II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman.

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau prinsip-prinsip baru yang bertujuan untuk mendapatkan pengertian baru

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan kebutuhan manusia. Dengan belajar manusia dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. ingin terus belajar. Hal tersebut didukung oleh pendapat Sardiman (2007 : 76)

TINJAUAN PUSTAKA. Metakognisi merupakan suatu istilah yang dimunculkan oleh beberapa ahli

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau

II. TINJAUAN PUSTAKA. Eksperimen mengandung makna belajar untuk berbuat, karena itu dapat dimasukkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ahmadi dalam Ismawati (2007) mengatakan bahwa Inkuiri berasal dari kata

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Hasil Belajar Para ahli mengemukakan beberapa pengertian hasil belajar. Dimyati dan Mudjiono (1999),

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemahaman terhadap informasi yang diterimanya dan pengalaman yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional bab I pasal (1), disebutkan bahwa :

II. TINJAUAN PUSTAKA. interaksi antara seseorang dengan lingkungan. Menurut Sugandi, (2004:10), dirinya dengan lingkungan dan pengalaman.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat. mengalami sendiri bagaimana cara menemukan atau menyelidiki

II. KERANGKA TEORETIS. Kreativitas sebagai alat individu untuk mengekspresikan kreativitas yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. IPA itu suatu cara atau metode mengamati Alam (Nash, 1963) maksudnya, membentuk suatu perspektif baru tentang objek yang diamati.

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, berbagai lembaga pendidikan baik formal maupun. menghasilkan siswa dengan prestasi yang baik.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut pendapat Witherington dalam Sukmadinata (2007: 155) Berdasarkan pendapat Witherington, belajar selalu dikaitkan dengan

BAB II KAJIAN TEORI. memperoleh pemecahan terhadap masalah yang timbul. Oleh karena itu strategi ini dimulai

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungannya (Slameto, 2010). Menurut Gredler dalam Aunurrahman. sebelumnya tidak mengetahui sesuatu menjadi mengetahui.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar 5

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Hasil Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa ahli mendefinisikan tentang pengertian belajar atau lerning, baik

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Untuk medefinisikan pengertian matematika belum ada kepastian yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Inkuiri merupakan salah satu model pembelajaran aktif. Kardi (2003: 3) Inkuiri merupakan model pembelajaran yang dirancang untuk

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Elyani Nurjannah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru.

II. KERANGKA TEORETIS. pembelajaran fisika masalah dipandang sebagai suatu kondisi yang sengaja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ika Gita Nurliana Putri, 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang melibatkan siswa dalam kegiatan pengamatan dan percobaan dengan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DENGAN PENDEKATAN NILAI TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah metode yang sering

I. PENDAHULUAN. Belajar merupakan kegiatan sehari-hari yang penting bagi siswa di sekolah.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. suatu wadah yang disebut sebagai lenbaga pendidikan. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SMP dan MTs

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

BAB II MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DAN HASIL BELAJAR. bertujuan untuk membantu siswa dalam mengembangkan disiplin intelektual

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proaktif (urun rembuk) dalam memecahkan masalah-masalah yang diberikan

BAB II. Kajian Pustaka

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Atamik B, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif,

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya

II. KERANGKA TEORETIS. menghadapi dan menyesuaikan kedalam situasi yang baru dengan cepat dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peranan penting dalam meningkatan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

commit to user BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita

BAB I PENDAHULUAN. mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. pergaulan Pasar Bebas seperti GATT, WTO, AFTA dan pergaulan dunia yang

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembelajaran fisika di SMA secara umum adalah memberikan bekal. ilmu kepada siswa, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pembelajaran yang dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh bagaimana kebiasaan belajar peserta didik. Segala bentuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Disamping itu

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

pembelajaran. Sedangkan guru dalam pembelajaran ini hanya membantu dan mengarahkan siswa dalam melakukan eksperimen jika siswa mengalami kesulitan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diselenggarakan di negara tersebut. Oleh karena itu, pendidikan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan. memanfaatkan semua komponen yang ada secara optimal.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah menentukan model atau metode mengajar tentang cara-cara menyajikan bahan pelajaran kepada siswa untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Demikian hal dengan pemilihan model atau metode yang dipilih guru memegang peranan penting dalam kegiatan pembelajaran, pemilihan model atau metode berkaitan langsung dengan usaha-usaha guru menampilkan pengajaran yang sesuai situasi dan kondisi sehingga pencapaian tujuan pengajaran diperoleh optimal. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan tersebut model atau metode yang dapat digunakan, yaitu model pembelajaran inkuiri terbimbing. Menurut David (2009: 209) bahwa inkuiri terbimbing merupakan salah satu model pengajaran yang dirancang untuk mengajarkan konsep-konsep dan hubungan antar konsep.

10 Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa ketika menggunakan model pengajaran ini, guru menyajikan contoh-contoh pada siswa, memandu mereka saat mereka berusaha menemukan pola-pola dalam contoh-contoh tersebut, dan memberikan semacam penutup ketika siswa telah mampu mendeskripsikan gagasan yang diajarkan oleh guru. Sehingga ilmu yang telah diberikan guru dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam memahami pengetahuan baru yang menuntut siswa untuk bersikap mandiri. Umar dan Maswan (2004) mendefinisikan bahwa inkuiri terbimbing adalah proses pembelajaran dimana guru menyediakan unsur-unsur asas dalam satu pelajaran dan kemudian meminta pelajar membuat generalisasi. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa dalam bentuk inkuiri terbimbing ini guru bertugas untuk membimbing, mengarahkan, dan menyediakan kebutuhan-kebutuhan siswa melalui petunjuk-petunjuk prosedur pembelajaran yang telah dirancang sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung. Dengan demikian guru meminta siswa untuk mengerjakan tugas dari guru yang sesuai dengan petunjuk-petunjuk prosedur pembelajaran yang ada. Sehingga unsur-unsur asas dalam kegiatan pembelajaran tersebut dapat diterapkan dalam satu pertemuan pembelajaran. Menurut Sund dan Trowbridge dalam Sulistina (2009: 14) bahwa: Model pembelajaran inkuiri terbimbing, yaitu suatu model pembelajaran inkuiri di mana guru harus memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan pembelajaran.

11 Pada pengajaran model inkuiri terbimbing siswa terlibat aktif dalam melakukan suatu kegiatan pembelajaran. Siswa melakukan kegiatan pembelajaran dengan melakukan percobaan atau penyelidikan untuk menemukan konsep-konsep yang telah ditetapkan oleh guru. Dengan demikian guru tidak lagi berperan sebagai pemberi informasi dan siswa sebagai penerima informasi, tetapi dalam tahap pembelajaran ini guru membuat rencana pembelajaran atau langkahlangkah percobaan yang memberikan petunjuk dan bimbingan yang cukup luas kepada siswa. Sehingga dalam pembelajaran inkuiri terbimbing guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa tetapi guru juga berperan dalam memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa. Sanjaya (2008: 200) berpendapat bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing, yaitu suatu model pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa. Sehingga berdasarkan kutipan diatas dapat kita simpulkan bahwa dalam pembelajaran inkuiri terbimbing, guru tidak melepas begitu saja kegiatankegiatan yang dilakukan oleh siswa. Guru harus memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan, sehingga siswa yang berpikir lambat atau siswa yang mempunyai intelegensi rendah tetap mampu mengikuti kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan dan siswa mempunyai kemampuan berpikir tinggi tidak berkuasa dalam kegiatan, oleh

karena itu guru harus memiliki kemampuan dalam mengelola kelas yang bagus lebih efektif dan efisien. 12 Sanjaya (2011: 201) mengemukakan secara umum bahwa proses pembelajaran yang menggunakan model inkuiri terbimbing dapat mengikuti langkahlangkah, yaitu 1) orientasi, 2) merumuskan masalah, 3) mengajukan hipotesis, 4) mengumpulkan data, 5) menguji hipotesis, 6) merumuskan kesimpulan. Pada langkah orientasi, yaitu langkah untuk membina pembelajaran yang kondusif sehingga dapat mengajak siswa untuk berpikir dalam memecahkan suatu masalah. Sehingga keberhasilan model pembelajaran inkuiri sangat tergantung pada kemauan dan keingintahuan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan suatu masalah. Pada langkah merumuskan masalah, yaitu suatu langkah yang membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung berbagai macam masalah yang menantang siswa untuk berpikir dalam mencari jawaban yang tepat dari permasalahan tersebut. Pada langkah mengajukan hipotesis, yaitu langkah dalam menentukan jawaban atau dugaan sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Dalam langkah ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapatnya sesuai dengan permasalahan yang telah diberikan.

13 Pada langkah mengumpulkan data, yaitu langkah dalam proses untuk mencari informasi dari hasil percobaan yang diperoleh siswa pada saat kegiatan pembelajaran. Pada langkah ini aktivitas mencari informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Pada langkah mengumpulkan data merupakan proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data dari sebuah percobaan yang dilakukan siswa. Pada langkah merumuskan kesimpulan, yaitu langkah akhir yang diperoleh dari suatu kegiatan pembelajaran, dimana siswa dapat menarik kesimpulan dari kegiatan pembelajaran. Dalam inkuiri terbimbing ini mempunyai peranan yang sangat penting pada kegiatan belajar mengajar di kelas. Para siswa akan berperan aktif melatih keberanian, berkomunikasi dan berusaha mendapatkan pengetahuannya sendiri untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Melalui kegiatan pembelajaran yang seperti ini dapat mengembangkan pengetahuan dan pengalaman dalam diri seorang siswa. Sikap ilmiah sangat dibutuhkan oleh siswa ketika mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan inkuri terbimbing. Dikarenakan sikap ilmiah ini merupakan sikap yang menjadi prioritas utama dalam menunjang kegiatan belajar mengajar berlangsung.

14 Seperti dikutip dari Lestari (2010) sikap ilmiah adalah sikap yang dimiliki seseorang yang sesuai dengan prinsip-prinsip ilmiah, yaitu 1) jujur terhadap data, 2) rasa ingin tahu yang tinggi, 3) terbuka atau menerima pendapat orang lain, 4) kritis terhadap pernyataan ilmiah, 5) dapat bekerja sama dengan orang lain. Dengan penanaman sikap ilmiah sejak dini diharapkan mampu menumbuhkan sikap dan perilaku seseorang yang lebih baik untuk bersikap jujur dalam segala suatu hal. Dengan demikian sikap ilmiah dapat membentuk karakter dan psikologis siswa terhadap keberhasilan siswa. Seseorang yang memiliki sikap ilmiah seperti ini sering kali memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, serta orang yang menerima masukan kritik dan saran dari pendapat orang lain. Pada model pembelajaran inkuiri terbimbing nantinya akan melatih siswa untuk kreatif dalam aktivitas pembelajaran serta menanamkan sikap-sikap ilmiah yang ada. Sehingga dapat membentuk sosok kepribadian siswa yang lebih baik dan mandiri dalam suatu hal. Model Inkuiri memiliki keunggulan-keunggulan dibandingkan dengan modelmodel pembelajaran lain. Keunggulan model inkuiri menurut Hanafiah dan Suhana (2009: 78), yaitu: a. membantu peserta didik untuk mengembangkan kesiapan serta penguasaan keterampilan dalam proses kognitif. b. peserta didik memperoleh pengetahuan secara individual sehingga dapat dimengerti dan mengendap dalam pikirannya. c. dapat membangkitkan motivasi dan gairah belajar peserta didik untuk belajar lebih giat lagi.

15 d. memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses menemukan sendiri karena pembelajaran berpusat pada peserta dengan peran guru yang sangat terbatas. Selain keunggulan, pada pembelajaran inkuiri terdapat pula kelemahan yang pasti dihadapi pada proses pembelajaran baik secara konsep maupun teknis, kelemahan pembelajaran inkuiri menurut Prambudi (2010), yaitu: a. model ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar. b. kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan. c. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka startegi ini akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru. Dengan adanya keunggulan dan kelemahan dari proses pembelajaran inkuiri tersebut seorang guru diharapkan mampu untuk mempelajari dan mengatur efisiensi waktu dalam kegiatan proses pembelajaran. Dengan demikian guru dapat mengetahui bahwa model inkuiri apabila diterapkan dalam suatu proses pembelajaran memiliki dampak postif dan dampak negatif. Sehingga dari kedua dampak tersebut guru dapat memahami perbedaan antara proses pembelajaran model inkuiri dengan proses pembelajaran konvensional yang biasa diterapkan. 2. Pendekatan Nilai Pada dasarnya pendekatan merupakan sudut pandang atau titik tolak yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan

16 melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu. Sedangkan nilai yang dalam bahasa Inggrisnya adalah value biasa diartikan sebagai harga, penghargaan, atau taksiran. Maksudnya adalah harga yang melekat pada sesuatu atau penghargaan terhadap sesuatu. Dalam kehidupan, kenyataannya nilai sangat berpengaruh terhadap perilaku seseorang. Ada banyak pengertian nilai yang dikemukakan oleh para ahli diantaranya: Menurut Lorens (2002: 26) bahwa nilai adalah kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu dapat disukai, diinginkan, berguna, atau dapat menjadi objek kepentingan. Menurut Rachman (2001: 3) bahwa nilai adalah suatu pengertian atau pensifatan yang digunakan untuk memberikan penghargaan terhadap barang atau benda. Menurut Winarno (2007 : 27) bahwa: Nilai adalah suatu penghargaan atau suatu kualitas terhadap suatu hal yang dapat menjadi dasar penentu tingkah laku manusia, karena sesuatu itu: 1) berguna/useful, 2) keyakinan/belief, 3) memuaskan/statisfying, 4) menarik/interesting, 5) menguntungkan/profitable, 6)menyenangkan/pleasant. Berdasarkan pemaparan pendapat-pendapat yang telah dikemukakan para ahli dapat disimpulkan bahwa nilai merupakan suatu penghargaan yang menjadikan patokan atau standar yang dipegang seseorang untuk dijadikan dasar dalam penentu tingkah laku seseorang mengenai baik dan buruknya yang berguna untuk mendorong tujuannya. Dalam pendidikan, nilai merupakan suatu patokan atau titik ukur siswa dalam mengetahui tingkat kemampuan akademiknya.

17 Untuk itu dengan adanya pendekatan nilai dapat membantu karakter siswa menjadi lebih baik dan bermutu dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Kluckhohn dalam Mulyana (2004: 10) bahwa nilai sebagai konsepsi dari apa yang diinginkan, yang mempengaruhi pilihan terhadap cara, tujuan antara dan tujuan akhir tindakan. Berdasarkan pendapat dari para ahli dapat disimpulkan bahwa nilai merupakan suatu keinginan untuk memperoleh konsep yang telah direncanakan sebelumnya. Sehingga antara tujuan awal konsep dengan tujuan akhir itu dapat memperoleh sebuah penghargaan. Mulyana (2004: 9) mengemukakan empat definisi nilai yang masing-masing memiliki penekanan yang berbeda, yaitu: 1. nilai sebagai keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas dasar pilihannya. 2. nilai sebagai patokan normatif yang mempengaruhi manusia dalam menentukan pilihannya diantara cara-cara tindakan alternatif. 3. nilai sebagai keyakinan individu secara psikologis atau nilai patokan normatif secara sosiologi. 4. nilai sebagai konsepsi (sifatnya membedakan individu atau kelompok) dari apa yang diinginkan, yang mempengaruhi pilihan terhadap cara, tujuan antara, dan tujuan akhir tindakan. Model pembelajaran yang terdiri atas beberapa tahapan yang salah satunya adalah pendekatan dan teknik pembelajaran dapat dikembangkan lebih lanjut dalam kegiatan pembelajaran. Pendekatan dalam prakteknya sering disamakan dengan metode. Maka dapat dikatakan pendekatan nilai merupakan suatu pendekatan yang menggunakan metode tugas dan diskusi untuk memberikan

18 kesempatan pada siswa menghubungkan, mengekspresikan, atau mengkomunikasikan, menilai gagasan terhadap suatu masalah yang sedang dihadapi. Sesuai dengan ruang lingkup judul penelitian, pendekatan nilai sains ini akan mengkaji lebih dalam mengenai nilai praktis dan nilai intelektual, dikarenakan dalam kegiatan pembelajarannya peneliti akan menyisipkan nilai-nilai sains tersebut. Pendekatan nilai yang mengandung berbagai macam nilai sains akan difokuskan pada dua nilai utama, yaitu nilai praktis dan nilai intelektual. Menurut Karina (2009: 21) bahwa nilai-nilai sains meliputi: a. Nilai praktis adalah nilai dari suatu bahan ajar berhubungan langsung dengan aspek-aspek manfaat sains untuk kehidupan manusia. b. Nilai intelektual adalah nilai yang mengajarkan kecerdasan seseorang dalam menggunakan akalnya untuk memahami sesuatu dengan tidak mempercayai takhayul. Hal inilah yang menyebabkan sains berkembang sangat pesat dalam kehidupan, karena dalam perkembangannya sains selalu mendahulukan kepentingan manusia. Aplikasi sains dalam bidang kehidupan yang dapat langsung dirasakan manfaatnya oleh manusia ada dalam wujud teknologi yang dikembangkan dalam berbagai bidang. Pendekatan nilai memberi penekanan terhadap usaha membantu siswa dalam mengkaji perasaan dan perbuatan mereka sendiri untuk meningkatkan kesadaran mereka tentang nilai-nilai itu sendiri. Sehingga dapat dikatakan

melalui pendekatan nilai dapat dikembangkan teknik pembelajaran yang dapat menampilkan konsepsi tersurat maupun tersirat dalam kegiatan belajar. 19 Selanjutnya pendekatan ini akan di implementasikaan kedalam teknik belajar, sehingga dapat menonjolkan konsepsi nilai baik dalam tahapan teknik pembelajaran maupun melalui konsep yang merupakan media dalam teknik pembelajaran. Oleh karena itu, penyisipan nilai dalam kegiatan pembelajaran tersebut diharapkan dapat dipahami oleh siswa sebagai bagian dari hasil belajar selain dari kemampuan kognitif. Menurut Einstein dalam Yudianto (2010: 13) terdapat lima nilai kehidupan yang dapat dipelajari melalui sains, yaitu: 1) nilai religius: nilai yang dapat membangkitkan rasa percaya dan menanamkan keyakinan adanya Tuhan, 2) nilai intelektual: nilai yang mengajarkan kecerdasan seseorang dalam menggunakan akalnya untuk memahami sesuatu dengan tidak mempercayai takhayul, 3) nilai praktis: nilai yang berhubungan dengan aspek-aspek manfaat sains untuk kehidupan manusia, 4) nilai pendidikan: nilai yang dapat memberi inspirasi atau idea penerapan sains dalam belajar, 5) nilai sosio-politik-ekonomi: nilai yang menjalin hubungan sesama manusia makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tetapi senantiasa memerlukan yang lain. Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa melalui nilai-nilai sains tersebut, makhluk hidup diharapkan dapat lebih sadar bahwasanya sesuatu yang ada mesti ada yang menciptakan yaitu Tuhan. Dengan demikian, manusia diharapkan lebih menghargai dan menunjang artinya kehidupan yang memiliki banyak ilmu-ilmu sains yang belum diterapkan manfaatnya dalam kehidupan. Sehingga melalui nilai-nilai sains ini

20 kelak bermanfaat dalam kehidupan manusia, dalam mencapai tujuan hidup manusia sebagai makhluk hidup dan makluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri dan memerlukan bantuan yang lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pradita (2013) berpendapat bahwa: Nilai-nilai sains itu mencakup dua nilai meliputi 1) nilai praktis : nilai atau penghargaan dari hasil-hasil penemuan sains baik secara langsung atau tidak langsung dapat digunakan dan dimanfaatkan manusia dalam kehidupan sehari-hari, 2) nilai intelektual merupakan nilai yang mengajarkan kecerdasan dalam memecahkan suatu masalah dengan memberikan kemampuan khusus kepada manusia melalui metode ilmiah. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa nilai praktis merupakan nilai-nilai yang terkesan mudah diperoleh, akan tetapi nilai tersebut mengandung makna yang sangat terkesan dan bermanfaat hasilnya. Nilai praktis dalam nilai sains dimaksudkan pada nilai yang hasilnya dapat digunakan dan dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan nilai intelektual merupakan nilai-nilai sains yang memberikan keterampilan dan kemampuan berpikir untuk melakukan berbagai aktivitas penalaran dalam memecahkan masalah. Dalam kegiatan suatu pembelajaran kedua nilai tersebut saling berhubungan, dikarenakan nilai-nilai tersebut memiliki manfaat yang berguna untuk siswa. Menurut Trianto (2010: 139) bahwa nilai praktis, yaitu sesuatu yang bermanfaat dan berharga dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan nilai intelektual, yaitu metode ilmiah yang telah memberikan kepuasan pengetahuan.

21 Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa nilai praktis diterapkan dari penemuan-penemuan sains yang kegunaannya dapat bemanfaat bagi kehidupan manusia. Dalam kegiatan pembelajaran, nilai praktis ini dapat mengembangkan suatu alat yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan seharihari. Sedangkan nilai intelektual merupakan nilai yang melatih keterampilan dan ketekunan untuk berpikir memecahkan suatu masalah. Dalam kegiatan pembelajaran inkuiri terbimbing kedua nilai tersebut saling berperan dalam pelaksaannya, dikarenakan kedua nilai tersebut merupakan salah satu nilai sains yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran sains secara khusus sebagaimana tujuan pendidikan secara umum terdapat dalam taksonomi Bloom bahwa diharapkan dapat memberikan pengetahuan (kognitif) yang merupakan tujuan utama dari pembelajaran. Jenis pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan dasar dari prinsip dan konsep yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari. Pengetahuan secara garis besar tentang fakta yang ada di alam untuk dapat memahami dan memperdalam lebih lanjut dan melihat adanya keterangan serta keteraturannya. Di samping hal itu, pembelajaran sains diharapkan pula memberikan keterampilan (psikomotorik), kemampuan sikap ilmiah (afektif), pemahaman, kebiasaan dan apresiasi dalam mencari jawaban terhadap suatu permasalahan. 3. Hasil Belajar Dalam suatu pembelajaran proses belajar mengajar keberhasilannya dapat diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang dicapai siswa. Oleh karena itu,

22 untuk mengetahui seberapa jauh tingkat kemampuan siswa dapat diukur dari kegiatan hasil belajar yang telah dicapainya. Pada dasarnya hasil belajar itu terdapat dari dua kata, yaitu hasil dan belajar, istilah tersebut sering digunakan sebagai sebuah prestasi yang dicapai dari apa yang telah dilakukan. Menurut Hamalik (2006: 30) bahwa hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan tidak mengerti menjadi mengerti. Abdurrahman (1999: 37) menyatakan: Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 3) bahwa: Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.

23 Hasil belajar dapat dilihat dari nilai yang diperoleh setelah tes dilakukan. Menurut Bloom dalam Dimyati (2006: 26): Ada tiga taksonomi yang dipakai untuk mempelajari jenis prilaku dan kemampuan internal akibat belajar yaitu: 1. Ranah kognitif Ranah kognitif terdiri dari enam jenis perilaku, yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. 2. Ranah Afektif Ranah afekif terdiri dari lima perilaku, yaitu penerimaan, partisipasi, penilaian, dan penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup. 3. Ranah psikomotor Ranah psikomotor terdiri dari tujuh jenis perilaku, yaitu persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian gerakan, dan kreativitas. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang telah diperoleh setelah siswa menerima pengetahuan, dimana hasil belajar mencakup tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar, yaitu berasal dari dalam diri orang yang belajar maupun dari luar dirinya. Berdasarkan pendapat Slameto (2003: 54) faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar itu dapat dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. a. Faktor intern 1) Faktor jasmaniah Keadaan jasmani yang perlu diperhatikan,pertama kondisi fisik yang normal atau tidak memiliki cacat sejak dalam kandungan sampai sesudah lahir. Kedua, kondisi kesehatan fisik. Kondisi fisik yang sehat dan segar sangat mempengaruhi keberhasilan belajar.

2) Faktor psikologis Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar ini meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang. Ada tujuh faktor yang tergolong dalam faktor psikologis. Faktorfaktor itu meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kelelahan. b. Faktor ekstern Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga faktor, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat. 1) Faktor lingkungan keluarga Suasana lingkungan rumah yang cukup tenang, adanya perhatian orang tua terhadap perkembangan proses belajar dan pendidikan anak-anaknya maka akan mempengaruhi keberhasilan belajarnya. 2) Faktor lingkungan sekolah Hal yang paling mempengaruhi keberhasilan belajar para siswa di sekolah mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, pelajaran, waktu sekolah, tata tertib atau disiplin yang ditegakkan secara konsekuen dan konsisten. 3) Faktor lingkungan masyarakat Lingkungan yang dapat menunjang keberhasilan belajar diantaranya adalah lembaga-lembaga pendidikan nonformal, seperti kursus bahasa asing, bimbingan tes, pengajian remaja dan lain-lain. 24 Dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar seseorang dan dapat mencegah siswa dari penyebab-penyebab terhambatnya pembelajaran. B. Kerangka Pemikiran Pada kerangka teori telah diungkapkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah faktor pendekatan dalam belajar. Faktor pendekatan belajar ini meliputi strategi dan model pembelajaran. Model pembelajaran digunakan oleh seorang guru dalam menghadapi kesulitan-

25 kesulitan yang dialami oleh siswa yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar. Pembelajaran merupakan pemberian bekal kepada siswa agar mampu untuk menghadapi dan mendapatkan pemecahan masalah dalam persoalan hidupnya. Pada proses perkembangannya pembelajaran merupakan pengembangan kemampuan siswa. Karena siswa diharapkan lebih banyak bekerja dengan kemampuan yang dimilikinya dibantu dengan arahan yang diberikan oleh pendidik. Kegiatan untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran, yaitu peningkatan hasil belajar yang optimal, dalam hal ini diperlukan interaksi timbal balik yang positif antara guru dengan siswa melalui model pembelajaran yang tepat, yaitu model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan materi yang akan disampaikan. Salah satu model pembelajaran yang tepat digunakan, yaitu model pembelajaran inkuiri. Pada pelaksanaannya model pembelajaran inkuiri yang akan dilaksanakan pada proses pembelajaran, yakni model pembelajaran inkuiri terbimbing. Penelitian yang dilakukan menggunakan penerapan model pembelajaran inkuiri dengan pendekatan nilai. Dalam hal ini pendekatan nilai yang dimaksud adalah pendekatan nilai-nilai sains. Sedangkan materi fisika yang digunakan adalah materi suhu dan kalor. Pada setiap pertemuan peneliti menerapkan model pembelajaran inkuiri dengan menyisipkan beberapa nilai-nilai sains, yaitu nilai praktis dan nilai intelektual dalam konsep maupun proses pembelajaran siswa. Penelitian ini menerapkan model pembelajaran inkuiri

26 dimaksudkan agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa baik pada ranah afektif, ranah kognitif maupun ranah psikomotor. Pada proses kegiatan pembelajaran inkuiri ini dengan menyisipkan nilai-nilai sains tersebut, diharapkan siswa mampu untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran secara mandiri atas pengarahan dan bimbingan guru secara langsung dalam kegiatan pembelajarannya. Dengan adanya model pembelajaran yang seperti ini menuntut siswa agar berperan aktif dalam menemukan ide-ide mengenai suatu hal yang diamati. Pada penelitian ini dilakukan pengujian untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran inkuiri dengan pendekatan nilai terhadap hasil belajar siswa SMA pada materi suhu dan kalor. Pada penelitian ini terdapat dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen merupakan kelas yang menerapkan model inkuiri dengan pendekatan nilai. Pendekatan nilai ini dengan menyisipkan nilai praktis dan nilai intelektual. Sedangkan kelas kontrol merupakan kelas yang diberi perlakuan konvensional dengan menyisipkan nilai praktis. Pada penelitian ini terdapat dua bentuk variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran inkuiri dengan pendekatan nilai (X), sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar (Y). Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang pengaruh variabel bebas terhadap varibel terikat, maka dapat dijelaskan dengan paradigma pemikiran seperti pada Gambar 2.1.

27 Suhu dan Kalor Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Pre test Pre test Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Pendekatan Nilai Konvensional (ceramah) N- gain Nilai Praktis dan Nilai Intelektual Nilai Praktis N- gain Hasil Belajar Hasil Belajar Post test Post test Dibandingkan Rata-rata N-gain hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran inkuiri dengan pendekatan nilai dibandingkan rata-rata N-gain hasil belajar siswa kelas kontrol dengan menggunakan model konvensional (ceramah) Gambar 2.1 Bagan Paradigma Pemikiran

28 C. Anggapan Dasar Anggapan dasar penelitian berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pikir adalah: 1. Setiap kelas sampel memperoleh materi yang sama. 2. Faktor-faktor lain di luar penelitian diabaikan D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan tinjauan pustaka, kerangka pemikiran penelitian yang relevan dan anggapan dasar yang telah diuraikan untuk menunjukkan adanya pengaruh model pembelajaran yang ditimbulkan dalam penelitian, yaitu dengan menguji perbedaan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol, maka rumusan hipotesis yang diajukan pada penelitian ini sebagai berikut: terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran inkuiri dengan pendekatan nilai dibandingkan dengan metode konvensional. Perbedaan rata-rata hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran inkuiri dengan pendekatan nilai yang dibandingkan dengan metode konvensional mengindikasikan ada pengaruh model pembelajaran inkuiri dengan pendekatan nilai.