BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengukur likuiditas atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. LANDASAN TEORI. badan perseroan terhadap suatu perusahaan.wujud saham adalah selembar kertas

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengukuran kinerja didefinisikan sebagai performing measurement, yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan berkembangnya perekonomian, banyak perusahaan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investor untuk menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Tanpa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Jogianto (2003:109), return merupakan hasil yang diperoleh dari

Bab II. Tinjauan Pustaka

BAB 1I TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Economic Value Added (EVA)

BAB I PENDAHULUAN. sangat berperan di dalam meningkatkan perekonomian dimana dana-dana yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian PBV, DER, EPS, dan ROA Pengertian PBV (Price Book Value)

BAB I PENDAHULUAN. Bursa Efek Jakarta (BEJ) atau Jakarta Stock Exchange (JSX) adalah sebuah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. saham sebagai hasil dari investasinya. Jogiyanto (2000 : 143) membedakan return

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumberdaya lainnya

2.1.2 Net Profit Margin (NPM) Lukman Syamsuddin (2007:62) mendefinisikan NPM sebagai berikut:

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Laporan tahunan (annual report) adalah suatu laporan resmi mengenai keadaaan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham merupakan instrumen keuangan yang paling diminati. masyarakat dan populer untuk diperjualbelikan di pasar modal.

BAB II. beberapa lembar kertas dengan angka-angka yang tertulis di atasnya, tetapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lancarnya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manfaat diantaranya dividen dan capital gain. Dividend merupakan bagian

II. TIN JAUAN PUSTAKA. Laporan keuangan dapat dengan jelas memperlihatkan gambaran kondisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. tentang pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan makin berkembangnya dunia bisnis yang didukung oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1) Ni Luh Putu Ari Cintya Devi dan Luh Komang Sudjarni (2012)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINAJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Harga saham merupakan salah satu indikator keberhasilan pengelolaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. tiga laporan utama, (1) Neraca, (2) Laporan laba rugi, dan (3) Laporan arus kas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham juga berarti sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seorang

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan usaha di Indonesia yang semakin ketat saat ini mendorong banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Karakteristik Laba. dengan pendapatan tersebut. Pengertian laba menurut Harahap (2008:113)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Return On Equity dan harga saham. Menjabarkan teori-teori yang melandasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pasar modal adalah pasar dengan berbagai instrumen keuangan jangka panjang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN TEORI. keputusan (Brigham, 2001:89). Untuk dapat menjaga. hidupnya, suatu perusahaan haruslah berada dalam keadaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Laporan keuangan. keuangan tersebut untuk menentukan atau menilai posisi

BAB I PENDAHULUAN. tersebut melalui suatu analisis yang dapat dijadikan pedoman untuk menilai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan merupakan alat analisis keuangan yang paling sering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam melakukan analisis laporan keuangan, sebenarnya pintu yang paling

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi Indonesia. Hal ini dimungkinkan karena pasar modal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan pengelolaan keuangan perusahaan (Fahmi, 2006:63).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Pesinyalan ( Signalling Theory ) Teori pesinyalan menunjukkan adanya asimetri informasi antara

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam Undang-undang Pasar Modal no. 8 tahun 1995: Pasar Modal

BAB I PENDAHULUAN. dapat mereka peroleh dengan melakukan penerbitan saham kepada masyarakat luas yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ang (1997: 24), Price earning ratio merupakan perbandingan antara harga

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. keputusan, terutama pihak diluar perusahaan, mengenai posisi keuangan dan hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. / stock. Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (shahib al-mal) juga memiliki tujuan investasi yang berbeda, yaitu untuk

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan (Darmadji dan Fakhruddin, 2006:111). investasi dalam bentuk saham. Saham (stock atau share) adalah tanda

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di era ekonomi modern seperti sekarang ini, perusahaan sangat membutuhkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. finansial (financial assets) dan investasi pada aset riil (real assets). Investasi pada

TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kompleks setiap waktunya, menyebabkan pasar modal dan industri sekuritas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam, baik sumber

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pajak. Menurut Bastian dan Suhardjono (2006), net profit margin adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan property dan real estate semakin marak diberbagai penjuru

BAB I PENDAHULUAN. luar negeri. Sementara itu bagi investor, pasar modal merupakan wahana untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. pendanaan bagi perusahaan-perusahaan untuk dapat meningkatkan pendapatan

BAB 1 PENDAHULUAN. memaksimalkan hasil (return) yang diharapkan dalam batas risiko yang dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Rasio Lancar (Current Ratio) Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan kewajiban jangka pendek dengan sumber dana jangka pendek untuk memenuhi kewajiban tersebut. Dari rasio ini dapat diperoleh pandangan tentang keadaan solvabilitas kas pada saat ini dan kemampuan perusahaan untuk tetap mempertahankan solvabilitasnya. Munawir (2001:71) menyatakan rasio likuiditas sebagai rasio modal kerja, yaitu rasio yang digunakan untuk menganalisa dan menginterpretasikan posisi keuangan jangka pendek, tetapi juga sangat membantu bagi manajemen untuk mengecek efisiensi modal kerja yang digunakan dalam perusahaan, juga penting bagi kreditor jangka panjang dan pemegang saham yang setidak-tidaknya ingin mengetahui prospek dari dividen dan pembayaran bunga di masa yang akan datang. Dapat dipahami bahwa rasio likuiditas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya atau kewajiban yang segera jatuh tempo dengan sumber dana jangka pendeknya. Semakin tinggi rasio likuiditas maka semakin tinggi kemampuan perusahaan membayar hutang-hutang jangka pendeknya. Rasio likuiditas yang sering digunakan adalah rasio lancar.

Menurut Darsono (2005:52), rasio lancar adalah kemampuan aktiva lancar perusahan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar yang dimiliki. Menurut Brigham dan Houston (2001:80), rasio lancar mengukur kemampuan aktiva lancar membayar hutang lancar. Aktiva lancar biasanya terdiri dari kas, surat berharga, piutang, dan persediaan. Hutang lancar terdiri dari hutang dagang, wesel bayar jangka pendek, hutang jangka panjang yang segera jatuh tempo, pajak yang belum dibayar, dan biaya-biaya yang belum dibayar (accrued) lainnya (terutama upah). Menurut Darsono (2005:52), semakin tinggi rasio lancar seharusnya semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek. Namun, rasio lancar yang terlalu tinggi juga menunjukkan manajemen yang buruk atas sumber likuiditas. Kelebihan dalam aktiva lancar seharusnya digunakan untuk membayar dividen, membayar hutang jangka panjang, atau untuk investasi yang bisa menghasilkan tingkat kembalian lebih. Rumus untuk menghitung rasio lancar adalah sebagai berikut: Rasio Lancar = x 100% 2. Rasio Hutang terhadap Total Aktiva (Debt to Asset Ratio / DAR) Rasio ini merupakan rasio total hutang terhadap total harta yang mengukur persentase total dana yang berasal dari kreditur (Lukas Setia,1999:416). Menurut Brigham dan Houston (2001:86), rasio hutang terhadap aktiva mengukur persentase dana yang disediakan oleh kreditur, umumnya disebut rasio hutang (debt ratio).

Menurut Darsono (2005:54), rasio ini menekankan pentingnya pendanaan hutang jangka panjang dengan jalan menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh hutang. Rasio ini juga menyediakan informasi tentang kemampuan perusahaan dalam mengadaptasi kondisi pengurangan aktiva akibat kerugian tanpa mengurangi pembayaran bunga pada kreditor. Nilai rasio yang tinggi menunjukkan peningkatan dari resiko pada kreditor berupa ketidak mampuan perusahaan membayar semua kewajibannya. Dari pihak pemegang saham, rasio yang tinggi akan mengakibatkan pembayaran bunga yang tinggi yang pada akhirnya akan mengurangi pembayaran dividen. Rumus untuk menghitung DAR adalah sebagai berikut: DAR = x100% 3. Rasio Hutang terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio / DER) Rasio hutang terhadap ekuitas dihitung dengan jalan membagi total hutang perusahaan (termasuk kewajiban lancar) dengan ekuitas pemegang saham (Horne dan Wachowicz, 1997:137). Menurut Darsono (2005:54), rasio ini menunjukkan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham kepada pemberi pinjaman. Semakin tinggi rasio, semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham. Dari perspektif membayar kewajiban jangka panjang, semakin rendah rasio akan semakin baik pula kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjang. Rumus untuk menghitung DER adalah sebagai berikut:

DER = x 100% Rasio hutang terhadap ekuitas berbeda-beda tergantung dari karakteristik bisnis dan keberagaman arus kas. Perusahaan dengan arus kas yang stabil biasanya memiliki rasio hutang terhadap ekuitas yang lebih tinggi daripada perusahaan dengan arus kas yang kurang stabil. Semakin rendah rasio ini, semakin tinggi tingkat pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham dan semakin besar batas pengaman pemberi pinjaman jika terjadi penyusutan nilai aktiva atau kerugian. 4. Pengembalian atas Total Aktiva (Return On Asset / ROA) Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset yang tertentu. ROA juga sering disebut juga sebagai Return On Investment (ROI) (Hanafi dan Halim, 2000:84). Horne dan Wachowicz (1997: 147) mengatakan rasio ini adalah rasio keuntungan yang menghubungkan laba dengan investasi. Menurut Ang (1997:32), profitabilitas mengukur efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Rasio pengembalian atas total aktiva dihitung dengan membagi laba bersih sesudah pajak dengan total aktiva. ROA = x100%

ROA yang tinggi menunjukkan efisiensi manajemen aset/aktiva. Rendahnya rasio ini diakibatkan oleh (a) rendahnya Basic Earnings power (BEP) perusahaan, (b) tingginya biaya bunga karena penggunaan kewajiban di atas rata-rata yang menyebabkan laba bersih relatif rendah. 5. Pengembalian atas Ekuitas Saham (Return On Equity / ROE) Rasio laba bersih terhadap ekuitas saham biasa mengukur pengembalian atas ekuitas saham biasa atau tingkat pengembalian atas investasi pemegang saham (Brigham dan Houston 2001:91). Return On Equity (ROE) sering disebut sebagai rentabilitas modal sendiri (Return on Common Equity). Hanafi dan Halim (2000:85) mengatakan bahwa ROE mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu. Hal ini senada dengan pernyataan Ang (1997:33) bahwa ROE mengukur tingkat kembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas yang dimiliki perusahaan. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. ROE = x 100%

Rasio ini bukan pengukur return pemegang saham yang sebenarnya karena rasio ini tidak memperhitungkan dividen maupun capital gain untuk pemegang saham. ROE dipengaruhi ROA dan tingkat leverage keuangan perusahaan. 6. Earnings Per Share (EPS) Earnings per share adalah pendapatan perusahaan dari per lembar saham yang dijual. EPS didapatkan dari pembagian antara laba setelah pajak dengan jumlah lembar saham. Dengan memperhatikan EPS maka investor dapat mempertimbangkan untuk berinvestasi di pasar modal. EPS dipengaruhi oleh pendapatan perusahaan. Jika pendapatan perusahaan tinggi maka EPS juga akan tinggi, begitu juga sebaliknya. Hal ini yang akan mempengaruhi harga saham, karena pergerakan harga saham pengaruh awalnya adalah pendapatan perusahaan (Husnan,1998:287). Menurut Darsono (2005:57), investor biasanya lebih tertarik dengan ukuran profitabilitas dengan menggunakan dasar saham yang dimiliki. Alat analisis yang dipakai untuk melihat keuntungan dengan dasar saham adalah Earnings per Share yang dicari dengan laba bersih dibagi saham yang beredar. Rasio ini menggambarkan besarnya pengambalian modal utntuk setiap satu lembar saham. Rumus untuk menghitung Earnings per Share adalah sebagai berikut: EPS = x 100%

7. Saham a. Pengertian Saham Saham adalah sebuah surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas (emiten) yang menyatakan bahwa pemilik saham tersebut adalah juga pemilik sebagian dari perusahaan itu. Husnan (2001:303) menyebutkan bahwa sekuritas (saham) merupakan secarik kertas yang menunjukkan hak pemodal (yaitu pihak yang memiliki kertas tersebut) untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang menerbitkan sekuritas tersebut dan berbagai kondisi yang memungkinkan pemodal tersebut menjalankan haknya. Menurut Darmadji dan Hendi (2001: 6) menyebutkan bahwa dalam praktek dikenal adanya beraneka ragam jenis saham, antara lain : 1) Cara peralihan hak Ditinjau dari cara peralihannya saham dibedakan menjadi saham atas unjuk dan saham atas nama. a) Saham atas unjuk (bearer stock). Sertifikat saham atas unjuk tidak dituliskan nama pemiliknya. Dengan pemilikan saham ini, seorang pemilik sangat mudah untuk mengalihkan atau memindahkannya kepada orang lain karena sifatnya mirip dengan uang. b) Saham atas nama (registered stock). Sertifikat saham ini ditulis nama pemiliknya. Cara pemindahannya harus memenuhi prosedur tertentu yaitu dengan dokumen peralihan, kemudian nama pemiliknya dicatat

dalam buku perusahaan yang khusus memuat daftar nama pemegang saham. 2) Hak tagihan (klaim) Ditinjau dari segi manfaatnya, pada dasarnya saham dapat digolongkan menjadi saham biasa dan saham preferen. a) Saham biasa (common stock). Saham biasa selalu muncul dalam setiap struktur modal saham perseroan terbatas. Besar kecilnya deviden yang diterima tidak tetap, tergantung pada keputusan RUPS. b) Saham preferen (preferred stock). Saham preferen merupakan gabungan pendanaan antara hutang dan saham biasa. Dalam praktek terdapat beraneka ragam jenis saham preferen, di antaranya adalah: i. Cumulative Preferred Stock. Saham preferen jenis ini memberikan hak pada pemiliknya atas pembagian deviden yang sifatnya kumulatif dalam suatu persentase atau jumlah tertentu dalam arti bahwa jika pada tahun tertentu deviden yang dibayarkan tidak mencukupi atau tidak dibayar sama sekali, maka akan diperhitungkan pada tahuntahun berikutnya. ii. Non Cumulative Preferred Stock. Pemegang saham jenis ini mendapat prioritas dalam pembagian deviden sampai pada suatu persentase atau jumlah tertentu, tapi tidak bersifat kumulatif. Dengan demikian apabila pada suatu tahun tertentu deviden yang dibayarkan lebih kecil dari yang ditentukan atau tidak dibayar sama

sekali, maka hal ini tidak dapat diperhitungkan pada tahun berikutnya. iii. Participating Preferred Stock. Pemilik saham jenis ini di samping memperoleh deviden tetap seperti yang telah ditentukan, juga memperoleh deviden ekstra apabila perusahaan dapat mencapai sasaran yang ditetapkan. iv. Convertible Preferred Stock (saham istimewa). Pemegang saham istimewa mempunyai hak lebih tinggi dibanding pemegang saham lainnya. Hak lebih itu terutama dalam penunjukan direksi perusahaan. 3) Berdasarkan kinerja saham a) Blue Chip Stock Yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil, dan konsisten dalam membayar deviden. b) Income Stock Merupakan saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar deviden lebih tinggi dari rata-rata deviden yang dibayarkan pada tahun sebelumnya. c) Growth Stock

Saham ini merupakan saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi. d) Speculative Stock Adalah saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa mendatang meskipun belum pasti. e) Counter Cyclical Stock Saham ini merupakan saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. b. Perubahan harga saham Saham merupakan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas. Harga suatu saham sangat erat kaitannya dengan harga pasar suatu saham. Harga dasar suatu saham merupakan harga perdananya. Perubahan harga saham dipengaruhi oleh kekuatan permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar sekunder. Semakin banyak investor yang ingin membeli atau menyimpan suatu saham, maka harganya akan semakin naik. Sebaliknya jika semakin banyak investor yang menjual atau melepaskan maka akan berdampak pada turunnya harga saham. Harga saham merupakan nilai suatu saham yang mencerminkan kekayaan perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut.

Secara umum semakin baik keuangan perusahaan dan semakin banyak keuntungan yang dinikmati oleh pemegang saham, kemungkinan harga saham akan naik. Namun, saham yang memiliki tingkat keuntungan yang baik juga bisa mengalami penurunan harga. Hal ini dapat disebabkan oleh keadaan pasar saham. Hal seperti ini tidak akan hilang jika kepercayaan pemodal belum pulih, kondisi ekonomi belum membaik, ataupun hal-hal lain yang membaik. Salah satu resiko dari pemegang saham adalah menurunnya harga saham. Hal ini dapat diatasi dengan cara menahan saham tersebut sampai keadaan pasar membaik. Analisis saham merupakan salah satu dari sekian tahapan dalam proses investasi yang berarti melakukan analisis terhadap individual atau sekelompok sekuritas. Analisis yang sering digunakan untuk menilai suatu saham yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. 1) Analisis fundamental Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan : a) Mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang. b) Menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. Analisis fundamental merupakan analisis historis atas kekuatan keuangan dari suatu perusahaan yang sering disebut company analysis. Data

yang digunakan adalah data historis, artinya data yang telah terjadi dan mencerminkan keadaan keuangan yang telah lewat dan bukan mencerminkan keadaan keuangan yang sebenarnya pada saat analisis (Husnan,2001:303). Cara yang digunakan untuk menganalisis perusahaan adalah dengan menggunakan analisis rasio keuangan, mengidentifikasi kecenderungan atau pertumbuhan yang mungkin ada, mengevaluasi efisisensi operasional, dan memahami sifat dasar/ karakteristik operasional dari perusahaan tersebut. Para analis fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa mendatang dengan mengestimasi nilai dari faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa mendatang, dan menempatkan hubungan faktor-faktor tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. 2) Analisis teknikal Analisis teknikal merupakan suatu teknik yang meggunakan data atau catatan pasar untuk berusaha mengakses permintaan dan penawaran suatu saham, volume perdagangan, indeks harga saham baik individual maupun gabungan, serta faktor-faktor lain yang bersifat teknis (Husnan, 2001:338). Model analisis teknikal lebih menekankan pada perilaku pasar modal di masa mendatang berdasarkan kebiasaan di masa lalu. Analisis ini berupaya untuk memperkirakan harga saham (kondisi pasar) dengan mengamati

perubahan harga saham tersebut (kondisi pasar) di waktu lalu. Para penganut analisis ini menyatakan bahwa : a) Harga saham mencerminkan informasi yang relevan. b) Informasi tersebut ditunjukkan oleh perubahan harga saham di waktu lalu. c) Karena perubahan harga saham akan mempunyai pola tertentu, maka pola tersebut akan berulang. Sasaran yang ingin dicapai dari analisis adalah ketepatan waktu dalam memprediksi pergerakan harga jangka pendek suatu saham, oleh karena itu informasi yang berasal dari faktor-faktor teknis sangat penting bagi pemodal untuk menentukan kapan suatu saham dibeli atau harus dijual. B. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini pernah dilakukan oleh Aziz (2005) yang menganalisis Pengaruh Earnings Per Share (EPS) dan Pertumbuhan Penjualan terhadap Perubahan Harga Saham pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ), Handoko (2008) yang menganalisis Pengaruh Economic Value Added, ROE, ROA, DAN EPS terhadap Perubahan Harga Saham Perusahaan Kategori LQ 45 pada Bursa Efek Jakarta, Sasongko dan Wulandari (2003) menganalisis pengaruh EVA dan rasio-rasio profitabilitas dan investment opportunity set terhadap harga saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ periode 2001 dan 2002, dan Susi dan Setiawan

(2003) yang menganalisis pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham Industri Barang Konsumsi yang Tergabung dalam Indeks LQ45 yang Go Publik di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Tinjauan penelitian terdahulu yang dapat mendukung penelitian ini dapat dilihat pada tabel 2.1 sebagai berikut: Peneliti (Tahun) Aziz (2005) Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu Judul Variabel Hasil penelitian Pengaruh Earnings Per Share (EPS) dan Pertumbuhan Penjualan terhadap Perubahan Harga Saham Pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) Variabel independen: Earnings Per Share (EPS) dan Pertumbuhan Penjualan Variabel dependen: perubahan harga saham secara simultan EPS dan pertumbuhan penjualan berpengaruh terhadap perubahan harga saham. Secara parsial EPS berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan harga saham, sedangkan pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan harga saham Handoko (2008) Susi dan Setiawan (2003) Pengaruh Economic Value Added, ROE, ROA, DAN EPS Terhadap Perubahan Harga Saham Perusahaan Kategori LQ 45 Pada Bursa Efek Jakarta Analisis Pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap Harga Variabel independen: Economic Value Added, ROE, ROA, dan EPS Variabel dependen: perubahan harga saham variabel independen: adalah rasio profitabilitas yang variabel EPS yang berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan harga saham sedangkan variabel EVA, ROE, ROA, dan tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham return on asset (ROA), return on equity (ROE), net profit margin (NPM), dan Earnings

Sasongko dan Wulandari (2003) Saham Industri Barang Konsumsi Yang Tergabung Dalam Indeks LQ45 Yang Go Publik di Bursa Efek Jakarta (BEJ) Pengaruh EVA dan rasio-rasio profitabilitas terhadap harga saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ periode 2001 dan 2002 terdiri atas return on asset (ROA), return on equity (ROE), net profit margin (NPM), dan Earnings per share (EPS) variabel dependen: perubahan harga saham Variabel independen: return on assets (ROA), Earnings per share (EPS), return on sales (ROS) dan basic Earnings power (BEP) per share (EPS) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan harga saham Hasil penelitian menunjukkan hanya EPS yang berpengaruh terhadap harga saham, sedangkan ROA, ROS, dan BEP tidak berpengaruh terhadap harga saham. variabel dependen: perubahan harga saham C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual Kerangka konseptual merupakan sintesis atau ekstrapolasi dari tinjauan teori yang mencerminkan keterkaitan antara variabel yang diteliti dan merupakan tuntunan untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan hipotesis (Jurusan Akuntansi, 2004: 13). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah

current ratio, debt to asset ratio, debt to equity ratio, return on asset, return on equity, dan Earnings per share. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah perubahan harga saham. Kerangka konseptual penelitian ini dapat digambarkan pada gambar 2.1 sebagai berikut: Current Ratio (CR) Debt to Equity Ratio (DER) Debt to Asset Ratio (DAR) Return on Asset (ROA) Return on Equity (ROE) Earning Per share (EPS) P E R U B A H A N H A R G A S A H A M Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 2. Hipotesis Penelitian Menurut Erlina (2007:41), Hipotesis menyatakan hubungan yang diduga secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan preposisi yang dapat di uji secara empiris. Hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara terhadap masalah yang akan diuji kebenarannya melalui analisis data yang relevan dan kebenarannya akan

diketahui setelah dilakukan penelitian. Berdasarkan kerangka konseptual yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H1 H2 H3 H4 H5 H6 : Current ratio berpengaruh terhadap perubahan harga saham : Debt to equity ratio berpengaruh terhadap perubahan harga saham : Debt to asset berpengaruh terhadap perubahan harga saham : Return to equity berpengaruh terhadap perubahan harga saham : Return to asset berpengaruh terhadap perubahan harga saham : Earnings per share berpengaruh terhadap perubahan harga saham