BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan lingkungan sosial dewasa ini ditandai dengan penekanan yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan tahap kehidupan seseorang mencapai proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. data BKKBN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa adalah remaja usia tahun (BkkbN,2014). Menurut bidang

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pendahuluan dalam babi secara garis besar memuat penjelasan

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin

BAB I PENDAHULUAN. bonus demografi, dimana penduduk usia produktif yaitu penduduk dengan usia 15

Program Gen Re dalam penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja

I. PENDAHULUAN. sebanyak 237,6 juta jiwa, dengan 27,6% dari jumlah penduduknya adalah remaja

BAB 1 : PENDAHULUAN. sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Pemberdayaan Pemuda Melalui

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. kecanduan narkoba dan ujung ujungnya akan terinfeksi HIV Aids dengan hal

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. selain jumlah sangat besar (menurut BPS tidak kurang dari 43,6 juta j iwa atau

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang berusia tahun. Remaja adalah

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dunia (WHO), definisi remaja (adolescence) adalah periode usia

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Proses pola asuh orangtua meliputi kedekatan orangtua dengan remaja,

BAB I PENDAHULUAN. kelompok umur tahun dengan total jiwa, jenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN. goncangan dan stres karena masalah yang dialami terlihat begitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah remaja usia tahun di Indonesia menurut data SUPAS 2005 yang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 26 TAHUN 2010 TENTANG PENGARUSUTAMAAN HIV DAN AIDS MELALUI PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia sesuai Visi Indonesia Sehat 2010 ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. setelah masa kanak-kanak dan sebelum dewasa, yaitu pada umur tahun

BAB I PENDAHULUAN. saat usia remaja terjadi peningkatan hormon-hormon seksual. Peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

WALIKOTA BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 01 TAHUN 2016 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK

Yusnidar 1*) ABSTRAK. 1. Pendahuluan

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Data Pusat Informasi dan Layanan Remaja (PILAR) dan Perkumpulan. Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jateng tahun 2012 mengenai

BAB І PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh yang terjadi karena seseorang terinfeksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk Indonesia tahun , BPS, BAPPENAS, UNFPA, 2005).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sri Yanah, 2014 Peranan Karang Taruna dalam mengembangkan kesadaran moral pemuda

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGORGANISASIAN PIK REMAJA YOLIN BOTUTIHE. Plt. Kasi. Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi BKKBN Provinsi Gorontalo

O. BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN 1 2 3

GENERASI BERENCANA G-E-N-R-E

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang potensial adalah generasi mudanya. Tarigan (2006:1)

BAB 1 PENDAHULUAN. Pandemi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), saat ini merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan.

BAB I PENDAHULUAN. Kompleksitas permasalahan yang bersifat krusial seringkali dihadapi para

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia menghadapi banyak masalah berkaitan dengan bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan karakteristik..., Sarah Dessy Oktavia, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Program For Appropriate Technology in Health (PATH, 2000)

sebagai kegiatan utama dalam hal memberikan informasi dilaksanakan oleh semua PIK Remaja dengan cara dan

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Pentingnya kehidupan keluarga yang sehat atau harmonis bagi remaja

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan remaja di perkotaan. Dimana wanita dengan pendidikan yang

L. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA

L. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. baik fisik, psikologis, intelektual maupun sosial. Baik buruknya perkembangan

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASER NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permasalahan remaja yang dihadapi sekarang berkaitan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa,

QANUN KOTA LANGSA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN KEPEMUDAAN BISMILLAHIRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG

WALIKOTA MADIUN WALIKOTA MADIUN,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

1. Pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi

2015 PERANAN KARANG TARUNA DALAM MENGEMBANGKAN SIKAP MENTAL GENERASI MUDA

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi mempengaruhi kualitas sumber daya manusia,

KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PELAJAR TERHADAP PROGRAM GENERASI BERENCANA DI SMA NEGERI 13 MEDAN TAHUN 2015

BAB 29 PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA KECIL BERKUALITAS SERTA PEMUDA DAN OLAHRAGA

BAB I PENDAHULUAN. sempurna sehingga ia dapat melaksanakan tugas sebagai manusia. Pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut, remaja cenderung untuk menerima tantangan atau coba-coba melakukan

BAB I PENDAHULUAN. cinta kasih, dan penghargaan terhadap masing-masing anggotanya. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masa depan pembangunan bangsa mengharapkan penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya dengan yang negatif remaja dengan mudah terbawa ke hal yang

BAB I PENDAHULUAN. penurunan angka kelahian dibanding tahuin sebelumnya,namun ledakan

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan inti dan arah penelitian,

proses kaderisasi. Adanya dukungan kebijakan yang tidak diimbangi dukungan dana yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hak asasi hidup setiap manusia. Oleh karena itu,

UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Kelompok usia remaja menurut WHO (World Health Organization) adalah kelompok umur tahun (Sarwono, 2008).

PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0059 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PEMUDA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan lingkungan sosial dewasa ini ditandai dengan penekanan yang terlampau besar pada nilai-nilai tertentu. Nilai-nilai itu salah satunya adalah materialisme. Nilai-nilai yang berkembang dalam lingkungan sosial tersebut mempengaruhi pada kehidupan pemuda. Pemuda memiliki peran yang sangat penting di dalam kehidupan masyarakat. Hal ini sesuai dengan pernyataan D. Simanjuntak dan Pasaribu (1990: 7) mengatakan bahwa : Munculnya generasi muda berkaitan dengan perubahan sosial. Dalam pemunculan itu generasi muda menuntut peranan sosial, alokasi, yang di satu pihak dapat menggugah kestabilan sosial, sedang di pihak lain membuka kemungkinan perubahan yang diperlukan dalam struktur masyarakat. Tiap masyarakat mempunyai alokasi peran yang jelas terhadap golongan pemuda. Tugas pemuda adalah menyesuaikan persepsinya dengan peran tersebut. Oleh karena itu, generasi muda memerlukan pendidikan yang jelas. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting dalam kehidupan manusia. Dengan demikian, selama hidup di dunia pendidikan menjadi suatu faktor yang paling penting atau utama diantara kebutuhan manusia lainnya. Melalui pendidikan selain memperoleh kepandaian berupa keterampilan, berolah pikir, manusia juga memperoleh wawasan baru yang akan membantu harkat hidup mereka baik pribadi maupun bagian suatu bangsa. Dalam proses pembangunan bangsa, pemuda merupakan kekuatan moral, kontrol sosial, dan agen perubahan sebagai perwujudan dari fungsi, peran, 1

2 karakteristik, dan kedudukannya yang strategis dalam pembangunan nasional. Untuk itu, tanggung jawab dan peran strategis pemuda di segala dimensi pembangunan perlu ditingkatkan dalam kerangka hukum nasional sesuai dengan nilai yang terkandung di dalam Pancasila dan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dengan berasaskan Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan, kebangsaan, kebhinekaan, demokratis, keadilan, partisipatif, kebersamaan, kesetaraan, dan kemandirian. Adapun mengenai penyelenggaraan pendidikan itu sendiri diatur oleh Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN No. 20 Th 2003 : Bab III Pasal IV Ayat 1-6) bahwa : 1. Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa. 2. Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan multi makna. 3. Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. 4. Pendidikan diselenggarakan dengan memberikan keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran. 5. Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat.

3 6. Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu pelayanan pendidikan. Pendidikan merupakan suatu proses yang berkelanjutan sehingga pendidikan tersebut berlangsung atau dilaksanakan dalam lingkungan pendidikan yang terdiri atas : (1) Pendidikan di lingkungan keluarga, (2) Pendidikan di lingkungan sekolah, (3) Pendidikan di lingkungan masyarakat. Pendidikan pemuda termasuk jalur Pendidikan Nonformal. Dalam undangundang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN No. 20 Th 2003 : Bab VI Pasal 26 Ayat 3) menjelaskan bahwa : Pendidikan Nonformal meliputi; pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan kepemudaan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan keterampilan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. Kutipan di atas menggambarkan bahwa pemuda memegang peranan dan kedudukan yang penting dalam masyarakat sebagai generasi penerus bangsa. Namun dalam kehidupan nyata untuk melaksanakan peran tersebut harus melalui berbagai hambatan diantaranya adalah motivasi pemuda itu sendiri. Pemberdayaan mempunyai makna harfiah membuat (seseorang) berdaya. Istilah lain untuk pemberdayaan adalah penguatan (empowerment). Pemberdayaan pada intinya adalah pemanusiaan dalam arti mendorong orang untuk menampilkan dan merasakan hak-hak asasinya. Dalam pemberdayaan terkandung unsur pengakuan dan penguatan posisi seseorang melalui penegasan terhadap hak dan kewajiban yang dimiliki dalam

4 seluruh tatanan kehidupan. Dalam proses pemberdayaan diusahakan agar orang berani menyuarakan dan memperjuangkan ketidakseimbangan antara hak dan kewajiban. Pemberdayaan mengutamakan usaha sendiri dari orang yang diberdayakan untuk meraih keberdayaannya. Oleh karena, itu pemberdayaan sangat jauh dari konotasi ketergantungan. Anak sebagai generasi penerus merupakan aset bangsa yang diharapkan mempunyai kualitas yang tinggi terutama dalam mencapai cita-cita pembangunan bangsa, khususnya keluarga yang berkualitas. Dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas tersebut, orang tua yang baik mempunyai peran yang sangat penting dalam pembinaan tumbuh kembang anak yang optimal. Sebagaimana diketahui bahwa jumlah pemuda umur 10-24 tahun baik pria maupun wanita di Indonesia terdapat sekitar 64 juta atau 28,64% dari jumlah penduduk Indonesia sebanyak 222 juta. Sekitar 1 juta remaja pria (5%) dan 200 ribu remaja wanita (1%) menyatakan secara terbuka bahwa mereka pernah melakukan hubungan seksual. Perilaku seksual remaja menurut hasil studi yang dilakukan oleh DKT, 2005 dibeberapa kota memperlihatkan data yang sangat meresahkan kita, yaitu secara terbuka remaja menyatakan bahwa mereka telah melakukan seks pra nikah di bandung 54%, Surabaya 47% dan medan 52%. Sedangkan data dari PKBI 2006, menunjukkan bahwa kisaran umur pertama kali remaja melakukan hubungan seks pra nikah adalah 13-18 tahun. Adapun data dari Depkes menunjukkan bahwa jumlah pengidap AIDS sampai Maret 2007 adalah sebanyak 8.988 orang, 54% dari para pengidap AIDS tersebut adalah remaja usia 20-29. Menurut data Badan Narkotik Nasional (BNN)

5 jumlah penduduk Indonesia pengguna narkoba adalah sekitar 3.200.000 orang (1,5% dari jumlah penduduk). 78% dari pengguna Narkoba tersebut adalah remaja usia 20-29 tahun. Menurut data Badan Narkotika Nasional (BNN) jumlah penduduk Indonesia pengguna narkoba adalah sekitar 3.200.000 orang (1,5% dari jumlah penduduk). 78% dari pengguna narkoba tersebut adalah remaja usia 20-29 tahun pada tahun 2007. Menurut data per juni 2008, jumlah orang yang terinfeksi HIV di Indonesia adalah 12.686 jiwa. Data yang setiap tahunnya selalu meningkat ini, apabila dilihat dari segi usia, orang yang terinfeksi banyak dalam rentang usia produktif yakni 20-29 tahun. Menurut beberapa ahli jika seseorang pada usia 24 tahun sudah mengidap AIDS ini berarti 10 tahun sebelumnya sudah terinfeksi HIV, yang berarti juga orang tersebut terinfeksi pada usia 14 tahun. Selain itu, jika dilihat dari cara penularan yang berperan utama dalam penyebaran HIV adalah melalui penggunaan jarum suntik, yaitu sebesar 49,2 % dan penyebab terbesar kedua adalah melalui hubungan seksual yakni sebesar 42,9 %. Sementara sebagian besar orang-orang yang menggunakan jarum suntik biasanya 2-5 tahun sebelumnya sudah menggunakan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya (NAPZA) yang juga banyak terjadi di usia remaja. Isu-isu Triad KRR (seksualitas, HIV/AIDS dan NAPZA) seperti tersebut diatas merupakan isu yang sangat aktual saat ini yang memerlukan perhatian semua pihak apabila kasus remaja ini dibiarkan, sudah barang tentu akan merusak masa depan remaja khususnya mereka dan masa depan keluarga dan masa depan bangsa Indonesia.

6 Pemuda adalah individu yang bila dilihat secara fisik sedang mengalami perkembangan dan secara psikis sedang mengalami perkembangan emosional, sehingga pemuda merupakan sumber daya manusia pembangunan baik saat ini maupun masa datang. Sebagai calon generasi penerus yang akan menggantikan generasi sebelumnya. Secara internasional, WHO menyebut sebagai young people dengan batas usia 10-24 tahun, sedangkan usia 10-19 tahun disebut adolescenea atau remaja. International Youth Year yang diselenggarakan tahun 1985, mendefinisikan penduduk berusia 15-24 tahun sebagai kelompok pemuda. Sedangkan menurut draft RUU Kepemudaan, Pemuda adalah mereka yang berusia antara 18 hingga 35 tahun. Menilik dari sisi usia maka pemuda merupakan masa perkembangan secara biologis dan psikologis. Oleh karenanya pemuda selalu memiliki aspirasi yang berbeda dengan aspirasi masyarakat secara umum. Dalam makna yang positif aspirasi yang berbeda ini disebut dengan semangat pembaharu. Program Kesehatan Reproduksi Remaja difokuskan pada empat sasaran utama, yaitu : 1) Peningkatan Komitmen terhadap Program KRR, 2) Intensifikasi Komunikasi Perubahan Perilaku Remaja, 3) Peningkatan Kemitraan dan Kerjasama dalam Program KRR, dan 4) Peningkatan akses dan Kualitas Pengelolaan dan Pelayanan Pusat Informasi dan Konseling KRR (PIK-KRR). Pemuda dikelompokkan sebagai generasi dimana paling tidak mereka harus mengambil lima keputusan besar yang akan menentukan keberhasilan mereka kelak. Lima keputusan besar ini disebut lima periode transisional dalam

7 kehidupan generasi muda. Yang pertama apakah mereka bisa melanjutkan sekolah atau tidak? Kemudian apakah mereka bisa memperoleh pekerjaan atau tidak? Ketiga ada keinginan untuk memulai kehidupan sebagai sebuah keluarga, apakah itu sebagai suami atau istri. Keempat, memulai sebagai anggota masyarakat, dan yang terakhir apakah remaja bisa mempraktekkan pola hidup sehat atau tidak? Dan Kelima yaitu pola hidup yang sehat dengan benar maka potensi untuk mengambil keputusan empat lainnya dengan benar cukup besar. Temuan di lapangan pada salah satu PIK-KRR Spirit dalam upaya memberikan informasi tentang Triad KRR dan mengembangkan keterampilan kecakapan hidup adanya mekanisme pengelolaan untuk dapat menjalankan operasional kegiatan serta meningkatkan potensi yang ada pada pemuda, terlihat dengan adanya dukungan dari pembina dalam setiap kegiatan agar menarik bagi pemuda untuk dapat mengikuti setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh PIK-KRR Spirit, sehingga mencapai hasil yang diinginkan dan telah menarik perhatian peneliti untuk melihat lebih dalam. Bentuk lain dari PIK-KRR SPIRIT adalah sebagai pusat informasi dan konseling kesehatan reproduksi remaja yang berfokus pada pemberian informasi yang benar tentang Kesehatan Reproduksi dan pengembangan kecakapan hidup mempunyai visi Tegar Remaja dimana salah satu indikatornya adalah menjadi contoh dan teladan bagi pemuda lainnya. Fakta sementara yang telah dikumpulkan dari PIK-KRR Spirit bisa diketahui bahwa PIK-KRR Spirit telah dapat menjalankan operasionalisasi pengelolaan dan pelayanan juga pendidikan kecakapan hidup (life-skill) bagi pemuda di wilayah Kelurahan Babakan Surabaya Kecamatan Kiara Condong Kota Bandung.

8 Oleh karena itu, untuk memenuhi persoalan itu maka menurut PIK-KRR Spirit Pemuda perlu untuk : 1. Memahami sikap dan perilaku tentang kesehatan dan hak-hak Reproduksi Remaja guna meningkatkan derajat kesehatan reproduksinya dan mempersiapkan kehidupan keluarga dalam mendukung upaya peningkatan kualitas generasi mendatang. 2. Mengetahui issue sekitar remaja, globalisasi dan akses informasi oleh remaja, yang dapat mengakibatkan perubahan norma, sikap dan perilaku pemuda berkaitan dengan godaan / resiko (Seksualitas, Napza, HIV dan Aids). 3. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang kecakapan hidup terutama yang berhubungan dengan pengertian, konsep dasar dan manfaat pendidikan kecakapan hidup (Life-Skills). 4. Mampu menghadapi berbagai tuntutan dan tantangan dalam hidupnya sehari-hari secara efektif Berdasarkan asumsi-asumsi ilmiah yang ada dan beberapa fakta yang ditemukan di lapangan (PIK-KRR Spirit) menarik kiranya untuk menggali data, fakta dan temuan di lapangan ini diungkapkan agar menjadi sebuah kasus pembelajaran penting bagi pembangunan dunia pendidikan nonformal sebagai salah satu penopang pembangunan nasional. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mencoba meneliti tentang Pemberdayaan Pemuda melalui Program Pendidikan Kecakapan Hidup (life skill) di PIK-KRR Spirit Bandung.

9 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan dan beberapa fakta di lapangan, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut : 1. Masih kurangnya pembinaan dan pembekalan yang diberikan oleh pihak BPPKB (Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana) kepada para pemuda, dikarenakan PIK-KRR hanya salah satu bagian dari program BPPKB. 2. Sulitnya mensinergiskan pemuda dalam menyamakan visi dan misi karena dalam wadah kepemudaan ini perlu taktik dan teknik yang dikemas khusus untuk pemuda dengan perencanaan program yang lebih matang baik dari segi operasionalnya maupun personalnya. 3. Minimnya fasilitas sarana dan prasarana, sehingga menghambat dalam setiap proses pelaksanaan kegiatan pemuda di PIK-KRR Spirit ini. 4. Kurangnya pengetahuan pemuda dalam pengelolaan jaringan / kemitraan sehingga pemuda dituntut harus memiliki keterampilan advokasi dalam mencari dukungan atau jaringan. 5. Sulitnya mencari pangsa pasar di dalam memasarkan produk dari hasil lifeskill di PIK-KRR Spririt Bandung. C. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penulis merumuskan masalah yang akan diteliti sebagai berikut: Bagaimana pemberdayaan pemuda melalui Program Pendidikan Kecakapan Hidup (Life-Skill) di PIK-KRR Spirit Bandung. D. Pertanyaan Penelitian

10 Merujuk pada hasil identifikasi masalah diatas, peneliti mengajukan beberapa pertanyaan, adapun pertanyaan penelitian yang diajukan adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana proses pemberdayaan pemuda di dalam melaksanakan program life-skill di PIK-KRR Spirit Bandung? 2. Bagaimana bentuk pemberdayaan bagi pemuda dalam pelaksanaan program life-skill di PIK-KRR Spirit Bandung? 3. Faktor-faktor apa saja yang mendorong dan menghambat dalam proses pemberdayaan pemuda di PIK-KRR Spirit Bandung? 4. Apa saja manfaat yang akan diperoleh pemuda dalam menjalankan program life-skill di PIK-KRR Spirit Bandung? E. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan oleh penulis bertujuan untuk : 1. Memperoleh data dan informasi mengenai program life-skill dalam melaksanakan proses pemberdayaan pemuda. 2. Untuk mengungkap bentuk pemberdayaan bagi pemuda dalam menjalankan program life-skill di PIK-KRR Spirit Bandung. 3. Untuk mengungkap faktor pendorong dan penghambat dalam proses pemberdayaan pemuda di PIK-KRR Spirit Bandung. 4. Manfaat yang diperoleh bagi pemuda dalam menjalankan program life-skill di PIK-KRR Spirit Bandung. F. Manfaat Penelitian

11 Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik dalam kepentingan teoritik maupun kepentingan praktis. Manfaat-manfaat tersebut antara lain : 1. Kepentingan Teoritik; diharapkan dapat memperkaya teori-teori pendidikan khususnya yang berhubungan dengan pemberdayaan pemuda dalam mendukung program pendidikan kecakapan hidup (life skill). 2. Kepentingan Praktis; 1. diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan khususnya bagi PIK-KRR dalam mendukung proses pembelajaran dan program Pemerintah serta dapat dijadikan bahan masukan bagi Pendidikan Nonformal dalam mengaplikasikan konsep di lapangan khususnya yang berhubungan dengan pemberdayaan pemuda melalui program PIK-KRR terhadap pendidikan kecakapan hidup (life skill). 2. sebagai bahan perbandingan dalam upaya peningkatan pendidikan kecakapan hidup (life skill) sehingga dapat berkembang dan memberikan peluang bagi peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta setiap mental pemuda sebagai anggota PIK-KRR,dan 3. sebagai pengalaman praktis dalam mengoptimalkan metodologi penelitian. G. Definisi Operasional Untuk memperjelas mengenai istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka diuraikan pengertian istilah dalam penjelasan berikut: 1. Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam berbagai pengontrolan, dan mempengaruhi terhadap kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi

12 kehidupannya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh keterampilan, pengetahuan dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya (Parson, et.al, 1994: 106). 2. Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR) adalah suatu wadah kegiatan program KRR yang dikelola dari, oleh dan untuk remaja guna memberikan pelayanan informasi dan konseling tentang kesehatan reproduksi serta kegiatan-kegiatan penunjang lainnya. 3. Kesehatan Reproduksi Remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem reproduksi (fungsi, komponen, dan proses) yang dimiliki oleh remaja baik secara fisik, mental dan sosial. 4. Pemuda adalah warga negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16 (enam belas) sampai 30 (tiga puluh) tahun 5. Pendidikan Kecakapan Hidup (life skill) Kecakapan Hidup adalah kecakapan yang dimiliki seseorang untuk berani menghadapi problema hidup dan kehidupan dengan wajar tanpa merasa tekanan, secara proaktif, kreatif mencari atau menemukan solusi, dan mampu mengatasinya. Penyelenggaraan pendidikan kecakapan hidup pada satuan dan program pendidikan nonformal merupakan upaya pengentasan kemiskinan dan penanggulangan pengangguran dengan menekankan pada pembelajaran yang dapat memberikan penghasilan (learning and earning). 6. SPIRIT adalah Sehat, Pintar, Interaktif dan Tanggung Jawab.

13 H. Lokasi dan Subyek Penelitian Adapun yang menjadi lokasi penelitian yaitu di Kelurahan Babakan Surabaya Kec. Kiaracondong Kota Bandung. Dengan subyek penelitian terdiri dari satu (1) orang pengelola PIK-KRR Spirit, dua (2) orang konselor sebaya (KS), dan empat (4) orang dari remaja itu sendiri yang bergerak di life skills. I. Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data Karena masalah yang diteliti merupakan masalah yang sedang terjadi dan ada saat ini, maka penelitian ini menggunakan metode studi deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hal ini berhubungan dengan keadaan lembaga PIK-KRR SPIRIT yang diteliti dengan menggambarkan hasil data yang diperoleh di lapangan. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa : Metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena. (Whitney : 1960). Adapun dalam pelaksanaan pengumpulan data, digunakan teknik : 1. Observasi Yaitu pengumpulan data dimana peneliti mencatat informasi sebagaimana peristiwa yang disaksikan dalam suatu penelitian. Digunakan untuk memperoleh data mengenai gambaran daerah, keadaan lembaga PIK-KRR dan keadaan kegiatan yang berjalan di lembaga tersebut.

14 2. Wawancara Yaitu merupakan suatu percakapan tanya-jawab lisan antara dua orang atau lebih yang diarahkan pada suatu masalah tertentu. Dalam penelitian ini wawancara dilakukan kepada pengelola/penyelenggara Pusat informasi & konseling Kesehatan Reproduksi Remaja ini, dengan tujuan memperoleh data tentang sejarah perkembangannya, keadaan sarana dan prasarana, pengurusnya, konselornya, pendidik sebayanya serta usaha-usaha untuk pengembangan program yang akan dijalankan nantinya. 3. Studi Dokumentasi 4. Studi Literatur Dilakukan untuk mendapatkan informasi teoritis yang relevan dan dapat dijadikan landasan pemikiran dalam penelitian. J. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan selanjutnya, maka penulis memberikan gambaran umum tentang isi dan materi yang akan dibahas yaitu sebagai berikut : BAB I Pendahuluan. Merupakan uraian tentang Latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kerangka pemikiran, langkah-langkah penelitian dan sistematika penulisan. BAB II Tinjuan Teoritis. Merupakan landasan teori dan gambaran umum mengenai dasar penelitian atau teori yang melandasi penelitian.

15 BAB III Metode Penelitian. Berisi metode penelitian, populasi dan sampel, alat dan teknik pengumpulan data, prosedur pengumpulan data dan pengolahan data. BAB IV Pembahasan dan Hasil Penelitian. Membahas mengenai gambaran umum lokasi penelitian, hasil penelitian dan pembahasan penelitian. BAB V Kesimpulan dan Saran