Pengaruh Temperatur Heat-Treatment terhadap Kekerasan dan Struktur Mikro Paduan Al-Fe-Ni

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH WAKTU PEMANASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR FASA PADUAN ALUMINIUM FERO NIKEL

PENGEMBANGAN PADUAN AlFeNi SEBAGAI BAHAN STRUKTUR INDUSTRI NUKLIR

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP SIFAT BAHAN PADUAN ALUMINIUM FERO NIKEL

SINTESIS PADUAN ALUMINIUM FERO NIKEL SEBAGAI BAHAN STRUKTUR CLADDING ELEMEN BAKAR NUKLIR

PENGARUH KADAR Ni TERHADAP SIFAT KEKERASAN, LAJU KOROSI DAN STABILITAS PANAS BAHAN STRUKTUR BERBASIS ALUMINIUM

FORMASI FASA DAN MIKROSTRUKTUR BAHAN STRUK- TUR PADUAN ALUMINIUM FERO-NIKEL HASIL PROSES SINTESIS

KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK DAN MIKROSTRUKTUR PADUAN INTERMETALIK AlFeNi SEBAGAI BAHAN KELONGSONG BAHAN BAKAR

PENINGKATAN SIFAT MEKANIK BAHAN STRUKTUR PADUAN ALUMINIUM FERO NIKEL DENGAN PENGUATAN FASA KEDUA DAN STRUKTUR BUTIR

PENINGKATAN SIFAT MEKANIK BAHAN STRUKTUR PADUAN ALUMINIUM FERO NIKEL DENGAN PENGUATAN FASE KEDUA DAN STRUKTUR BUTIR

PENCIRIAN PADUAN ALUMINIUM-BESI-NIKEL SEBAGAI KELONGSONG ELEMEN BAICAR BERDENSITAS TINGGI ASEP ARY RAMMELYADI

KARAKTERISASI PADUAN AlFeNiMg HASIL PELEBURAN DENGAN ARC FURNACE TERHADAP KEKERASAN

SINTESIS PADUAN AIFeNi DEN CAN METODA PELEBURAN

REAKSI TERMOKIMIA PADUAN AlFeNi DENGAN BAHAN BAKAR U 3 Si 2

KARAKTERISASI INGOT PADUAN U-7Mo-Zr HASIL PROSES PELEBURAN MENGGUNAKAN TUNGKU BUSUR LISTRIK

PENGARUH PENAMBAHAN KOMPOSISI Al PADA PADUAN Fe-Ni-Al

PENGUKURAN SIFAT TERMAL ALLOY ALUMINIUM FERO NIKEL MENGGUNAKAN ALAT DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER

BAB IV PROSES PERLAKUAN PANAS PADA ALUMINIUM

KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIK DAN MIKROSTRUKTUR PADUAN UZrNb PASCA PERLAKUAN PANAS

KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK DAN MIKRO- STRUKTUR U-Mo SEBAGAI KANDIDAT BAHAN BAKAR REAKTOR RISET

PENGARUH KANDUNGAN NIOBIUM TERHADAP MIKROSTRUKTUR, KOMPOSISI KIMIA DAN KEKERASAN PADUAN Zr Nb Fe Cr

KARAKTERISASI INGOT PADUAN Zr-Mo-Fe-Cr PASCA PERLAKUAN PANAS

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

BAB III METODE PENELITIAN

KARAKTERISASI SIFAT TERMAL PADUAN AlFe(2,5%)Ni(1,5%) DAN AlFe(2,5%)Ni(1,5%)Mg(1%) UNTUK KELONGSONG BAHAN BAKAR REAKTOR RISET

PENGARUH PENAMBAHAN TEMBAGA (Cu) TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN ALUMINIUM-SILIKON (Al-Si) MELALUI PROSES PENGECORAN

PENGARUH PENAMBAHAN NIKEL (Ni) TERHADAP STRUKTUR KRISTAL, MORFOLOGI, DAN KEKERASAN PADA PADUAN Al (2-x) FeNi (1+x)

Pengaruh Solution treatment Singkat pada Paduan Al-Si-Mg : Sebuah Studi Awal

ANALISIS SIFAT TERMAL PADUAN AlFeNi SEBAGAI KELONGSONG BAHAN BAKAR REAKTOR RISET

Perilaku Mekanik Tembaga Fosfor C1220T-OL Pada Proses Annealing dan Normalizing

PENGARUH UNSUR Nb PADA BAHAN BAKAR PADUAN UZrNb TERHADAP DENSITAS, KEKERASAN DAN MIKROSTRUKTUR

PENGARUH MEDIA PENDINGIN PADA PROSES HARDENING MATERIAL BAJA S45C

ANALISIS POLA DIFRAKSI PADA INGOT PADUAN Zr-1%Sn1%Nb-0,1%Fe DAN Zr- 1%Sn-1%Nb-0,1%Fe-0,5%Mo

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Agustus 2012 di Instalasi Elemen

KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PROSES AUSTEMPER PADA BAJA KARBON S 45 C DAN S 60 C

PENGARUH UNSUR SILIKON PADA ALUMINIUM ALLOY (Al Si) TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO

PENGARUH KANDUNGAN Si TERHADAP MIKROSTRUKTUR DAN KEKERASAN INGOT Zr-Nb-Si

KETAHANAN KOROSI BAHAN STRUKTUR AlMg-2 DALAM MEDIA AIR PASCA PERLAKUAN PANAS DAN PENDINGINAN

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L

PENGARUH NITROGEN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADUAN IMPLAN Co-28Cr-6Mo-0,4Fe-0,2Ni YANG MENGANDUNG KARBON HASIL PROSES HOT ROLLING

ANALISIS KOMPOSISI BAHAN DAN SIFAT TERMAL PADUAN AlMgSi-1 TANPA BORON HASIL SINTESIS UNTUK KELONGSONG ELEMEN BAKAR REAKTOR RISET

Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Riset dan Teknologi di Bidang Industri ke-20 BAHAN TEKNIK MEKANIKA BAHAN

PENGARUH KANDUNGAN Nb DAN WAKTU PEMANASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN MIKROSTRUKTUR DALAM PEMBUATAN BAHAN BAKAR PADUAN U-Zr-Nb

PEMERIKSAAN MIKROSTRUKTUR, KOMPOSISI KIMIA DAN KEKERASAN HASIL PENGELASAN PADUAN Al-6061

Background 12/03/2015. Ayat al-qur an tentang alloy (Al-kahfi:95&96) Pertemuan Ke-2 DIAGRAM FASA. By: Nurun Nayiroh, M.Si

PENGARUH PROSES QUENCHING TERHADAP LAJU KOROSI BAHAN BAKAR PADUAN UZr

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN

STUDI LAJU KOROSI PADUAN Zr-Mo-Fe-Cr DALAM MEDIA UAP AIR JENUH PADA TEMPERATUR C

ANALISIS MIKROSTRUKTUR DAN KIMIA TERHADAP HASIL KOROSI PADA INGOT AlFeNiMg

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH DEFORMASI DINGIN TERHADAP KARAKTER PADUAN Zr-0,3%Mo-0,5%Fe-0,5%Cr PASCA PERLAKUAN PANAS

ANALISIS SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALUMINIUM (Al) PADUAN DAUR ULANG DENGAN MENGGUNAKAN CETAKAN LOGAM DAN CETAKAN PASIR

ANALISIS SIFAT TERMAL LOGAM URANIUM, PADUAN UMo DAN UMoSi MENGGUNAKAN DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER

PERUBAHAN STRUKTUR MIKRO DAN KEKERASAN PADUAN Co-Cr-Mo-C-N PADA PERLAKUAN AGING

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Pembuatan spesimen dilakukan dengan proses pengecoran metode die

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PENGARUH SUHU DAN WAKTU ANIL TERHADAP TEKSTUR PADUAN Al TIPE 2024

BAB III METODE PENELITIAN

KARAKTERISTIK MIKROSTRUKTUR DAN FASA PADUAN Zr- 0,3%Nb-0,5%Fe-0,5%Cr PASCA PERLAKUAN PANAS DAN PENGEROLAN DINGIN

Dosen Pembimbing : Sutarsis, S.T, M.Sc.Eng

BAB I PENDAHULUAN. Batu bara + O pembakaran. CO 2 + complex combustion product (corrosive gas + molten deposit

PENGARUH PROSES PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 310 S. Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Indonesia

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. Teknik Material dan Metalurgi FTI-ITS

Jl. Prof. Sudharto, SH., Tembalang-Semarang 50275, Telp * Abstrak. Abstract

PENENTUAN SIFAT THERMAL PADUAN U-Zr MENGGUNAKAN DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER

ANALISA PENGARUH AGING 400 ºC PADA ALUMINIUM PADUAN DENGAN WAKTU TAHAN 30 DAN 90 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

MATERIAL TEKNIK 5 IWAN PONGO,ST,MT

PENGARUH UNSUR ALUMINIUM DALAM KUNINGAN TERHADAP KEKERASAN, KEKUATAN TARIK, DAN STRUKTUR MIKRO

Pengaruh Variasi Temperatur Anneling Terhadap Kekerasan Sambungan Baja ST 37

PENGARUH JARAK DARI TEPI CETAKAN TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KEKERASAN PADA CORAN ALUMINIUM

pendinginan). Material Teknik Universitas Darma Persada - Jakarta

VARIASI PENAMBAHAN FLUK UNTUK MENGURANGI CACAT LUBANG JARUM DAN PENINGKATAN KEKUATAN MEKANIK

PENGARUH TEMPERATUR DAN NITROGEN HASIL HOT ROLLING TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK PADUAN Co-Cr- Mo UNTUK APLIKASI BIOMEDIS

PENGARUH TEKANAN PENGOMPAKAN, KOMPOSISI Er 2 O 3 DAN PENYINTERAN PADA TEMPERATUR RENDAH TERHADAP KUALITAS PELET UO 2 + Er 2 O 3

4.1 ANALISA STRUKTUR MIKRO

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pengaruh Waktu Penahanan Artificial Aging Terhadap Sifat Mekanis dan Struktur Mikro Coran Paduan Al-7%Si

Pengaruh Penambahan Yttrium Terhadap Struktur Mikro, Sifat Mekanik Dan Ketahanan Termal Pada Paduan Mg-6Zn Sebagai Aplikasi Engine Block

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR ANNEALING TERHADAP KEKERASAN SAMBUNGAN BAJA ST 37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Foto Mikro dan Morfologi Hasil Pengelasan Difusi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

1 BAB I PENDAHULUAN. Salah satu industri yang cukup berkembang di Indonesia saat ini adalah

BAB IV DATA DAN ANALISA

PENGARUH DEOKSIDASI ALUMINIUM TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA MATERIAL SCH 22 Yusup zaelani (1) (1) Mahasiswa Teknik Pengecoran Logam

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERSETUJUAN... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL...

PENENTUAN LAJU KOROSI PADA SUHU 150 ac UNTUK BAHAN STRUKTUR AIMg2 PASCA PERLAKUAN PANAS

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ANALISA PENGARUH SOLUTION TREATMENT PADA MATERIAL ALUMUNIUM TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

ANALISA LANJUT PERUBAHAN SIFAT MEKANIK BAHAN PEWTER DENGAN REDUKSI 50% PADA PROSES PENGEROLAN BAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

PENGARUH PENAMBAHAN 10%wt Mg DAN KECEPATAN MILLING TERHADAP PERUBAHAN STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK PADUAN Al-Mg

ANALISIS SIFAT TERMAL LOGAM URANIUM, PADUAN UMo DAN UMoSi MENGGUNAKAN DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir pada Gambar 3.1.

I. PENDAHULUAN. kelongsong bahan bakar, seperti sedikit mengabsorpsi neutron, kekerasan

Pengaruh Penuaan Terhadap Karakteristik Paduan Ingat Bentuk Nitinol

PENGARUH VARIASI ARUS TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN SAMBUNGAN PADA PROSES PENGELASAN ALUMINIUM DENGAN METODE MIG

PENGARUH UNSUR Zr PADA PADUAN U-Zr DAN INTERAKSINYA DENGAN LOGAM Al TERHADAP PEMBENTUKAN FASA

PEMBUATAN KERAMIK BETA ALUMINA (Na 2 O - Al 2 O 3 ) DENGAN ADITIF MgO DAN KARAKTERISASI SIFAT FISIS SERTA STRUKTUR KRISTALNYA.

EVALUASI BESAR BUTIR TERHADAP SIFAT MEKANIS CuZn70/30 SETELAH MENGALAMI DEFORMASI MELALUI CANAI DINGIN

Transkripsi:

51 Pengaruh Temperatur Heat-Treatment terhadap Kekerasan dan Struktur Mikro Paduan Al-Fe-Ni M. Husna Al Hasa* Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir, BATAN, Kawasan Puspiptek, Serpong 15313 Abstract Fuel element manufacturing includes deformation process and annealing. Annealing process will change the properties of the metal. Thermal treatment will affect the nature of mechanical, physical and thermal properties of metal. This research aims to investigate the effects of thermal treatment on the properties of the materials, especially the hardness and phase of the metal alloy. Annealing process was carried out above recrystallization temperature and below melting point of the metal, e.g. 450 C, 500 C and 550 C. The hardness of Al-Fe-Ni alloy was determined by using Vickers method. The microstructure was observed by optical microscopy and grain microstructure was analyzed by DAS method. The phase structure analysis was done based on x-ray diffraction pattern. Heat treatment at three different temperatures of 450 C, 500 C and 550 C resulted in material hardness of 53 HV, 60 HV and 55 HV, respectively. Between 450 C - 500 C, the hardness of Al-Fe-Ni increased with increasing annealing temperature. On the other hand, above 500 C, the alloy hardness decreased with increasing annealing temperature. Optical metallographic observation results showed that the microstructure tends to change along with temperature increase. The microstructure of the Al-Fe-Ni alloy showed grain structure of dendritic that tends to wane at 550 C. Diffraction pattern analysis indicated that the formation of phase tended to increase at 500 C. The x-ray diffraction pattern also showed the tendency of formation of k (NiAl 3 ) and (FeNiAl 9 ) phase at 450 C. At 500 C the tendency was to form the phase (FeNiAl 9 ), (FeAl 3 ) and phase k (NiAl 3 ). Meanwhile, (FeNiAl 9 ) phase was preferably to form at 550 C. It was found that in the range of observed temperature, the maximum hardness of Al-Fe-Ni alloy was obtained at 500 C. Keywords: annealing, heat-treatment, hardness, phase, Al-Fe-Ni alloy Abstrak Fabrikasi elemen bakar antara lain meliputi proses deformasi dan annealing. Proses annealing akan mengakibatkan perubahan sifat logam. Pemanasan pada suhu tersebut akan mempengaruhi sifat mekanik, sifat fisik dan sifat termal logam. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi pengaruh suhu terhadap sifat bahan terutama kekerasan dan fasa paduan logam. Proses annealing dilakukan di atas suhu rekristalisasi dan di bawah suhu titik cair logam, yaitu pada 450 C, 500 C dan 550 C. Pengujian kekerasan bahan struktur berbasis aluminium Al-Fe- Ni dilakukan dengan menggunakan metoda Vicker. Pengamatan mikrostruktur dilakukan dengan metalografikoptikal dan analisis besaran struktur butir mikrostruktur menggunakan metode DAS. Analisis struktur fasa dilakukan berdasarkan pola difraksi sinar-x. Hasil pengujian sifat kekerasan menunjukan paduan Al-Fe-Ni dengan pemanasan pada 450 C, 500 C dan 550 C masing-masing adalah 53 HV, 60 HV dan 55 HV. Kekerasan paduan mengalami kenaikan dari 53 HV pada suhu 450 C menjadi 60 HV pada suhu 500 C, dan mengalami penurunan di atas suhu 500 C, menjadi 55 HV pada 550 C. Hasil pengamatan metalografik-optikal memperlihatkan mikrostruktur paduan mengalami perubahan seiring dengan meningkatnya suhu. Mikrostruktur memperlihatkan bentuk struktur butir dendrit yang cenderung mengecil pada 500 C. Hasil analis pola difraksi menunjukkan pembentukan fasa (FeAl 3 ), fasa k (NiAl 3 ) dan (FeNiAl 9 ) cenderung meningkat pada suhu 500 C. Paduan logam yang terbentuk akibat pemanasan pada suhu 450 o C didominasi oleh keberadaan fasa k (NiAl 3 ) dan fasa (FeNiAl 9 ). Sementara itu, pada suhu 550 C terdapat kecenderungan pembentukan fasa tunggal (FeNiAl 9 ). Pada kisaran suhu yang dipelajari, sifat kekerasan paduan Al-Fe-Ni dipengaruhi oleh perlakuan suhu. Kekerasan paduan Al-Fe-Ni tertinggi diperoleh pada suhu pada 500 C. Kata kunci: annealing, heat-treatment, kekerasan, fasa, paduan Al-Fe-Ni Pendahuluan Instalasi nuklir menggunakan paduan aluminium terutama untuk komponen struktur dan kelongsong bahan bakar serta peralatan dukung lainnya (Al Hasa, 2008). Selain itu, *Alamat korespondensi: email: mhalhasa@yahoo.com paduan aluminium juga banyak digunakan pada berbagai bidang di industri terutama bidang kontruksi dan industri automotive. Paduan aluminium sebagai komponen bahan bakar reaktor riset terutama untuk komponen struktur pelat penyangga dan kelongsong bahan bakar dalam pengoperasiannya akan mengalami

52 tegangan dinamis dan termal akibat proses termo mekanik. Tegangan dinamis dan termal ini akan mempengaruhi sifat ketahanan dan kekuatan bahan struktur kelongsong yang mengungkung bahan bakar. Perubahan sifat bahan yang diakibatkan oleh proses termo-mekanik yang berulang sangat mempengaruhi kondisi sifat mekanik dan sifat termal terutama suhu dan waktu heat-treatment. Pengaruh suhu dan waktu heat-treatment memungkinkan sifat mekanik, fisik dan termal mengalami perubahan yang cenderung meningkat atau menurun. Kondisi ini dapat diketahui dengan melakukan proses perlakuan panas terhadap bahan struktur berbasis aluminium. Perlakuan panas ini dapat meningkatkan sifat bahan menjadi lebih kuat dan keras. Perlakuan panas yang melibatkan penambahan unsur Fe dan Ni akan memacu terjadinya reaksi unsur tersebut dengan unsur Al melalui proses difusi yang membentuk senyawa logam intermetalik (Raynor dan Rivlin, 1988). Proses perlakuan panas ini menggunakan tungku sirkulasi udara yang berlangsung di atas suhu rekristalisasi dan di bawah suhu lebur. Pada suhu tersebut kemungkinan kondisi struktur fasa paduan aluminium sebagian besar berada dalam bentuk monoklinik. Proses perlakuan panas tersebut dapat menghasilkan senyawa logam berupa fasa, fasa, fasa dan fasa lainnya (Petzow dan Effenberg, 1992). Fasa (FeAl 3 ) mulai terbentuk pada daerah komposisi 0,04-37 % berat Fe di bawah 652 C (Al Hasa, 2007). Fasa ini merupakan hasil transformasi pemaduan Al dan Fe yang mengikuti reaksi fasa eutectic, yaitu L +. Kadar Fe dalam paduan yang melebihi batas larut padat di atas 0,04% cenderung akan mengakibatkan terbentuknya fasa (Mondolfo, 1966). Fasa mulai terberntuk pada daerah komposisi 0,04-42 % berat Ni di bawah 640 C. Fasa ini merupakan hasil transformasi dari pemaduan Al dan Ni yang mengikuti reaksi fasa eutectic, yaitu L +. Apabila kadar Ni dalam paduan melebihi batas larut padat di atas 0,04 % akan terbentuk fasa (NiAl 3 ). Besarnya fasa sangat dipengaruhi oleh tingkat prosentase kadar Ni dalam paduan. Kadar Ni yang semakin tinggi mengakibatkan semakin besarnya jumlah fasa dalam paduan. Reaksi fasa eutectic paduan aluminium dan besi mulai terjadi pada suhu 652 o C dengan kadar 1,8 % Fe dan membentuk fasa padat + yaitu Al+FeAl 3. Fasa memiliki batas kemampuan larut padat (solid solubility) Fe dalam fasa α (Al) sampai maksimum 0,04% Fe pada suhu 652 C. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh suhu terhadap sifat bahan, terutama sifat kekerasan dan fasa paduan logam. Informasi dari hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat sebagai data dukung untuk pengembangan bahan struktur cladding bahan bakar reaktor riset yang memiliki kekuatan dan ketahan korosi yang relatif baik. Metode Penelitian Bahan yang digunakan berupa serbuk logam yang terdiri dari aluminium, fero dan nikel. Bahan serbuk aluminium, fero dan nikel sebelum dikompaksi terlebih dahulu ditimbang dengan berat tertentu kemudian dicampur menggunakan mixing machine selama lima menit dengan putaran 1800 rpm sehingga diperoleh serbuk yang homogen. Campuran serbuk aluminium dengan unsur pemadu 2% Fe dan 1% Ni hasil homogenisasi kemudian dikompaksi menggunakan alat pengepresan. Proses kompaksi dengan tekanan sebesar 1274 MPa terhadap campuran serbuk tersebut menghasilkan spesimen berbentuk lempengan berdiamater 15 mm. Proses sintesis spesimen hasil kompaksi dilakukan dengan teknik peleburan menggunakan tungku busur listrik dalam lingkungan gas argon. Peleburan dilakukan secara berulang untuk menghasilkan paduan yang homogen. Proses sintesis tersebut menghasilkan paduan aluminium-fero-nikel (Al-Fe-Ni) dalam bentuk ingot. Spesimen ingot Al-Fe-Ni dikenakan perlakuan panas pada variasi suhu 450 C, 500 C dan 550 C dengan waktu pemanasan selama 1,5 jam. Terhadap ingot paduan Al-Fe-Ni hasil perlakuan panas dalam bentuk spesimen uji dilakukan pengamatan, pengujian, pengukuran dan analisis. Pengamatan metalografi-optik dilakukan setelah permukaan sepesimen dikenai proses pengetsaan. Pengetsaan dilakukan dengan mencelupkan spesimen ke dalam larutan etsa Keller yang terdiri dari 2 ml HF, 3 ml HCl, 5 ml HNO 3 dan 90 ml H 2 O (ASTM, 1992). Pengujian kekerasan spesimen Al-Fe-Ni dilakukan pada tiga titik dengan menggunakan metoda Vicker. Pengukuran besaran butir dilakukan dengan metoda DAS (Hakka, www.tech.nite.go.jp/ anzen2). Pengamatan struktur fasa paduan Al-Fe- Ni dilakukan dengan menggunakan difraktometer sinar-x dan dianalisis berdasarkan pola difraksi yang dihasilkan.

53 Hasil dan Pembahasan Pengamatan sifat kekerasan terhadap paduan Al-Fe-Ni pada berbagai suhu heat-treatment dengan metoda Vicker diperlihatkan pada Gambar 1. Pengamatan struktur fasa berdasarkan analisis pola difraksi sinar-x ditunjukkan pada Gambar 2. Sementara itu, pengamatan mikrostruktur paduan Al-Fe-Ni secara metalografioptik ditunjukkan pada Gambar 3. (a) (a) (b) (b) (c) Gambar 2. Pola difraksi sinar-x paduan Al-Fe-Ni hasil heat-treatment pada berbagai suhu a) 450 C, b) 500 C, c) 550 C. (c) Gambar 1. Mikrostruktur paduan Al-Fe-Ni 2% Fe 1% Ni hasil heat treatment pada berbagai suhu (a) 450 C, (b) 500 C, (c) 550 C. Gambar 3. Variasi kekerasan dan ukuran butir dendrit paduan Al-Fe-Ni hasil heat-treatment pada berbagai suhu.

54 Mikrostruktur paduan Al-Fe-Ni dengan kadar (2%Fe 1% Ni) yang mengalami perlakuan suhu pada 450 C, 500 C dan 550 C dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1a menunjukkan struktur butir paduan Al-Fe-Ni yang mengalami pemanasan pada suhu 450 C yang cenderung berbentuk dendrit. Diduga pada suhu ini mulai terbentuk fasa (FeAl 3 ), fasa k (NiAl 3 ) dan (FeNiAl 9 ). Keberadaan fasa ini juga ditunjukkan dari pola difraksi sinar-x, seperti ditunjukkan pada Gambar 2a. Namun, keberadaan fasa k dan fasa yang terbentuk pada pada suhu 450 C tampak lebih dominan. Pembentukan fasa ini diawali pada daerah batas butir yang memiliki energi yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan daerah butir lainnya. Tingginya energi di batas butir menyebabkan daerah ini menjadi lebih reaktif daripada daerah yang lain. Batas batas butir merupakan daerah yang tidak stabil dimana terdapat pertemuan antar kristal dengan orientasi yang berbeda atau acak. Fasa yang terbentuk pada paduan Al-Fe-Ni merupakan rejeksi dari larutan padat aluminium bila kadar Fe atau Ni yang terkandung dalam paduan tersebut melebihi batas larut-padat fasa -Al. Mikrostruktur paduan Al-Fe-Ni pada suhu 500 C ditunjukkan pada Gambar 3b yang memperlihatkan struktur butir dendrit yang cenderung memanjang dan relatif lebih kecil. Hal ini terjadi karena adanya pembentukan fasa, dan yang cenderung semakin meningkat. Peningkatan intesitas pembentukan fasa, dan dapat dilihat dari pola difraksi sinar-x seperti ditunjukkan pada Gambar 2b. Peningkatan pembentukan struktur butir dendrit ini terjadi karena pengaruh kenaikan suhu yang mengatasi energi aktivasi yang dibutuhkan untuk terjadinya transformasi fasa dalam paduan logam. Dalam hal ini, unsur Fe bereaksi dengan Al membentuk FeAl 3 dan unsur Ni dengan Al membentuk senyawa NiAl 3 yang diteruskan dengan pembentukan FeNiAl 9 yang jumlahnya semakin meningkat. Mikrostruktur bahan yang mengalami pemanasan pada suhu 550 o C dapat dilihat pada Gambar 3c. Terlihat bahwa struktur butir dendrit berubah menjadi bentuk yang relatif besar. Seperti terlihat dari difraksi sinar-x pada Gambar 2c, pemanasan pada suhu yang lebih tinggi (550 o C) menyebabkan terjadinya proses transformasi fasa yang mengarah kepada pembentukan satu fasa (FeNiAl 9 ). Gambar 3 memperlihatkan variasi sifat kekerasan paduan Al-Fe-Ni yang mengalami heat-treatment pada suhu 450 C, 500 C dan 550 C. Sifat kekerasan cenderung mengalami perubahan bila dikenai heat-treatment pada suhu yang berbeda. Dibandingkan dengan yang dipanaskan pada suhu 450 o C, kekerasan bahan yang dipanaskan pada suhu 500 o C meningkat menjadi 60 HV. Namun, kekerasan bahan berkurang menjadi 55 HV bila bahan dipanasi pada suhu 550 o C. Gambar 3 juga menunjukkan perubahan ukuran butir dendrit pada perlakukan suhu yang berbeda. Pemanasan pada suhu 500 C menyebabkan ukuran butir dendrit mengecil. Namun, ukuran butir kembali membesar karena pemanasan pada 550 C. Perubahan sifat kekerasan bahan paduan dan besar butir ini dimungkinkan karena terjadinya transformasi fasa dan pertumbuhan fasa dalam paduan. Pada suhu 500 C di dalam paduan terjadi pembentukan dan pertumbuhan fasa, fasa k, dan fasa yang semakin meningkat. Hal ini dapat menghambat gerakan dislokasi yang berdampak terhadap peningkatan kekerasan. Dislokasi relatif lebih sukar dengan semakin bertambah besarnya intensitas pembentukan fasa. Selain itu, struktur butir yang cenderung mengecil mengakibatkan jumlah butir dan batas butir semakin banyak. Batas butir yang semakin banyak akan berkontribusi pada meningkatnya kekuatan atau kekerasan. Sementara itu, pada pemanasan suhu 450 C hanya terbentuk dua fasa dominan, yaitu fasa k (NiAl 3 ) dan fasa (FeNiAl 9 ), seperti diperlihatkan pada Gambar 2a. Sedangkan pemanasan pada suhu yang lebih tinggi (550 C), seperti ditunjukkan pada Gambar 2c, menyebabkan terjadinya transformasi ke fasa tunggal (FeNiAl 9 ). Kecenderungan pembentukan fasa tunggal ini mengakibatkan faktor penghambat gerakan dislokasi menurun dan berdampak pada penurunan kekuatan dan kekerasan bahan. Kesimpulan Sifat kekerasan dan struktur fasa paduan Al-Fe- Ni dipengaruhi oleh perlakuan suhu. Pada kisaran suhu yang dipelajari dalam penelitian ini, kekerasan maksimum paduan Al-Fe-Ni terjadi pada bahan yang dikenai perlakuan suhu pada 500 o C. Pada suhu 500 o C, pembentukan fasa (FeAl 3 ), fasa k (NiAl 3 ) dan (FeNiAl 9 ) di dalam paduan logam semakin meningkat. Selain itu, ukuran butir dendrit yang terbentuk pada suhu 500 o C semakin kecil yang memberi dampak pada peningkatan kekerasan paduan logam.

55 Daftar Pustaka Al Hasa, M.H., 2007. Formasi Fasa dan Mikrostruktur Bahan Struktur Paduan Aluminium Fero-Nikel Hasil Proses Sintesis, Jurnal Ilmiah daur Bahan Bakar Nuklir, URANIA, Volume 13 No. 3, hal. 99-107. Al Hasa, M.H., 2008. Peningkatan Sifat Mekanik Bahan Struktur Paduan Aluminium Fero Nikel dengan Penguatan Fasa Kedua dan Struktur Butir, Jurnal Ilmiah daur Bahan Bakar Nuklir, URANIA, Volume 14 No.1, hal.1-10. ASTM, American Society for Testing and Materials, 1992. Annual Book of ASTM Standards. Section 3, Vol. 03. 02. Philadelphia:ASTM. Hakka, Manual Dendrite Arm Spacing, DAS Measure, http/www. tech.nite.go.jp/anzen2. Mondolfo, L.F, 1976. Aluminium Alloys, Structure and Properties, London. Petzow, G. and Effenberg, G., 1992. Ternary Alloy Al- Fe-Ni, Vol.15, Germany: ASM, International. Raynor, G.V. and Rivlin, G.V., 1988, Phase Equilibria in iron Ternary Alloy, The institute of Metals, New York.