LEBIH DALAM : PADI, KARET DAN SAWIT Disusun oleh : Queen Enn Nulisbuku.com
PENGGUNAAN ZEOLIT MENDONGKRAK PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHA TANI UBIKAYU Penggunaan Zeolit untuk tanaman pangan di Indonesia masih belum banyak dilakukan, akan tetapi kajian-kajian yang kaitannya dengan upaya efesiensi penggunaan pupuk buatan, melalui pencampuran pupuk buatan dengan zeolit sudah banyak dilakukan; Di Lampung telah dilakukan pengkajian pada beberapa tanaman padi, ubikayu, jagung, tebu, nilam yang memberikan hasil yang sangat positif, demikian juga kajian tentang pencampuran Zeolit dengan urea dalam rangka upaya mendukung teknologi SRF (slow reliease fertilizer) juga telah dilakukan, yang hasilnya juga sangat positif. Menyambung pendapat Dr. M. Al Jabri (Peneliti Balai Penelitian Tanah- Badan Litbang Deptan) pada Sinar Tani edisi 7 13 Januari 2009; bahwa menyarankan kepada Pemerintah agar secepatnya menyusun strategi ke depan tentang kebijakan revitalisasi pembenah tanah untuk memperbaiki lahan kritis, sehingga kesejahteraan petani dipertahankan secara berkelanjutan, dan swasembada pangan dapat dicapai dalam kurun waktu tidak terlalu lama;
adalah merupakan suatu pemikiran yang sangat mendasar; dan lebih jauh tentunya apabila kebijakan ini dapat dilaksanakan, pemerintah akan mendapatkan manfaat yang sangat luas (penghematan devisa, efesiensi anggaran, peningkatan produksi dan pendapatan petani, efisiensi penggunaan pupuk, pelestarian lahan, dsb). Propinsi Lampung merupakan salah satu Propinsi penghasil ubikayu dan jagung terbesar di Indonesia, lebih dari 32% produksi ubikayu nasional dan 11 % produksi jagung nasional berasal dari Lampung; kedua komoditas ini sangat responsif terhadap pemupukan; pada tanaman jagung misalnya untuk mendapatkan produksi lebih dari 8 ton tidak cukup membutuhkan pupuk hanya 3-4 kw/ha, akan tetapi membutuhkan pupuk buatan lebih dari itu. Petani Jagung, Ambar dari Sidomulyo Lampung Selatan misalnya, dari luas lahannya + 6 hektar mampu berproduksi 69 ton jagung pipil basah, mereka memberikan pupuk dengan dosis pupuk urea 500 kg/ha dan pupuk NPK ponska 300 kg/ha. Pada tanaman ubikayu di Lampung untuk petani yang telah maju umumnya menggunakan pupuk untuk tanaman ubikayunya dengan dosis Urea minimal 100 200 kg/ha dan NPK ponska 150-200 kg/ha, dengan produksi tidak kurang dari 25 ton/ha.
Pada percontohan penggunan zeolit untuk tanaman ubikayu telah dilakukan di Desa Mulya Asri dan Mulya Kencono di musim tanam 2007/2008 pada areal seluas 52,5 ha melibatkan 13 orang petani di 3 kelompok tani, dengan pengunaan pupuk buatan rata-rata NPK 200 kg/ha, urea 100 kg/ha yang dicampur dengan ZKK 100 kg/ha, diberikan 1-2 kali pemupukan, dibanding penggunaan pupuk buatan dalam jumlah yang sama tanpa dicampur Zeolit/ZKK, memberikan peningkatan produktivitas rata-rata meningkat 3,04 ton/ha ubi kayu basah, dengan memberikan nilai BC ratio rata-rata 7,2 dan peningkatan keuntungan 17,6 %; serta titik impas harga lebih rendah yaitu Rp 125,9/kg dibanding tanpa ZKK Rp. 137,33 /kg ubikayu basah; untuk lebih jelasnya sbb: Biaya variabel di sini meliputi biaya tenaga kerja pengelolaan (tidak termasuk panen, transpor hasil ke pasar, dan refaksi), pengolahan tanah, bibit, pupuk, herbisida, penyediaan ZKK; biaya variabel /ha nilainya bervariasi untuk usaha tani dengan menggunakan ZKK tertinggi Rp. 2.923.300,- dan terrendah Rp. 2.330.000,-, sedangkan tanpa menggunakan ZKK nilainya tertinggi 2.839.000,- dan terrendah 2.252.000,-, perbedaan tersebut disebabkan karena adanya nilai dari penyediaan ZKK yang besarnya + Rp. 80.000,-/ha, selain itu ada beberapa petani pelaksana yang menggunakan pupuk kandang.
Produktivitas Ubikayu Produksi ubikayu basah dari ke 13 petani pelaksana dapat dilihat pada tabel. Produksi ubikayu bervariasi, dengan menggunakan ZKK produksi ubikayu tertinggi mencapai 32 ton/ha dan terrendah mencapai 22,5 ton/ha, sedangkan produksi ubikayu tanpa menggunakan ZKK produksi tertinggi mencapai 23,59 ton dan terrendah mencapai 18,9 ton/ha. Cara Cepat, Murah Mengukur Kandungan Hara Tanah Kering Petani sekarang pada umumnya telah bisa memperoleh rekomendasi pemupukan berimbang di daerahnya. Namun rekomendasi itu biasanya masih bersifat umum, tidak sangat spesifik lokasi lahan petani. Sehingga untuk keberhasilan optimal, petani perlu berusaha melakukan pemupukan berimbang yang memperhatikan data akurat status hara yang dikandung tanah lahan pertaniannya. Dengan cara-cara konvensional laboratorium, pemeriksaan sifat kimia tanah cukup lama dan mahal, di luar jangkauan petani kecil atau mungkin juga penyuluh. Kondisi prihatin demikian telah mendorong Balai Penelitian Tanah (Balittanah) Departemen Pertanian di Bogor merancang perangkat bantu penentuan hara tanah kering yang bisa
digunakan petani dan penyuluh dengan cepat, praktis, mudah, murah. Perangkat bantu tersebut juga memberi rekomendasi pemupukan hara untuk jenis tanaman yang akan diusahakan pada tanah di suatu lahan. Nurjaya dan Diah Setyorini dari Balittanah, Bogor dalam satu uraian mereka mengutarakan alat bantu tersebut dinamakan Perangkat Uji Tanah Kering (PUTK). Perangkat uji tersebut bisa dioperasikan penyuluh pertanian atau petani terlatih. Bimbingan teknis sosialisasinya bisa diperoleh dari Balittanah atau BPTP. Kehadiran PUTK relatif masih baru. Pengembangan perangkat paket peralatan uji tanah tersebut oleh Balittanah berlangsung selama 3 tahun mulai 2005. Tahun 2007 dilakukaan validasi untuk tanaman jagung di berbagai jenis tanah di beberapa daerah Sumatera dan Jawa. Dilaporkan, hasil validasi menunjukkan bahwa takaran rekomendasi PUTK mampu menghasilkan pipilan kering lebih tinggi dibandingkan hasil takaran rekomendasi petani, PKDSS dan rekomendasi uji tanah. PUTK merupakan alat bantu untuk penetapan kadar hara P, K, C-organik, ph tanah, dan kebutuhan kapur di lapang lahan kering. Dengan kemudahan pengukuran tersebut diharapkan petani akan terbantu dalam menentukan dengan cepat dan akurat takaran pupuk P, K, bahan organik dan
kapur untuk tanaman pangan, utamanya jagung, kedelai dan padi gogo. Peralatan PUTK merupakan paket yang mudah dibawa ke lapangan karena semua perangkat bisa masuk dalam tas kecil ukuran 33-15,5-17 cm dengan berat paling tinggi 3 kg. Paket peralatan terdiri dari satu set larutan ekstraksi, bagan warna hara dan ph tanah, buku petunjuk dan peralatan pendukung. Pengoperasiannya sederhana, hasilnya dapat diamati dalam beberapa menit, dan tingkat ketelitiannya cukup tinggi. Satu set bahan kimia dalam perangkat PUTK dapat digunakan untuk menganalisis 50 contoh tanah. Masa kadaluwarsanya mencapai 1-1,5 tahun, tersedia isi ulang bila ada pengestrak yang habis. Multiguna Arang - Hayati Biochar Karbon hitam (C) atau yang disebut arang-hayati (biochar), dapat mengatasi beberapa keterbatasan dalam pengelolaan karbon. Menurut hasil dari berbagai penelitian, diketahui biochar dapat menambah kelembaban dan kesuburan tanah pertanian serta bisa bertahan ribuan tahun di dalam tanah bila digunakan untuk pengurangan emisi CO2.
Pemanasan global karena meningkatnya emisi CO2 dan gas rumah kaca lainnya telah menyita perhatian penduduk dunia akhir-akhir ini. Seiring dengan pemanasan global, terjadi pula, perubahan iklim yang mendorong semakin kerapnya anomali iklim seperti El-Nino yang menyebabkan kekeringan atau La-Nina yang mendorong terjadinya banjir. Beberapa akibatnya di Indonesia antara lain: dalam kehidupan sehari-hari terasa benar bahwa setiap 2-3 tahun udara ini makin panas, bencana alam makin meningkat. Areal padi sawah yang terkena kekeringan meningkat dari 0.3-1,4% menjadi 3,1-7,8% & puso: 0.004-0,41% à 0.04-1,87% (kl 150 ribu ha/musim). Areal rawan banjir pun meningkat dari 0.75-2,68% à 0,97-2,99%, & puso: 0,24-0,73% à 8,7-13,8% (850 ribu ha). Akibatnya resiko penurunan produksi meningkat dari 2,4-5% menjadi sekitar 10%. Usaha penghijauan dan penghutanan-kembali untuk mengurangi kandungan CO2 udara belum dapat diharapkan mengurangi dampak iklim global. Penambatan karbon (carbon sequestration) dalam tanah pertanian melalui perbaikan praktek pengelolaan merupakan salah satu opsi utama untuk mengurangi emisi CO2 ke atmosfir. Peningkatan kandungan karbon dalam tanah dengan penggunaan tanaman penutup tanah, penambahan mulsa,
kompos ataupun pupuk kandang berhasil memperbaiki produktivitas tanah, menyuplai hara ke tanaman, menyokong siklus nutrisi yang cepat, dan menahan pupuk mineral yang diberikan. Namun, bersifat jangka pendek terutama di daerah tropis, karena proses dekomposisi berlangsung cepat sehingga bahan organik mengalami pembusukan dan mineralisasi menjadi CO2 hanya dalam beberapa musim tanam. Karena itu penambahan bahan organik harus dilakukan setiap tahun untuk mempertahankan produktivitas tanah. Karbon hitam (C), disebut sebagai arang-hayati (biochar), dapat mengatasi beberapa keterbatasan dalam pengelolaan karbon. Kenyataan yang ada, dan berbagai hasil penelitian, menunjukkan bahwa biochar dapat menambah kelembaban dan kesuburan tanah pertanian. Di samping itu, dalam konteks pengurangan emisi CO2, biochar persisten dalam tanah bahkan dilaporkan sampai ribuan tahun. PANEN KOMPOS DALAM 3 MINGGU Peranan kompos dalam pertanian berkelanjutan cukup penting. Karena dibutuhkan sebagai pupuk organik sekaligus untuk memperbaiki kondisi tanah. Memasuki era pertanian organik, jelas peranannya cukup strategis
sehingga teknologi pengolahannya perlu terus dikembangkan agar lebih efisien dan murah. Menggunakan teknologi konvensional, yakni dengan menggunakan mikrorganisme pada umumnya sebagai inokulum, kompos dipanen setelah melalui proses pengomposan selama 4-5 minggu. Belakangan ini muncul berbagai pembaharuan, di antaranya teknik yang lebih spesifik yang dikembangkan di Korea. Yakni panen kompos bisa dalam 3 minggu kalau menggunakan inokulum berupa mikroorganisme asli setempat (indigenous microorganisme). Aplikasinya kemudian dikembangkan pula di negara tetangga Malaysia dengan proses penyediaan inokulum dan teknik pengomposan sebagai berikut. Proses penyediaan inokulum dimulai dengan memasukkan satu mangkok beras ke dalam kotak plastik lalu ditutup dengan ketat menggunakan kertas Mahyong putih, tipis, lembut dan bersih. Jangan menggunakan kertas koran atau kertas bekas pakai. Letakkan kantong plastik berisi beras itu di bawah tanaman bambu untuk selama 2 hari. Miselium jamur akan muncul tumbuh pada beras. Miselium yang tumbuh dicampur dengan gula coklat (brown sugar) dengan perbandingan volume yang sama, tetap