KAKAWIN ATLAS BHŪMI SEBUAH KAJIAN RESEPSI SASTRA. Oleh : Ida Bagus Putu Arcana. Sastra Jawa Kuno

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. memikat perhatian para peneliti, salah satunya adalah kakawin yang merupakan

KAKAWIN BALI DWIPA ANALISIS KONVENSI DAN INOVASI. I Gusti Bagus Budastra. Program Studi Sastra Jawa Kuno Fakultas Sastra Universitas Udayana.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Tujuan Umum... 7

ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI GEGURITAN NAGA PUSPA KARYA I NYOMAN SUPRAPTA

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. dalam penulisan proposal. Semua referensi yang tertulis dalam kajian pustaka harus

MITOS DI NUSA PENIDA ANALISIS STRUKTUR, FUNGSI, DAN MAKNA

KAKAWIN CALON ARANG KARYA NYOMAN ADIPUTRA DALAM KAJIAN INTERTEKSTUAL. Oleh. AA. Ngr. Mukti Prabawa Redi. Sastra Jawa Kuna

BAB I PENDAHULUAN. nenek moyang yang memiliki nilai-nilai luhur budaya. Bali bukan hanya sebagai

KAKAWIN UDAYANA MAHÀ WIDYA SEBUAH KAJIAN STRUKTURALISME DINAMIK. Oleh : I Wayan Eka Septiawan. Sastra Jawa Kuno

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

CERPEN PAK PUTU JONI, CERPEN KURSI RODA DAN CERPEN SINENGKAWONAN

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan merupakan salah satu karya sastra Bali tradisional yang masih

BAB I PENDAHULUAN. sastra sebagai milik bersama yang mencerminkan kedekatan antara karya sastra

Abstrak. Key Words: kakawin, alamkara, and pusjasmara

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi syarat. Dilihat dari segi isinya, karya jenis tutur tidak kalah

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG, RUMUSAN MASALAH, TUJUAN, MANFAAT PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan berarti gubahan cerita yang berbentuk tembang atau pupuh (Tim

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan karya sastra di Bali, masyarakat tidak segan-segan dan

BAB I PENDAHULUAN. kesusastraan Bali adalah salah satu bagian dari karya sastra yang terdapat di

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

Teks Naratif dari Mitos Keris Ki Baru Gajah dalam Tradisi Ngrebeg

WACANA KECANTIKAN DALAM TEKS INDRANI SASTRA

DESKRIPSI KARYA PRASI DEWI SARASWATI IDA AYU KADE SRI SUKMADEWI, S.SN.,M.ERG

BAB I PENDAHULUAN. sistem konvensi sastra tertentu yang cukup ketat. Geguritan dibentuk oleh pupuh

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN. hasil penelitian sebelumnya. Kajian pustaka bersifat mutakhir yang memuat teori,

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan Pura Tanah Lot (yang selanjutnya disingkat GPTL)

BAB I PENDAHULUAN. serta menyalin dan menciptakan karya-karya sastra baru. Lebih-lebih pada zaman

ANTARA ELING DAN RAGU: ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL DEWI KAWI

BAB I PENDAHULUAN. kerajaan, serta tindakan-tindakan penting lainnya (Kanta dalam Suarka, 1989: 1).

BAB I PENDAHULUAN. Tutur merupakan salah satu jenis teks sastra tradisional yang mengandung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tumpuan serta puncak keagungan bangsa adalah berupa

Kata Kunci : Kidung, Struktur, Semiotik, Smaratantra.

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan suatu ritus kehidupan yang dilalui baik oleh individu

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1 Kata tembang nyanyian sama fungsi dan kegunaannya dengan kidung, kakawin dan gita. Kata kakawin berasal

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum sastra Bali dibedakan atas dua kelompok, yaitu Sastra Bali

ABSTRAK GEGURITAN MASAN RODI ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tidak dapat dipahami secara lengkap apabila dipisahkan

CERPEN BEGAL DAN OGOH-OGOH DALAM PUPULAN CERPEN BEGAL: ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

GEGURITAN ABIMANYU WIWAHA:

DESKRIPSI KARYA SARADPULAGEMBAL THE SYMBOL OF TRI LOKA

Teks Pragusa Parwa: Analisis Struktur dan Semiotik

KAJIAN STRUKTURAL KETUHANAN DALAM TATTWA JÑÀNA. Oleh : Ida Bagus Subrahmaniam Saitya Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

David J. Stuart Fox, penulis buku Pura Besakih; Pura, Agama,

Nilai Pendidikan Moral dalam Serat Pamorring Kawula Gusti dan Relevansinya dalam Kehidupan Sekarang

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan akar dari kebudayaan nasional. Keberadaan karya sastra dapat

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu

GEGURITAN PURA TANAH LOT ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI OLEH IDA BAGUS PUTU WIASTIKA NIM

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Agama Hindu merupakan agama tertua didunia dan masih ada hingga saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan banyak naskah Jawa Kuno diselamatkan ke Bali. Di Jawa, pusat-pusat

GEGURITAN SUMAGUNA ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI OLEH PUTU WIRA SETYABUDI NIM

TUTUR BHUWANA KOSA: KAJIAN SEMIOTIKA. Ni Wayan Sri Santiati Sastra Jawa Kuno Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana ABSTRAK

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI. Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep

OLEH : I NENGAH KADI NIM Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Pembimbing I

Geguritan Anggastya; Analisis Struktur Dan Fungsi

BAB I PENDAHULUAN. namun hingga kini proses kreativitas penciptaan geguritan masih berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah penafsiran kebudayaan yang jitu. Sastra bukan sekadar seni

TEKS DRAMA GONG I MADE SUBANDAR HASTA KOMALA ANALISIS BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA. Ida Ayu Putri Pertiwi

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. oleh peneliti terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang akan dilakukan.

NILAI CERPEN MEMEDI SATAK DUKUH, TONYO, DAN LEAK RARE DALAM PUPULAN CERPEN MACAN RADEN KARYA I GUSTI PUTU BAWA SAMAR GANTANG. I Putu Arisana Rimbawa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

RIWAYAT HIDUP Kadar Kolesterol Monyet Ekor Panjang ( Macaca fascicularis) Obesitas di Pura Uluwatu Bali

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. dasarkan bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR : 385 TAHUN : 1992 SERI: D NO. 379 PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI

Kidung Nderet Analisis Struktur dan Nilai

Tutur Pabratan Analisis Struktur, Fungsi, Dan Makna. Abstrak

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

KATA PENGANTAR. Om Swastyastu,

Perkembangan Bentuk Dan Fungsi Arca-Arca Leluhur Pada Tiga Pura Di Desa Keramas Blahbatuh Gianyar Suatu Kajian Etnoarkeologi

PENGADAAN BAHAN PUSTAKA DI PERPUSTAKAAN PUSAT UNIVERSITAS WARMADEWA LAPORAN TUGAS AKHIR OLEH : NI PUTU DEWI GARDINA RAHAYU

PERAWATAN DAN PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA DI PERPUSTAKAAN FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA

ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI TEKS SATUA I GANTI TEKEN I LACUR. I Putu Ari Dharma Minarta Jurusan Sastra Bali Fakultas Sastra

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. cipta yang menggambarkan kejadian-kejadian yang berkembang di masyarakat.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. mutakhir yang pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Parwa merupakan prosa yang diadaptasi dari bagian epos-epos dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BABAD PASEK DUKUH SEBUN: ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI Putu Edy Hermayasa Sastra Bali Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana ABSTRAK

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. ada kaitannya dengan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

ABSTRAK ANALISIS WACANA KRITIS KIDUNG RUMĚKSA ING WĚNGI

UNIVERSITAS UDAYANA TINGKAT EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ORANG TUA PADA REMAJA TENTANG SEKSUALITAS REMAJA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKAWATI I TAHUN 2016

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS UDAYANA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ARSITEKTUR SURAT KETERANGAN

BAB I PENDAHULUAN. dan seni budaya tradisionalnya, adanya desa desa tradisional, potensi

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan karya sastra digunakan sebagai alat perekam. Hal yang direkam berupa

Disusun Oleh: I NYOMAN TRI BUDI UDAYANA NIM

PROVINSI BALI KEPUTUSAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 175/HK/2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Parwa merupakan kesusastraan Jawa Kuna yang berbentuk prosa liris.

PENGARUH PEMBERDAYAAN KARYAWAN, KOMITMEN ORGANISASIONAL DAN KOMPENSASI FINANSIAL TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA LPD DESA ADAT JIMBARAN BALI

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: RIAK KEHIDUPAN. PENCIPTA : IDA AYU GEDE ARTAYANI. S.Sn, M. Sn

BAB VII KESIMPULAN. masyarakat suku Makassar telah difungsikan oleh pencerita atau pasinrilik sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kearifan. Tradisi Mesatua di Bali lambat laun semakin tergerus dengan roda

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tidak lahir dalam situasi kekosongan budaya, budaya tidak hanya. konvensi atau tradisi yang mengelilinginya.

Transkripsi:

1 KAKAWIN ATLAS BHŪMI SEBUAH KAJIAN RESEPSI SASTRA Oleh : Ida Bagus Putu Arcana Sastra Jawa Kuno Abstract : Research on the Atlas Kakawin Bhumi is motivated by the major reasons, namely because kakawin is unique when compared to other kakawin. Kakawin-kakawin previously mostly use a theme that is both epic while Kakawin Atlas Bhumi using themes related to worldatlas. Therefore kakawin writer to have been investigated. This study aims to examine the structure of the Atlas Kakawin Bhumi, both formal structure and narrative structure. Besides, this study aims to assess the shape of the reception Kakawin Atlas Bhumi. The method used in the data collection method is listening. At the stage of data analysis, the data obtained were processed using descriptive analytical methods and the data were analyzed according to the principles and practices of literary reception theory as the main runway. Approach reception is actually a continuation of structuralism approach. Therefore, the theory of the structure is not specifically addressed in this study. The results obtained in this study is the unfolding structure that builds the Atlas Bhumi Kakawin both formal structure and narrative structure. Formal structure Kakawin Bhumi Atlas includes teacher-laghu, wrětta, Matra, Gana, canda, carik, pada, and pupuh. Atlas Bhumi Kakawin narrative structure includes manggala, corpus and epilogue, the narrative units Kakawin Atlas Bhumi and devices of narrative continuity Kakawin Atlas unit Bhumi. And the disclosure form Kakawin reception Atlas Bhumi include:the essence of the teachings of Goddess Saraswati in Kakawin Atlas Bhumi, cosmology in Kakawin Atlas Bhumi, and boundaries in Kakawin Atlas Bhumi Keywords: kakawin, structure, and receptions 1. Latar Belakang Melihat dari perkembangan sejarah sastranya, Kakawin Atlas Bhūmi tergolong kedalam periode pembaharuan. Karena dalam bukunya I Gusti Ngurah Made Agung (Cokorda Mantuk Ring Rana) dan Hasil Karya-Karyanya disebutkan bahwa hasil karya beliau salah satunya Kakawin Atlas Bhūmi. namun hal itu tidak mutlak karena didalam buku itu tidak dijelaskan mengenai Kakawin Atlas Bhūmi ini, disamping itu pula banyak versi yang menyebutkan tentang kepengarangan Kakawin Atlas Bhūmi ini. Menurut Suarka (2002: 37), karya sastra pembaharuan

2 ialah karya sastra yang di dalamnya terdapat perubahan dan kesinambungan yang didasarkan pada karya sastra sebelumnya. Lebih jelas lagi karya sastra pembaharuan ini memasukkan unsur mitologi, kepercayaan, sejarah, asal-usul, adat-istiadat dan budaya lingkungan pencipta karya sastra tersebut. Pernyataan tersebut didasari atas pertimbangan bahwa Kakawin Atlas Bhūmi berada dalam tegangan antara konvensi dan kreasi (inovasi). Sejalan dengan pendapat Teeuw (1984: 32) karya sastra tidak hanya mengikuti konvensi sastra yang telah ada, tetapi seringkali menyimpang sekaligus melampaui bahkan merombak konvensi. Fenomena tersebut tidak hanya dialami dalam sastra modern, tetapi juga dalam sastra tradisional, sebagaimana terlihat dalam karya kakawin. Memang pada prinsipnya pola aturan yang mengikat mentrum kakawin seperti wreta, matra, dan guru-laghu masih tetap sama dengan konvensi sebelumnya. Akan tetapi, dari segi naratif terjadi penyimpangan yang signifikan. Berdasarkan hal tersebut periode pembaharuan lebih diartikan sebagai kebangkitan bagi suatu generasi pembaharu yang membawa arus kesusastraan Jawa Kuna menuju keorisinilitas, yaitu tercapainya suatu generasi Jawa Kuna yang asli (Suarka, 2002: 32). Dari segi temanya kakawin ini mengambil tema berkaitan dengan atlas dunia. Kemudian dari segi isinya (naratif) kakawin ini tidak lagi menceritakan cerita Ramayana dan Mahabrata, melainkan menceritakan tentang penciptaan dunia dan menceritakan tentang pemetaan dan batas-batas wilayah di dunia dan termasuk penduduknya. Maka dari itu kakawin ini dipilih penulis untuk diteliti dan sepengetahuan penulis kakawin ini belum pernah diteliti. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut : 2.1 Bagaimana struktur Kakawin Atlas Bhūmi? 2.2 Bagaimana bentuk resepsi Kakawin Atlas Bhūmi?

3 3. Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan ikut menyelamatkan, melestarikan, membina, dan mengembangkan karya-karya sastra Jawa Kuna sebagai warisan budaya bangsa yang dapat dijadikan sumber nilai-nilai luhur dalam pembangunan karakter bangsa Indonesia. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur Kakawin Atlas Bhūmi dan untuk mengetahui bentuk resepsi Kakawin Atlas Bhūmi. 4. Metode Penelitian Jenis penelitian yang diterapkan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Sumber data penelitian ini menggunakan dua sumber data yaitu primer dan sekunder. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode menyimak. Pada tahap analisis data, data yang diperoleh diolah dengan menggunakan metode deskriptif analitik, kemudian dalam penyajian analisis data digunakan metode formal dan informal. 5. Pembahasan Struktur formal puisi Jawa Kuna (kakawin) adalah tata hubungan antara bagian-bagian atau pola struktural puisi Jawa Kuna (Suarka, 2009:7). Struktur formal Kakawin Atlas Bhūmi terdiri atas guru-laghu, wrětta, mātra, gaṇa, canda, carik, pada, dan pupuh. Adapun mentrum yang terdapat pada Kakawin Atlas Bhūmi yaitu Mrědhukomala, Aśwalalita, Jagaddhita, Basantatilaka, Śardhulawikridhita, Kilayumaněděng, Padmakesara/Jagadnatha, Sikharini, Těbusol, Praharsini, Sragdhara, Mandamalon, Girisa, Wangṡapatrapatita. Baitbait yang menggunakan metrum yang tergolong ardhasamawrěta ardhasamamātra dan wisamawrěta wisamamātra tidak ditemukan dalam Kakawin Atlas Bhūmi. Struktur naratif kakawin ialah tata hubungan antara bagian-bagian naratif atau rangkaian pokok masalah dan tertib penyajian karya sastra kakawin (Suarka, 2009:51). Struktur naratif Kakawin Atlas Bhūmi terdiri dari manggala (pembukaan), korpus (batang isi), dan epilog (penutup). Adapun sandhi yang

4 mengikat bagian-bagian naratif Kakawin Atlas Bhūmi ada tiga yaitu: mukha, pratimukha, dan garbha. Sedangkan satuan-satuan naratif sebagai kesatuan penceritaan secara tekstual ditandai oleh berbagai piranti misalnya sebagai berikut: (1) Penanda waktu, misalnya: nikang ratri (III. 1c); kala sandya (III. 2c); (2) Penanda tempat, misalnya: ring Jambhu Dwipa (II. 1b); ring marttya lokā ( III.3b); (3) Tindakan, misalnya: nityasa inarcaṇa (I.1b); ginawe dhīpa (III.2a); (4) Pergantian atau perlanjutan cerita, misalnya winuwusakěna rehnyan (III.3b); atha sāampuning basuki (XV. Ia); Pada hakikatnya resepsi sastra merupakan penyelidikan tanggapan pembaca terhadap suatu teks, baik itu reaksi yang bersifat positif maupun reaksi yang bersifat negatif. Adapun bentuk resepsi Kakawin Atlas Bhūmi meliputi (1) Inti Sari Ajaran Dewi Saraswati dalam Kakawin Atlas Bhūmi Dalam kakawin ini pengarang melukiskan Dewi Saraswati sebagai ajaran yang utama dan sangat rahasia, bersthana pada teratai, dan sebagai penerang seluruh dunia. Adapun kutipannya sebagai berikut: Ṡri Wāgiṡwari sārining parama tatwa wěkas ing ati sūkṣma ring sarat, Munggwing padma wiṡeṣa nityasa inarcaṇa naměnu ing atma, Ong kārātma kasaṇdhiyoga puputing samaya nira sang aryya pāṇdhita, Latning buddhi cināṇdhi ring hṛdhaya ṡāstra namadhangi ri bhūmi maṇdhala (KAB I.1). Terjemahannya: Dewi Saraswati sebagai inti sari ajaran utama sangat rahasia di dunia, Bersthana pada teratai yang sangat utama slalu di puja memenuhi atma bandhana,

5 Ong karaatma merupakan penyatuan yoga pada waktu selesainya seorang pandhita, Pada budi yang mendalam dijadikan pada hati nurani, sastra menerangi seluruh dunia. Pada hakekatnya Ilmu pengetahuan merupakan salah satu unsur untuk meningkatkan tarap hidup manusia. Betapa pentingnya ilmu pengetahuan itu bagi manusia sehingga di dalam ajaran Agama Hindu diabadikan dalam bentuk simbolis Dewi Saraswati. Saraswati adalah sebuah nama suci untuk menyebutkan sosok Dewi Ilmu Pengetahuan, Saraswati dalam bahasa sansekerta bermakna sesuatu yang mengalir, percakapan, katakata. Dengan demikian Saraswati berarti sesuatu yang memiliki atau mempunyai sifat mengalirkan secara terus menerus kehidupan dan ilmu pengetahuan. (2) Kosmologi dalam Kakawin Atlas Bhūmi Kosmologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang seluk-beluk alam semesta. Istilah kosmologi dalam agama Hindu dapat disejajarkan dengan istilah Viratvidyā, karena virat sama artinya dengan kosmos atau alam semesta, dan vidyā artinya pengetahuan (Donder, 2007:77). Kosmologi Hindu mengajarkan tentang asal-usul penciptaan dan perkembangan alam semesta dengan menempatkan Tuhan yang kerap juga disebut Jiwa Semesta sebagai asal-mula alam semesta ini. Jiwa Semesta itu sudah ada jauh-jauh sebelum alam semesta ini ada. Dalam kakawin ini pengarang mendeskripsikan tentang penciptaan alam semesta yang diawali dengan menciptakan semua yang ada di dunia. Adapun kutipannya sebagai berikut: Ngūnī kāla ri tan hana ng bhuwana rakwa těka ri rawi ṡoma lambaṇa, Nghing hyang sūkṣma wiṡeṣa tunggala manraṣṭi ya karaṇani honyaning jagat, Saptā dwe pangaranya sāgara kasapta kumalilingi tungga tunggala, Manggěh rakwa bhaṭara mānu sira tāmayi hana nika sang narādhīpa (KAB, I.3). Terjemahannya: Pada masa dahulu kala tidak ada bumi begitu pula matahari bulan dan semua yang Nampak, Namun hanya ada sanghyang suksma menciptakan semua yang ada di dunia,

6 Lautan namanya (sapta dwe), ketujuh samudra mengelilingi satu-persatu, Bertahta sang hyang Manu beliaulah yang memuliakan adanya seorang penguasa dunia. Dari kutipan di atas menunjukkan bahwa pengarang mendeskripsikan penciptaan bumi menurut Purāṇa, karena dalam Purāṇa dijelaskan bahwa Brahma membagi bumi menjadi 7 wilayah (dvipa) dan 7 lautan (samudra), disamping itu pula dijelaskan Brahma melalui kekuatan mental-nya menciptakan Manu dari dalam diri-nya sendiri (Donder, 2007:198). (3) Batas-Batas Wilayah dalam Kakawin Atlas Bhūmi berikut: Yang diawali di India dengan batas wilayahnya. Adapun kutipannya sebagai Lwāning jambu dwipā ngkān tujarakěn ika rehnyan mahā tyanta ring göng, Mewīwu pwang swa rajyan ratu mara tumabap lakṣa koṭyā ywa lumra, Tambing-tambingnya wetan kaya wi sahananing nuṣwa kiñcitya rakwa, Manggěh ring cīna rajyā sapina sukika tang koṭa mākweh dulurnya. (KAB III.4). Terjemahannya: Dengan India yang diceritakan oleh sebab sangat luas wilayahnya, Luas wilayahnya sampai ratusan ribu, Batas-batasnya di timur terdapat sebuah pulau, Disebut dengan kerajaan cina memasuki kotanya banyak yang dilalui. Pada kutipan tersebut pengarang menggambarkan bahwa India nama lain dari Jambhudvipa adalah negara atau wilayah yang sangat luas disamping itu dalam atlas dunia di jelaskan batas timurnya adalah negara cina. 6. Simpulan Struktur Kakawin Atlas Bhūmi terdiri dari struktur formal dan struktur naratif. Unsur-unsur dalam struktur formal Kakawin Atlas Bhūmi terdiri dari: guru-laghu, wrětta, mātra, gaṇa, canda, carik, pada, dan pupuh. Struktur naratif

7 Kakawin Atlas Bhūmi terdiri dari: manggala, korpus, dan epilog. Sedangkan sandhi yang mengikat bagian-bagian KAB, yaitu mukha, pratimukha,garbha. Sedangkan satuan-satuan naratif ditandai oleh piran-piranti kesinambungan, seperti penanda waktu, penanda tempat, tindakan, pergantian atau pelanjutan cerita. Bentuk resepsi dari Kakawin Atlas Bhūmi yaitu inti sari ajaran Dewi Saraswati dalam Kakawin Atlas Bhūmi Kemudian kosmologi dalam Kakawin Atlas Bhūmi dan batas-batas wilayah dalam Kakawin Atlas Bhūmi. 7. Daftar Pustaka Donder, I Ketut. 2007. Kosmologi Hindu. Surabaya: Paramita Suarka, I Nyoman. 2002. Kakawin dan Istadewata Penyair: Sebuah Tinjauan Sejarah Sastra. Denpasar : Kantor Dinas Kebudayaan Provinsi Bali. Suarka, I Nyoman. 2009. Telaah Sastra Kakawin. Denpasar: Pustaka Larasan. Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.