dokumen-dokumen yang mirip
PROTOKOL 3 TENTANG PROTOKOL 3 TENTANG KEBEBASAN HAK ANGKUT KETIGA DAN KEEMPAT YANG TIDAK TERBATAS ANTAR SUB- KAWASAN ASEAN

PROTOKOL 4 TENTANG KEBEBASAN HAK ANGKUT KELIMA YANG TIDAK TERBATAS ANTAR SUB-KAWASAN ASEAN

PROTOKOL 1 TENTANG TANPA BATASAN KEBEBASAN HAK ANGKUT KETIGA DAN KEEMPAT DALAM SUB-KAWASAN ASEAN

PROTOKOL 5 MENGENAI KEBEBASAN HAK ANGKUT KETIGA DAN KEEMPAT YANG TIDAK TERBATAS ANTARA IBUKOTA NEGARA ASEAN

PERSETUJUAN MULTILATERAL ASEAN TENTANG JASA ANGKUTAN UDARA

PROTOCOLS ON UNLIMITED THIRD AND FOURTH FREEDOM TRAFFIC RIGHTS BETWEEN ASEAN CAPITAL CITIES

2 Kelima yang Tidak Terbatas di Antara Titik-titik yang Telah Ditunjuk di ASEAN), dan Protocol 2 on Unlimited Third, Fourth, and Fifth Freedom Traffic

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA


PERSETUJUAN TRANSPORTASI LAUT ANTARA PEMERINTAH NEGARA-NEGARA ANGGOTA ASOSIASI BANGSA-BANGSA ASIA TENGGARA DAN PEMERINTAH REPUBLIK RAKYAT TIONGKOK

PROTOKOL UNTUK MELAKSANAKAN KOMITMEN PAKET KEDELAPAN DALAM PERSETUJUAN KERANGKA KERJA ASEAN DI BIDANG JASA


PROTOKOL UNTUK MENGUBAH BEBERAPA PERJANJIAN EKONOMI ASEAN TERKAIT DENGAN PERDAGANGAN BARANG

MEMPERHATIKAN bahwa Pasal 17 Persetujuan mengatur untuk setiap perubahan daripadanya yang akan disepakati bersama secara tertulis oleh para Pihak;

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2013, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu mengesahkan Persetujuan tersebut dengan Peratura

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERSETUJUAN CADANGAN BERAS DARURAT ASEAN PLUS TIGA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 184 TAHUN 2014 TENTANG

PROTOKOL MENGENAI KERANGKA HUKUM UNTUK MELAKSANAKAN ASEAN SINGLE WINDOW

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Indonesia Malaysia Singapura Vietnam Filipina. Thailand Brunei Darussalam Kamboja Laos Myanmar

PERAN INDONESIA DALAM ORGANISASI REGIONAL

Peta Jalan untuk Komunitas ASEAN ( ) dalam rangka. dalam Persetujuan ini secara sendiri disebut sebagai "Negara Anggota

Peta Jalan untuk Komunitas ASEAN ( ) dalam rangka. dalam Persetujuan ini secara sendiri disebut sebagai "Negara Anggota

PROTOCOL TO AMEND ARTICLE 3 OF THE ASEAN FRAMEWORK(AMENDMENT)AGREEMENT FOR THE INTEGRATION OF PRIORITY SECTORS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Forum ASEAN tentang Pekerja Migran (AFML) ke-9 Pertemuan Persiapan Tripartit Nasional

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130 TAHUN 1998 TENTANG PENGESAHAN ASEAN AGREEMENT ON CUSTOMS (PERSETUJUAN ASEAN DI BIDANG KEPABEANAN)

BENTUK KERJA SAMA ASEAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan faktor-faktor produksi yaitu; modal, tenaga kerja dan teknologi

LAMPIRAN. Pasal 1 Definisi. Untuk maksud-maksud Persetujuan ini, kecuali konteksnya mensyaratkan sebaliknya;

2 b. bahwa Persetujuan dimaksudkan untuk menetapkan prosedur penyelesaian sengketa dan mekanisme formal untuk Persetujuan Kerangka Kerja dan Perjanjia

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B.

PERNYATAAN PHNOM PENH MENGENAI PENGESAHAN DEKLARASI HAK ASASI MANUSIA ASEAN (AHRD)

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 480 TAHUN 2012 TENTANG ROADMAP HUBUNGAN UDARA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Kuis. Kuis. A. Hubungan Indonesia dengan Asia Tenggara dari Masa ke Masa. Manakah negara yang wilayahnya paling luas di Asia Tenggara?

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SECOND PROTOCOL AMENDING THE TREATY OF AMITY AND COOPERATION IN SOUTHEAST ASIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 4 TAHUN 1988 (4/1988) TENTANG

NASKAH PENJELASAN PROTOCOL TO THE ASEAN CHARTER ON DISPUTE SETTLEMENT MECHANISM (PROTOKOL PIAGAM ASEAN MENGENAI MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA)

MEMORANDUM SALING PENGERTIAN MENGENAI JARINGAN TRANSMISI TENAGA LISTRIK ASEAN

BAB I PENDAHULUAN. Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8

PENDIDIKAN DALAM KONEKTIVITAS ASEAN Oleh: Yuliana Riana P, MM Head of Centre For ASEAN Public Relation Studies, LSPR-Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara

Persetujuan Pembentukan Kantor Kajian Ekonomi Makro ASEAN+3 ( AMRO ) PARA PIHAK,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES

BAB IV GAMBARAN UMUM. goe-politik dan ekonomi dari Negara-negara di kwasan Asia Tenggara, yang

Organisasi Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN)

KONVENSI ASEAN TENTANG PEMBERANTASAN TERORISME

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. internasional yang bersifat global yang terpenting masa kini. 1 Di dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

KERJASAMA ASEAN DALAM BERBAGAI BIDANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENGINGAT LEBIH LANJUT


UU 9/1997, PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan

KONVENSI ASEAN TENTANG PEMBERANTASAN TERORISME

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi di suatu negara (trade as engine of growth).

DAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal...

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ASEAN CHINA FREE TRADE AREA

PESAN AIPA OLEH Y.M. TAN SRI DATUK SERI PANGLIMA PANDIKAR AMIN BIN HAJI MULIA PRESIDEN AIPA & KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MALAYSIA

BAB II PERKEMBANGAN KERJA SAMA LIBERALISASI, INDUSTRI, DAN KEBIJAKAN TRANSPORTASI UDARA DI ASEAN

Ina Hagniningtyas Krisnamurthi Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN, Kementerian Luar Negeri Madura, 27 Oktober 2015

ASEAN Open Sky 2015 Sebuah Kesempatan sekaligus Ancaman Bagi Industri Penerbangan Indonesia

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah

STRATEGI PERDAGANGAN TERNAK DAN PRODUK KAMBING DAN UPAYA MEREBUT PELUANG EKSPOR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB V PENUTUP. Akhir-akhir ini masalah yang menjadi keprihatinan umat manusia di seluruh dunia dan

Penggunaan Graf dan Pohon Merentang Minimum dalam Menentukan Jalur Terpendek Bepergian di Negara-negara Asia Tenggara dengan Algoritma Prim

Transkripsi:

PROTOKOL 3 TENTANG PROTOKOL 3 TENTANG KEBEBASAN HAK ANGKUT KETIGA DAN KEEMPAT YANG TIDAK TERBATAS ANTAR SUB- KAWASAN ASEAN Pemerintah pemerintah dari Brunei Darussalam, Kerajaan Kamboja, Republik Indonesia, Republik Demokratik Rakyat Laos (selanjutnya disebut Lao PDR), Malaysia, Uni Myanmar, Republik Filipina, Republik Singapura, Kerajaan Thailand, dan Republik Sosialis Vietnam, Negaranegara Anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) (selanjutnya secara bersama-sama disebut Para Pihak atau secara sendiri-sendiri disebut Pihak ); MENGINGAT Persetujuan Multilateral ASEAN tentang Jasa Angkutan Udara yang ditandatangani pada tanggal 20 Mei 2009 di Manila, Filipina (selanjutnya disebut Persetujuan ); MENGAKUI bahwa Lampiran II Persetujuan tersebut memfasilitasi diselesaikannya Protokol-protokol Pelaksanaan yang wajib menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Persetujuan dimaksud; MENGAKUI juga ayat 3 Pasal I dari Persetujuan Kerangka Kerja tentang Peningkatan Kerja Sama Ekonomi ASEAN yang ditandatangani pada tanggal 28 Januari 1992 di Singapura, bahwa, dalam pelaksanaan pengaturan ekonomi, dua atau lebih Negara-negara Anggota dapat melaksanakan terlebih dahulu apabila Negara Anggota lain belum siap melaksanakan pengaturan ini; dan 1

BERKEINGINAN untuk menghilangkan hambatan jasa angkutan udara dengan maksud untuk mencapai liberalisasi penuh di ASEAN pada tahun 2015, TELAH MENYEPAKATI HAL-HAL SEBAGAI BERIKUT : Pasal 1 Definisi Untuk maksud Protokol ini, istilah Sub-Kawasan ASEAN berarti: a) Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Filipina Kawasan Pertumbuhan ASEAN Timur (Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Philippines-East ASEAN Growth Area /BIMP-EAGA); b) Kerja Sama Angkutan Udara Sub-Kawasan antar-kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam (Sub-regional Cooperation in Air Transport among Cambodia, Lao PDR, Myanmar and Viet Nam /CLMV); c) Segitiga Pertumbuhan Indonesia, Malaysia, Singapura (The Indonesia, Malaysia, Singapore-Growth Triangle /IMS-GT); d) Segitiga Pertumbuhan Indonesia, Malaysia, Thailand (The Indonesia, Malaysia, Thailand-Growth Triangle /IMT-GT); atau e) Perluasan darinya atau subkawasan lain yang baru, jika ada. 2

Pasal 2 Rute dan Hak Angkut Perusahaan angkutan udara yang ditunjuk dari masing-masing Pihak wajib diperbolehkan untuk melaksanakan jasa angkutan udara penumpang dari setiap titik yang telah ditunjuk di wilayahnya ke setiap titik lain yang telah ditunjuk, selain di Sub-Kawasan ASEAN yang dimiliki Para Pihak dan sebaliknya dengan kebebasan penuh hak angkut ketiga (ke-3) dan keempat (ke-4). Pasal 3 Kapasitas dan Frekuensi Wajib tidak ada pembatasan terhadap kapasitas, frekuensi, dan jenis pesawat udara yang berkaitan dengan jasa angkutan udara penumpang yang dilaksanakan berdasarkan Protokol ini sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 2. Pasal 4 Spesifikasi Titik-Titik Titik-titik yang ditunjuk sebagaimana disebutkan dalam Pasal 2 adalah sebagai berikut: BIMP-EAGA - Brunei Darussalam - Indonesia - Malaysia - Filipina : Bandar Seri Begawan Balikpapan dan Manado, Labuan dan Miri Davao, General Santos, Puerto Princesa, dan Zamboanga; CLMV - Kamboja - Laos - Myanmar : Phnom Penh Vientiane, Luang Phabang dan Pakse Yangon dan Mandalay 3

- Vietnam Hanoi, Danang, Dien Bien Phu, Phu Bai, Cat Bi, dan Lien Khuong IMS-GT - Indonesia - Malaysia - Singapura IMT-GT Indonesia Malaysia Thailand : : Tidak ada komitmen Tidak ada komitmen Tidak ada komitmen Medan dan Padang Alor Star dan Ipoh Hat Yai, Narathiwat, Pattani, Trang, dan Nakon Si Thammarat Pasal 5 Ketentuan Akhir 1. Protokol ini wajib disimpan di Sekretaris Jenderal ASEAN yang wajib segera menyampaikan salinan naskah tersebut kepada masingmasing Pihak. 2. Protokol ini tunduk pada ratifikasi atau penerimaan oleh Para Pihak yang telah meratifikasi atau menerima Persetujuan tersebut. Piagam Ratifikasi atau Penerimaan wajib disimpan di Sekretaris Jenderal ASEAN yang wajib segera memberitahukan kepada masing-masing Pihak mengenai penyimpanan tersebut. 3. Protokol ini wajib berlaku pada tanggal penyimpanan Piagam Ratifikasi atau Penerimaan ketiga (ke-3) dari sedikitnya dua (2) Subkawasan ASEAN yang berbeda di Sekretaris Jenderal ASEAN dan wajib hanya berlaku antar-para Pihak yang telah meratifikasi atau menerimanya. Bagi setiap Pihak yang meratifikasi atau menerima Protokol tersebut setelah penyimpanan Piagam Ratifikasi atau 4

Penerimaan ketiga (ke-3), Protokol dimaksud wajib berlaku pada tanggal penyimpanan Piagam Ratifikasi atau Penerimaan dari Pihak tersebut. 4. Setiap perubahan terhadap ketentuan ketentuan Protokol ini, kecuali dimasukkannya tambahan titik-titik yang ditunjuk, wajib berlaku dengan persetujuan dari Para Pihak, sebagaimana disebutkan dalam Pasal 16 Persetujuan tersebut. SEBAGAI BUKTI, yang bertanda tangan di bawah ini, yang diberi kuasa untuk menandatangani oleh masing-masing Pemerintahnya, telah menandatangani Protokol 3 tentang Kebebasan Hak Angkut Ketiga dan Keempat Yang Tidak Terbatas Antar Sub-Kawasan ASEAN. DIBUAT di Manila, Filipina, pada tanggal 20 bulan Mei tahun Dua Ribu Sembilan, dalam satu naskah asli dalam bahasa Inggris. Untuk Brunei Darussalam: PEHIN DATO ABU BAKAR APONG Menteri Komunikasi 5

Untuk Kerajaan Kamboja : MAO HAVANNALL Sekretaris Negara Sekretariat Negara Penerbangan Sipil Untuk Republik Indonesia: JUSMAN SYAFII DJAMAL Menteri Perhubungan Untuk Republik Demokratik Rakyat Laos: SOMMAD PHOLSENA Menteri Pekerjaan Umum dan Transportasi Untuk Malaysia: DATO SRI ONG TEE KEAT Menteri Transportasi 6

Untuk Uni Myanmar: MAJOR GENERAL THEIN SWE Menteri Transportasi Untuk Republik Filipina: LEANDRO R. MENDOZA Sekretaris Transportasi dan Komunikasi Untuk Republik Singapore: RAYMOND LIM Menteri Transportasi Untuk Kerajaan Thailand: SOPHON ZARAM Menteri Transportasi 7

Untuk Republik Sosialis Vietnam: HO NGHIA DZUNG Menteri Transportasi 8

PROTOKOL 4 TENTANG KEBEBASAN HAK ANGKUT KELIMA YANG TIDAK TERBATAS ANTAR SUB-KAWASAN ASEAN Pemerintah pemerintah dari Brunei Darussalam, Kerajaan Kamboja, Republik Indonesia, Republik Demokratik Rakyat Laos (selanjutnya disebut Lao PDR), Malaysia, Uni Myanmar, Republik Filipina, Republik Singapura, Kerajaan Thailand, dan Republik Sosialis Vietnam, Negara-negara Anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) (selanjutnya secara bersama-sama disebut Para Pihak atau secara sendiri-sendiri disebut Pihak ), MENGINGAT Persetujuan Multilateral ASEAN tentang Jasa Angkutan Udara yang ditandatangani pada tanggal 20 Mei 2009 di Manila, Filipina (selanjutnya disebut Persetujuan ); MENGAKUI bahwa Lampiran II Persetujuan tersebut memfasilitasi diselesaikannya Protokol-protokol Pelaksanaan yang wajib menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Persetujuan dimaksud; MENGAKUI juga ayat 3 Pasal I dari Persetujuan Kerangka Kerja tentang Peningkatan Kerja Sama Ekonomi ASEAN yang ditandatangani pada tanggal 28 Januari 1992 di Singapura, bahwa, dalam pelaksanaan pengaturan ekonomi, dua atau lebih Negara-negara Anggota dapat melaksanakan terlebih dahulu apabila Negara Anggota lain belum siap melaksanakan pengaturan ini; dan 1

BERKEINGINAN untuk menghilangkan hambatan jasa angkutan udara dengan maksud untuk mencapai liberalisasi penuh di ASEAN pada tahun 2015, TELAH MENYEPAKATI HAL-HAL SEBAGAI BERIKUT : Pasal 1 Definisi Untuk maksud Protokol ini : 1. Istilah Sub-Kawasan ASEAN berarti : a) Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Filipina Kawasan Pertumbuhan ASEAN Timur (Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Philippines-East ASEAN Growth Area /BIMP-EAGA); b) Kerja Sama Angkutan Udara Subkawasan antar-kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam (Sub-Regional Cooperation in Air Transport among Cambodia, Lao PDR, Myanmar and Viet Nam /CLMV); c) Segitiga Pertumbuhan Indonesia, Malaysia, Singapura (The Indonesia, Malaysia, Singapore-Growth Triangle /IMS-GT); d) Segitiga Pertumbuhan Indonesia, Malaysia, Thailand (The Indonesia, Malaysia, Thailand-Growth Triangle /IMT-GT); atau e) Perluasan darinya atau sub-kawasan lain yang baru, jika ada. 2

2. Istilah kebebasan hak angkut kelima (ke-5) berarti kebebasan hak angkut kelima (ke-5) baik intermediate maupun beyond yang akan dilaksanakan secara keseluruhan di dalam ASEAN. Pasal 2 Rute dan Hak Angkut Perusahaan angkutan udara yang ditunjuk dari masing-masing Pihak wajib, sesuai dengan ketentuan-ketentuan dari penunjukannya, diperbolehkan untuk melaksanakan jasa angkutan udara penumpang dari setiap titik yang telah ditunjuk di wilayahnya ke setiap titik yang telah ditunjuk Pihak lainnya melalui titik antara (intermediate) yang ditunjuk ke titik yang ditunjuk dalam wilayah Pihak lainnya ke titik setelah (beyond yang ditunjuk dalam segala kombinasi atau urutannya dengan ketentuan bahwa titik titik tersebut berada di dalam sub-kawasan ASEAN (sebagaimana ditentukan dalam Pasal 4) dan sebaliknya dengan kebebasan penuh hak angkut ketiga (ke-3), keempat (ke-4), dan kelima (ke-5). Pasal 3 Kapasitas dan Frekuensi Wajib tidak ada pembatasan terhadap kapasitas, frekuensi, dan jenis pesawat udara yang berkaitan dengan jasa angkutan udara penumpang yang dilaksanakan berdasarkan Protokol ini sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 2. 3

Pasal 4 Spesifikasi Titik-titik Titik-titik yang ditunjuk sebagaimana disebutkan dalam Pasal 2 adalah sebagai berikut : BIMP-EAGA - Brunei Darussalam - Indonesia - Malaysia - Filipina : Bandar Seri Begawan Balikpapan dan Manado Labuan dan Miri Davao dan Zamboanga CLMV - Kamboja - Laos - Myanmar - Vietnam : Phnom Penh Vientiane, Luang Phabang dan Pakse Yangon dan Mandalay Hanoi, Danang, Dien Bien Phu, Phu Bai, Cat Bi dan Lien Khuong IMS-GT - Indonesia - Malaysia - Singapura : Tidak ada komitmen Tidak ada komitmen Tidak ada komitmen IMT-GT - Indonesia - Malaysia - Thailand : Medan, dan Padang Ipoh dan Alor Star Hat Yai, Narathiwat, Pattani, Trang dan Nakon Si Thammarat 4

Pasal 5 Ketentuan Akhir 1. Protokol ini wajib disimpan di Sekretaris Jenderal ASEAN yang wajib segera menyampaikan salinan naskah tersebut kepada masingmasing Pihak. 2. Protokol ini tunduk pada ratifikasi atau penerimaan oleh para Pihak yang telah meratifikasi atau menerima Persetujuan tersebut. Piagam Ratifikasi atau Penerimaan wajib disimpan di Sekretaris Jenderal ASEAN yang wajib segera memberitahukan kepada masing-masing Pihak mengenai penyimpanan tersebut. 3. Protokol ini wajib berlaku pada tanggal penyimpanan Piagam Ratifikasi atau Penerimaan ketiga (ke-3) dari sedikitnya dua (2) Subkawasan ASEAN yang berbeda kepada Sekretaris Jenderal ASEAN dan wajib hanya berlaku antara Para Pihak yang telah meratifikasi atau menerimanya. Bagi masing-masing Pihak yang meratifikasi atau menerima Protokol tersebut setelah penyimpanan Piagam Ratifikasi atau Penerimaan ketiga (ke-3), Protokol dimaksud wajib berlaku pada tanggal penyimpanan Piagam Ratifikasi atau Penerimaan dari Pihak tersebut. 4. Setiap perubahan terhadap ketentuan ketentuan Protokol ini, kecuali dimasukkannya tambahan titik-titik yang ditunjuk, wajib berlaku dengan persetujuan dari Para Pihak, sebagaimana ditentukan dalam Pasal 16 dari Persetujuan tersebut. 5

SEBAGAI BUKTI, yang bertanda tangan di bawah ini, yang diberi kuasa untuk menandatangani oleh masing-masing Pemerintahnya, telah menandatangani Protokol 4 tentang Kebebasan Hak Angkut Kelima Yang Tidak Terbatas Antar Sub-Kawasan ASEAN. DIBUAT di Manila, Filipina, pada tanggal 20 bulan Mei tahun Dua Ribu Sembilan, dalam satu naskah asli dalam bahasa Inggris Untuk Brunei Darussalam: PEHIN DATO ABU BAKAR APONG Menteri Komunikasi Untuk Kerajaan Kamboja : MAO HAVANNALL Sekretaris Negara Sekretariat Negara Penerbangan Sipil 6

Untuk Republik Indonesia: JUSMAN SYAFII DJAMAL Menteri Transportasi Untuk Republik Demokratik Rakyat Laos: SOMMAD PHOLSENA Menteri Pekerjaan Umum dan Transportasi Untuk Malaysia: DATO SRI ONG TEE KEAT Menteri Transportasi Untuk Uni Myanmar: MAJOR GENERAL THEIN SWE Menteri Transportasi 7

Untuk Republik Filipina: LEANDRO R. MENDOZA Sekretaris Transportasi dan Komunikasi Untuk Republik Singapore: RAYMOND LIM Menteri Transportasi Untuk Kerajaan Thailand: SOPHON ZARAM Menteri Transportasi Untuk Republik Sosialis Viet Nam: HO NGHIA DZUNG Menteri Transportasi 8