III. METODE PENELITIAN. untuk menciptakan data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN. Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional dipergunakan sebagai standar dan ukuran

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar, Definisi Operasional dan Pengukuran. variabel- variabel yang digunakan dalam penelitian ini akan diukur dan

METODE PENELITIAN. dipergunakan untuk mendapatkan data yang dianalisis sesuai dengan tujuan

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian,

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. dianalisis. Menurut Supardi (2005) penelitian deskripsi secara garis besar

BAB IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan

IV. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN Definisi dan Pengukuran Variabel Definisi dan pengukuran variabel penelitian ini disajikan pada Tabel 3.1.

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. Metode

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data 4.3. Metode Pengambilan Sampel

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dengan metode survey melalui pengamatan langsung di

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBIKAYU

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional. mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

III. METODE PENELITIAN. langsung terhadap gejala dalam suatu masyarakat baik populasi besar atau kecil.

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Konsepdasardan definisioperasionalmerupakanistilahkhususdandefinisi yang

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Pengumpulan Data

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk

III. METODE PENELITIAN. Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana. produksi danpendapatanyang diinginkan pada waktu tertentu.

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 1 Maret 2013

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

III. METODE PENELITIAN. dan batasan operasional. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS KEUNTUNGAN DAN PEMASARAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN. Eka Miftakhul Jannah, Abdul Wahab, Amrizal Nazar ABSTRAK

III. METODE PENELITIAN. merupakan metode yang digunakan dalam penelitian dengan cara pengamatan

METODE PENELITIAN. status suatu gejala yang ada. Data dikumpulkan disusun, dijelaskan dan kemudian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang

BAB IV METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya

IV. METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian kelayak usahatani dengan

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

ANALISIS EFISIENSI USAHA TANI IKAN NILA DALAM KERAMBA DI DESA ARO KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANG HARI YOLA NOVIDA DEWI NPM.

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Simpang Kanan, Kecamatan Sumberejo,

III. METODE KERJA 1. Lokasi dan Waktu 2. Pengumpulan data

I. METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Tugusari Kecamatan Sumberjaya

METODE PENELITIAN. Menurut Travers (1978) dalam Umar menjelaskan bahwa metode ini bertujuan

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

BAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1.

menggunakan BLP Organik dan setelah menggunakan BLP Organik.

IV. METODE PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan

IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup semua pengertian yang. digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian.

ANALISIS OPTIMASI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA USAHATANI MENTIMUN DI KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANGHARI

METODE PENELITIAN. akurat mengenai faktor-faktor, sifat-sifat dan hubungan antar fenomena yang

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu 4.2 Data dan Instrumentasi

METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. Variabel X merupakan variabel faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

BAB III METODE PENELITIAN. Usahatani tembakau sendiri merupakan salah satu usahatani yang memiliki

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, Kecamatan

PENGARUH SISTEM PENGELOLAAN USAHATANI CABAI MERAH TERHADAP JUMLAH PRODUKSI DAN TINGKAT PENDAPATAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. komoditas tembakau merupakan bahan baku utama pada industri rokok. Usahatani

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September 2013

BAB III METODEPENELITIAN

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Kertajaya Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis)

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian untuk

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga,

METODE PENELITIAN. merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi

BAB III METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Responden

BAB III METODOLOGIPENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Bab ini membahas mengenai metode penelitian yang akan digunakan dalam

III. METODE PENELITIAN. banyak membahas mengenai biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses

III. METODE PENELITIAN. melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian pada saat sekarang, berdasarkan

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

II. BAHAN DAN METODE

METODE PENELITIAN. dijelaskan dan dianalisis. Penelitian ini bersifat kuantitatif, karena dalam

Transkripsi:

47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menciptakan data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan penelitian, didefinisikan sebagai berikut : Usahatani adalah himpunan sumber-sumber alam yang terdapat di tempat yang diperlukan untuk produksi seperti tanah, air, perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan di atas tanah itu, sinar matahari, bangunan, dan lain sebagainya. Kemitraan adalah adanya kerjasama antara usaha kecil dengan usaha menengah atau dengan usaha besar disertai oleh pembinaan dan pengembangan berkelanjutan oleh usaha menengah atau besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, memperkuat dan menguntungkan. Produksi tembakau adalah jumlah output atau hasil panen tanaman tembakau yang berupa daun kering dari luas lahan petani per musim tanam yang diukur dalam satuan ton. Produktivitas tembakau adalah hasil produksi per satuan luas lahan yang digunakan dalam berusahatani tembakau. Produktivitas diukur dalam satuan ton per hektar (ton/ha).

48 Luas lahan adalah tempat yang digunakan oleh petani untuk melakukan usahatani tembakausecara monokultur selama satu musim tanam yang diukur dalam satuan hektar (ha). Benih tembakau adalah benih yang ditanam petani selama satu kali periode produksi untuk menghasilkan produksi tembakau, diukur dalam satuan gram (gr). Pupuk fertila adalah pupuk NPK dengan kandungan N: 8%, P:15%, K: 19% dilengkapi dengan hara makro sekunder dan mikro yang diformulasikan khusus untuk dipakai di tanaman tembakau yang diukur dalam satuan kilogram (kg). Pupuk KNO 3 adalah pupuk Kalium Nitrat yang diformulasikan dari bahan alami dari tambang sumber Nitrat dan Kalium dari Chille. Mengandung nitrogen dalam bentuk nitrat dan kalium yang mudah larut. KNO 3 tidak memproduksi air berlebihan pada daun tembakau yang diukur dalam satuan kilogram (kg). Pupuk fertiphos adalah pupuk majemuk untuk mengoptimalkan penyerapan fosfat pada tanaman tembakau yang diukur dalam satuan kilogram (kg). Pupuk dolomit adalah pupuk yang berperan dalam transportasi fosfat pada tanaman guna meningkatkan efisiensi serapan tanaman serta keseimbangan unsur essensial yang dibutuhkan tanaman tembakau yang diukur dalam satuan kilogram (kg). Umur panen adalah jumlah hari/umur tembakau yang diusahakan tersebut di panen, diukur dalam satuan hari.

49 Tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang dicurahkan dalam proses produksi dalam satu kali musim tanam. Satuan ukuran yang digunakan adalah Hari Kerja Pria (HKP). Tenaga kerja mesin, wanita, hewan, dan anak-anak dikonversikan ke dalam HKP berdasarkan tingkat upah yang berlaku. Upah tenaga kerja merupakan jumlah upah tenaga kerja yang dikeluarkan oleh petani untuk membayar tenaga kerja yang diukur dalam satuan rupiah per HKP (Rp/HKP). Skala usaha adalah luas lahan yang digunakan oleh petani untuk usahatani tembakau yang dinyatakan dalam hektar (ha). Umur adalah usia responden dari awal kelahiran sampai pada saat penelitian dilaksanakan. Umur responden diukur dalam satuan tahun. Tingkat pendidikan adalah jumlah tahun sukses responden mengikuti pendidikan formal. Lamanya pendidikan yang telah ditempuh oleh responden diukur dalam tahun. Pengalaman berusahatani adalah lamanya petani berusahatani yang dinyatakan dalam tahun. Penyuluhan Pertanian adalah pemberdayaan petani melalui kegiatan pendidikan non formal di bidang pertanian. Penyuluhan diukur dari intensitas kedatangan petani dalam setiap kegiatan penyuluhan. Risiko adalah besarnya penyimpangan produksi dari produksi yang diharapkan pada usahatani tembakau. Risiko diukur dengan simpangan produksi.

50 Jarak tanam merupakan pengaturan pertumbuhan dalam satuan luas. Jarak tanam sangat erat kaitannya dengan jumlah tanaman yang akan dihasilkan.jarak tanam diukur sebagai variabel boneka (dummy). 1 = sesuai anjuran perusahaan, 0=tidak sesuai anjuran perusahaan. Biaya produksi adalah biaya pemakaian faktor-faktor produksi yang dikeluarkan untuk kegiatan usahatani dalam satu kali musim tanam yang diukur dalam nilai satuan rupiah (Rp). Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan dalam usahatani yang besar-kecilnya tidak tergantung dari besar-kecilnya output yang diperoleh yang diukur dalam satuan rupiah (Rp). Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan untuk usahatani yang besarnya dipengaruhi oleh perolehan output dan berhubungan langsung dengan jumlah produksi, merupakan biaya yang dipergunakan untuk memperoleh faktor produksi berupa tenaga kerja, benih, pupuk, dan pestisida yang diukur dalam satuan rupiah (Rp). Biaya angkut panen adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengangkut tembakau yang telah dipanen ke perusahaan mitra yang diukur dalam satuan rupiah (Rp) Biaya transport adalah biaya yang dikeluarkan petani untuk membeli saprodi dari perusahaan yang diukur dalam satuan rupiah (Rp). Biaya solar adalah biaya yang dikeluarkan petani untuk solar sebagai bahan bakar yang digunakan untuk mengairi tembakau yang diukur dalam satuan rupiah (Rp).

51 Biaya bahan bakar oven adalah biaya yang dikeluarkan petani untuk bahan bakar dalam mengeringkan tembakau menggunakan oven dengan batubara sebagai bahan bakarnya yang diukur dalam satuan rupiah (Rp). Bunga adalah besarnya bunga yang harus dikeluarkan petani atas modal yang telah dipinjamkan oleh perusahaan yang diukur dalam satuan rupiah (Rp). Biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan oleh petani secara langsung dalam proses produksi atau usahatani. Contohnya : biaya pembelian benih, pupuk, pestisida, upah tenaga kerja dari luar keluarga diukur dalam satuan rupiah (Rp). Biaya diperhitungkan adalah biaya yang dikeluarkan oleh petani tetapi tidak dalam bentuk modal tunai, tetapi dalam bentuk penggunaan faktor produksi dari dalam keluarga dan dihitung dalam satuan rupiah (Rp). Harga tembakau adalah nilai tukar tembakau di tingkat petani setelah penanganan pascapanen, diukur dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/Kg). Harga benih adalah jumlah uang yang harus dikeluarkan oleh petani untuk membeli benih guna keperluan usahatani tembakau, diukur dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/Kg). Harga pupuk adalah jumlah uang yang harus dikeluarkan oleh petani untuk membeli pupuk guna keperluan usahatani tembakau, diukur dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/Kg).

52 Penerimaan usahatani adalah jumlah produksi total tembakau selama satu tahun dikalikan dengan harga tembakau ditingkat petani dan diukur dalam satuan rupiah (Rp). Pendapatan adalah penerimaan usahatani dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi dalam satu kali musim tanam, diukur dalam satuan rupiah (Rp). B. Lokasi, Responden dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive (sengaja). Dipilihnya Kabupaten Lampung Timur menjadi daerah penelitian atas dasar pertimbangan bahwa Kabupaten Lampung Timur merupakan produksi tembakau terbesar dan terluas di Provinsi Lampung. Produksi tembakau di Kabupaten Lampung Timur tersebar di beberapa kecamatan Lampung Timur. Luas areal dan produksi tembakau di Kabupaten Lampung Timur dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Produksi tembakau menurut kecamatan di Kabupaten Lampung Timur Tahun 2012 (ha) Kecamatan Luas (ha) Produksi (ton) Produktivitas Batang Hari 8,00 7,00 0,87 Marga Tiga 1,50 0,75 0,50 Jabung 2,00 1,75 0,87 Batanghari Nuban 33,00 24,50 0,74 Pekalongan 40,00 20,00 0,50 Raman Utara 28,50 23,75 0,83 Purbolinggo 46,25 68,13 1,47 Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Lampung 2012

53 Penelitian dilakukan di Kecamatan Purbolinggo dan Kecamatan Batanghari Nuban. Pemilihan kecamatan tersebut karena kecamatan tersebut merupakan kecamatan dengan produksi terbesar di Kabupaten Lampung Timur sehingga dianggap mampu mewakili Kabupaten Lampung Timur. Selain itu kecamatan tersebut memiliki potensi yang sangat baik dalam usahatani tembakau serta memiliki akses pemasaran yang baik karena adanya program kemitraan dengan PT Export Leaf Indonesia (ELI). Survai ke lapangan dilaksanakan pada bulan Oktober 2012. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara langsung dengan petani responden berdasarkan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah disiapkan. Data sekunder diambil dari sumber-sumber atau instansi-instansi terkait, laporanlaporan, publikasi, dan pustaka lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini. Responden dalam penelitian ini terdiri dari petani tembakau yang ada di Kecamatan Purbolinggo dan Kecamatan Batanghari Nuban, Kabupaten Lampung Timur dengan tingkat populasi sebesar 180 petani. Populasi petani tembakau di Kecamatan Purbolinggo sebesar 135 petani dan di Kecamatan Batanghari Nuban adalah 45 petani (Dinas Perkebunan Kabupaten Lampung Timur, 2012). Dari jumlah populasi petani tersebut ditentukan jumlah sampel dengan menggunakan rumus yang merujuk pada teori Sugiarto, dkk (2003), yaitu : n = NZ 2 S 2...(20) Nd 2 + Z 2 S 2 dimana : n = Jumlah sampel

54 N = Jumlah populasi S 2 = Variasi sampel (5% = 0,05) Z = Tingkat kepercayaan (95% = 1,96) d = Derajat penyimpangan (5% = 0,05) Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus pada persamaan (20) maka jumlah sampel adalah : n = 180 x (1,96) 2 x (0,05) (180x 0,05 2 ) + (1,96 2 x 0,05) = 34,57 0,64 = 60,01 60 petani Kemudian dari jumlah sampel tersebut dapat ditentukan alokasi proporsi sampel tiap desa dengan rumus : n a = N a x n ab... (21) N ab dimana : n a = Jumlah sampel desa A n ab = Jumlah sampel keseluruhan N a = Jumlah populasi desa A N ab = Jumlah populasi keseluruhan Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus (persamaan 21), maka diperoleh jumlah sampel dari Kecamatan Purbolinggo adalah 45 petani dan dari Kecamatan Batanghari Nubana adalah 15 petani. Kecamatan Batanghari Nuban terdiri dari dua desa, namun yang mengusahakan tembakau hanya satu desa yaitu Desa Sukaraja Nuban. Kecamatan Purbolinggo terdiri dari sepuluh desa. Desa

55 yang memiliki petani tembakau terbanyak yaitu Desa Tegal Gondo, sehingga desa yang dipilih sebagai lokasi penelitian yaitu Desa Sukaraja Nuban di Kecamatan Batanghari Nuban dan Desa Tegal Gondo di Kecamatan Purbolinggo secara purposive sampling. Desa ini dipilih karena desa tersebut merupakan desa dengan jumlah petani tembakau terbanyak. Responden petani dipilih secara acak sederhana (Simple Random Sampling). Teknik ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa populasi dianggap homogen dalam hal: (1) semua petani tiap tanaman memiliki teknik budidaya yang sama, (2) semua petani bermaksud menjual produknya, dan (3) semua petani mencari keuntungan dalam menjual produknya (Sevilla, 1993). Pra survai ke lapangan dilaksanakan pada bulan Oktober 2012. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2013. C. Jenis data dan Metode Pengumpulan Data Penelitian ini dilakukan dengan metode survai dan pengamatan langsung di lapangan. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer disini merupakan data yang dikumpulkan melalui wawancara secara langsung menggunakan kuesioner kepada responden. Tahap wawancara ini merupakan tahap awal untuk menggali data dan informasi yang diperlukan berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang diberikan sebagai alat bantu pengumpulan data. Sedangkan data sekunder diperoleh dari lembaga/instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik, laporan-laporan, dan pustaka lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

56 D. Metode Analisis dan Pengujian Hipotesis Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk mengetahui kemitraan tembakau. Analisis kuantitatif digunakan untuk analisis efisiensi produksi dan pendapatan usahatani tembakau. 1. Analisis Kemitraan Kemitraan adalah jalinan kerjasama usaha yang menguntungkanantara pengusaha kecil dengan pengusaha menengah atau besar (Perusahaan Mitra). Kemitraan ini biasanya disertai oleh pembinaan dan pengembangan oleh pengusaha besar sehingga terjadi proses saling memerlukan yang hasilnya dapat menguntungkan bagi kedua belah pihak. Analisis kemitraan pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode analisis deskriptif. Menurut Sugiyono (2004), analisis deskriptif adalah analisis yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Analisis kemitraan pada penelitian ini akan dipaparkan secara deskriptif mengenai latar belakang berdirinya kemitraan, hak dan kewajiban perusahaan dalam kemitraan, hak dan kewajiban petani dalam kemitraan, kontrak kemitraan yang berlangsung antara petani dan perusahaan mitra, sanksi yang akan diberikan apabila terjadi pelanggaran terhadap kontrak, dan manfaat apa saja yang didapatkan dengan mengikuti kemitraan.

57 2. Analisis Efisiensi Produksi a. Analisis Efisisensi Teknis Persamaan yang digunakan untuk menggambarkan hubungan antara input dengan output dalam proses produksi dan untuk mengetahui tingkat keefisienan suatu faktor produksi adalah fungsi produksi frontier. Seluruh variabel ditransformasikan ke dalam bentuk logaritma. Output frontier diperoleh dengan cara memasukkan penggunaan input-input kedalam fungsi produksi frontier : Keterangan : S i S 1 S 2 S 3 S 4 S 5 S 6 S 7 Y i 7 o i i 1 x im y i = kuantitas penggunaan input ke-i (i = 1,,7) = luas lahan (ha) = benih (gram) = pupuk fertila (kg) = pupuk KNO3 (kg) = pupuk ferthipos (kg) = pupuk dolomit (kg) = tenaga kerja (HKP) = hasil produksi aktual usaha tani sayuran ke-i (i = 1,,42) α o dan α i adalah parameter yang diduga Untuk menduga fungsi produksi frontier, maka diasumsikan bahwa fungsi produksinya berbentuk sebagai berikut : yi ^ bo m j 1 ^ bj xij ei dimana :

58 yi xj ei Yi A Xij Ei = 1og Yi = log Xj = 1og Ei = output usaha tani ke-i = konstanta = elastisitas untuk output ke j = kuantitas penggunaan input ke-j untuk usaha tani ke i = kesalahan-kesalahan (error) Efisiensi teknis masing-masing dihitung dengan rumus (Soekartawi, 1994) ET i Y Y f i x 100 persen Keterangan : ET i Y i Y f = tingkat efisiensi teknis (produksi) usaha tani ke-i = produksi aktual usaha tani ke-i = produksi potensial/frontier usaha tani ke-i Formulasi hipotesis yang digunakan sebagai berikut : Ho : ET = 1 (rata-rata efisiensi usahatani sama dengan satu) berarti usaha tani yang dilakukan sudah efisien secara teknis H 1 : ET 1 (rata-rata efisiensi usahatani tidak sama dengan satu) berarti usaha tani yang dilakukan belum efisien secara teknis b. Faktor Yang Mempengaruhi Efisiensi Hasil dari analisis fungsi produksi frontier ini yaitu akan diketahui faktorfaktor apa saja berpengaruh terhadap efisensi teknis usahatani tembakau. Dengan melakukan analisis fungsi produksi frontier akan terlihat tingkat

59 efisiensi dari masing-masing petani. Efek efisiensi tersebut diuji dengan menggunakan metode statistik menurut Coelli (1997) yaitu : Keterangan : Y X 1 X 2 X 3 X 4 X 5 X 6 D 1 = efisiensi usahatani (persen) = skala usaha (ha) = umur (th) = pendidikan petani (th) = pengalaman petani (th) = frekuensi penyuluhan pertanian (kali) = risiko usahatani = jarak tanam Pengujian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi teknis dilakukan dengan dua cara yaitu: a. Pengujian parameter regresi secara serentak Tujuan pengujian parameter regresi secara serentak yang berguna untuk mengetahui apakah peubah bebas (Xi) secara bersama-sama berpengaruh terhadap peubah terikat output yang dihasilkan (Y) yang dilakukan dengan sistem komputerisasi. Untuk menguji parameter regresi secara serentak dilakukan dengan uji-f (F-hitung), dengan hipotesis sebagai berikut : Ho : b 1 = b 2 = b 3 = b 4 = b 5 = b 6 = b 7 = d 1 = 0 H 1 : paling sedikit terdapat satu koefisien regresi 0

60 F hitung JKR JKS ( k ( n 1) k ) Keterangan : JKR = jumlah kuadrat regresi JKS = jumlah kuadrat sisa n k = jumlah data pengamatan = jumlah peubah Kriteria pengambilan keputusan : 1) Jika F-hitung > F-Tabel, maka tolak H 0 yang berarti faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi teknis (peubah bebas) yang ada dalam model secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap efisiensi teknis usahatani tembakau. 2) Jika F-hitung F-Tabel, maka terima H o yang berarti faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi teknis (peubah bebas) yang ada dalam model secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap efisiensi teknis usahatani tembakau. Untuk melihat pengaruh faktor yang mempengaruhi efisiensi teknis (peubah bebas) secara tunggal dalam pengujian regresi terhadap efisiensi teknis usahatani tembakau digunakan uji-t, dengan hipotesis sebagai berikut : H 0 : bi = 0 H 1 : bi 0 Perhitungan nilai t-hitung dilakukan dengan rumus sebagai berikut :

61 bi t-hitung = Sbi Keterangan : bi = Koefisien regresi ke- i Sbi = Kesalahan baku parameter regresi ke-i Kriteria pengambilan keputusan : 1) Jika t-hitung > t-tabel, maka tolak H 0 yang berarti faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi teknis secara tunggal berpengaruh terhadap efisiensi teknis usahatani tembakau. 2) Jika t-hitung t-tabel, maka terima H 0 yang berarti faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi teknis secara tunggal tidak berpengaruh terhadap efisiensi teknis usahatani tembakau. Tabel 4. Tanda yang diharapkan dari variabel yang mempengaruhi efisiensi teknis usahatani tembakau Variabel Parameter Tanda Harapan Skala Usaha Umur Pendidikan Pengalaman Berusahatani Frekuensi Penyuluhan Risiko Dummy Jarak Tanam S 1 S 2 S 3 S 4 S 5 S 6 D 1 + + + + + - + 3. Analisis Pendapatan Usahatani Tembakau Untuk mengetahui pendapatan dari suatu model usahatani tembakau dapat dilakukan analisis pendapatan usahatani yang secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :. n i 1 i. xi

62 Keterangan : π= keuntungan Y = hasil produksi (kg) Py = harga hasil produksi (Rp) Xi = faktor produksi ke-i (1, 2, 3, 4, 5,n) Pxi = harga faktor produksi k-i (Rp/satuan) BTT = biaya tetap total Untuk mengetahui apakah usahatani tembakau menguntungkan petani atau tidak, analisis di atas diteruskan dengan mencari rasio antara penerimaan dengan biaya yang dikenal dengan Return Cost Ratio (R/C). Secara matematis, hal ini dapat dituliskan sebagai berikut (Soekartawi, 1995): Keterangan : TR TC = Total penerimaan = Total biaya Terdapat dua kemungkinan hasil yang akan diperoleh dengan perhitungan tersebut, yaitu : 1. Jika R/C = 1, maka usahatani tembakau yang diusahakan berada dalam titik impas. 2. Jika R/C < 1, maka usahatani tembakau tidak menguntungkan. 3. Jika R/C > 1, maka usahatani tembakau menguntungkan.