BAB VI PEMBAHASAN. terhadap palayanan, pendidikan dan penelitian. a. Kesesuaian waktu penjadwalan dengan tindakan operasi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V HASIL PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN TINDAKAN KEPERAWATAN DALAM PENANGANAN FAJR DAN AL-HAJJI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kepada pasien (Komisi disiplin ilmu kesehatan, 2002). kebutuhan pasien, tenaga pemberi layanan dan institusi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN A.

PANDUAN PENUNDAAN PELAYANAN DI RUMAH SAKIT PUPUK KALTIM BONTANG

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan mengenai persentase

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB VI HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Rumah Sakit Umum Daerah Prof. DR. H. Aloei Saboe Nomor 91 RT 1 RW 4

BAB I PENDAHULUAN. kolaborasi dengan berbagai pihak. Hal ini membuat perawat berada pada

BAB II PELAYANAN BEDAH OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

BAB I BAB 1 PENDAHULUAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. penunjang medik yang merupakan sub sistem dalam sistem pelayanan. mempunyai peranan penting dalam mempercepat tercapainya tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. Banyak persepsi yang menganggap komunikasi itu hal yang mudah, yang menerima pesan dalam berkomunikasi (Suryani, 2015)

BAB VI HASIL PENELITIAN

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Yang bertanda tangan di bawah ini saya mahasiswa Fakultas Ilnu Kesehatan,

Jadwal Penelitian: Hubungan Kepatuhan Tim Bedah dengan Pelaksanaan Time Out di Kamar Operasi Rumah Sakit Lavalette Malang

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan global. World Health Organization. pembedahan pada tahun Di negara bagian AS yang hanya berpopulasi

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian ini menggunakan rancangan eksperimen semu(quasi

SKRIPSI. Diajukan Oleh : PARYANTO J

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. yaitu pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. (1,2)

BAB I PENDAHULUAN. adanya mutu pelayanan prima rumah sakit. Mutu rumah sakit sangat dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya dalam mewujudkan bangsa Indonesia yang sehat, kualitas pelayanan kesehatan dan jumlah pasien yang datang untuk

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu rumah sakit dalam menjalankan fungsinya ditandai. sumber daya manusia.(depkes,2002).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Banyaknya jumlah rumah sakit pada saat ini dapat menjadikan

LAMPIRAN. 1. Hasil wawancara dengan pihak RSUD untuk pengumpulan data Narasumber : Dr. Herlina Jabatan : Dokter Umum. No Pertanyaan Jawaban

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan dasar tersebut (Depkes, 2009). yang meliputi pelayanan: curative (pengobatan), preventive (upaya

BAB I PENDAHULUAN. anestesi yang dilakukan terhadap pasien bertujuan untuk mengetahui status

BAB 6 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang diselenggarakan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo

SURAT PERNYATAAN MENJADI RESPONDEN

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian rancangan Survei Analitik dimana mengetahui hubungan antara

WAKTU TUNGGU PELAYANAN RESEP RAWAT JALAN DI DEPO FARMASI RSUD GUNUNG JATI KOTA CIREBON TAHUN 2016

BAB V HASIL PENELITIAN

Wacana Kesehatan Vol.1, No.1,Juli 2017 HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN PENINGKATAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN PRAOPERASI ELEKTIF DIRUANG BEDAH

BAB I PENDAHULUAN. yaitu RS Umum dan RS Khusus (jiwa, mata, paru-paru, jantung, kanker, tulang, dsb)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) atau

BAB III METODE PENELITIAN. adalah komorbiditas pada pasien hemodialisa. Kualitas hidup diukur setelah 2

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL. Pada bab ini diuraikan kerangka konsep penelitian, hipotesis penelitian, dan definisi

DAFTAR ISI. DAFTAR TABEL. xiii DAFTAR SKEMA. xiv DAFTAR LAMPIRAN. xv

BAB I PENDAHULUAN. 1945, yang harus diwujudkan dengan upaya peningkatan derajat kesehatan

100% 100% (2/2) 100% 100% (4142) (4162) (269) (307) (307) (269) (278) (263) (265) (264) 0% (638) 12 mnt. (578) 10 mnt

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PROGRAM PENINGKATAN MUTU INSTALASI BEDAH SENTRAL RUMAH SAKIT CIBITUNG MEDIKA

VOLUME II No 1 Januari 2014 Halaman 74-84

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia industri kesehatan terdiri dari beberapa jenis yaitu pelayanan klinik, puskesmas, dan rumah sakit.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menyebabkan stres kerja pada perawat antara lain pola dan beban kerja,

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah observational analitik dengan pendekatan cross sectional

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penunjang. Rumah sakit dalam menjalankan fungsinya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. observasi data variabel independen dan variabel dependen hanya satu kali

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. salah-prosedur, salah-pasien operasi, adalah kejadian yang

: Perwira / Bintara / Tamtama Asuransi lain selain BPJS :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sakit antara lain pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Undangundang

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian quasy experimental, control group pre test post test design. Jenis

BAB 1 PENDAHULUAN. Sectio Caesaria (SC), dimana SC didefinisikan sebagai proses lahirnya janin

49

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN di RS PKU Muhammadiyah Gamping yang merupakan salah satu. Yogyakarta. RS PKU Muhammadiyah Gamping

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN PROSEDUR TETAP (PROTAP) PERAWATAN LUKA OPERASI DI BLUD RSU CUT NYAK DHIEN MEULABOH TAHUN 2015

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2013 NOMOR : 17 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG TARIF PELAYANAN PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semua pekerjaan memiliki resiko dan potensi bahaya yang berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah descriptive correlational yaitu

BAB I PENDAHULUAN. jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu sub sistem pelayanan kesehatan

KUESIONER PENELITIAN

BAB V PENUTUP. kinerja sumber daya manusia tepatnya pada staf medis fungsional di. Instalasi Gawat Darurat adalah berupa uraian pembagian tugas (job

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. secara terus menerus, tulus, ikhlas, peduli dengan masalah pasien yang di hadapi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perpanjangan masa rawat inap bagi penderita. Risiko infeksi di

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan masyarakat banyak, maka peranan pemerintah dalam pelayanan

Transkripsi:

BAB VI PEMBAHASAN Bab ini akan menguraikan mengenai hasil penelitian didapat dari observasi terhadap 97 pasien yang menjalani operasi di kamar operasi RSUD Cengkareng Jakarta Barat. Pembahasan hasil penelitian yang didapatkan, disajikan berupa pembahasan mengenai interpretasi dan hasil diskusi, keterbatasan penelitian dan implikasinya terhadap palayanan, pendidikan dan penelitian. A. Interpretasi dan Diskusi Hasil 1. Hasil Univariat a. Kesesuaian waktu penjadwalan dengan tindakan operasi Ditinjau dari hasil analisa univariat untuk variabel kesesuaian waktu penjadwalan dengan tindakan operasi, diperoleh nilai rata rata kesesuaiannya adalah 68,4 menit, dengan keterlambatan tindakan 60,8%. Nilai tersebut masih jauh dari nilai yang diharapkan yaitu 30 menit, karena sesuai dengan kebijakan yang ada di RS bahwa angka keterlambatan yang masih ditoleransi adalah 30 menit. Menurut Viano & Ward (2000), dan Hamilton (2003) dalam penelitiannya mengatakan bahwa penjadwalan operasi mempunyai 2 cara, yaitu nonblock booking dan block booking, dimana masing masing penjadwalan ini memiliki kelemahan dan kelebihan yang berbeda. 53

54 Berdasarkan hasil penelitian, keterlambatan lebih sering terjadi pada penjadwalan tindakan pasien ODC (One Day Care). Berdasarkan data observasi selama penelitian dari 59 tindakan yang mengalami keterlambatan 30 diantaranya adalah tindakan pasien ODC. Keterlambatan itu sendiri disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya keterlambatan dari pasien, keterlambatan operasi pertama, keterlambatan dokter baik operator maupun anestesi atau dikarenakan adanya tindakan emergency yang tidak direncanakan sebelumnya. b. Lamanya tindakan operasi Berdasarkan hasil dari analisa univariat untuk variabel lamanya tindakan operasi, diperoleh nilai rata rata lamanya tindakan operasi adalah 50,88 menit, dengan kategori operasi yang lama 60 tindakan (61,86%). Secara teori lamanya waktu tindakan operasi tidak bisa dijadikan dasar dalam mengklasifikasikan jenis operasi. Untuk pengklasifikasian ini dibuat berdasarkan keilmuan dan standar yang sudah ditentukan. Setiap RS pasti sudah memiliki standar pengklasifikasian setiap tindakan pembedahan. Lamanya operasi sangat mempengaruhi utilisasi, tapi terkadang bertentangan dengan produktivitas Kamar Operasi itu sendiri. Berdasarkan hasil penelitian, tindakan operasi yang dilakukan di RSUD Cengkareng cenderung tindakan operasi besar karena RSUD Cengkareng merupakan RS rujukan untuk wilayah Jakarta Barat. Walaupun pengklasifikasian tindakan operasi tidak berdasarkan waktu lamanya tindakan operasi, akan tetapi berdasarkan observasi dilapangan biasanya

55 jenis operasi yang menghabiskan waktu 50 60 menit adalah operasi besar atau khusus. c. Jumlah tenaga perawat Variabel jumlah tenaga perawat tidak bisa dilakukan analisis, karena jumlah perawat yang bertugas dalam setiap shift per hari relatif konstan, bahkan selama dilakukan penelitian sendiri jumlah perawat yang bertugas selalu sama yaitu 7 orang perawat. Peneliti hanya bisa menganalisa kebutuhan tenaga perawat berdasarkan rata rata operasi per hari. Dari analisa yang dilakukan kebutuhan jumlah perawat di kamar operasi saat ini adalah 27 orang, sedangkan jumlah tenaga perawat kamar operasi saat ini adalah 24 orang dan itu pun 3 orang perawat masih baru sehingga belum bisa mengikuti tindakan operasi. d. Perawatan preoperasi Berdasarkan hasil dari analisa univariat untuk variabel perawatan preoperasi, diperoleh nilai rata rata perawatan adalah 7,22, dengan kategori kurang baik sebanyak 49 pasien (50,5%). Nilai perawatan maksimal yang diharapkan dari penelitian ini adalah 15. Nilai tersebut menunjukkan bahwa perawatan preoperasi yang dilakukan di kamar operasi masih belum optimal. Secara Konsep hal hal yang harus diperhatikan pada fase preoperasi adalah pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan sebelumnya, penjelasan tindakan (manfaat dan resiko tindakan), penjelasan tentang anestesi yang

56 digunakan dan efek yang mungkin timbul, serta surgical patient safety checklist. Berdasarkan hasil penelitian, perawatan preoperasi masih belum bisa dimaksimalkan karena masih kurangnya tenaga perawat dan adanya kemunduran jam tindakan operasi sehingga terjadi penumpukan tindakan pada jam jam tertentu, sehingga terkadang pasien hanya dilakukan perawatan yang dirasa cukup penting terhadap tindakan operasi yang akan dilakukan. e. Perawatan Post operasi Berdasarkan hasil dari analisa univariat untuk variabel perawatan post operasi, diperoleh nilai rata rata perawatan adalah 6,56, dengan kategori baik sebanyak 55 pasien dan kurang baik sebanyak 42 pasien. Nilai perawatan maksimal yang diharapkan dari penelitian ini adalah 13. Nilai tersebut menunjukkan bahwa perawatan post operasi yang dilakukan di kamar operasi masih belum optimal. Secara Konsep hal hal yang harus diperhatikan pada fase post operasi adalah mengkaji kesadaran/ status mental pasien, manajemen nyeri, penanganan efek anestesi, observasi tanda tanda vital, memonitor perdarahan dan semua alat yang terpasang. Berdasarkan hasil penelitian, perawatan post operasi masih belum bisa dimaksimalkan karena masih kurangnya tenaga perawat dan kurangnya

57 fasilitas/ peralatan di kamar operasi. Saat ini bedside monitor yang ada di ruang pemulihan hanya 4 Sementara pasien post operasi yang harus diobservasi di ruang tersebut bisa lebih dari 4, sehingga banyak pasien yang tidak dilakukan monitor post operasi. Biasanya pasien pasien post operasi dengan local anestesi yang jarang dilakukan monitoring. f. Utilisasi Kamar operasi Berdasarkan hasil dari analisa univariat untuk variabel utilisasi kamar operasi, diperoleh nilai rata rata utilisasi adalah 39,98%, dengan kategori baik sebanyak 51 tindakan (52,69%). Nilai utilisasi yang optimal dari sebuah kamar operasi adalah 85%. Sehingga bisa disimpulkan bahwa utilisasi kamar operasi belum optimal. selama peneliti melakukan penelitian, utilisasi yang kamar operasi hampir tidak ada yang optimal, sehingga cut off point yang digunakan dalam penelitian ini adalah berdasarkan ratio skewness (38,89), sehingga pengkategorian utilisasi kamar operasi dikatakan baik jika 38,89%. Berdasarkan hasil penelitian, utilisasi kamar operasi masih belum optimal karena cukup banyaknya angka keterlambatan tindakan operasi, apalagi jika yang mengalami kemunduran adalah jadwal tindakan pertama. Selain itu kurangnya tenaga perawat juga mempengaruhi, sebagai contoh jika jumlah perawat dalam 1 shift 7 orang, maka maksimal operasi yang dijalankan adalah 2-3 tindakan, sementara kamar yang siap pakai untuk operasi ada 5 kamar. Hal tersebut menyebabkan ada waktu yang tidak termanfaatkan.

58 2. Hasil Bivariat Analisa bivariat yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi beberapa variabel, yaitu: a. Hubungan antara kesesuaian waktu penjadwalan dengan tindakan operasi dan utilisasi Instalasi Kamar Operasi. Berdasarkan hasil pengukuran uji bivariat menggunakan chi square yang dilakukan terhadap dua variabel diatas didapatkan nilai p value 0,02 (<0,05) maka H0 ditolak, artinya ada hubungan antara kesesuaian waktu penjadwalan dengan tindakan operasi dan utilisasi Instalasi Kamar Operasi. Jumlah tindakan yang dilakukan tidak tepat sesuai penjadwalan adalah 59 tindakan (60.8%) dari 97 jumlah tindakan. Hal ini menunjukkan bahwa kesesuaian tindakan dengan penjadwalan masih rendah. Secara konsep/ penelitian yang dilakukan oleh The Health Financial Manajement Association (HMFA) tahun 2008 mengatakan bahwa ketidaksesuaian penjadwalan dengan tindakan (delay) merupakan faktor penyebab utama dari rendahnya utilisasi kamar operasi. Sehingga manajemen penjadwalan yang baik sangat dibutuhkan untuk meningkatkan angka utilisasi dari kamar operasi itu sendiri. Faktor faktor yang menyebabkan delay operasi pun harus diminimalisir. Berdasarkan hasil penelitian, faktor yang mempengaruhi delay dari suatu tindakan sangat beragam. Selama peneliti melakukan observasi faktor yang mempengaruhi diantaranya adalah penjadwalan yang

59 kurang terstruktur, adanya tindakan emergency, keterlambatan operasi pertama, keterlambatan pasien (untuk pasien ODC), keterlambatan pengantaran pasien preoperasi atau penjemputan pasien post operasi dan jumlah perawat yang bertugas. Faktor tersebut menyebabkan dampak terhadap rendahnya utilisasi Kamar Operasi. Penjadwalan yang dilakukan di Kamar Operasi hanya didasarkan pada jumlah operasi per dokter operator dan jumlah total keseluruhan operasi per hari. Selain itu RS juga belum memiliki system computerize yang bisa mengcover kebutuhan kamar operasi, misalnya penjadwalan yang dapat di akses secara on line oleh petugas yang berhubungan dengan kamar operasi dan lain lain. Tindakan emergency juga memiliki pengaruh terhadap ketepatan tindakan operasi, karena kondisi saat ini belum ada satu ruangan khusus yang didedikasikan untuk tindakan emergency. Ketika ada pasien yang dilakukan tindakan emergency, maka secara otomatis dia akan menggeser pasien yang sudah dijadwalkan secara elektif/ terencana, sehingga tindakan tersebut akan mengalami keterlambatan secara jadwal. Keterlambatan memulai operasi pertama juga memilikim kontribusi pada rendahnya utilisasi, karena keterlambatan tersebut menyebabkan antrian dan penumpukan tindakan ke jam penjadwalan berikutnya. Selama observasi dilapangan penyebab keterlambatan mulainya operasi

60 pertama adalah adanya operasi emergency, keterlambatan pasien ODC dan pengantaran pasien dari ruangan, kurangnya jumlah perawat yang berdinas ataupun keterlambatan dokter operator ataupun anestesi. Dari pemaparan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa keterlambatan operasi sangat mempengaruhi utilisasi kamar operasi, hal ini sejalan dengan konsep atau penelitian sebelumnya. b. Hubungan antara lamanya tindakan operasi dengan utilisasi Instalasi Kamar Operasi. Berdasarkan hasil pengukuran uji bivariat menggunakan chi square yang dilakukan terhadap dua variabel diatas didapatkan nilai p value 0,000 (<0,05) maka H0 ditolak, artinya ada hubungan signifikan antara lamanya tindakan operasi dengan utilisasi Instalasi Kamar Operasi. Dari 97 tindakan yang dilakukan 60 tindakan (61,86%) mempunyai durasi waktu yang lama. Hal ini menunjukkan bahwa lamanya operasi sangat mempengaruhi utilisasi kamar operasi. Secara konsep lamanya waktu operasi memang mempengaruhi utilisasi kamar operasi, akan tetapi penilaian ini terkadang bertentangan dengan produktifitas kamar operasi, Sehingga ketika mendapatkan operasi yang durasinya lama perlu juga dicermati dari sisi tindakan atau jenis operasinya. Berdasarkan hasil penelitian, lamanya tindakan operasi berpengaruh secara langsung terhadap utilisasi. Jumlah tindakan yang kurang baik bisa

61 disebabkan oleh singkatnya sebuah tindakan operasi, sehingga untuk memaksimalkan utilisasi itu sendiri harus dibarengi dengan jumlah operasi yang cukup banyak. c. Hubungan antara perawatan pre operasi dengan utilisasi Instalasi Kamar Operasi. Berdasarkan hasil pengukuran uji bivariat menggunakan chi square yang dilakukan terhadap dua variabel diatas didapatkan nilai p value 0,02 (<0,05) maka H0 ditolak, artinya ada hubungan antara perawatan pre operasi dengan utilisasi Instalasi Kamar Operasi. Tindakan perawatan preoperasi yang kurang baik, yaitu 49 tindakan (50,52%) dari total 97 tindakan. Secara konsep perawatan pre dan post operasi yang baik akan meningkatkan jumlah utilisasi, karena perawatan yang baik akan meningkat kepuasan pasien yang pada akhirnya bisa menjadi salah satu marketing tersendiri bagi RS untuk mendatangkan pasien. Berdasarkan hasil penelitian, perawatan preoperasi yang kurang baik yang terjadi karena jumlah operasi yang menumpuk pada jam jam tertentu, sementara kadang diwaktu lain tidak ada operasi, Sehingga beban kerja perawat tidak merata. Pada saat perawat dalam kondisi sibuk, maka perawatan yang diberikan kepada pasien kadang kurang maksimal.

62 d. Hubungan antara perawatan post operasi dengan utilisasi Instalasi Kamar Operasi. Berdasarkan hasil pengukuran uji bivariat menggunakan chi square yang dilakukan terhadap dua variabel diatas didapatkan nilai p value 0,022 (<0,05) maka H0 ditolak, artinya ada hubungan antara perawatan post operasi dengan utilisasi Instalasi Kamar Operasi. Tindakan perawatan post operasi yang baik, yaitu 55 tindakan (56,7%) dari total 97 tindakan. Secara konsep perawatan pre dan post operasi yang baik akan meningkatkan jumlah utilisasi, karena perawatan yang baik akan meningkat kepuasan pasien yang pada akhirnya bisa menjadi salah satu marketing tersendiri bagi RS untuk mendatangkan pasien. Berdasarkan hasil penelitian, perawatan post operasi yang kurang baik yang terjadi karena jumlah operasi yang menumpuk pada jam jam tertentu, sementara kadang diwaktunlain tidak ada operasi, Sehingga beban kerja perawat tidak merata. Pada saat perawat dalam kondisi sibuk, maka perawatan yang diberikan kepada pasien kadang kurang maksimal. B. Keterbatasan Penelitian Dalam proses pelaksanaan penelitian masih ditemukan berbagai keterbatasan yang alami peneliti, diantaranya: 1. Proses penelitian Pada saat proses melakukan pengukuran validitas dan reliabilitas, sebagian pasien tidak mau bahkan ada yang tidak bisa melakukan pengisisan

63 kuesioner di karenakan sudah dalam posisi bedrest persiapan operasi, sehingga harus memanggil keluarga dahulu untuk membacakan dan dan mengisi kuesioner. Dari data yang didapat banyak yang tidak valid, sebagai contoh dari 15 pertanyaan pre operasi yang tidak valid 5 pertanyaan begitu juga dengan pertanyaan pertanyaan dari variabel yang lain. Hal ini bisa disebabkan karena adanya perbedaan persepsi. Sehingga peneliti melakukan uji validitas ulang dengan menggunakan metode observasi. Pengulangan uji validitas tersebut menyebabkan proses penelitian mengalami kemunduran, sehingga dengan waktu untuk penelitian dan pengolahan data menjadi sempit. 2. Sampel penelitian Sampel yang digunakan dalam penelitian ini idealnya adalah jumlah hari, 1 hari efektif dihitung menjadi 1 sampel, sehingga jika kita akan meneliti utilisasi paling tidak sampel yang harus diambil adalah sekitar 3 bulan. Dengan keterbatasan waktu penelitian maka peneliti mengasumsikan sampelnya menjadi pasien yang dilakukan operasi dihari dan jam efektif yaitu hari senin sampai sabtu dari jam 07.00 sampai dengan jam 16.00 WIB. Dengan sampel yang diasumsikan tersebut maka penelitian dilakukan selama 6 hari. 3. Variabel yang diteliti Variabel yang diteliti pada penelitian ini cukup rumit dan banyak, sehingga peneliti dibantu oleh observer lain yang melakukan observasi terhadap hal

64 hal yang sifatnya mutlak dan tidak akan ada perbedaan persepsi, sebagai contoh jam dimulai operasi, selesai operasi ataupun jenis tindakannya. C. Implikasi Terhadap Pelayanan, Pendidikan dan Penelitian 1. Pelayanan Hasil penelitian yang dijabarkan diharapkan dapat menjadi masukan bagi institusi tempat penelitian, sehingga penelitian yang dilakukan dapat menjadi pertimbangan dalam rangka proses peningkatan pelayanan dilapangan. 2. Pendidikan Bagi dunia pendidikan khususnya peneliti, penelitian ini diharapkan bisa dijadikan penambahan wawasan dan pembentukan pola pikir yang terstruktur dalam menyajikan data dan menarik kesimpulan. 3. Penelitian Penelitian diharapkan mampu menjadi bahan bacaan dalam membuat penelitian penelitian baru atau lanjutan, sehingga permasalahan permasalahan pelayanan yang belum terjawab dapat dilanjutkan ke penelitian berikutnya.