Isu Strategis Pengelolaan Industri Dalam Perpekstif Kebijakan Fiskal (Kementerian Keuangan)

dokumen-dokumen yang mirip
Seminar Nasional Outlook Industri 2018 PEMBANGUNAN INDUSTRI YANG INKLUSIF DALAM RANGKA MENGAKSELERASI PERTUMBUHAN EKONOMI YANG BERKUALITAS

PENCEGAHAN & PEMBERANTASAN KORUPSI MELALUI KOORDINASI & SUPERVISI (KORSUP) Indraza Marzuki Direktorat Dikyanmas Komisi Pemberantasan Korupsi

Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B)

PASAL 4 PENENTUAN STATUS PENDUDUK

Penguatan Sinergi Pemerintah, Masyarakat, dan Dunia Usaha Dalam Rangka Akselerasi Pencapaian Pembangunan Berkeadilan.

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN SELATAN BULAN APRIL 2011

PASAL 5 AGEN TIDAK BEBAS YANG DAPAT MENIMBULKAN BUT BAGI SUATU PERUSAHAAN

PRODUKSI PANGAN DUNIA. Nuhfil Hanani AR

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

Kebijakan Fiskal untuk Mendukung Akselerasi Sektor Industri yang Berdaya Saing

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI

PASAL 11 & 12 TARIF PPh PASAL 26 ATAS BUNGA DAN ROYALTI UNTUK P3B YANG SUDAH BERLAKU EFEKTIF MAUPUN YANG BARU DIRATIFIKASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

Beberapa permasalahan menghambat pertumbuhan produk[vitas Indonesia

Indonesia SCM Summit 2015: Stimulus Iklim Investasi Bagi Peningkatan Kapasitas Nasional

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA


IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA NILAI EKSPOR PRODUK DKI JAKARTA BULAN JANUARI 2013 MENCAPAI 1.153,70 JUTA DOLLAR AMERIKA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

Perkembangan Ekspor Impor Jawa Tengah Maret 2007

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN SELATAN BULAN JUNI 2011

Masalah dan Tantangan Pendanaan dan Pembiayaan Kesehatan di Indonesia

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN SELATAN BULAN MEI 2014

Jenis Penerimaan & Pengeluaran Negara. Pertemuan 4 Nurjati Widodo, S.AP, M.AP

BAB VII PERPAJAKAN. Tahun 8 10: pengurangan pajak penghasilan badan dan perorangan sebesar 50%

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA NILAI EKSPOR PRODUK DKI JAKARTA BULAN OKTOBER 2012 MENCAPAI 1.052,95 JUTA DOLLAR AMERIKA

Menteri Perindustrian Republik Indonesia. Menghidupkan Kembali Sektor Industri Sebagai Penggerak Ekonomi Nasional

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian yang secara terus menerus tumbuh akan menimbulkan

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

I. PENDAHULUAN. Implementasi desentralisasi fiskal yang efektif dimulai sejak Januari

Potensi Indonesia dinyatakan oleh berbagai studi dan kajian independen, seper[ McKinsey (2012): Unleashing Indonesia s Poten[al

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan Ekonomi VS Pemerataan Kesejahteraan Buruh dan Rakyat. Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia 2015

Disampaikan: Edy Putra Irawady Deputi Menko Perekonomian Bidang Industri dan Perdagangan

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN SELATAN BULAN JUNI 2014

Perekonomian Suatu Negara

Potret Kinerja Migas Indonesia

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Meningkatkan Tax Ratio Indonesia

2. Ekspor Produk DKI Jakarta

2013, No bejana tekan dan tangki dari logam, serta pembuatan mesin pertanian dan kehutanan telah memenuhi kriteria penilaian dan ketentuan baran

KESEMPATAN KERJA PERDAGANGAN. Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja. Jakarta, 5 Juli 2013

Ringkasan Eksekutif. Ekspor Impor Hasil Industri Bulan Mei 2013

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

Ringkasan Eksekutif Ekspor Impor Hasil Industri Bulan Januari 2013

Ringkasan Eksekutif Ekspor Impor Hasil Industri Bulan April 2013

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL NEGARA BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 31 OKTOBER 2015

113/PMK.011/2011 BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS IMPOR BARANG DAN BAHAN GUNA PEMBUATAN TINTA K

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan sebuah negara. Hal ini serupa dengan pendapat yang

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

BADAN PUSAT STATISTIK

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

Ringkasan Eksekutif. Ekspor Impor Hasil Industri Bulan Oktober 2014

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

Membangun Negeri dalam Bingkai Kearifan Pendidikan Menuju Generasi 2045

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara

ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014

Ringkasan Eksekutif Ekspor Impor Hasil Industri Bulan Oktober 2012

TANTANGAN DAN PELUANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR INDONESIA

Ringkasan Eksekutif Ekspor Impor Hasil Industri Bulan Juli 2012

108/PMK.011/2011 BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS IMPOR BARANG DAN BAHAN GUNA PEMBUATAN DAN PER

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14/PMK.010/2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR JAWA TENGAH MEI 2009

JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL NEGARA BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 30 SEPTEMBER 2015

SALINAN MENTERI NOMOR DENGAN. Pembuatan. elektronika. barang. terhadap. impor. c. bahwa. telah memenuhi. Komponen. dan bahan. Bea Masuk.

Indonesia National Health Accounts Dipaparkan dalam Kongres InaHEA Intercontinental Mid Plaza Hotel Jakarta Rabu, 8 April 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT MEI 2013

INDIKASI KERUGIAN NEGARA DARI KURANG CATAT NILAI EKSPOR BIJIH NIKEL (HS 2604) PERIODE

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

REFLEKSI & PROSPEK PEMBANGUNAN NASIONAL

NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas

Antiremed Kelas 10 Ekonomi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu

Kerangka Ekonomi Makro Serta Kebijakan Fiskal & Penganggaran 2010

CAPAIAN KINERJA PERDAGANGAN 2015 & PROYEKSI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR JAWA TENGAH MEI 2008

Transkripsi:

Isu Strategis Pengelolaan Industri Dalam Perpekstif Kebijakan Fiskal (Kementerian Keuangan) Badan Kebijakan Fiskal Pusat Kebijakan Pendapatan Negara Februari 2014

Tema Undang-undang Perindustrian Sebagai Landasan Pembangunan Industri Untuk Menjadi Negara Industri Tangguh

Outline 1. UU Perindustrian (Asas & Tujuan) 2. Keterkaitan kementerian keuangan dengan perindustrian 3. Pelajaran dari Korea a. Perubahan struktur industri di Korea b. Kebijakan perlindungan industri dalam negeri c. Kebijakan pengembangan pendidikan dan kemampuan sumber daya manusia 4. Kesimpulan

Asas dan Tujuan Penyelenggaraan Perindustrian Kepentingan nasional Demokrasi ekonomi Kepastian berusaha Pemerataan persebaran Persaingan usaha yang sehat Keterkaitan industri 1. Industri nasional sebagai pilar dan penggerak perekonomian nasional 2. Kedalaman dan kekuatan struktur industri 3. Industri yang mandiri, berdaya saing dan maju serta industri hijau 4. Kepastian berusaha, persaingan yang sehat, serta mencegah pemusatan dan penguasaan industri oleh kelompok atau perseorangan yang merugikan masyarakat 5. Kesempatan berusaha dan perluasan kesempatan kerja 6. Mewujudkan pemerataan pembangunan industri ke seluruh wilayah indonesia guna memperkuat dan memperkukuh ketahanan nasional 7. Meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat secara berkeadilan Sumber : UU Perindustrian

Keterkaitan Kementerian Perindustrian dengan Kementerian Keuangan Kementerian Keuangan Kebijakan Pembiayaan dan Penganggaran Kementerian Perindustrian Subsidi dan Perpajakan Kebijakan Fiskal Rencana Kerja Industri Nasional Perekonomian yang maju Kinerja Industri (output) Pelaku Industri Binaan

Kebijakan Fiskal (Subsidi) Subsidi TA 2014 Energi : sebesar Rp274,4 triliun yaitu untuk BBM (PT. Pertamina) Rp210,7 triliun dan Listrik (PT. PLN) Rp71,3 triliun. Non Energi : sebesar Rp51,5 triliun Non Pajak : Rp46,8 triliun Pajak PPh DTP BM DTP : Rp3,7 triliun : Rp1 triliun

Kebijakan Fiskal (Perpajakan) Insentif Fasilitas dalam rangka penanaman modal Tax holiday dan Tax allowance (PPh) Pembebasan PPN dan PPnBM barang strategis Pembebasan Bea Masuk (Pembangunan dan/atau pengembangan) Fasilitas dalam rangka mendorong ekspor BM ditangguhkan PPN tidak dipungut Proteksi Perlindungan industri dalam negeri Harmonisasi tarif bea masuk MFN dan preferensi Bea masuk anti dumping bea masuk tindakan pengamanan Perlindungan konsumen Cukai hasil tembakau dan minuman mengandung ethyl alkohol

Pelajaran dari Korea

Peningkatan pendapatan perkapita dan pertumbuhan PDB Korea Sumber: OECD Development Centre on the basis of OECD Database, National Accounts and Economic Outlook No.90, December 2011. Korea memiliki pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat hingga mencapai titik tertingginya pada tahun 1973 yaitu mencapai 15%. Pencapaian pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak lepas dari strategi industri nasionalnya

Perbandingan Perubahan Struktur Industri Indonesia dan Korea 70,00% 60,00% 50,00% 40,00% 30,00% 20,00% 10,00% 0,00% Perubahan Struktur Light dan Heavy Industry, Indonesia 2000-2012 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012e) Sumber: BPS, Diolah light heavy Perubahan Struktur Light dan Heavy Industry, Korea 1970-2010 Sumber : OECD Development Centre of Bank of Korea, Korea Statistical Information System Untuk mencapai pertumbuhan yang tinggi strategi Korea adalah memperkuat industri heavy industri (industri logam, mesin, kimia, elektrik dan elektronik, transportasi) Korea mengalami kesetaraan antara Light Industry dan Heavy Industry pada tahun 1974-1976 (hanya membutuhkan waktu 2 tahun). Indonesia mencapai kondisi yang sama namun tertinggal 31 tahun dan belum terlihat arah perubahan strukturnya.

Contoh : Program Industri Unggulan Korea 2009 Target: lapangan kerja dan pertumbuhan secara regional. Menargetkan 12 Industri unggulan dalam wilayahwilayah ekonomi tertentu. Anggaran pemerintah: KRW 743.069 juta, 75% nya utk R&D

Strategi Pembangunan Nasional KOREA Pengembangan industri dalam negeri Kombinasi kebijakan promosi ekspor dan pembatasan impor. Pengembangan pendidikan dan kemampuan sumber daya manusia Pembangunan infrastruktur Pengelolaan pasar modal secara aktif

Strategi Pengembangan Industri Dalam Negeri KOREA Kelembagaan Perencanaan, Implementasi, dan Kontrol target, yang jelas Rencana aksi terukur Strategi Alokasi sumber daya Tarif Proteksi industri dalam negeri Pembatasan impor

Perbandingan Tarif MFN Indonesia dan Korea (HS 2012) BAB HS Indonesia Republic of Korea Rerata BM % Tarif Pos Rerata BM% Tarif Pos 01 3.66 51 16.01 150 02 5.05 78 22.69 234 03 6.09 356 16.04 863 04 5.31 54 53.07 138 05 4.50 32 7.17 136 06 12.62 28 15.68 154 07 4.79 115 79.86 290 08 5.30 87 37.16 172 09 5.00 62 38.79 104 10 3.09 37 250.98 88 90 4.85 253 6.28 882 91 6.63 56 7.69 174 92 8.24 20 8.00 116 93 6.11 27 3.33 162 94 9.42 98 3.90 178 95 12.85 59 6.56 188 96 8.30 98 7.95 190 97 4.76 14-30 6.90 10012 11.32 24493 Source: Integrated Database (IDB) notifications, diolah Tarif rata-rata bea masuk MFN Indonesia (6,9%) lebih rendah dibandingkan Korea (11,32%) perlu di review kembali kemungkinan untuk melakukan restrukturisasi tarif bea masuk Menjaga Kepentingan Nasional pada Perjanjian Perdagangan Internasional terutama pada negosiasi modalitas penurunan tarif.

Kebijakan Perlindungan Industri Dalam Negeri (Bea Masuk) Perbandingan Persentase Penerimaan Bea Masuk Terhadap Total Penerimaan Negara, Indonesia dan Korea 7,0 6,0 5,7 5,0 Persen 4,0 3,0 2,9 Indonesia Korea, Rep. 2,0 1,0-2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Persentase penerimaan negara dari bea masuk pada tahun 2011, Indonesia (2,9%) lebih kecil dibandingkan dengan Republik Korea (5,7%). Proporsi penerimaan negara dari bea masuk Indonesia tidak pernah melebihi Republik Korea, dan memiliki kecenderungan terus menurun.

Pengembangan Pendidikan dan Kemampuan

Human Development Index DUNIA ASIA Urutan Negara 2012 HDI Value No. Negara 2012 HDI rank 2012 HDI Value 1 Norway 0.955 2 Australia 0.938 3 United States 0.937 4 Netherlands 0.921 5 Germany 0.920 6 New Zealand 0.919 7 Ireland 0.916 7 Sweden 0.916 9 Switzerland 0.913 10 Japan 0.912 11 Canada 0.911 12 Korea (Republic of) 0.909 13 Hong Kong, China (SAR) 0.906 13 Iceland 0.906 15 Denmark 0.901 16 Israel 0.900 17 Belgium 0.897 18 Austria 0.895 18 Singapore 0.895 20 France 0.893 1 Japan 10 0.912 2 Korea (Republic of) 12 0.909 3 Hong Kong, China (SAR) 13 0.906 4 Singapore 18 0.895 5 Brunei Darussalam 30 0.855 6 Malaysia 64 0.769 7 Kazakhstan 69 0.754 8 Azerbaijan 82 0.734 9 China 101 0.699 10 Turkmenistan 102 0.698 11 Thailand 103 0.69 12 Mongolia 108 0.675 13 Philippines 114 0.654 14 Uzbekistan 114 0.654 15 Indonesia 121 0.629 16 Tajikistan 125 0.622 17 Viet Nam 127 0.617 18 Timor-Leste 134 0.576 19 India 136 0.554 20 Cambodia 138 0.543

A. Indikator Belanja R&D terhadap GDP Kegiatan R&D Indonesia Negara 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Average % GDP % GDP % GDP % GDP % GDP % GDP % GDP % GDP % GDP % GDP % GDP % GDP Japan 3,043 3,123 3,165 3,199 3,167 3,323 3,405 3,444 3,445 na na 3,257 Korea, Rep. 2,296 2,473 2,404 2,486 2,683 2,792 3,009 3,210 3,361 na na 2,746 United States 2,709 2,719 2,616 2,613 2,542 2,568 2,608 2,667 2,785 na na 2,647 Singapore 1,851 2,057 2,098 2,048 2,132 2,195 2,169 2,372 2,660 na na 2,176 Australia 1,569 na 1,740 na 1,846 na 2,176 na 2,347 na na 1,936 United Kingdom 1,814 1,790 1,788 1,746 1,683 1,729 1,747 1,779 1,774 1,869 1,824 1,772 China 0,903 0,951 1,070 1,134 1,230 1,325 1,388 1,396 1,470 na na 1,207 Brazil 1,018 1,043 0,985 0,958 0,900 0,971 0,998 1,075 1,081 na na 1,003 India 0,771 0,748 0,737 0,729 0,744 0,779 0,767 0,758 na na na 0,754 Malaysia 0,469 na 0,653 na 0,600 na 0,635 na na na na 0,589 Thailand 0,252 0,263 0,244 0,262 0,255 0,235 0,249 0,214 na na na 0,247 Philippines na na 0,137 0,130 na 0,111 na 0,110 na na na 0,122 Indonesia 0,068 0,048 na na na na na na na 0,08 na 0,066 Brunei Darussalam na na 0,016 0,018 0,037 na na na na na na 0,024 Sumber: World Development Indicator, (WDI), olah BKF 18

B. Indikator Komposisi Belanja R&D terhadap GDP Indonesia Kontribusi swasta dalam kegiatan R&D relatif masih kecil. Berdasarkan data belanja R&D terhadap GDP tahun 2009, kontribusi swasta hanya sebesar +/- 0.02%. Dari 0.02% tersebut, 95% kegiatan R&D dilakukan sendiri oleh perusahaan. R&D Exp/GDP, 2009 % / USD 0,05% 0,04% 0,03% 0,02% 0,01% 0,00% 0,03% Higher Education 1) Intramural expenditures : R&D Expenditure untuk membiayai aktivitas R&Dyang dilakukan oleh Perusahaan 2) Extramural expenditures R & D expenditure untuk membiayai aktivitas R&D yang dilakukan pihak lain Sumber: WDI, LIPI, olah BKF 0,02% Manufacturing Industry 0,04% Government GDP (USD) 539.579.959.053 R&D Exp Company (%) 0.02 R&D Exp Company (USD) 107.915.992 Extramura l 2) 5% Intramural 1) 95% 19

C. Indikator Intellectual Property Dengan membandingkan data intelectual property yang didaftarkan (patent dan utility model/petty patent), terdapat indikasi kegiatan R&D di Indonesia memberikan hasil yang relatif kecil. 1. Patent No Negara 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 1 Korea 77.135 67.821 70.656 73.351 77.743 97.388 117.945 111.012 110.100 116.622 122.134 115.373 2 China 13.959 21.100 26858 37276 43267 73666 88370 110373 135510 155073 127695 65933 3 Brazil 3.258 3357 2825 3153 3697 4204 3681 3961 4368 3678 3902 4062 4 Thailand 561 534 615 802 819 891 1040 945 902 1025 1214 927 5 India 656 554 626 991 719 455 350 587 642 842 744 818 6 Singapore 243 371 452 472 525 762 457 505 498 507 519 488 7 Malaysia 54 94 193 325 533 8 Philippines 6 16 13 10 21 14 21 13 17 13 9 Indonesia 50 30 5 3 3 1 4 10 5 8 5 10 Viet Nam 2 3 6 4 11 3 2 6 4 2. Utility Model No Negara 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 1 China 68.461 79.275 92.166 107.842 111.578 138.085 159.997 179.999 223.945 308.861 407.238 581.303 2 Republic of Korea 36.817 40.389 38.662 40.174 37.167 36.534 32.193 20.632 16.971 16.801 13.193 11.462 3 Brazil 3.266 3.211 3.019 2.935 3.156 3.083 1.926 4 Thailand 555 745 1.148 1.290 1.390 1.561 1.968 1.354 1.423 1.416 1.238 1.234 5 Philippines 536 573 519 519 395 512 496 589 636 6 Indonesia 213 197 157 163 177 163 242 247 279 236 7 Viet Nam 35 35 67 76 103 182 160 120 116 133 215 193 8 Malaysia 20 48 27 31 34 33 29 44 60 Sumber: World Intellectual Property Organization (WIPO) olah BKF 20

Kesimpulan 1. Pengalaman Korea bisa ditiru oleh negara-negara yang ingin mengembangkan industri dan pengembangan wilayah dengan menerapkan hal yang sama dan perlu komitmen kuat dari pemerintah dalam: a. Pengembangan industri utama dan regional b. Penetapan prioritas penerapan kebijakan c. Membuat rancangan mekanisme dan alokasi sumber daya d. Membuat kebijakan yang bertahap dan saling melengkapi e. Menggunakan monitoring dan evaluasi sebagai media pembelajaran 2. Perencanaan perindustrian yang kuat perlu didukung dengan kebijakan fiskal berupa pembiayaan dan anggaran serta subsidi dan perpajakan yang memadai (optimal memperhatikan kepentingan nasional) untuk mencapai Indonesia sebagai negara industri yang tangguh

Terima Kasih