NASKAH PUBLIKASI PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA TERATAI DUSUN NGRENAK KIDUL 10 SIDOMOYO GODEAN SLEMAN

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI KOMPARASI TINGKAT STRES LANJUT USIA YANG MENGIKUTI DAN TIDAK MENGIKUTI SENAM BUGAR LANSIA (SBL) DI DUSUN MRISI DESA TIRTONIRMOLO KASIHAN BANTUL

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : LISSIYA MUFATIKAH

BAB I PENDAHULUAN. terapi lingkungan untuk pasien dengan depresi yaitu Plant therapy di mana tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya (Padila, 2013). Pada tahun 2012, UHH penduduk dunia rata rata

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: RITA SUNDARI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

STUDI STATUS DEPRESI PADA LANSIA

BAB I PENDAHULUAN. fisilogis organ tubuhnya (Wahyunita, 2010). Banyak kelainan atau penyakit

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan farmakologis dan psikoterapeutik sudah sedemikian maju. Gejalagejala

HUBUNGAN TINGKAT KESEPIAN DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PSTW YOGYA UNIT BUDILUHUR KASONGAN BANTUL NASKAH PUBLIKASI

ABSTRAK PENGARUH PELAKSANAAN SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI PUSKESMAS KALUKU BODOA MAKASSAR TAHUN 2015

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA USIA TAHUN DI RW 08 KELURAHAN SUKUN KECAMATAN SUKUN KOTA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DEPRESI PADA LANSIA DI DESA MANDONG TRUCUK KLATEN

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti. diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah meningkatnya usia harapan hidup (UHH) manusia. Indonesia. Hampir setiap tahunnya negara Indonesia selalu menempati

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KEJADIAN DEPRESI PADA LANSIA DI PSTW UNIT BUDI LUHUR YOGYAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Jepang 129%, Jerman 66%, dan Swedia 33% (Depkes,2003). Indonesia termasuk salah satu negara Asia yang pertumbuhan penduduk

BAB I PENDAHULUAN. berstruktur lanjut usia karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk

Tingkat Depresi dengan Kejadian Insomnia pada Lanjut Usia di Panti Werdha Budhi Dharma Ponggalan Umbulharjo Yogyakarta

PENGARUH LATIHAN HATHA YOGA TERHADAP TINGKAT STRES PADA WANITA DI DUSUN KARANG TENGAH SLEMAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, menyebabkan jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat. dan cenderung bertambah lebih cepat (Nugroho, 2000).

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi

Priyoto Dosen S1 Keperawatan STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dapat dihindari oleh setiap orang. Sekarang ini banyak orang yang bertahan dari

BAB I PENDAHULUAN. fungsi kehidupan dan memiliki kemampuan akal dan fisik yang. menurun. Menurut World Health Organization (WHO) lansia

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KECENDERUNGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016

RENCANA TESIS OLEH : NORMA RISNASARI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia adalah masa dimana seseorang mengalami masa

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kemunduran (Padila, 2013). Penuaan biasanya diikuti dengan

Oleh Sherli Mariance Sari Program Studi Ilmu Keperawatan STIK Bina Husada Palembang

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

BAB I PENDAHULUAN. tercatat paling pesat di dunia dalam kurun waktu Pada tahun 1980

PENGARUH TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA HARGO DEDALI SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan istilah bagi individu yang telah memasuki umur di atas 60 tahun (>60

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional dapat dilihat dari

ANGKA KEJADIAN GANGGUAN CEMAS DAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WANA SERAYA DENPASAR BALI TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

BAB I PENDAHULUAN. Padahal deteksi dini dan penanganan yang tepat terhadap depresi dapat

Gambaran Diri Tidak Berhubungan dengan Tingkat Depresi pada Lansia di UPT Panti Wredha Budhi Dharma Yogyakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan penyakit pada lansia. Salah satu gangguan psikologis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di seluruh dunia saat ini terjadi transisi demografi dimana proporsi

Arifal Aris Dosen Prodi S1 keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DOSEN PEMULA

PENGARUH TERAPI MUSIK TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT DEPRESI PADA USIA LANJUT DI PSTW UNIT BUDHI LUHUR KASONGAN BANTUL YOGYAKARTA

PENGARUH TERAPI RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP KUALITAS TIDUR LANSIA DI UPT WREDHA BUDI DHARMA PONGGALAN GIWANGAN UMBULHARJO YOGYAKARTA SKRIPSI

PENGARUH TERAPI MUSIK DANGDUT RITME CEPAT TERHADAP PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DEPRESI DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN KETERGANTUNGAN DALAM ADL (ACTIVITY OF DAILY LIVING) PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DARMA BHAKTI PAJANG SURAKARTA

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI WREDHA BUDHI DHARMA PONGGALAN UMBULHARJO YOGYAKARTA

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

POLA KOMUNIKASI KELUARGA DAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI KELURAHAN PADANG BULAN MEDAN

GAMBARAN KUALITAS TIDUR DAN GANGGUAN TIDUR PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI KELURAHAN DALEMAN TULUNG KLATEN SKRIPSI

HUBUNGAN PERUBAHAN PSIKOSOSIAL DENGAN KUALITAS HIDUP LANSIA

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta * ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jumlah lanjut usia (lansia) sekarang ini semakin meningkat. Hal ini

HUBUNGAN PENGETAHUAN LANSIA TENTANG OSTEOPOROSIS DENGAN PERILAKU MENGKONSUMSI MAKANAN BERKALSIUM DI PANTI WREDHA X YOGYAKARTA

GAMBARAN SKALA DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA MARGOMULYO KECAMATAN PUGER KABUPATEN JEMBER

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN LANSIA MENGENAI SENAM LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI PERTIWI KOTA BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk. (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita.

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP KETERAMPILAN KELUARGA DALAM MELAKUKAN ROM PADA PASIEN STROKE

BAB I PENDAHULUAN. membedakan menjadi dua macam usia, yaitu usia kronologis dan usia

BAB I PENDAHULUAN. wajar akan dialami semua orang. Menua adalah suatu proses menghilangnya

BAB I PENDAHULUAN. unipolar, penggunaan alkohol, gangguan obsesis kompulsif (Stuart & Laraia,

BAB I PENDAHULUAN. periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lanjut usia atau lansia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai istilah bergesernya umur sebuah populasi menuju usia tua. (1)

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia.

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Usia lanjut adalah suatu proses yang tidak dapat dihindari

BAB I PENDAHULUAN. Seseorang mulai memasuki tahap lanjut usia dimulai saat memasuki usia 60

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Balai Kesehatan dan Olahraga untuk Lanjut Usia Di Solo. a. Balai. b. Kesehatan. c. Olahraga. d. Lanjut.

HUBUNGAN KARAKTERISTIK LANSIA DENGAN TINGKAT KEMAMPUAN AKTIVITAS DASAR PADA LANSIA DI DESA SIDOAGUNG KECAMATAN GODEAN YOGYAKARTA 2010 NASKAH PUBLIKASI

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL THEODORA MAKASSAR

NASKAH PUBLIKASI GUSRINI RUBIYANTI NIM I PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH MENGHARDIK TERHADAP PENURUNAN TINGKAT HALUSINASI DENGAR PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RSJD DR. AMINOGONDOHUTOMO SEMARANG

PENGARUH SENAM OTAK (BRAIN GYM) TERHADAP TINGKAT DEMENSIA PADA LANSIA

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA YANG DILAKUKAN HOME CARE

EFEKTIFITAS PEMBERIAN TERAPI MUSIK TERHADAP PENURUNAN GEJALA INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI WERDA RINDANG ASIH II BONGSARI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (2011), pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Manusia akan menjalani proses kehidupan yang memiliki 5 yakni

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan dari 70,1 tahun padaperiode menjadi

Transkripsi:

NASKAH PUBLIKASI PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA TERATAI DUSUN NGRENAK KIDUL 10 SIDOMOYO GODEAN SLEMAN Latifah Fitriani, Mamnuah Disusun Oleh : LATIFAH FITRIANI 070201153 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH YOGYAKARTA 2011

PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA TERATAI DUSUN NGRENAK KIDUL 10 SIDOMOYO GODEAN SLEMAN Latifah Fitriani, Mamnuah Latif05_girl@yahoo.com INTISARI Depresi pada lansia merupakan gangguan kesehatan mental yang terjadi karena beberapa faktor dan ada beberapa cara untuk mengatasinya salah satunya dengan senam lansia. Tujuan dari penelitian ini adalah diketahuinya pengaruh senam lansia terhadap tingkat depresi pada lansia di Posyandu Lansia Teratai Dusun Ngrenak Kidul 10 Sidomoyo Godean Sleman. Penelitian ini merupakan penelitian Quasi Experiment. Teknik sampel yang digunakan adalah purposive sampling, dengan responden lansia yang mengalami depresi sebanyak 22 orang. Analisa data yang digunakan adalah Wilcoxon Match Paired Test. Hasil yang didapatkan sebesar 0,001. Karena nilai p value lebih kecil daripada 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh senam lansia terhadap tingkat depresi pada lansia. Kader lansia diharapkan dapat melaksanakan senam lansia dua kali dalam seminggu sebagai salah satu upaya untuk mengatasi depresi pada lansia. Kata Kunci : Tingkat depresi, senam lansia, pengaruh ABSTRACT Depression among elderly is a mental disorder occurred due to some factors. There are several ways to handle this disorder; one of them is by having physical exercises for elderly. This research aims to find out the effect of physical exercises to level of depression among elderly in Teratai Elderly Community Health Center, Ngrenak Kidul 10 hamlet, Sidomoyo, Godean, Sleman. This is a quasi experimental research. The writer employed purposive sampling technique, with 22 elderly who experience depression as the respondents. In analyzing the data, the writer used Wilcoxon Match Paired Test. The research is resulted in the value of 0.001. Since the p value is lower than 0.05, Ho is declined and Ha is accepted. Therefore, it can be concluded that there is a relation between physical exercises to level of depression among elderly in Teratai Elderly Community Health Center, Ngrenak Kidul 10 hamlet, Sidomoyo, Godean, Sleman. It is suggested to the counselor of elderly to perform physical exercises twice a week as an effort to reduce depression. Keywords : Effect, level of depression, physical exercises among elderly

PENDAHULUAN Ketika memasuki usia di atas 30 tahun, tubuh cenderung mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi dapat menimbulkan kelainan pada tubuh bahkan berbagai penyakit, salah satunya masalah psikis, misalnya depresi. Penyebabnya dapat dikarenakan kesepian yang diakibatkan ruang lingkup pergaulan yang menyempit, post power syndrome, rutinitas kehidupan yang statis dan tidak variatif. Sebaliknya, seseorang akan terus-menerus merasa muda jika lingkup pergaulannya luas, memiliki banyak teman untuk bertukar pikiran, intelektualitasnya selalu terasah, aktif dan menjalankan kehidupan yang dinamis (Bandiyah, 2009). Masalah kesehatan mental pada lanjut usia yang umum terjadi adalah depresi. Demikian juga, demensia merupakan penurunan kemampuan kognitif secara pogresif yang banyak dijumpai di kalangan lansia. Gangguan mental lain yang dialami banyak lansia adalah obsesif, kecemasan, hilangnya relasi sosial dan pekerjaan (Latipun, 2007). Prevalensinya berkisar antara 10-15% pada lansia di komunitas, 11-45% pada lansia yang membutuhkan rawat inap, dan sampai 50% pada residen panti jompo (Flaherty et al., 2003 dalam Potter & Perry, 2009). Depresi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup serius. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa depresi berada pada urutan keempat penyakit di dunia. Sekitar 20% wanita dan 12% pria, pada suatu waktu dalam kehidupannya pernah mengalami depresi. Depresi ditandai dengan adanya perasaan sedih, murung, dan iritabilitas. Pasien mengalami distrorsi kognitif seperti mengeritik diri sendiri, timbul rasa bersalah, perasaan tidak berharga, kepercayaan diri menurun, pesimis dan putus asa. Terdapat rasa malas, tidak bertenaga, retardasi psikomotor, dan menarik diri dari hubungan sosial. Pasien mengalami gangguan tidur seperti sulit masuk tidur atau terbangun dini hari. Nafsu makan berkurang, begitu pula dengan gairah seksual. Depresi pada lansia adalah gangguan psikiatri yang merupakan masalah kesehatan mental yang sangat penting yang terjadi di kalangan lanjut usia. Depresi yang terjadi tersebut dapat memperpendek harapan hidup dengan memperburuk kemunduran fisik. Dampak terbesar yang sering terjadi adalah kualitas hidup yang menurun, menghambat pemenuhan tugas-tugas perkembangan lansia. Pada akhirnya, angka bunuh diri yang tinggi menjadi konsekuensi yang serius dari depresi yang tidak ditangani (Stanley & Beare, 2007). Organisasi kesehatan dunia (WHO) mencatat depresi adalah gangguan mental yang umum terjadi di antara populasi. Diperkirakan 121 juta manusia di muka bumi ini menderita depresi. Dari jumlah tersebut 5,8% laki-laki dan 9,5% perempuan dan hanya sekitar 30% penderita depresi yang benar-benar mendapatkan pengobatan yang cukup, sekalipun telah tersedia teknologi pengobatan depresi yang efektif. Dampak yang paling serius adalah jika pasien depresi tersebut mengakhiri hidupnya atau bunuh diri (Marsiela, 2006). Data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa masalah kesehatan mental merupakan penyebab utama dari fenomena bunuh diri di dunia. Lebih dari 90% kasus bunuh diri terkait dengan sakit mental seperti depresi, skizofrenia dan sebagainya. Di Indonesia sendiri penelitian tentang penderita depresi dan kecemasan belum ada. Namun dari pengamatan dari waktu ke waktu kasus ganggun jiwa yang tergolong depresi dan kecemasan terus meningkat. Hal tersebut dilihat dari kenaikan jumlah pasien yang berkunjung di pusat pelayanan kesehatan

jiwa dan psikiatri untuk berobat. Selain itu juga dapat dilihat dari kenaikan obat-obat psikofarmaka yang diresepkan oleh dokter (Hawari, 2006). Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan, pasal 138 ayat (1) menyatakan bahwa upaya pemeliharaan kesehatan bagi lansia harus ditunjukkan untuk menjaga agar tetap hidup sehat dan produktif secara sosial maupun ekonomis sesuai dengan martabat kemanusiaan. Tindakan pemeliharaan kesehatan bagi lansia tersebut dapat dilakukan guna mencegah depresi pada lansia. Salah satu tindakannya dapat berupa memberikan aktivitas secara rutin kepada lansia, salah satunya adalah olahraga. Ada berbagai macam olahraga untuk lansia, tentunya olahraga yang dipilih adalah yang gerakan-gerakan di dalamnya tidak membahayakan saat berolahraga. Jenis olahraga yang baik untuk lansia seperti jalan santai, berkebun, senam, atau bersepeda. Senam lansia merupakan olahraga yang ringan dan mudah dilakukan. Aktifitas olahraga tersebut membantu tubuh agar tetap bugar dan segar karena melatih tulang tetap kuat serta mendorong jantung bekerja optimal. Dengan melakukan senam lansia selama minimal 20 menit dengan periode pemanasan dan pendinginan, lansia dapat menjalani tahun-tahun selanjutnya dalam kehidupannya dengan kondisi kesehatan yang baik (Stanley & Beare, 2007). Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di Dusun Ngrenak Kidul 10 Godean Sleman, didapatkan data jumlah lansia yang tinggal di Dusun Ngrenak Kidul 10 Sidomoyo Godean Sleman berjumlah 105 orang dengan jumlah lansia yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 53 orang sedangkan lansia yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 52 orang. Kemudian peneliti mengukur depresi lansia yaitu dengan menyebarkan kuesioner kepada 15 orang, dan hasil yang diperoleh adalah sembilan orang atau 60% dari lansia tersebut mengalami depresi. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian Quasi Experiment dari populasi lansia di Dusun Ngrenak Kidul 10 Sidomoyo Godean Sleman dengan jumlah 53 orang lansia. Pendekatan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan time series design. Teknik sampel yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu sesuai yang dikehendaki peneliti (Setiadi, 2007). Sampel dalam penelitian ini berjumlah 22 orang lansia. Instrumen pengumpulan data yang digunakan antara lain GDS yang telah teruji. Instrumen Geriatric Depression Scale (GDS) yang digunakan adalah GDS dari Yesavage & Brink dengan jumlah pertanyaan 15 dengan nilai signifikan r=0,82 untuk nilai uji validitas (N=100). Sedangkan hasil uji reliabilitas menunjukkan nilai 0,94 dengan sampel yang digunakan sebanyak 100 orang lansia. Alat lain yang digunakan antara lain CD senam lansia, VCD player serta intruktur senam. Analisa data yang digunakan yaitu uji statistik Wilcoxon atau Wilcoxon Match Pairs Test yang bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh senam lansia terhadap tingkat depresi pada lansia di Posyandu Lansia Teratai Dusun Ngrenak Kidul 10 Sidomoyo Godean Sleman.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Gambaran Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Ngrenak Kidul 10, Desa Sidomoyo, Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman yang terdiri dari 6 RT dan 3 RW yaitu untuk RW 1 terdiri dari RT 21 dan 22, RW 2 terdiri dari RT 23 dan 24 sedangkan RW 3 terdiri dari RT 25 dan 26. Secara geografis, Dusun Ngrenak Kidul 10 mempunyai luas wilyah kurang lebih 38 hektar dengan jumlah penduduk sebanyak 826 jiwa yang terdiri dari berbagai tingkatan umur. Jumlah Lanjut usia yang berada di Dusun Ngrenak Kidul adalah 105 orang yang terdiri dari 52 orang lanjut usia berjenis kelamin laki-laki dan 53 orang lanjut usia yang berjenis kelamin perempuan. Karakteristik Responden Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai dengan Mei dengan jumlah responden 22 orang yang berjenis kelamin perempuan. a. Karakteristik Responden Lansia Berdasarkan Usia Tabel 1. Distribusi Responden Lansia Berdasarkan Usia di Dusun Ngrenak Kidul 10 Sidomoyo Godean Sleman NO S Usia Frekuensi Persentase u1 60-69 Tahun 11 50% m2 70-79 Tahun 7 31,82% b3 >79 Tahun 4 18,18% e Total 22 100% r : Data Primer 2011 Tabel 1 menunjukkan bahwa responden yang paling banyak adalah responden yang berusia 60-69 tahun, yaitu sebanyak 50%. Sedangkan 18,18% lansia atau sekitar 22 orang berusia >79 tahun yang merupakan jumlah responden terkecil. b. Karakteristik Responden Lansia Berdasarkan Pendidikan Tabel 2. Distribusi Responden Lansia Berdasarkan Pendidikan di Dusun Ngrenak Kidul 10 Sidomoyo Godean Sleman NO Pendidikan Frekuensi Persentase 1 Sekolah 2 9,09% 2 Tidak Sekolah 20 90,91% Total 22 100% Sumber : Data Primer 2011

Hasil pada tabel 2 menunjukkan tingkat pendidikan responden dimana terdapat 20 responden yang tidak sekolah dan 2 responden pernah merasakan bangku sekolah yaitu sebesar 9,09%. c. Tingkat Depresi Sebelum dan Sesudah Perlakuan Senam Lansia 7 6 5 4 sebelum 3 sesudah 2 1 0 perlakuan ke-1 perlakuan ke-2 perlakuan ke-3 perlakuan ke-4 Gambar 1. Tingkat Depresi pada Lansia Sebelum dan Sesudah Dilakukan Senam Lansia Pada gambar 1 menunjukkan hasil pengukuran dari tingkat depresi pada lansia di Dusun Ngrenak Kidul 10 Sidomoyo Godean Sleman berdasarkan rata-rata sebelum dan sesudah dilakukan senam lansia. Berdasarkan gambar 1 hasil pengukuran sebelum senam lansia dari senam lansia yang pertama hingga keempat mempuyai skor lebih tinggi dibandingkan dengan sesudah dilakukan senam lansia. PEMBAHASAN Tingkat Depresi Sebelum dan Sesudah Dilakukan Senam Lansia Hasil pada penelitian ini, terdapat 22 orang lansia yang memenuhi kriteria inklusi maupun eksklusi. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebelum dilakukan senam lansia, semua responden mengalami kemungkinan depresi. Responden dalam penelitian ini adalah lansia yang memiliki usia 60 tahun. Karena pada usia tersebut, seseorang telah mengalami perubahanperubahan dalam dirinya termasuk perubahan mental atau perubahan pada kondisi jiwanya. Berdasarkan hasil penelitian yang ditunjukkan pada tabel 1 mengenai karakteristik responden berdasarkan usia menunjukkan bahwa insiden depresi pada lansia terjadi pada usia 60-69 tahun. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian dari Wulandari (2003) yang menyatakan bahwa lansia yang berusia 60-69 tahun lebih banyak terkena depresi dibandingkan dengan usia yang lain. Retnowati (2010) dengan penelitian yang berjudul hubungan tingkat kemampuan aktivitas dasar sehari-hari dengan tingkat depresi pada usia lanjut di Panti Werdha Budhi Dharma Yogyakarta menyatakan hal yang sama yaitu lansia yang paling banyak mengalami depresi adalah lansia yang berusia antara 60 sampai dengan 70 tahun. Hal tersebut dikarenakan oleh proses menua dimana pada masa tersebut terjadi proses menghilangnya saraf pusat dan jaringan lain sehingga akan menimbulkan masalah fisik, mental, perubahan psikologi yang dapat berlanjut pada timbulnya depresi (Nugroho, 2000).

Teori lain yang mendukung menyatakan bahwa sebagian wanita menjadi janda pada usia 60 tahunan karena suami mereka biasanya lebih tua dan juga memiliki harapan hidup lebih pendek tujuh tahun daripada wanita. Masa janda tersebut dapat memperberat depresi bagi wanita lansia yang mengandalkan pasangannya. Secara kejiwaan, menghadapi proses kehilangan seperti itu, seorang lansia memerlukan mekanisme koping. Koping yang digunakan terutama berupa penyesuaian terhadap adanya perubahan yang umumnya justru akan membangkitkan kecemasan dan timbulnya depresi (Stanley & Beare, 2007). Selain usia, tingkat pendidikan juga merupakan salah satu faktor resiko terjadinya depresi pada lansia. Berdasarkan penelitian ini, terdapat dua orang lansia yang pernah duduk di bangku sekolah. Sedangkan sisanya yaitu 20 responden atau 91,01% tidak pernah sekolah. Pada dasarnya seseorang yang memiliki latar belakang pendidikan yang baik akan lebih siap menghadapi masalah dibandingkan dengan orang yang sama sekali belum pernah menikmati pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin banyak pengalaman yang dilaluinya, sehingga pada umumnya lansia yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi masih dapat produktif dan selalu melakukan halhal yang menyenangkan untuk mengisi waktu luang. Hal tersebutlah yang menyebabkan mereka terhindar dari depresi (Tamher & Noorkasiani, 2009). Responden dalam penelitian ini adalah lansia yang tinggal sendiri atau tidak memiliki pasangan hidup. Status perkawinan seperti kasus perceraian atau kehilangan pasangan menjadi salah satu faktor yang dapat menyebabkan seseorang terkena depresi. Hal tersebut sependapat dengan Amir (2005) dimana faktor penyebab yang dapat mengakibatkan seorang lansia terkena depresi salah satunya adalah faktor psikologi seperti kehilangan seseorang yang dicintai, ketidakberdayaan karena menderita penyakit dan kurangnya harga diri. Setiap individu memiliki mekanisme koping yang berbeda-beda dalam menyikapi setiap permasalahan dalam hidupnya termasuk dalam penyesuaian terhadap kematian pasangan. Seseorang ketika memasuki masa tua menyadari bahwa mereka lambat laun mengalami kemunduran dan akan kehilangan pasangan, akan tetapi tidak semua lansia sanggup menghadapi hal tersebut sehingga pada akhirnya timbullah depresi karena ketidakmampuan penyesuaian diri terhadap hal tersebut. Kehilangan pasangan bukan merupakan satu-satunya penyebab dari timbulnya depresi pada lansia. Sebelumnya telah disebutkan bahwa kurangnya harga diri juga menjadi penyebab depresi pada lansia. Penelitian sebelumnya oleh Supartiningsih (2009) mendukung hal tersebut dimana hasil penelitiannya menyebutkan bahwa kurangnya harga diri pada lansia merupakan salah satu faktor yang menyebabkan depresi. Seorang lansia mengalami penurunan harga diri bisa dikarenakan kemiskinan yang diderita akibat penurunan pendapatan atau bahkan menurunnya derajat kesehatan yang mengakibatkan seorang lansia secara perlahan-lahan menarik diri dari lingkungan sosial. Oleh karena itu, seorang lansia agar terhindar dari depresi, maka mereka harus lebih meningkatkan harga diri pada diri mereka dengan cara tetap melakukan interaksi dengan orang lain. Hal tersebut sesuai dengan teori aktivitas yang menyatakan bahwa interaksi yang bermakna akan mampu meningkatkan harga diri. Harga diri yang kurang tersebut juga ditunjukkan oleh responden. Kebanyakan dari responden lebih senang tinggal di rumah dari pada melakukan kegiatan di luar rumah. Hal tersebut dapat diketahui melalui pertanyaan dari kuesioner yang kebanyakan dari responden mendapatkan skor satu. Jawaban

tersebut menjadi indikator penilaian terjadinya depresi pada responden yang kebanyakan mengalami kemungkinan depresi. Kurangnya harga diri menempatkan seorang lansia menarik diri dari lingkungan sosialnya dimana mereka menghabiskan waktu hanya di rumah. Penelitian sebelumnya yang sejalan dengan hal tersebut adalah penelitian yang dilakukan oleh Carami (2008) yang berjudul hubungan status interaksi sosial dengan tingkat depresi pada lanjut usia di Desa Kebrokan Umbulharjo V menyatakan bahwa lansia dengan status interaksi sosial baik mengalami depresi pada skala ringan dan bahkan tidak ditemukan adanya gejala depresi, sedangkan lansia yang mempunyai status interaksi sosial kurang mengalami tingkat depresi yang memburuk. Seorang lansia yang lebih senang tinggal dirumah kemungkinan terjadi depresi karena kurangnya aktivitas yang dikerjakan sehingga tidak ada aktivitas yang mampu mengalihkan depresi yang mereka alami. Penelitian yang berjudul pengaruh senam lansia terhadap tingkat depresi pada lansia di Posyandu Lansia Teratai Dusun Ngrenak Kidul 10 Sidomoyo Godean Sleman ini mempunyai tujuan untuk mengatasi depresi pada lansia. Berdasarkan data yang telah dibahas sebelumnya diketahui bahwa lansia yang mengalami kemungkinan depresi sebelum dilakukan senam lansia sebanyak 22 orang. Setelah dilakukan senam sebanyak empat kali terjadi perubahan tingkat depresi dimana sebagian besar dari responden berada pada tahap tidak ada depresi. Gerak badan yang teratur seperti senam lansia dapat mengurangi ketegangan otot. Ketegangan otot tersebut dapat ditimbulkan karena perasaan yang sedang terjadi pada seseorang, seperti kedukaan, frustasi yang terusmenerus, perasaan bersalah dan depresi. Sudah lama diakui oleh banyak orang bahwa pikiran seseorang mempengaruhi kesehatannya. Bahkan banyak penelitian yang menunjukkan bahwa orang yang depresi atau frustasi menyebabkan kesehatannya menurun. Penurunan tingkat depresi pada lansia tersebut dapat terjadi karena lansia mempunyai kegiatan yang bertemu dengan orang lain sehingga terjalin hubungan sosial yang berpengaruh pada tingkat depresi. Hal tersebut sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa jalan menuju penuaan yang sukses adalah dengan cara tetap aktif dimana pentingnya tetap aktif secara sosial sebagai alat untuk penyesuaian diri yang sehat untuk lansia (Stanley & Beare, 2007). Pengaruh Senam Lansia terhadap Tingkat Depresi pada Lansia Semua jenis olahraga pada prinsipnya dapat dilakukan oleh lansia, asalkan jenis olahraga tersebut sudah dikerjakan secara teratur sejak muda. Namun demi keamanan, olahraga yang dianjurkan oleh para ahli adalah yang sifatnya aerobic, misalnya jalan kaki, senam dan berenang. Senam lansia merupakan jenis olahraga yang tidak berbahaya untuk lansia karena gerakangerakan yang ada pada senam tersebut termasuk gerakan yang ringan. Senam lansia dapat mengurangi kegelisahan, bahkan lebih jauh lagi dapat membantu mengendalikan amarah dan depresi. Latihan senam dapat meningkatkan kemampuan jantung dan tubuh lebih cepat mengatasi stress maupun depresi (Susanto, 2010). Teori tersebut mendukung hasil penelitian ini yang tampak pada gambar 1 yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan skor pada pengukuran tingkat depresi sebelum dan sesudah dilakukan senam lansia. Dengan demikian peneliti mengambil kesimpulan bahwa senam lansia dapat mempengaruhi

terjadinya penurunan tingkat depresi pada lansia di Posyandu Lansia Teratai Dusun Ngrenak Kidul 10 Sidomoyo Godean Sleman. Untuk menguji apakah ada pengaruh antara senam lansia terhadap tingkat depresi pada lansia di Posyandu Lansia Teratai Dusun Ngrenak Kidul 10 Sidomoyo Godean Sleman, maka dilakukan pengujian dengn menggunakan Wilcoxon Match Paired Test. Data hasil penelitian didapatkan nilai p value sebesar 0,000. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai p lebih kecil dari 0,05 yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima dimana dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh antara senam lansia terhadap tingkat depresi pada lansia. Hal tersebut menunjukkan bahwa senam lansia merupakan salah satu terapi yang efektif digunakan untuk menurunkan tingkat depresi pada lansia. Adanya pengaruh senam lansia terhadap penurunan tingkat depresi menunjukkan bahwa dibutuhkan terapi untuk dapat menurunkan tingkat depresi pada lansia. Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni (2010). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa terapi aktivitas kelompok mempunyai pengaruh terhadap depresi pada lansia Senam lansia yang dilakukan bertujuan untuk mengurangi tingkat depresi pada lansia. Hal ini disebabkan karena senam lansia dapat memperlancar penyaluran saraf atau brain neurotransmitters ke dalam otak. Ransford dalam Kuntaraf dan Kuntaraf (2006), mengadakan penelitian dimana dalam penelitiannya tersebut menyatakan bahwa olahraga dapat menaikkan tingkat norepinephrine, dopamin dan serotonin di dalam otak yang dapat menurunkan tingkat depresi. Stres dan depresi dapat terjadi karena berkurangnya norepinephrine atau serotonin di dalam otak. Oleh karena itu seorang lansia yang melakukan senam lansia secara teratur dengan frekuensi minimal dua kali seminggu dalam waktu 20-30 menit pada setiap latihan akan dapat mengurangi depresi mereka karena kadar norepinephrine atau serotonin di dalam otak mengalami kenaikan yang diakibatkan oleh senam tersebut. Senam lansia yang memberikan pengaruh terhadap tingkat depresi pada lansia di Posyandu Lansia Teratai Dusun Ngrenak Kidul 10 Sidomoyo Godean Sleman ini, dapat digunakan sebagai acuan bahwa agar seorang lansia tidak mengalami depresi, salah satu terapi yang dapat menanggulangi depresi adalah dengan aktif melakukan senam lansia minimal dua kali dalam seminggu. KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat depresi pada lansia di Posyandu Lansia Teratai Dusun Ngrenak Kidul 10 Sidomoyo Godean Sleman Yogyakarta sebelum dilakukan senam lansia sebagian besar lansia berada pada tahap kemungkinan ada depresi. Sedangkan, tingkat depresi sebagian besar lansia di Posyandu Lansia Teratai Dusun Ngrenak Kidul 10 Sidomoyo Godean Sleman Yogyakarta berada pada tahap tidak ada depresi setelah dilakukan senam lansia. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh Senam lansia terhadap tingkat depresi pada lansia di Posyandu Lansia Teratai Dusun Ngrenak Kidul 10 Sidomoyo Godean Sleman Yogyakarta.

SARAN Bagi responden agar dapat melakukan senam lansia minimal dua kali dalam seminggu untuk mengatasi depresi pada lansia. Dan bagi keluarga yang mempunyai lansia agar dapat memberikan motivasi kepada lansia untuk meningkatkan kesehatan fisik maupun mental dengan cara melakukan senam lansia minimal dua kali dalam seminggu. Untuk kader lansia diharapkan untuk selalu memotivasi, memfasilitasi dan memberikan senam secara rutin sebenyak dua kali dalam seminggu kepada para lansia di Dusun Ngrenak Kidul 10 Sidomoyo Godean Sleman. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengendalikan semua variabel pengganggu sehingga akan didapatkan hasil yang lebih baik dan mengerti dengan baik gerakan-gerakan pada senam lansia sehingga dapat memberikan intervensi secara langsung kepada responden dengan baik dan benar. DAFTAR PUSTAKA Amir, N. (2005). Depresi Aspek Neurobiologi Diagnosis dan Tatalaksana. FKUI. Jakarta. Anonim. (2010). Undang-Undang Kesehatan. Fokusmedia. Bandung. Bandiyah, S. (2009). Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Nuha Medika. Yogyakarta. Carami, A. B. (2008). Hubungan Status Interaksi Sosial dengan Tingkat Depresi pada Lanjut Usia di Desa Kebrokan Umbulharjo V. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Yogyakarta. Hawari, D. (2006). Manajemen Stres, Cemas, dan Depresi. FKUI. Jakarta. Kuntaraf, J. & Kuntaraf, K.L. (2006). Olahraga Sumber Kesehatan. Advent. Bandung. Marsiela, A. (2006). Depresi Pintu Masuk Berbagai Penyakit dalam http://www.gizi.net, diperoleh tanggal 21 November 2010. Nugroho, W. (2000). Keperawatan Gerontik. EGC. Jakarta. Potter, P. A. & Perry. A. G. (2009). Fundamentals of Nursing. Salemba medika. Jakarta. Retnowati, U. (2010). Hubungan Tingkat Kemampuan Aktivitas Dasar Sehari-Hari Dengan Tingkat Depresi Pada Usia Lanjut di Panti Werdha Budhi Dharma Yogyakarta. Skripsi Tidak Dipublikasikan. STIKES Aisyiyah Yogyakarta. Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Graha Ilmu, Yogyakarta. Stanley, B. & Beare, P.G. (2007). Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2. EGC. Jakarta. Supartiningsih. (2008). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Depresi Pada Usia Lanjut Yang Tinggal Panti Sosial Tresna Werdha Unit Budi Luhur Yogyakarta. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Yogyakarta. Susanto, E. (2010). Medikora Jurnal Ilmiah Kesehatan Olahraga. FIK UNY. Yogyakarta. Tamher, S. & Noorkasiani. (2009). Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta.

Wahyuni, T. (2010). Pengaruh Terapi Aktivitas terhadap Penurunan Tingkat Depresi pada Lansia di Panti Wredha Budhi Dharma Ponggalan Umbulharjo Yogyakarta 2010. Skripsi Tidak Dipublikasikan. STIKES 'Aisyiyah Yogyakarta. Wulandari. (2003). Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Timbulnya Depresi Pada Lansia Yang Tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha Abiyoso. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Fakultas Kedokteran UGM.