifin. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Salah satu reservoir utama di beberapa lapangan minyak dan gas di. Cekungan Sumatra Selatan berasal dari batuan metamorf, metasedimen, atau beku

Interpretasi Stratigrafi daerah Seram. Tabel 4.1. Korelasi sumur daerah Seram

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

I.2 Latar Belakang, Tujuan dan Daerah Penelitian

BAB II GEOLOGI REGIONAL

STRUKTUR GEOLOGI TELUK BONE - SULAWESI SELATAN GEOLOGICAL STRUCTURES OF THE BONE GULF- SOUTH OF SULAWESI

ANOMALI MAGNET HUBUNGANNYA DENGAN TATANAN LITOLOGI PADA PEMETAAN GEOLOGI DAN GEOFISIKA DI PERAIRAN MOROWALI SULAWESI TENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

D. Ilahude dan B. Nirwana. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Geologi Kelautan Jl. Dr. Junjunan No. 236, Bandung-40174

Stratigrafi Seismik Laut Dangkal Perairan Celukanbwang, Bali Utara

BAB II TINJAUAN GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sejarah eksplorasi menunjukan bahwa area North Bali III merupakan bagian selatan dari Blok Kangean yang

BAB I PENDAHULUAN. belakang di Indonesia yang terbukti mampu menghasilkan hidrokarbon (minyak

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Batasan Masalah Penelitian ini dibatasi pada aspek geologi serta proses sedimentasi yang terjadi pada daerah penelitian.

BAB II GEOLOGI REGIONAL

IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN DATA GAYABERAT DI DAERAH KOTO TANGAH, KOTA PADANG, SUMATERA BARAT

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa permasalahan yang dihadapi dan menjadi dasar bagi penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bab V Evolusi Teluk Cenderawasih

BAB 2 TATANAN GEOLOGI

BAB II GEOLOGI REGIONAL

J.G.S.M. Vol. 15 No. 2 Mei 2014 hal

GEOMETRI BATUAN DASAR (BASEMENT) DAERAH SERANG BANTEN BERDASARKAN DATA GAYABERAT BASEMENT GEOMETRY OF SERANG BANTEN BASED ON GRAVITY DATA

BAB II TATANAN GEOLOGI DAN HIDROGEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

Gambar 4.1. Peta penyebaran pengukuran gaya berat daerah panas bumi tambu

BAB I PENDAHULUAN. Cekungan Tarakan terletak di timur laut Kalimantan. Cekungan ini terdiri. dari 4 Subcekungan, yaitu Tidung, Tarakan, Berau dan

TINJAUAN GEOLOGI TERHADAP MODEL ELEVASI DIGITAL SISTEM PARIT-PRISMA AKRESI, SELATAN JAWA

III.3 Interpretasi Perkembangan Cekungan Berdasarkan Peta Isokron Seperti telah disebutkan pada sub bab sebelumnya bahwa peta isokron digunakan untuk

Daerah penelitian adalah area Cekungan Makasar di bagian laut dalam Selat Makassar, diantara Kalimantan Timur dan Sulawesi Barat.

BAB I PENDAHULUAN. bertipe komposit strato (Schmincke, 2004; Sigurdsson, 2000; Wilson, 1989).

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN. lempeng besar (Eurasia, Hindia-Australia, dan Pasifik) menjadikannya memiliki

INDIKASI GUNUNGAPI BAWAH LAUT DI PERAIRAN SANGEANG SUMBAWA NUSA TENGGARA BARAT

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS BAHAYA GEMPA BUMI LENGAN UTARA SULAWESI. Santoso dan A.Soehaimi. Pusat Survei Geologi Jl. Diponegoro No.

SURVEY GEOMAGNET DI DAERAH PANAS BUMI SONGA-WAYAUA, KABUPATEN HALMAHERA SELATAN, MALUKU UTARA. Eddy Sumardi, Timor Situmorang

KARAKTERISTIK GEMPABUMI DI SUMATERA DAN JAWA PERIODE TAHUN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Posisi Foot Of Slope (FOS) Titik Pangkal N (m) E (m) FOS N (m) E (m) Jarak (M)

ANALISIS BURIAL GEOHISTORY PLATFORM MUSI, CEKUNGAN SUMATRA SELATAN

ANALISIS KINEMATIK SESAR ANJAK (THRUST FAULT) DAN IMPLIKASINYA TERHADAP EVOLUSI TEKTONIK ZONA KENDENG DAERAH NGRANCANG DAN SEKITARNYA

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB 5 REKONSTRUKSI DAN ANALISIS STRUKTUR

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Area penelitian terletak di area X Malita Graben yang merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

DESAIN SURVEI METODA MAGNETIK MENGGUNAKAN MARINE MAGNETOMETER DALAM PENDETEKSIAN RANJAU

Kelompok VI Karakteristik Lempeng Tektonik ATRIA HAPSARI DALIL MALIK. M HANDIKA ARIF. P M. ARIF AROFAH WANDA DIASTI. N

APLIKASI TEKTONIK LEMPENG DALAM SUMBER DAYA MINERAL, ENERGI DAN KEWILAYAHAN

J.G.S.M. Vol. 14 No. 1 November 2013

POLA ANOMALI MAGNET DAN NILAI SUSCEPTIBILITAS DARI BATUAN DASAR PADA PEMETAAN GEOLOGI DAN GEOFISIKA DI PERAIRAN TELUK BONE SULAWESI SELATAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

SURVEI MAGNETOTELURIK DAERAH PANAS BUMI MARANA KABUPATEN DONGGALA, SULAWESI TENGAH. Oleh: Asep Sugianto 1) dan Suwahyadi 2)

III. ANALISA DATA DAN INTERPRETASI

GEOLOGI DAERAH SORONG KOTA SORONG, PAPUA BARAT

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1967 oleh Citic Service, yaitu dengan melakukan kegiatan akusisi seismik

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMETAAN GEOLOGI GUNUNG API BAWAH LAUT KAWIO BARAT PERAIRAN SANGIHE-TALAUD MENGGUNAKAN MULTIBEAM ECHOSOUNDER RESOLUSI TINGGI

KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH

J.G.S.M. Vol. 15 No. 4 November 2014 hal

Pemodelan Gravity Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul Provinsi D.I. Yogyakarta. Dian Novita Sari, M.Sc. Abstrak

BAB II GEOLOGI REGIONAL DAERAH PENELITIAN

Transkripsi:

IDENTIFIKASI SUB-CEKUNGAN DI CEKUNGAN TOMINI BAGIAN SELATAN, BERDASARKAN PENAMPANG SEISMIK 2D DAN ANOMALI GAYA BERAT Oleh: Subarsyah dan Sahudin Puslitbang Geologi Kelautan, Jl. Dr. Junjunan No.236, Bandung-40174 Diterima : 01-02-2010; Disetujui : 24-07-2010 SARI Sub-cekungan di Cekungan Tomini dapat diidentifikasi dari penampang seismik di lintasan 28, 30, 32 dan data anomali gayaberat. Dengan mengkorelasikan kedua data tersebut maka dapat diperlihatkan batas sub cekungan. Batas tepian cekungan berada pada anomali gaya berat antara 80 sampai -80 mgal. Berdasarkan data seismik ketebalan sedimen di sub cekungan ini relatif menebal ke arah barat, begitu juga dengan luas dari sub cekungan ini yang meluas ke arah barat. Secara umum ketebalan sedimen di subcekungan ini lebih tebal dibanding sub cekungan di bagian utara. Kata Kunci : Sub-cekungan, penampang seismik, anomali gaya berat, Tomini. ABSTRACT Sub-basin in the Basin Tomini can be identified from the seismic section in track 28, 30, 32 and gravity anomaly data. By correlating the data, it can be shown sub-basin boundary. Limits marginal basin located on the gravity anomaly between 80 to -80 mgal. Based on seismic data in the sub-basin sediment thickness is relatively thick to the west, as well as the extent of this sub-basin that extends to the west. In general, the thickness of sediment in the sub basin is thicker than the subbasins in the northern part. Keywords: sub-basin, seismic section, gravity anomaly, Tomini. PENDAHULUAN Cekungan Tomini merupakan cekungan frontier yang berada di kawasan timur Indonesia tepatnya di perairan Teluk Tomini (Gambar 1.). Cekungan ini diapit oleh lengan timur dan utara Sulawesi. Cekungan indentik dengan keberadaan sumber daya geologi oleh karena itu sangat perlu untuk dilakukan eksplorasi lebih lanjut untuk dapat meningkatkan status cekungannya. Puslitbang Geologi Kelautan sudah melakukan eksplorasi tahap awal pada area ini yaitu pada tahun 2005 dan 2010. Data primer dan sekunder yang diperoleh memberikan informasi mengenai Cekungan Tomini ini erat kaitannya dengan keberadaan sub-cekungan di area ini. Keberadaan sub-cekungan merupakan hal yang menarik di Cekungan Tomini ini, adanya anomali gaya berat yang cukup tinggi yang memanjang dari arah timurlaut (P. Togian) ke arah baratdaya yang memungkinkan adanya basement high yang memisahkan Cekungan Tomini bagian selatan dari Cekungan Tomini. Identifikasi kemungkinan adanya subcekungan Tomini akan dilakukan dengan menggunakan anomali gaya berat yang telah dipublikasikan oleh Pusat Survei Geologi, 2008, dan data Seismik 2D (Subarsyah dkk, 2010). 95

Gambar 1. Peta lokasi dan lintasan seismik GEOLOGI REGIONAL Cekungan Tomini mulai terbentuk akibat perekahan dan rotasi searah jarum jam lengan utara Sulawesi pada Neogen pada sekitar 5 Ma (Hamilton, 1979) atau 3,5 Ma (Hinschberger dkk., 2005). Rotasi searah jarum jam dari lengan utara Sulawesi, diikuti anjakan busur belakang dan tidak aktifnya penunjaman ke selatan lempeng Laut Sulawesi (LLS) (Jezek dkk., 1981) disebabkan oleh tumbukan antara busur lengan timur Sulawesi dengan kontinen mikro Banggai- Sula. Menurut Kadarusman (2004) cekungan Tomini-Gorontalo terbentuk akibat blockfaulting selama anjakan ke arah tenggara komplek ofiolit Sulawesi timur pada saat tumbukan mikro kontinen Banggai-Sula (Gambar 2). Batuan dasar cekungan tersebut dapat berupa ofiolit disisi selatan seperti terbukti hadirnya senolit dunit dalam produk volkanik gungapi Colo (Parr and Hananto, 2002) dan metamorfik; di sisi barat diperkirakan berupa batuan granitik atau gneis seperti diindikasikan kehadirannya oleh Wakita (2000) dan kemungkinan batuan volkanik di sisi utara. Cekungan tersebut secara cepat diisi oleh endapan berumur Akhir Tersier-Kuarter sampai dengan ketebalan 5000 m (Hamilton, 1979; Kusnida dan Subarsyah, 2008). Tepi barat cekungan ini dibatasi oleh sesar aktif Palu-Koro dan oleh sesar geser Gorontalo di bagian timurnya. Di bagian tengah cekungan ini hadir 96

10 N 10 E Miosin Tengah (16-10Ma) 100Km Philippine Sea Plate DATA Identifikasi sub-cekungan akan dilakukan dengan menggunakan penampang seismik 2D yang hasil penelitian PPPGL tahun 2010 yaitu lintasan 28, 30 dan 32 juga anomali gaya berat yang telah dipublikasikan oleh Pusat Survei Geologi tahun 2008. 0 Gambar 2 120 E gunungapi aktif Colo di pulau Una-Una yang merupakan gunungapi tipe busur gunungapi hasil penunjaman lempeng (Vroon dkk., 1996). Gunungapi ini dipercaya sebagai hasil penunjaman ke selatan dari lempeng Laut Sulawesi (Katili, 1975). Permana, dkk. (2002) beranggapan aktivitas gunungapi Colo diakibatkan oleh penunjaman ke arah baratlaut kontinen mikro Banggai-Sula dibawah lengan timur Sulawesi dimana tingginya potasium dan rendahnya perbandingan MgO/FeO* merupakan karakter asli dari kontinen mikro. Hadirnya senolit dunit berkarakter busur dalam produk gunungapi Colo merupakan indikasi bahwa sumber magma sampai ke permukaan setelah melewati batuan kerak samudera (Permana dkk, 2002, Kusnida dkk, 2009). Molucca Sea Plate 130 E Posisi relatif Cekungan Tomini terhadap subduksi Lempeng Sulawesi dan Banggai-Sula. Arah panah berlawanan menunjukkan kemungkinan pembukaan cekungan, sedangkan arah panah tunggal menunjukan arah obduksi (Kadarusman, 2004). HASIL Anomali gaya berat memperlihatkan adanya dua area yang memiliki anomali negatif yang dipisahkan oleh anomali positif di bagian tengah dari Cekungan Tomini, anomali positif memanjang dari P. Togian di bagian timur hingga ke bagian baratdaya. Anomali gaya berat rendah yang mengindikasikan adanya subcekungan pada bagian selatan Cekungan Tomini berkisar antara 0 sampai -80 mgal yang dalam sekala warna mulai dari warna biru tua sampai biru muda. Penampang seismik lintasan 28 (Gambar 4) memperlihatkan keberadaan batuan dasar yang menyebabkan anomali gaya berat pada area ini relatif tinggi, seperti terlihat Gambar 3. Batuan dasar ini memisahkan sedimen pada bagian selatan dengan bagian utara. Garis biru pada penampang seismik merupakan hasil interpretasi batuan dasar. Batuan dasar pada lintasan 30 ini (Gambar 5) muncul ke permukaan dasar laut, itu sebabnya anomali gaya berat di sekitar lintasan ini relatif paling tinggi karena diperkirakan area puncak dari batuan dasar yang merupakan ofiolit (Parr and Hananto, 2002). Pada bagian selatan dari penampang ini sangat jelas terlihat keberadaan patahan yang diakibatkan oleh pengangkatan batuan dasar. Penampang seismik pada lintasan ini memperlihatkan hal yang berbeda, pada bagian atas batuan dasar masih terdapat perlapisan sedimen yang terpatahkan yang memberi informasi yang lebih jelas bahwa pengangkatan batuan sedimen terjadi setelah terbentuknya perlapisan sedimen. 97

Gambar 3. Peta anomali gaya berat Teluk Tomini (Pusat Survei Geologi, 2008). 98

Gambar 4. Penampang seismik lintasan 28 (Subarsyah, dkk., 2010). 99

Gambar 5. Penampang seismik lintasan 30 (Subarsyah, dkk., 2010). 100

Gambar 6. Penampang seismik lintasan 32 (Subarsyah, dkk., 2010). 101

Gambar 7. Sub-cekungan Tomini selatan berdasarkan anomali gaya berat (Zona biru) dan penampang seismik (Zona kuning) 102

ANALISA DAN PEMBAHASAN Anomali gaya berat memperlihatkan dengan sangat jelas adanya tinggian dari batuan dasar yang membatasi Cekungan Tomini bagian selatan dari Cekungan Tomini itu sendiri, seperti terlihat pada Gambar 7, arsiran bergaris biru merupakan area anomali gaya berat dari 0 (-80) mgal yang menjadi asumsi awal batas dari sub-cekungan Tomini bagian selatan. Hasil pengeplotan puncak batuan dasar dari penampang seismik dari ketiga lintasan, yaitu lintasan 28, 30 dan 32 ditandai dengan tanda lingkaran merah, memperlihatkan adanya pergeseran batas batuan dasar menjadi relatif lebih di utara. Pada lintasan 28, puncak batuan dasar berada pada ± CDP 6378 atau sekitar 40 Km ke arah utara dari ujung lintasan di bagian selatan, pada lintasan 30, puncaknya berkisar ±CDP 5430 atau 34 Km ke arah selatan dari ujung lintasan di bagian utara dan pada lintasan 32, puncaknya ± pada CDP 8250 atau 51 Km ke arah utara dari ujung lintasan di bagian selatan. Area kuning merupakan garis yang menghubungkan ketiga titik puncak dari batuan dasar, sedangkan batas bawahnya merupakan penarikan zona yang sangat kasar karena tidak adanya data seismik dan hanya berdasar anomali gaya berat dan pola garis pantai. Dari zona ini terlihat bahwa nilai anomali gaya berat tidak selalu identik dengan tepian dari batuan dasar. Keberadaan sub-cekungan Cekungan Tomini sangat jelas terlihat baik dengan anomali gaya berat dari pola anomali negatifnya dan dari ketiga penampang seismik. Ketebalan sedimen yang lebih tebal terdapat pada lintasan 30 yang diperkirakan merupakan bagian tengah dari subcekungan ini. Penampang seismik lintasan 28, 30 sangat berbeda dengan penampang seismik lintasan 32. Pada lintasan 32, terdapat perlapisan sedimen di bagian atas dari batuan dasar ini harus diteliti lebih lanjut apakah karena pengangkatan batuan dasarnya itu sendiri atau akibat perputaran searah jarum jam bagian lengan utara Sulawesi dimana bagian paling barat lebih jauh dari poros perputaran yang memungkinkan terisi sedimen lebih banyak. sub-cekungan Tomini bagian selatan mempunyai anomali gaya berat yang lebih rendah dibanding di bagian utara ini mengindikasikan bahwa ketebalan sedimennya di Sub-cekungan Tomini bagian selatan lebih besar dibanding di bagian utara. Adanya perbedaan puncak batuan dasar dengan puncak dari anomali gaya berat kemungkinan terjadi beberapa faktor, yang pertama faktor kerapatan data dari gaya berat, yang kedua bisa juga faktor keakuratan posisi. KESIMPULAN Sub-cekungan Tomini dapat teridentifikasi dengan jelas berdasarkan data anomali gaya berat dan penampang seismik dari ketiga lintasan yaitu lintasan 28, 30 dan 32. Batas subcekungan belum diketahui seluruhnya terutama di bagian selatan, timur dan barat. Tepian cekungan secara umum dibatasi dengan anomali gaya berat antara 80 sampai -80 mgal. Sub-cekungan Tomini bagian selatan mempunyai ketebalan sedimen yang lebih besar dibandingkan dengan Sub-cekungan Tomini di bagian utara berdasarkan anomali gaya beratnya. UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Susilohadi, M.Si yang telah membantu sehingga proses akuisisi data berlangsung, juga kepada kepala Tim Pemetaan Geologi Kelautan yaitu Ir. Mustafa Hanafi, M.Si. Tidak lupa beberapa rekan yang lain yang telah membantu, dan tidak memungkinkan untuk disebutkan satu per satu. DAFTAR PUSTAKA Hamilton, W.B., 1979. Tectonic of Indonesian Region. Denver, US.S Govern. Printing Office, 345 p.159-195. Hinschberger, F Malod, J-A., Rehault, J-P., Villeneuve, M., Jean-Yves Royerb, J-Y., Burhanuddin, S. In press, 2005. Late Cenozoic Geodynamic Evolution of Eastern Indonesia. Tectonophysics xx (2005) xxx-xxx, 28p. Jezek, P.A., Whitford, D.J, and Gill, J.B. 1981. Geochemistry of Recent Lavas from Sangihe-Sulawesi arc. The Geology and tectonics of eastern Indonesia, GRDC, Spec. Publ. No. 2p.383-389. Kadarusman, A., Miyashita, S., Maruyama, S., Parkinson, C.D., Ishikawa, A. 2004 (in press). Petrology, Geochemistry and 103

Paleogeographic Reconstruction of The East Sulawesi Ophiolite, Indonesia. Tectonophysics. 29p. Kusnida, D. and Subarsyah, 2008. Deep Sea Sediment Gravity Flow Deposits in Gulf of Tomini, Sulawesi, Indonesian Journal of Geoloy, Vol. 3, No. 4, Dec.;pp:217-225. Kusnida, D., Subarsyah and B. Nirwana, 2009. Basement Configuration of the Tomini Basin deducated from Marine Magetic Interpretation, Indonesia Journal of Geoloy, Vol. 4, No. 4, Dec., p:269-274. Katili, J.A. 1975. Volcanism and Plate Tectonics in The Indonesian Island Arcs. Tectonophysics. Elsevier, v.26; p.165-188. Parr, J. And Hananto, N.D. (ed). 2002. IASSHA 2001 CRUISE REPORT Baruna Jaya VIII, 1st 15th June 2001, Vol.2: Leg A Tomini- Gorontalo Basins. CSIRO Exploration and Mining Report 983F, August 2002. Permana H., Hananto, D.H., Gaol K.L, Utomo, E.P., Burhanuddin, S., Hidayat, S., Triaso, E., Pratomo, I., Binns, R., Parr, J. 2002. Abstrak. IASSHA Cruise 2001 result (Leg A): Tectonic of Tomini-Gorontalo Basin. Infered from new petrological and geophysical data. PIT IAGI, Surabaya. Pusat Survey Geologi, 2008. Peta Anomali Gaya Berat, Indonesia. Subarsyah, Sinaga A.C., Mustafa H., Juniar, P.H., 2010. Interpretasi Seismik Multi-kanal Teluk Tomini, Puslitbang Geologi Kelautan, Tidak Dipublikasi. Vroon, P.Z., Mawardi and Van Bergen, M.J., 1996. Progress Report of Geochemical Study of Colo Volcano (Una-Una), Sulawesi, Indonesia. P.1-6. South East Asia Study of Geology of London. Waskita, K., 2000. Cretaceous Accretionary- Collison Complexes in Central Indonesia. Journal of Asian Earth Sciences 18, 739-749. 104