BAB II KAJIAN PUSTAKA. kabupaten kota. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 tahun 1993 Pasal 1

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II Kajian Pustaka. mampu diserap dari masyarakat dan disalurkan kembali kepada masyarakat yang

BAB II LANDASAN TEORI. bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. atau account dimana artinya sama. Dengan memiliki simpanan atau

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal (clerical),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti

BAB 5 KEGIATAN MENGALOKASIKAN DANA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut :

KAJIAN PUSTAKA. dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian, Fungsi,Jenis dan Sumber Dana Bank. rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kredit

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November

BAB III TELAAH PUSTAKA. diharapkan dan dikaitkan dengan kedudukan seseorang 28. Seseorang dikatakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghimpun dana dari masyarakat (tabungan, giro, deposito) dan menyalurkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan bahasa latin kredit berarti credere yang artinya percaya. Maksud dari

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. beberapa orang dalam suatu departemen. Prosedur ini dibuat untuk

DILARANG MENGUTIP SEBAHAGIAN ATAU KESELURUHAN ISI JURNAL INI TANPA SEIZIN REDAKSI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kemudian menyalurkan kembali ke masyarakat, serta memberikan jasa-jasa bank

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan penggerak ekonomi yang fungsinya tidak dapat dipisahkan dari

II. LANDASAN TEORI. atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank selain sebagai tempat menyimpan uang juga dikenal sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembiayaan atau pembayaran baik dalam menghimpun dana maupun lembaga. yang melancarkan arus uang dari masyarakat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang nomor 10 tahun 1998 bahwa yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. II Pengertian Audit Operasional. melainkan untuk menvalidasikan efektivitas prosedur. II Tujuan Audit Operasional

BAB II LANDASAN TEORI. 10 November 1998 tentang perbankan, menyatakan bahwa yang dimaksud

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS PEMBIAYAAN BERMASALAH DAN PENANGANANNYA DI KOSPIN JASA LAYANAN SYARIAH PEMALANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Uundang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, yang

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar. Sektor sektor ekonomi yang menopang perekonomian di Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayat 2 dijelaskan bahwa, bank adalah badan usaha yang menghimpun

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998

BAB II URAIAN TEORITIS. Kata kredit berasal dari bahasa Yunani, yaitu credere yang artinya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Koperasi adalah suatu perkumpulan atau organisasi ekonomi yang

BAB II KAJIAN TEORITIS. atau pemisahan dari komponen-komponen atau bagian-bagian yang relevan dari

BAB I PENDAHULUAN. dana (funding) dan menyalurkan dana (lending) masyarakat perekonomian

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT. bank secara keseluruhan. Kredit berperan sebagai faktor pendorong dan

BAB II KAJIA PUSTAKA DA KERA GKA PEMIKIRA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. perekonomian suatu negara.anggapan ini ternyata tidak sepenuhnya salah karena. bank sebagai lembaga keuangan yang sangat vital.

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/ 19 /PBI/2003 TENTANG PERLAKUAN KHUSUS TERHADAP KREDIT ATAU PEMBIAYAAN BANK PERKREDITAN RAKYAT PASCA TRAGEDI BALI

Pengalokasian Dana Bank (Kredit dan Pembiayaan)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian bank menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor

BAB II KAJIAN PUSTAKA. orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERANAN BPR UNTUK MASYARAKAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank 2.2. Unsur-unsur dan Tujuan Kredit

BAB II KAJIAN PUSTAKA. usahanya. Sejalan dengan perkembangan perekonomian nasional maupun. dalam rangka peningkatan taraf hidup rakyat banyak.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS EFEKTIVITAS PEMBERIAN KREDIT PADA PD. BPR. ROKAN HULU PASIR PENGARAIAN MUHAMMAD ISRAK

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan pemohon kredit (Firdaus 2009:184). Pengambilan keputusan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. berdasarkan persejuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bergantung kepada dinamika perkembangan dan konstribusi nyata dari sektor

BAB III KAJIAN TEORI. beserta bunganya sesuai dengan perjanjian kedua belah pihak 1.

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Data, Informasi dan Sistem Informasi. Menurut Lilis Puspitawati dan Sri Dewi Anggadini (2011 : 13) data dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Contoh investasi: pembelian aset seperti saham, pembelian barang modal untuk

SEKTOR MONETER, PERBANKAN DAN PEMBIAYAAN BY : DIANA MA RIFAH

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu credere yang berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Prosedur adalah rangkaian atau langkah-langkah yang dilakukan untuk

kemudian hari bagi bank dalam arti luas;

BAB II LANDASAN TEORI. Bank berasal dari bahasa itali yaitu banca yang berarti suatu bangku tempat

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa bank sangat penting dalam pembangunan nasional karena fungsi bank

BAB II PEMBAHASAN. Prosedur adalah pelaksanaan atau kejadiaan yang terjadi secara alami,

BAB II LANDASAN TEORI. meningkatnya pertanggung jawaban publik oleh perusahaan, maka konsep

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono, 2002:75).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian BPR Pada khususnya telah begitu banyak tersebarnya BPR yang perkembangannya cukup pesat. Perkembanghan ini dapat terlihat dengan adanya BPR yang tersebar di daerah kabupaten kota. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 tahun 1993 Pasal 1 tentang perbankan, menyebutkan pengertian Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yaitu: Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk depositi berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu Selain itu menurut Kasmir (2014:33), menyebutkan BPR adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalulintas pembayaran. Artinya disini kegiatan BPR jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan bank pada umumnya. Akan tetapi dengan adanya BPR masyarakat yang mempunyai uang sisa pemenuhan kebutuhan sehari-hari akan melakukan investasi atau pun menyimpan dalam bentuk tabungan. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan salah satu jenis bank yang dikenal melayani golongan perusahaan mikro, kecil dan menengah dengan lokasi yang pada

umumnya dekat dengan masyarakat yang membutuhkan. Adapun jenis layanan yang diberikan oleh BPR adalah menghimpun dana masyarakat dalam bentuk diposito berjangka,memberikan kredit dalam bentuk kredit modal kerja, menyediakan pembiayaan bagi nasabah, dan menempatkan dana dalam bentuk sertifikat Bank Indonesia. 2.1.2 Pengertian Prosedur Prosedur merupakan suatu patokan dalam kegiatan yang terlaksana. Tanpa adanya prosedur yang pasti maka segala kegiatan pada akhirnya tidak akan berjalan semaksimal mungkin sesuai dengan perencanaan. Seperti yang diungkapkan oleh Ardiyos dalam Putri (2010) arti dari Prosedur adalah suatu bagian sistem yang merupakan rangkaian tindakan yang menyangkut beberapa orang dalam satu atau beberapa bagian yang ditetapkan untuk menjamin agar suatu kegiatan usaha untuk transaksi dapat terjadi berulangkali dan dilaksanakan secara seragam. Sedangkan menurut Nafarin dalam Putri (2010) definisi dari Prosedur merupakan suatu urutan-urutan seri tugas yang saling berhubungan yang diadakan untuk menjamin pelaksanaan kerja yang seragam. Dari pemaparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa prosedur merupakan serangkaian tindakan atas transaksi dilakukan beberapa orang yang secara berulang-ulang yang dilakukan secara seragam dengan tahapan-tahapan yang saling berhubungan. 2.1.3 Pengertian Kredit Dana yang digunakan oleh bank dalam memberikan kredit kepada debitur berasal dari simpanan masyarakat pada bank tersebut baik yang berupa tabungan maupun deposito. Penentuan besarnya bunga kredit selain berdasarkan BI rate yang berlaku juga berdasarkan

besarnya rata-rata bunga simpanan masyarakat pada bank tersebut. Keuntungan bank berasal dari spread yang didapat antara bunga kredit dan bunga simpanan, oleh karena itu kredit dapat dikatakan sebagai kegiatan usaha perbankan yang paling utama karena bank memperoleh pendapatannya sebagian besar berasal dari bunga kredit. Menurut Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal (2006: 4), menyebutkan kredit adalah penyerahan barang, jasa, atau uang dari satu pihak (kreditor/atau pemberi pinjaman) atas dasar kepercayaan kepada pihak lain (nasabah atau pengutang/borrower) dengan janji membayar dari penerima kredit kepada pemberi kredit pada tanggal yang telah disepakati kedua belah pihak. Selain pengertian kredit di atas, menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun1998 dalam Kasmir (2014: 85), kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan peminjam melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Dari beberapa pemaparan di atas terlihat bahwa yang wajib dilakukan oleh debitur atas kredit yang diperolehnya adalah selain harus melunasi utangnya juga harus membayar bunga serta biaya-biaya lain yang timbul sehubungan dengan perjanjian kredit yang telah disepakati di awal. Maka dari itu tidak benar pandangan orang awam yang mengatakan bahwa kredit memiliki pengertian yang sama dengan utang karena diantara keduanya terdapat perbedaan, seperti yang disebutkan oleh Sukatendel ( 2007: 132 ) sebagai berikut : 1. Pembayaran kredit dilakukan dengan cara mengangsur, sedangkan utang pembayarannya dapat dilakukan dengan cara mengangsur ataupun secara tunai; 2. Kredit ditentukan tujuan penggunaan uang yang akan dipinjam yang dimasukkan ke dalam perjanjian kredit, sedangkan utang tidak ditentukan tujuan penggunaan uang

dan tidak perlu dibuat perjanjianyang mengatur tentang penentuan tujuan penggunaan uang; 3. Pada kredit ditentukan bunga, imbalan atau bagi hasil atas pinjaman yang ditentukan, sedangkan pada utang bunga tidak ditentukan bila tidak; diperjanjikan, bahkan kadang kala utang piutang dapat terjadi tanpa bunga; 4. Di dalam kredit adanya jaminan yang menjadi ukuran seseorang dapat membayar utangnya di bank, jaminan ini dapat berbentuk materiil maupun immateriil, sedangkan dalam utang jaminan biasanya digunakan hanya untuk sebatas pengaman saja bila diperlukan, tetapi biasanya tidak diperlukan; 5. Pemberian kredit hanya dapat dilakukan oleh lembaga perbankan, koperasi, lembaga pembiayaan, dengan peraturan khusus yang mengatur tentangnya, sedangkan kredit yang dilaksanakan oleh rentenir tidak memiliki dasar hukum, bahkan kegiatan tersebut dilarang oleh hukum karena menghilangkan nilai-nilai kemanusiaan. Pemberian utang, setiap individu dapat melakukannya; 6. Di dalam kredit terdapat perjanjian campuran seperti perjanjian pemberian kuasa, sedangkan di dalam utang adalah murni perjanjian pinjam-meminjam. Berdasarkan pengertian di atas, dapat dipaparkan kembali bahwa kredit merupakan proses peminjaman uang dari satu pihak ( kreditur/ pemberi pinjaman) atas dasar kepercayaan terhadap pihak lain (nasabah) dengan mengadalkan kesepakatan pinjam meminjam sertan melunasi hutangnya sesuai jangka waktu yang telah ditentukan dengan pemberian bunga. 2.1.4 Unsur-Unsur Kredit Seperti telah dipaparkan diatas bahwa kredit berarti sebuah kepercayaan, dimana kepercayaan tersebut dari bank selaku kreditur untuk memberikan pinjaman kepada debitur dimana debitur akan mengembalikan seluruh pinjaman serta bunga yang harus dibayar kepada kreditur sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati sebelumnya. kepercayaan tersebut timbul karena terpenuhinya seluruh persyaratan yang ditetapkan oleh bank dengan tujuan agar memperoleh kredit bank oleh debitur antara lain jelasnya tujuan

peruntukan kredit, adanya benda jaminan atau agunan dan lain-lain. Adapun suatu unsurunsur yang terkandung dalam pemberian fasilitas kredit menurut Kasmir (2014: 87-88 ), adalah sebagai berikut: 1. Kepercayaan Yaitu suatu keyakinan pemberian kredit bahwa kredit yang diberikan berupa uang, barang atau jasa akan benar-benar diterima kembali dimasa tertentu dimas datang. Kepercayaan ini diberikan oleh bank, dimana sebelumnya sudah dilakukan penelitian, penyelidikan tentang nasabah baik secara interen maupun eksteren. Penelitian dan penyelidikan tentang kondisi masa lalu dan sekarang terhadap nasabah pemohon kredit. 2. Kesepakatan Disamping unsur kepercayaan, didalam kredit juga mengandung unsure kesepakatan antara si pembemberi kredit si penerima kredit. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing. 3. Jangka Waktu Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka pendek, jangka menengah atau jangka panjang. 4. Risiko

Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu risiko tidak tertagihnya pemberian kredit. Semakin panjang suatu kredit semakin besar risikonya demikin pula sebaliknya. 5. Balas Jasa Merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atas jasa tersebut yang kita kenal dengan nama bunga. Balas jasa dengan bentuk bunga dan biaya administrasi kredit ini merupakan keuntungan bank. Sedangkan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya ditententukan dengan bagi hasil. 2.1.5 Fungsi Kredit Suatu kredit dapat dikatakan baik apabila ia dapat bermanfaat bagi debitur secara tepat guna sehingga dapat memajukan usaha debitur yang berdampak terhadap meningkatnya kesejahteraan debitur tersebut. Tepat guna di sini dapat diartikan bahwa jumlah nominal plafond kredit yang diterima oleh debitur adalah sesuai kebutuhannya, karena apabila jumlahnominal plafond yang diterima tidak mencukupi kebutuhannya maka debitur tidak dapat meningkatkan perputaran usaha sesuai tujuannya pada waktu mengajukan permohonan kredit. Sedangkan apabila plafond yang diterima debitur

berlebihan, maka hal tersebut juga tidak baik karena dapat berdampak bagi kebutuhan konsumtif debitur yang tadinya tidak direncanakan menjadi ada. Menurut Malayu S.P. Hasibuan ( 2004: 88), menjelaska n fungsi kredit bagi masyarakat adalah untuk : 1) Menjadi motivator dan dinamisator peningkatan kegiatan perdagangan dan perekonomian; 2) Memperluas lapangan kerja bagi masyarakat; 3) Memperlancar arus barang dan arus uang; 4) Meningkatkan hubungan internasional; 5) Meningkatkan produktivitas dana yang ada; 6) Mengingkatkan daya guna barang; 7) Meningkatkan kegairahan berusaha masyarakat; 8) Memperbesar modal kerja perusahaan; 9) Meningkatkan income per capita masyarakat; dan 10) Mengubah cara berpikir atau cara bertindak masyarakat untuk lebih ekonomis. Selain itu Thomas Suyatno (2007: 16-17), berpendapat bahwa fungsi kredit perbankan dalam kehidupan perekonomian dan perdagangan antara lain sebagai berikut: 1. Kredit pada hakikatnya dapat meningkatkan daya guna uang; 2. Kredit dapat meningkatkan peredaran dan lalu-lintas uang; 3. Kredit dapat pula meningkatkan daya guna dan peredaran barang; 4. Kredit sebagai salah satu alat stabilitas ekonomi; 5. Kredit dapat meningkatkan kegairahan usaha; 6. Kredit dapat meningkatkan pemerataan pendapatan; 7. Kredit sebagai alat untuk meningkatkan hubungan internasional.

Begitu juga dengan yang dipaparkan oleh Kasmir (2014: 89-90), menyebutkan kalau fungsi kredit terdiri dari: 1. Untuk meningkatkan daya guna uang Dengan adayana kredit dapat meningkatkan daya guna uang maksudnya jika uang hanya disimpan saja tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna. Dengan diberikan kredit tersebut menjadi guna untuk menghasilkan barang atau jasa oleh si penerima kredit. 2. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang Dalam hal ini uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari satu wilayah ke wilayah lain sehingga suatu daerah yang kekurangan uang dengan memperoleh kredit maka daerah tersebut akan memperoleh tambahan uang dari daerah lainnya. 3. Untuk meningkatkan daya guna barang Kredit yang diberikan oleh bank akan dapat digunakan oleh si debitur untuk mengelola barang yang tidak berguna menjadi berguna atau bermanfaat. 4. Meningkatkan peredaran barang Kredit dapat pula menambah atau memperlancar arus barang dari satu wilayah ke wilayah lainnya sehingga jumlah barang yang beredar dari satu wilayah ke wilayah lainnya bertambah atau kredit dapat pula meningkatkan jumlah barang yang beredar. 5. Sebagai alat stabilitas ekonomi

Dengan memberikan kredit dapat dikatan sebagai stabilitas ekonomi karena dengan adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang yang dperlukan oleh masyarakat. 6. Untuk meningkatkan kegairahan berusaha Bagi si penerima kredit tentu dapatmeningkatkan kegairahan berusaha, apalagi bagi si nasabah yang memegang modalnya pas-pasan. 7. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan Semakin banyak kredit yang disalurkan, akan semakin baik, terutama dalam hal meningkatkan pendapatan. Jika sebuah kredit diberikan untuk membangun pabrik, maka pabrik tersebut tentu menumbuhkan tenaga kerja sehingga dapat pula mengurangi pengangguran. Disamping itu bagi masyarakat sekitar pabrik juga akan dapat meningkatkan pendapatannya seperti membuka warung atau menyewakan rumah kontrakan atau jasa lainnya. 8. Untuk meningkatkan hubungan internasional Dalam hal pinjaman internasional akan dapat meningkatkan saling membutuhkan antara si penerima kredit dengan si pemberi kredit. Pemberian kredit oleh Negara lain akan meningkatkan kerjasama dibidang lainnya. Sesuai dengan pemaparan diatas bahwa sebenarkan fungsi kredi merupakan sebagai peningkatan kegairahan usaha, menambah peredaran uang, pemerataan pendapatan, peningkatan daya guna dan peredaran barang, serta alat stabilitas ekonomi.

2.1.6 Jenis Kredit Karena terdapat begitu banyaknya kredit yang beredar di masyarakat maka apabila kita ingin membicarakan mengenai jenis-jenis kredit harus digunakan tolak ukur atau acuan atas kredit tersebut, yang kesemuanya itu tergantung dari sudut pandang mana kita melihat kredit itu. Secara umum jenis-jenis kredit menurut Kasmir (2014: 90-93), dapat dilihat dari berbagai segi antara lain: 1. Dilihat dari segi kegunaan (1). Kredit Investasi Biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek atau pabrik baru untuk keperluan rehabilitasi. Contoh kredit investasi misalnya untuk membangun pabrik atau membeli mesin-mesin. (2). Kredit Modal Kerja Digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam oprasionalnya. Sebagai contoh kredit modal kerja seperti diberikan untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau karyawan, atau biaya-biaya lainnya yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan. 2. Dilihat dari segi tujuan kredit (1). Kredit Produktif

Kredit yang digunakan untuk meningkatkan usaha atau produksi atau investasi. Kredit ini diberikan agar dapat menghasilkan suatu barang dan jasa. Contohnya kredit untuk membangun pabrik yang nantinya akan menghasilkan barang dan kredit pertanian akan menghasilkan produk pertanian, kredit pertambangan akan menghasilkan barang tambang, atau kredit industry akan menghasilkan barang industry. (2). Kredit Konsumtif Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang dipakai oleh seseorang atau badan usaha. Contohnya kredit untuk membangun rumah, kredit kendaraan pribadi, kredit prabotan rumah tangga dan kredit konsumtif lainnya. (3). Kredit Perdagangan kredit yang digunakan untuk perdagangan, seperti untuk membeli barang dagangannya yang membayarnya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada suplayer atau agen-agen perdagangan yang akan membeli barang dalam jumlah besar.contohnya kredit ekspor dan inpor. 3. Dilihat dari segi jangka waktu (1). Kredit Jangka Pendek Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kuran dari satu tahun atau paling lambat satu tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja. Contohnya

untuk perternakan misalnya kredit perternakan ayam atau jika untuk pertania misalnya tanaman padi atau palawija. (2). Kredit Jangka Menengah Jangka waktu kreditnya berkisar antara satu tahun sampai dengan tiga tahun dan biasanya untuk investasi. Sebagai contoh kredit untuk pertanian seperti jeruk, atau perternakan kambing. (3). Kredit Jangka Panjang Merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling panjang. Kredit jangka panjang waktu pengembaliannya diatas tiga tahun sampai dengan lima tahun. Biasanya kredit ini digunakan untuk investasi jangka panjang seperti perkebunan karet, kelapa sawit, atau manufaktur dan untuk kredit konsumtif seperti kredit perumahan. 4. Dilihat dari segi jaminan (1). Kredit dengan jaminan Kredit yang diberikan dengan suatu jaminan, jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud atau jaminan orang. Artinya seperti kredit yang dikeluarkan atau dilindungi senilai jaminan yang diberikan oleh calon debitur. (2). Kredit tanpa jaminan

Merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha dan karakter serta loyalitas atau nama baik si calon debitur selama ini. 5. Dilihat dari sector usaha (1). Kredit pertanian, merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau perkebunan rakyat. Sektor uasaha pertanian dapat berupa jangka pendek atau jangka panjang. (2). Kredit peternakan, dalam hal ini untuk jangka pendek misalnya peternakan ayam dan jangka panjang kambing atau sapi. (3). Kredit industri, yaitu kredit untuk membiayai industri kecil, menengah atau besar. (4). Kredit pertambangan, jenis usaha tambang yang dibiayainya biasanya dalam jangka panjang, seperti tambang mas minyak atau timah. (5). Kredit pendidikan, merupakan kredit yang diberikan untuk membangun sarana dan perasana pendidikan atau dapat pula berupa kredit untuk para mahasiswa. (6). Kredit profesi, diberikan kepada para professional seperti, dosen, dokter atau pengacara. (7). Kredit perumahan yaitu kredit untuk membiayai pembanguanan atau pembelian perumahan.

(8). Dan sector-sektor lainnya. 2.1.7 Prinsip Dalam Pemberian Kredit Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa jaminan utama dalam pemberian kredit adalah keyakinan. Menurut Hermansyah ( 2008: 65), pada dasarnya pemberian kredit oleh bank kepada nasabah berpedoman kepada dua prinsip, yaitu : a. Prinsip Kepercayaan Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa pemberian kredit oleh bank kepada nasabah debitur selalu didasarkan kepada kepercayaan. Bank mempunyai kepercayaan bahwa kredit yang diberikannya bermanfaat bagi nasabah debitur sesuai dengan peruntukkannya, dan terutama sekali bank percaya nasabah debitur yang bersangkutan mampu melunasi utang kredit beserta bunga dalam jangka waktu yang telah ditentukan. b. Prinsip Kehati-hatian Bank dalam menjalankan kegiatan usahanya, termasuk pemberian kredit kepada nasabah debitur harus selalu berpedoman dan menerapkan prinsip kehati-hatian. Prinsip ini antara lain diwujudkan dalam bentuk penerapan secara konsisten berdasarkan itikad baik terhadap semua persyaratan dan peraturan perundangundangan yang terkait dengan pemberian kredit oleh bank yang bersangkutan. 2.1.8 Definisi Kredit Bermasalah

Kredit bermasalah merupakan salah satu upaya pemberian suatu fasilitas kredit yang terdapat sebuah tantatangan yaitu terjadinya suatu kemacetan. Hal ini menyebabkan kredit tidak lancar dan tidak dapat ditagih sehingga menyebabkan kerugian yang dialami. Sepintar apapun dalam hal analisis kredit yang dilangsungkan dalam mengevaluasi permohonan kredit, kemungkinan akan terjadi sebuah kredit bermasalah dan tidak lepas dari permasalahan-permasalahan lainnya. Sejalan dengan pemaparan Mahmoeddin (2002:2 ), kredit bermasalah adalah kredit dimana debiturnya tidak memenuhi persyaratan yang telah dijanjikan sebelumnya, misalnya persyaratan mengenai pembayaran bunga, pengambilan pokok pinjaman, meningkatkan margin deposit, dan peningkatan agunan. Suatu kredit dikatakan bermasalah atau macet karena pihak debitur ingkar janji atau tidak memenuhi kewajibannya sesuai dengan perjanjian baik jumlah maupun waktu, (Marntayborbir, 2002:23). Selain itu kredit yang bermasalah terlihat ketika tidak ditepatinya atau tidak memenuhi ketentuan yang tercantum dalam perjanjian kredit, yaitu apabila dibitur selama tiga berurutan tidak membayar angsuran beserta bunganya. Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat dipaparkan kembali bahwa suatu kredit bermasalah yaitu terjadinya ingkar janji atau tidak terpenuhinya perjanjian yang telah disepakati sebelumnya antar pemohon maupun pemberi kredit (kreditur). 2.1.9 Penyebab Timbulnya Kredit Bermasalah Terjadinya suatu kredit bermasalah, sebenarnya tidak akan terjadi secara tiba-tiba, namun melalui suatu proses. Bahkan kredit yang bermasalah telah melewati beberapa bulan sehingga dapat dikatatakan kredit bermasalah muncul dengan cepat. Hal ini terjadi

sesungguhnya dapat disebabkan oleh pihak kreditur (bank) maupun debitur. Faktor-faktor penyebab kredit bermasalah yang merupakan kesalahan dari pihak kreditur adalah karena kelalaian bank menjalankan peraturan perkreditan yang telah berlangsung, terlalu mudah memberikan kredit, yang disebabkan karena tidak ada patokan yang jelas tentang standar kelayakan permintaan kredit yang diajukan, konsentarasi dana kredit pada sekelompok debitur atau sector usaha yang beresiko tinggi, kurang memadai jumlah eksekutif dan staf bagian kredit yang berpengalaman, lemahnya bimbingan dan pengawasan pimpinan kepada para eksekutif dan staf bagian kredit, jumlah pemberian kredit yang melampaui batas kemampuan bank, dan lemahnya kemampuan bank mendeteksi kemungkinan timbulnya kredit bermasalah termasuk mendeteksi arah perkembangan arus kas. Selain itu penyebab dari terjadinya kredit bermasalah disebabkan oleh kesalahan pihak debitur adalah karena menurunnya kondisi usaha bisnis perusahaan, yang disebabkan merosotnya kondisi ekonomi umum dan bidang usaha dimana mereka beroperasi yang diakibatkan oleh adanya salah urus dalam pengelolaan usaha, adanya problem keluarga, kegagalan debitur dalam bidang usaha, kejadian diluar kekuasaan debitur, serta perilaku buruk debitur.( Sutojo, 1999: 334). 2.1.10 Upaya Penanganan Kredit Bermasalah Dalam upaya penangan suatu kredit yang bermasalah secara khus dapat dilakukan melalui jalur hukum atau lembaga hukum. Sesuai dengan keadaan tersebut, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku terdapat beberapa lembaga dan berbagai sarana hukum yang dapat menyelesaikan tentang kredit bermaslah di perbankan.

Penanganan kredit bermasalah menurut Kasmir (2014: 110-111), yaitu dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Rescheduling a. Memperpanjang jangka waktu kredit Dalam hal ini si debitur diberikan keringanan dalam masalah jangka waktu kredit misalnya perpanjangan jangka waktu kredit dari 6 bulan menjadi 1 tahun sehingga si debitur mempunyai waktu yang lebih lama untuk mengembalikannya. b. Memperpanjang jangka waktu angsuran Memperpanjang angsuran hampir sama dengan jangka waktu kredit. Dalam hal ini jangka waktu angsuran kreditnya diperpanjang pembayarannya pun misalnya dari 36 kali menjadi 48 kali dan hal ini tentu saja jumlah angsuran pun menjadi mengecil seiring dengan pertambahan jumlah angsuran. 2. Reconditioning Dengan cara mengubah berbagai persyaratan yang ada seperti berikut ini. a. Kapitalisasi bunga, yaitu bunga dijadikan utang pokok. b. Penundaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu. Dalam hal penundaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu, maksudnya hanya bunga yang dapat ditunda pembayarannya, sedangkan pokok pinjamannya tetap harus dibayar seperti biasa. c. Penurunan suku bunga Penurunan suku bunga dimaksudkan agar lebih meringankan beban nasabah.

d. Pembebasan bunga Dalam pembebasan bunga diberikan kepada nasabah dengan pertimbangan nasabah sudah akan mampu lagi membayar kredit tersebut. Akan tetapi, nasabah tetap mempunyai kewajiban untuk membayar pokok pinjamannya sampai lunas. 3. Restructuring a. Dengan menambah jumlah kredit b. Dengan menambah equity - dengan menyetor uang tunai - tambahan dari pemeilik 4. Kombinasi Merupakan kombinasi dari ketiga jenis yang diatas. 5. Penyitaan jaminan Penyitaan jaminan merupakan jalan terakhir apabila nasabah sudah benar-benar tidak mempunyai etiket, baik ataupun sudah tidak mampu lagi untuk membayar semua hutanghutangnya.