LAMPIRAN 1 BIAYA MELAKUKAN USAHA DI INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. perusahaan harus dijalankan dan dikelola dengan baik. Pengelolaan perusahaan

COMPANY POLICY OF EMPLOYMENTS 2016

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB IV PROSEDUR PERIJINAN

BAHAN AJAR Jurusan : Administrasi Bisnis Konsentrasi : Mata Kuliah : Pengantar Bisnis

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dan pertumbuhan ekonomi nasional. 1. entitas ekonomi didasarkan atas kenyataan bahwa masing-masing pihak saling

Asas dan Dasar Hukum Kepailitan. Dr. Freddy Harris Fakultas Hukum Universitas Indonesia

2. Batasan Transaksi (Trading Limit) adalah nilai maksimum Transaksi Bursa bagi setiap Anggota Kliring yang ditetapkan oleh KPEI.

Entrepreneurship and Innovation Management

GUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

BAB 1 PENDAHULUAN. perkantoran di Jakarta. PT XYZ saat ini dimiliki oleh PT BCD sebesar 72,25%

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan bertujuan untuk memperoleh keuntungan atau laba yang

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

BAB I PENDAHULUAN. Semakin banyak penduduknya maka semakin besar pula kesempatan kerja yang dibutuhkan.

No Restrukturisasi Perbankan, Peraturan Lembaga Penjamin Simpanan tentang Penanganan Permasalahan Solvabilitas Bank Sistemik, Peraturan Lembaga

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Terhadap kasus yang dihadapi oleh PT Metro Batavia dan International Lease

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT Rancangan PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI

Ringkasan Eksekutif Survei Tahap Ketiga Monitoring Iklim Investasi di Indonesia

BAB III FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN TERJADINYA TAKE OVER PEMBIAYAAN DI PT. BANK SYARIAH MANDIRI CABANG MEDAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2003

PROTOKOL UNTUK MELAKSANAKAN PAKET KOMITMEN KELIMA BIDANG JASA KEUANGAN DALAM PERSETUJUAN KERANGKA KERJA ASEAN DI BIDANG JASA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PERUSAHAAN DALAM KESULITAN KEUANGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

GUBERNUR RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 2 TAHUN 2014 T E N T A N G

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No /17/PBI/2013 tentang Transaksi Swap Lindung Nilai Kepada Bank Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Ban

2017, No Kementerian Pertahanan dan Kepolisian Negara Republik Indonesia; b. bahwa untuk efektifitas dan efisiensi pengelolaan iuran program t

BAB I PENDAHULUAN. rakyat (Yunan, 2009:2). Pertumbuhan ekonomi juga berhubungan dengan proses

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENDANAAN DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

BAB I PENDAHULUAN. Dinamika pertumbuhan perekonomian di Indonesia sangatlah pesat. Manajemen

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

I. PENDAHULUAN. Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.04/2016 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF

I. PENDAHULUAN. telah memanfaatkan pinjaman luar negeri dalam pembangunannya. Pinjaman luar

Rencana Aksi Pokja Koordinasi Kemudahan Berusaha. Mahkamah Agung Republik Indonesia [SK KMA NO.43/KMA/SK/II/2017]

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. akumulasi modal yang diperlukan untuk pembangunan perekonomian.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 42 TAHUN 1999 (42/1999) TENTANG JAMINAN FIDUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

CONTOH SURAT PERJANJIAN KREDIT

BUPATI NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA

BAB I PENDAHULUAN. hukum dari pergerakan Legal Realism dan berbagai reformis sosial. Grup terakhir ini

BAB I PENDAHULUAN. Pajak sebagai salah satu lingkungan bisnis perusahaan mempengaruhi

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

RINGKASAN EKSEKUTIF. Pengamatan Iklim Investasi di Indonesia selama Tahun 2005

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KATINGAN NOMOR 10 TAHUN 2013

ANALISIS KEUANGAN PT. PLN (Persero)

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

K189 Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Tangga, 2011

15A. Catatan Sementara NASKAH KONVENSI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi sangat memerlukan tersedianya dana. Oleh karena itu, keberadaan

BUPATI BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG

AKIBAT HUKUM PERNYATAAN PAILIT

Upah Hak pekerja/buruh uang imbalan termasuk tunjangan

Analisis Perkembangan Industri

BAB I PENDAHULUAN. Bahkan untuk keluar dari krisis ekonomi ini, sektor riil harus selalu digerakan

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. dunia. Berdasarkan survei oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2010,

Sistem Pembukuan Dan, Erida Ayu Asmarani, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2017

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di berbagai bidang perekonomian. Pembangunan ekonomi secara

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. memfasilitasi investor untuk berinvestasi, untuk mendapatkan pengembalian yang

Umum. I. KETENTUAN UMUM 1. Perusahaan adalah perusahaan asuransi,

dengan pilihan mereka sendiri dan hak perundingan bersama. 2.2 Pihak perusahaan menerapkan sikap terbuka terhadap aktivitas-aktivitas serikat

K 173 KONVENSI PERLINDUNGAN KLAIM PEKERJA (KEPAILITAN PENGUSAHA), 1992

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37/POJK.04/2014 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF PENYERTAAN TERBATAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Penggunaan amplas di Indonesia sudah lama dikenal oleh. masyarakat namun pada saat itu penggunaannya masih terbatas untuk

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 52 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan oleh adanya currency turmoil, yang melanda Thailand dan menyebar

RUANG LINGKUP JASA HUKUM LAW OFFICE J.P. ARSYAD & ASSOCIATES ALTERNATIVE DISPUTE RESOLUTION (ADR) HUKUM PIDANA HUKUM BISNIS DAN INDUSTRIAL

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. perjanjian dalam hukum perdata berlaku saat melakukan perjanjian kredit. Saat

Penyempurnaan atas PBI No.16/20/PBI/2014

BAB I PENDAHULUAN. satu upaya untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur, berdasarkan Pancasila dan

MATERI KE 7 PERUSAHAAN DALAM KESULITAN KEUANGAN

kemudian hari bagi bank dalam arti luas;

5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara

VALUATION O L E H D U D I H E R P E N D I E D I S O N L E O N I S A I N T A N P R A T I W I R A H M A T D I A N A Z I R I

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

2017, No menetapkan Peraturan Bank Indonesia tentang Pinjaman Likuiditas Jangka Pendek bagi Bank Umum Konvensional; Mengingat : 1. Undang-Undang

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG SEKURITISASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INVESTOR ATAS PAILITNYA PERUSAHAAN PIALANG BERJANGKA DALAM PERJANJIAN KERJASAMA

Pedoman Pemasok Olam. Dokumen terakhir diperbarui. April Pedoman Pemasok Olam April

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

Transkripsi:

LAMPIRAN 1 BIAYA MELAKUKAN USAHA DI INDONESIA Turunnya minat investasi baik PMDN maupun PMA sangat terkait dengan tidak menariknya iklim investasi di. Salah satu penyebab tidak menariknya iklim investasi di adalah tingginya biaya melakukan usaha (cost of doing business). Laporan Bank Dunia dan The International Finance Corporation (2004), menunjukkan bahwa biaya melakukan usaha di tergolong paling tinggi. Laporan tersebut didasarkan survey atas biaya langsung maupun tidak langsung (misalnya waktu) yang diperlukan sesuai regulasi dan praktik yang berlaku yang terkait dengan usaha yaitu 1) pengurusan mendirikan usaha, 2) merekrut karyawan, dan pemberhentian karyawan, 3) perlindungan hak milik, 4) memperoleh kredit, 5) penegakkan hukum atas kontrak/perjanjian, serta 6) menutup usaha. WAKTU DAN BIAYA MEMULAI USAHA. Biaya untuk memperoleh izin usaha/investasi di tergolong tertinggi, yaitu dibutuhkan prosedur lebih banyak, waktu lebih lama dan biaya relatif tinggi. Untuk mendapatkan izin usaha dibutuhkan 12 prosedur, waktu 151 hari, dan biaya rata-rata 130,6 persen dari pendapatan per kapita. Sementara itu, negara tetangga Asia lainnya seperti hanya dibutuhkan 9 prosedur, diselesaikan dalam waktu 32 hari tanpa dipungut biaya; 12 prosedur dalam waktu 41 hari dengan biaya 15 persen pendapatan perkapita; membutuhkan 11 prosedur dalam waktu 50 hari dengan biaya 20 persen pendapatan perkapita; dan membutuhkan 8 prosedur dengan waktu 33 hari dengan biaya 7 persen pendapatan per kapita. Grafik mengenai waktu serta biaya (baik dalam persentase terhadap pendapatan per kapita maupun dalam US$ dapat dilihat pada Bab IV mengenai prosedur perijinan). BIAYA MEREKRUT DAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA. Biaya merekrut dan memutuskan hubungan kerja ditentukan oleh peraturan ketenagakerjaan. Regulasi mengenai ketenagakerjaan ditujukan untuk melindungi dari tindakan sewenang-wenangan, dan diskriminasi pengusaha. Bentuk pengaturan tersebut, berupa upah minimum, upah lembur, dan biaya pesangon, ditujukan untuk mengatasi tidak berfungsinya mekanisme pasar. Internastional Labor Organization (ILO) menyusun pedoman prinsip-prinsip dasar hak pekerja yang mencakup kebebasan untuk berserikat, hak untuk menyuarakan pendapat secara kolektif, penghapusan kerja paksa, pelarangan mempekerjakan anak di bawah umur, serta penghapusan diskriminasi pemberian kesempatan keja. Lampiran 1 1

Indeks biaya perekrutan dan pemutusan hubungan kerja di bandingkan negara-negara tetangga yaitu 61 untuk tingkat kesulitan merekrut, 40 untuk kekakuan waktu kerja, 70 untuk kesulitan melakukan pemutusan hubungan kerja, 57 untuk kekakuan tenaga kerja dan membutuhkan biaya setara 157 hari upah kerja. Sementara itu di tingkat kesulitan merekrut dan kekakuan waktu kerja 0, kesulitan melakukan pemutusan hubungan kerja 10, dan kekakuan ketenagakerjaan 3, serta membutuhkan biaya pesangon rata-rata 74 hari kerja. Ini menempatkan biaya memberhentikan di termahal di Asia setelah dan memiliki kekakuan tenaga kerja tertinggi di Asia seperti terlihat pada grafik berikut. BIAYA MEMBERHENTIKAN TENAGA KERJA 0 50 100 150 200 Hari Kerja INDEKS KEKAKUAN TENAGA KERJA 0 10 20 30 40 50 60 PENGURUSAN SERTIFIKAT KEPEMILIKAN PROPERTI (TANAH DAN BANGUNAN). Mudah dan murahnya biaya pengurusan sertifikat kepemilikan properti mencerminkan rendahnya biaya untuk melindungi hak milik. Rumit, lama, dan mahalnya proses pengurusan sertifikat mengakibatkan disinsentif untuk melakukan registrasi. Ini berpotensi menimbulkan konflik saling klaim. Waktu yang diperlukan untuk mengurus sertifikat di rata-rata 33 hari lebih cepat dari yaitu 143 hari, tapi lebih lama dibandingkan yang hanya memakan waktu 2 hari. Namun, biaya pengurusan di mencapai 11 persen harga tanah; tergolong mahal dibandingkan negara-negara tetangga (2,2 6,3 persen). Ini menempatkan biaya pengurusan sertifikat kepemilikan di termahal di Asia setelah dan RRC. Lampiran 1 2

BIAYA PENGURUSAN PROPERTI 0 5 10 15 20 25 30 35 % Harga Properti WAKTU PENGURUSAN PROPERTI 0 20 40 60 80 100 120 140 160 Hari AKSES TERHADAP KREDIT LEMBAGA KEUANGAN. Kemudahan mendapat akses ke lembaga keuangan berupa ketentuan mengenai kolateral serta perlindungan hukum kepada kreditor dan debitor. Untuk melindungi kepentingan kreditor, debitor diminta memberikan aset sebagai jaminan. Namun debitor potensial khususnya industri kecil dan menegah dan rumah tangga sulit mendapatkan akses karena tidak memiliki kolateral. Tiap negara memiliki ketentuan mengenai kolateral yang berbeda. Amerika Serikat memperbolehkan pengusaha menjaminkan asetnya baik tangible maupun intangible saat ini maupun masa depan sebagai kolateral. Di RRC dan Brazil, stok barang di gudang (inventory) dapat digunakan sebagai kolateral. Biaya mengajukan kolateral terkait dengan proses registrasi jaminan. Beberapa negara tidak membutuhkan registrasi, beberapa lagi menerapkan biaya murah dan waktu sekitar 2 hari, dan lainnya lagi menetapkan dengan biaya sangat mahal dan membutuhkan waktu lama yaitu 2 bulan. Di beberapa negara, eksekusi penyitaan jaminan harus melalui proses pengadilan yang panjang. Pihak kreditor umumnya menetapkan kolateral yang cukup besar hingga 3 kali lipat pinjaman dan menaikkan suku bunga. Di beberapa negara lainnya sangat mudah. Cukup menggunakan surat perjanjian untuk menyita dan menjual aset. Dalam survai Bank Dunia, akses kepada Lampiran 1 3

lembaga keuangan di tidak sebaik dan ; namun lebih baik dari. PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PERJANJIAN/KONTRAK. Di beberapa negara termasuk, penyelesaian persoalan utang-piutang melalui peradilan sangat mahal dan berbelit. Menurut Bank Dunia (2004), untuk mendapatkan klaim atas piutang di dibutuhkan biaya lebih besar dari piutangnya. Perusahaan lebih senang menggunakan jasa debt collector. Dibutuhkan 34 prosedur dan waktu rata-rata 570 hari dengan biaya 127 persen dari piutangnya apabila menyelesaikan perkara utang-piutang melalui peradilan di. Penyelesaian perkara melalui peradilan di memakan waktu terlama di Asia setelah,,, dan dan biaya termahal di Asia seperti terlihat pada grafik berikut. WAKTU MENYELESAIKAN SENGKETA PERADILAN 0 200 400 600 800 Hari BIAYA MENYELESAIKAN SENGKETA PERADILAN 0 20 40 60 80 100 120 140 % Utang Perusahaan PENUTUPAN PERUSAHAAN. Biaya sangat tinggi di peradilan membuat enggan perusahaan untuk menggunakan jalur peradilan dalam menutup perusahaannya. Untuk menutup perusahaan dan mendapatkan status pailit di dibutuhkan waktu sekitar 6 tahun dengan biaya 18 persen dari aset tanah dan bangunan yang dimilikinya serta tingkat pengembalian (recovery rate) hanya 10 sen dari tiap 1 dollar pinjaman. Dengan demikian, waktu penutupan usaha di menjadi terlama di Asia setelah dan dan tingkat pengembalian terkecil setelah,, dan. Lampiran 1 4

WAKTU UNTUK MENUTUP PERUSAHAAN 0 2 4 6 8 10 Tahun BIAYA UNTUK MENUTUP PERUSAHAAN 0 20 40 60 80 % thd Aset Tanah dan Bangunan TINGKAT PENGEMBALIAN 0 20 40 60 80 100 cent thd 1 USD Pinjaman Secara ringkas survai yang dilakukan oleh Bank Dunia ini menunjukkan bahwa iklim investasi di kurang bersaing dibandingkan negara-negara lain, termasuk negara-negara di kawasan Asia, dalam menarik investasi. Lampiran 1 5