HUBUNGAN SIKAP KERJA DENGAN KELUHAN MUSCULOSKELETAL PADA PENYORTIR TEMBAKAU DI GUDANG SORTASI TEMBAKAU KEBUN KLUMPANG SUTK PTPN II TAHUN 2015

dokumen-dokumen yang mirip
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peranan tenaga kerja dalam pembangunan nasional sangat penting karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs)

BAB I PENDAHULUAN. tempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya. Dalam Undang Undang

GAMBARAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PENJAHIT DI KOTA DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

Metode REBA Untuk Pencegahan Musculoskeletal Disorder Tenaga Kerja

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam pembangunan nasional. Tenaga kerja merupakan pelaksana

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade

Metode dan Pengukuran Kerja

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembuluh darah dimana keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian

HUBUNGAN ANTARA POSISI KERJA DENGAN KELUHAN MUKULOSKELETAL PADA EKSTREMITAS BAWAH TENAGA KERJA MATAHARI MEGA MALL DI MANADO

BAB II LANDASAN TEORI. Bahan baku batu bata adalah tanah liat atau tanah lempung yang telah

GAMBARAN POSISI KERJA DAN KELUHAN GANGGUAN MUSCULOSKELETAL PADA PETANI PADI DI DESA KIAWA 1 BARAT KECAMATAN KAWANGKOAN UTARA

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

HUBUNGAN ANTARA UMUR DAN MASA KERJA DENGAN KELUHAN MUSCULOSKELETAL

Disusun Oleh: Roni Kurniawan ( ) Pembimbing: Dr. Ina Siti Hasanah, ST., MT.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk berusaha atau bekerja dalam rangka memenuhi

GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PENYORTIR KOPI DI INDUSTRI KOPI BABURRAYYAN TAKENGON ACEH TENGAH TAHUN 2010 SKRIPSI OLEH

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia dewasa ini lebih dikonsentrasikan pada

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan. hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat

Analisis Risiko Manual Handling pada Pekerja PT. XYZ

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

HUBUNGAN SIKAP KERJA DENGAN MUSCULOSKELETAL DISORDERS PADA PENJAHIT DI PUSAT INDUSTRI KECIL MENTENG MEDAN 2015

BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluhan muskuloskeletal adalah kerusakan pada bagian-bagian otot

Analisis Postur Kerja Menggunakan Metode Ovako Work Posture Analysis System (OWAS) (Studi Kasus: PT Sanggar Sarana Baja Transporter)

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id

Kata Kunci: masa kerja, suhu lingkungan, sikap kerja, keluhan musculoskeletal

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan perangkat komputer dalam menyelesaikan pekerjaan di

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghasilkan barang dan jasa yang bermutu tinggi. Namun, menurut Notoadmodjo

HUBUNGAN ANTARA POSTUR KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA BAGIAN PRESS DRYER UD. ABIOSO, BOYOLALI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang memberikan sumbangan terbesar dalam industri tekstil pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia

HUBUNGAN ANTARA POSTUR KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA PEMBUATAN BATU BATA

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC

BAB I PENDAHULUAN. pada pemanenan kelapa sawit umur dibawah 8 tahun dengan bentuk pisau. berbentuk kapak dengan tinggi pohon maksimal 3 meter.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara agraris, yang dimana. mayoritas penduduk Indonesia berprofesi sebagai petani.

HUBUNGAN POSTUR KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA PEKERJA BAGIAN PENGEPAKAN DI PT. DJITOE INDONESIA TOBAKO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Saat ini pembangunan industri menjadi salah satu andalan dalam

BAB I PENDAHULUAN. permanen dalam bekerja. Pada tahun 2010 World Health Organization

ANALISIS POSTUR KERJA DAN KELUHAN PEKERJA PADA AKTIVITAS PEMOTONGAN BAHAN BAKU PEMBUATAN KERIPIK

HUBUNGAN SIKAP KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PENGRAJIN PATUNG KAYU DI DESA KEMENUH, GIANYAR TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. kematian termasuk 37% back pain, 15% hearing loss, 13% chronic obstructive

ANALISIS POSTUR KERJA PADA MEKANIK BENGKEL SEPEDA MOTOR HIDROLIK X DAN NON-HIDROLIK Y KOTA SEMARANG

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Analisis Postur Kerja dengan Metode REBA untuk Mengurangi Resiko Cedera pada Operator Mesin Binding di PT. Solo Murni Boyolali

HUBUNGAN ANTARA SIKAP KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PENJAHIT DI PASAR 45 MANADO Victoria P. Pinatik*,,A. J. M. Rattu*, Paul A. T.

Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan. Posisi duduk adalah posisi istirahat didukung oleh bokong atau paha di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Arbeitswissenschaft di Jerman, Human Factors Engineering atau Personal

ANALISIS KELUHAN RASA SAKIT PEKERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE REBA DI STASIUN PENJEMURAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MUSCULOSKELETAL DISORDERS PADA PEKERJA BATIK DI KECAMATAN SOKARAJA BANYUMAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan program pengembangan dan pendayagunaan SDM tersebut, pemerintah juga memberikan jaminan kesejahteraan, kesehatan dan

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Stasiun Kerja Bawahan. Stasiun Kerja Finishing. Gambar 1.1 Stasiun Kerja Pembuatan Sepatu

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghasilkan suatu produksi. Tidak sedikit proses produksi yang

BAB I PENDAHULUAN. atau man made disease. Penyakit Akibat Kerja menurut OSHA. tahun 1992, dimana sekitar 62% pekerja menderita Musculoskeletal

BAB II LANDASAN TEORI

ABSTRACT. Key words : age, length of employment, vibration, musculoskeletal complaints ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS

ABSTRACT

BAB 1 PENDAHULUAN. ergonomi yang kurang tepat yaitu Musculoskeletal disorder (MSDs). Keluhan

MUSCULOSKELETAL DISORDERS. dr.fauziah Elytha,MSc

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

BAB 1 PENDAHULUAN. yang merugikan terhadap kesehatan pekerja ( Naiem, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pekerja merupakan salah satu komponen yang perlu mendapatkan

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

GAMBARAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA PEMBUAT ROTI DI U.D. HARUM MANIS DI KECAMATAN MEDAN TEMBUNG TAHUN 2010

KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA LAUNDRY DI KECAMATAN DENPASAR SELATAN, BALI

PERBAIKAN METODE KERJA DAN PERANCANGAN FASILITAS KERJA UNTUK MENGURANGI RESIKO MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) (STUDI KASUS : CV. GRAFFITY LABELINDO)

ANALISIS POSTUR KERJA PADA TENAGA KERJA DENGAN METODE REBA AREA WORKSHOP PT X JAKARTA TIMUR

IDENTIFIKASI POSTUR KERJA SECARA ERGONOMI UNTUK MENGHINDARI MUSCULOSKELETAL DISORDERS

ANALISIS POSTUR KERJA MANUAL MATERIAL HANDLING DENGAN METODE OVAKO WORKING ANALISIS SYSTEM (OWAS) PADA HOME INDUSTRI MAWAR

PERBAIKAN METODE KERJA DAN PERANCANGAN FASILITAS KERJA UNTUK MENGURANGI RESIKO MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) (Studi Kasus : CV. Graffity Labelindo)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut ILO (2013) Diperkirakan 2.34 juta orang meninggal setiap tahunnya

Novena Ayu Parasti, Chandra Dewi K., DM. Ratna Tungga Dewa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kata yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum.

ANALISIS PERBAIKAN POSTUR KERJA DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA HOME INDUSTRY JKS SNACK & CATERING DI SERANG-BANTEN

BAB I PENDAHULUAN. Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang. memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan

BAB I PENDAHULUAN.

Abstrak. Teknik Mengangkat Beban Berat dengan Keluhan Nyeri Otot Leher pada Pekerja Kuli Angkut di Gudang Bulog Mangkubumi dan Pamalayan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANNGUANMUSKULOSKELETAL PADA CLEANING SERVICE

ANALISIS POSTUR KERJA PEKERJA PROSES PENGESAHAN BATU AKIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE REBA

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

GAMBARAN DISTRIBUSI KELUHAN TERKAIT MUSKULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) PADA TUKANG SUUN DI PASAR ANYAR BULELENG TAHUN 2013

HUBUNGAN POSTUR KERJA DENGAN KELUHAN CUMULATIVE TRAUMA DISORDERS (CTDs) PADA PEKERJA PELINTINGAN ROKOK MANUAL DI PT.

Transkripsi:

HUBUNGAN SIKAP KERJA DENGAN KELUHAN MUSCULOSKELETAL PADA PENYORTIR TEMBAKAU DI GUDANG SORTASI TEMBAKAU KEBUN KLUMPANG SUTK PTPN II TAHUN 2015 (THE CORRELATION OF WORK POSTURE TO MUSCULOSKELETAL DISORDERS OF TOBACCO SORTER IN GUDANG SORTASI TEMBAKAU KEBUN KLUMPANG SUTK PTPN II 2015) Friska Yuni Utari 1, Kalsum 2, Eka Lestari Mahyuni 2 1 Mahasiswa Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja FKM USU 2 Dosen Departemen Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja FKM USU Sumatera Utara, Medan, 20155, Indonesia Email: friskayuni@rocketmail.com ABSTRACT The activity of tobacco sorter with unergonomics work posture have some risks to cause musculoskeletal disorders. Musculoskeletal disorders are disorders on joints, ligaments and tendons that caused by static load receives on muscle repetitive and continuously in long periods of time. The research was survey analitic with cross sectional design that aims to find out the correlation of work posture to musculoskeletal disorder in tobacco sorter at Tobacco Storeroom Kebun Klumpang SUTK PTPN II. Sample of this study was 30 workers of tobacco sorter (total population). The data of work posture were gathered with REBA (Rapid Entire Body Assessment) method and Nordic Body Map questionnaire to assess the level of musculoskeletal complaints. The data analyzed using Chi Square statistic test. The result of the study showed that worker in low category of musculoskeletal complaints was 10 workers (33,3%) and 20 workers (66,7%) was in medium category. The biggest number of musculoskeletal complaint in pain was in the back 83,3%. The other was in waist, buttocks, legs, lower neck, shoulders, and thighs. The biggest number of musculoskeletal complaint in very pain was in legs 16,7%. The other was in waist, thighs,buttocks, ankles, foots, upper arm, and knees. The result of work posture assessment with REBA method showed that worker with low level risk of work posture was 8 workers (26,7%) and the worker with medium level risk was 22 workers (73,3%). The result of Chi Square statistic test showed that there were significant relation between work posture with musculoskeletal complaint at p value 0,007 which was p < 0,05. Thus, work posture had relation with the occurrence of musculoskeletal disorders in tobacco sorter. It is recommended for the worker to work with sitting erect posture, interspersed with bent slightly. Keywords : Sorter, Work posture, Musculoskeletal Disorder(MSDs) 1

Latar Belakang Penerapan ergonomi di lingkungan kerja merupakan salah satu upaya kesehatan dan keselamatan kerja. Pelayanan kesehatan kerja yang diberikan melalui penerapan ergonomi, diharapkan dapat meningkatkan mutu kehidupan kerja. Ergonomi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari masalah manusia dalam kaitan dengan pekerjannya. Ergonomi mempelajari caracara penyesuaian pekerjaan, alat kerja, dan lingkungan kerja dengan manusia dengan memerhatikan kemampuan dan keterbatasan manusia yang bersangkutan sehingga tercapai suatu keserasian antara manusia dan pekerjaannya yang akan meningkatkan kenyamanan dan produktivitas kerja. Alat kerja dan lingkungan fisik yang tidak sesuai dengan kemampuan alamiah tenaga kerja akan menyebabkan hasil kerja tidak optimal, bahkan berpotensi menimbulkan keluhan kesehatan dan penyakit akibat kerja (Anies, 2014). Menurut Anies (2014) sikap tubuh serta aktivitas tertentu terhadap alat kerja, berpotensi menimbulkan suatu gangguan kesehatan, bahkan penyakit. Sikap tubuh saat bekerja yang salah juga dapat menjadi penyebab timbulnya masalah kesehatan antara lain nyeri, kelelahan, bahkan kecelakaan. Selain itu, sikap kerja yang statis baik itu sikap duduk atau sikap berdiri dalam jangka waktu yang lama juga dapat menyebabkan permasalahan tersebut. Dampak negatif tersebut akan terjadi baik dalam jangka waktu pendek maupun jangka panjang. Menurut ILO ( International Labour Organization) tahun 2013, setiap tahun terjadi 2,3 juta kematian yang disebabkan oleh kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Data tersebut juga menyebutkan bahwa 2 juta kematian terjadi disebabkan oleh penyakit akibat kerja. Menurut Departemen Kesehatan RI tahun 2013, di Indonesia terdapat 428.844 kasus penyakit akibat kerja. Selain penyakit akibat kerja, masalah kesehatan lain pada pekerja yang perlu mendapat perhatian antara lain ketulian, gangguan musculoskeletal, gangguan reproduksi, penyakit jiwa, sistem syaraf dan sebagainya. ILO juga melaporkan bahwa gangguan musculoskeletal saat ini mengalami peningkatan kasus di banyak negara. Contohnya, di Republik Korea gangguan musculoskeletal mengalami peningkatan sekitar 4.000 kasus dalam kurun waktu 9 tahun dan di Inggris, 40% kasus penyakit akibat kerja merupakan gangguan musculoskeletal. Gangguan musculoskeletal adalah gangguan pada bagian otot rangka yang disebabkan karena otot menerima beban statis secara berulang dan terus menerus dalam jangka waktu yang lama dan akan menyebabkan keluhan pada sendi, ligamen dan tendon. Menurut Humantech yang dikutip Bukhori (2010), pada awalnya keluhan musculoskeletal menyebabkan rasa sakit, nyeri, mati rasa, kesemutan, bengkak, kekakuan, gemetar, gangguan tidur, dan rasa terbakar yang pada akhirnya mengakibatkan ketidakmampuan seseorang untuk melakukan pergerakan dan koordinasi gerakan anggota tubuh atau ekstremitas sehingga dapat mengakibatkan efisiensi kerja berkurang dan produktivitas kerja menurun. Gudang Sortasi Tembakau Deli Klumpang merupakan salah satu dari 3 gudang tembakau yang dimiliki PT Perkebunan Nusantara (PTPN) II. Pekerjaan yang dilakukan para pekerja di gudang adalah melakukan sortasi daun tembakau yang dikirim dari lapangan. Proses kerja di gudang ini dimulai dari saring ikat kasar, yaitu proses pemisahan daun tembakau yang baik dan tidak baik, selanjutnya daun tembakau difermentasi, proses selanjutnya adalah proses sortasi daun tembakau yaitu memilih daun tembakau berdasarkan kualitas warna daun tersebut. Setelah 2

disortir, daun tembakau diberikan kepada tukang terima tembakau untuk memilih daun tembakau mana yang telah disortasi dengan baik. Daun tembakau tersebut kembali difermentasi selama 30 hari. Setelah itu, dilakukan penyaringan daun tembakau untuk melihat apabila ada daun tembakau yang tercampur saat dilakukan sortasi. Proses terakhir yaitu pengebalan/pengepakan daun tembakau. Berdasarkan survey pendahuluan dan wawancara singkat kepada para pekerja di gudang tersebut, didapatkan informasi bahwa waktu kerja adalah 7 jam satu hari dengan istirahat sebanyak 3 kali yaitu pada pukul 09.00-09.30 lalu pada pukul 11.00 istirahat selama 15 menit untuk mengistirahatkan mata, terakhir istirahat pada pukul 12.30-14.00 untuk istirahat makan siang dan ibadah. Rata- rata pekerja yang bekerja di gudang tersebut sudah bekerja selama kurang lebih 30 tahun. Melalui pengamatan singkat dilihat bahwa pekerja penyortir tembakau bekerja dengan posisi duduk statis diatas tempat duduk dengan meja di depan pekerja. Tempat duduk berbentuk memanjang dan terdapat sekitar 10 pekerja dalam satu barisan tempat duduk. Posisi duduk pekerja juga cenderung membungkuk karena tempat duduk tidak memiliki sandaran. Pekerjaan yang dilakukan adalah memilih daun tembakau yang tercampur pada saat sortasi awal dan dilakukan dengan menggunakan kedua tangan. Pekerjaan dilakukan dengan satu tangan menggenggam ikatan daun tembakau dan tangan lainnya memilih daun tembakau yang berbeda warna dalam satu ikatan. Pekerja melakukan pekerjaan dengan posisi duduk statis tersebut selama kurang lebih 8 jam satu hari. Posisi kaki pekerja agak sedikit tertekuk pada pijakan dibawah tempat duduk. Terkadang posisi kaki pekerja berada di tempat duduk dengan posisi bersila. Dalam wawancara singkat tersebut, didapatkan juga informasi bahwa beberapa pekerja mengalami keluhan di pinggang, bahu, lengan dan bokong. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui adanya hubungan sikap kerja dengan keluhan musculoskeletal pada penyortir tembakau di Gudang Sortasi Tembakau Kebun Klumpang PTPN II Tahun 2015. Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel pada penelitian ini berjumlah 30 orang yang merupakan populasi total penyortir tembakau. Penelitian dilakukan di Gudang Sortasi Tembakau Kebun Klumpang PTPN II pada Januari Juni 2015. Data pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diambil dengan wawancara untuk mengetahui karakteristik pekerja. Data sikap kerja menggunakan metode REBA ( Rapid Entire Body Assessment). Keluhan musculoskeletal menggunakan kuesioner Nordic Body Map. Analisis data menggunakan uji Chi Square untuk mengetahui hubungan antara sikap kerja dengan keluhan musculoskeletal. Hasil dan Pembahasan PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) adalah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yan g bergerak di sektor perkebunan. Kebun Klumpang merupakan salah satu perkebunan tembakau milik PTPN II dengan luas areal perkebunan 152 Ha. Tenaga kerja keseluruhan di PTPN II Kebun Klumpang berjumlah 149 orang. Produk yang dihasilkan PTPN II Kebun Klumpang adalah daun tembakau kering yang nantinya akan diekspor ke Jerman. Pekerja dengan kelompok umur 60 tahun sebanyak 15 orang ( 50%) dan pada kelompok umur > 60 tahun sebanyak 15 3

orang ( 50%). Pekerja dengan masa kerja 20 tahun sebanyak 18 orang (60%) pekerja dengan masa kerja > 20 tahun sebanyak 12 orang (40%) Keluhan musculoskeletal yang dialami pekerja penyortir tembakau berada dalam kategori keluhan rendah dan keluhan sedang. Pekerja dengan keluhan sedang yaitu sebanyak 20 orang (66,7%) dan pekerja dengan keluhan rendah sebanyak 10 orang (33,3%). Pekerja dengan keluhan musculoskeletal kategori rendah artinya pekerja tersebut masih merasakan keluhan musculoskeletal yang rendah dan belum diperlukan adanya tindakan terhadap keluhan musculoskeletal pekerja tersebut. Pekerja dengan keluhan musculoskeletal kategori sedang artinya pekerja tersebut merasakan keluhan musculoskeletal yang tergolong sedang dan mungkin diperlukan adanya tindakan untuk mengurangi keluhan musculoskeletal tersebut di kemudian hari agar keluhan tidak berlanjut sampai mengganggu pekerjaan. Keluhan musculoskeletal yang dialami penyortir tembakau pada tingkat keluhan sakit terbanyak berada pada punggung yaitu sebanyak 25 orang (83,3%). Keluhan sakit lain yang dialami pekerja yaitu pada pinggang, bokong, betis, leher bawah, bahu dan paha. Tingkat keluhan sangat sakit terbanyak berada pada betis yaitu sebanyak 5 orang (16,7%) dan keluhan sangat sakit lain berada pada pinggang, paha, bokong, pergelangan kaki, kaki, lengan atas, dan lutut. Tabel 1. Distribusi Frekuensi Penyortir Tembakau Variabel Kategori n % Umur 60 15 50 > 60 15 50 Masa Kerja 20 18 60 > 20 12 40 Keluhan Rendah 10 33,3 Musculoskeletal Sedang 20 66,7 Tinggi 0 0 Sangat Tinggi 0 0 Sikap Kerja Diabaikan 0 0 Rendah 8 26,7 Sedang 22 73,3 Tinggi 0 0 Sangat Tinggi 0 0 4

Tabel 2. Hubungan Sikap Kerja dengan Keluhan MSDs Keluhan Musculoskeletal Sikap Kerja Rendah Sedang N % N % Rendah 6 20 2 6,7 Sedang 4 13,3 18 60 Sig. (p) 0,007 Sikap kerja penyortir tembakau dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Gambar 1. Sikap Kerja Penyortir Pada gambar diatas menunjukkan sikap kerja penyortir tembakau, yaitu sikap kerja dengan posisi duduk yang tegang/kaku, posisi leher yang cenderung membungkuk dan posisi tubuh yang cenderung miring. Posisi kaki pekerja juga cenderung tidak stabil dan terkadang ditekuk atau bersila di tempat duduk. Penyortir tembakau juga bekerja dengan sikap duduk statis di bangku tanpa sandaran. Sikap kerja penyortir tembakau berada dalam kategori rendah dan sedang.ngan frekuensi Pekerja dengan kategori sedang yaitu sebanyak 22 orang (73,3%) dan Pekerja dengan kategori rendah yaitu sebanyak 8 orang (26,7 %). Pekerja dengan sikap kerja rendah artinya sikap kerja pekerja tersebut memiliki resiko yang rendah untuk terjadinya keluhan musculoskeletal dan belum diperlukan adanya tindakan untuk memperbaiki. sikap kerja tersebut agar tidak berlanjut keluhan kesehatan yang lebih berbahaya. Pekerja dengan sikap kerja sedang artinya sikap kerja pekerja tersebut memiliki resiko yang rendah untuk terjadinya keluhan musculoskeletal dan mungkin perlu dilakukan tindakan perbaikan terhadap sikap kerja pekerja tesebut agar tidak mengalami keluhan kesehatan yang lebih berbahaya. Hasil uji hubungan sikap kerja dengan keluhan musculoskeletal pada pekerja penyortir tembakau di kebun klumpang PT Perkebunan Nusantara II 2015 dapat dilihat pada tabel 2 diatas. Pekerja dengan sikap kerja kategori rendah dan mengalami keluhan rendah yaitu sebanyak 6 orang (20%) dan pekerja dengan sikap kerja kategori rendah dan mengalami keluhan sedang sebanyak 2 orang (6,7 %) sedangkan pekerja dengan sikap kerja kategori sedang dan mengalami keluhan rendah yaitu sebanyak 4 orang (13,3%) dan pekerja dengan sikap kerja kategori sedang dan mengalami keluhan sedang sebanyak 18 orang (60%). Hasil uji Chi Square menunjukkan nilai p = 0,007 dimana p < 0,05 artinya ada hubungan antara sikap kerja dengan keluhan musculoskeletal pada pekerja penyortir tembakau Kebun Klumpang Tahun 2015. Pada penelitian ini terdapat hubungan antara sikap kerja dengan keluhan musculoskeletal pada pekerja penyortir tembakau Kebun Klumpang PTPN II. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Bedu dkk (2013) pada 110 orang cleaning service di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara sikap kerja dengan keluhan 5

musculoskeletal. Penelitian lain yang dilakukan Munandar (2008) pada 90 orang tenaga kerja bagian produksi PT.Kresna Duta Agroindo Jambi juga menyatakan bahwa terdapat hubungan antara sikap kerja dengan keluhan musculoskeletal dimana tenaga kerja yang melakukan kerja dengan sikap kerja tidak alamiah lebih banyak mengalami gangguan muskuloskeletal (96%) dibandingkan dengan tenaga kerja yang bekerja dengan sikap kerja alamiah (4%). Penyortir tembakau merupakan kegiatan memilih daun tembakau berdasarkan tekstur, ukuran dan warna. Pekerjaan ini dilakukan selama 7 jam per hari dengan waktu kerja 07-16.00 dan waktu istirarahat sebanyak 3 kali yaitu pada pukul 09.00-09.30, pukul 11.00 selama 15 menit untuk mengistirahatkan mata dan pukul 12.30-14.00 untuk istirahat makan siang, dan pekerjaan dilakukan kembali pukul 14.00-16.00. Pekerjaan menyortir daun tembakau memerlukan keterampilan dan keahlian khusus sehingga pekerja yang bekerja sebagai penyortir tembakau telah bekerja dalam waktu yang lama. Hal tersebut dapat dilihat dari usia pekerja penyortir tembakau yang berada pada usia rata-rata 60 tahun. Umur dapat menjadi penyebab keluhan musculoskeletal sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Bedu dkk (2013) pada 110 orang cleaning service di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar menyatakan bahwa pekerja dengan usia > 30 tahun memiliki resiko terkena gangguan musculoskeletal lebih besar dibandingkan dengan pekerja dengan usia < 30 tahun. Keterampilan dan keahlian khusus penyortir tembakau juga didapat karena sudah bekerja selama bertahun-tahun sebagai penyortir tembakau. Hal tersebut dilihat dari hasil penelitian mengenai masa kerja penyortir tembakau rata-rata sudah bekerja selama 20 tahun. Masa kerja juga dapat menyebabkan keluhan musculoskeletal sejalan dengan penelitian yang dikemukakan oleh Hendra (2009) pada pekerja panen kelapa sawit yang menyatakan bahwa responden yang telah lama bekerja mengalami keluhan musculoskeletal tinggi sebesar 70% dan mengalami keluhan musculoskeletal rendah sebanyak 30%, sedangkan pekerja yang baru bekerja mengalami keluhan musculoskeletal tinggi sebesar 23,5% dan mengalami keluhan musculoskeletal rendah sebanyak 76,5%. Faktor-faktor seperti umur dan masa kerja dapat berpengaruh terhadap keluhan musculoskeletal pada penyortir tembakau. Faktor-faktor tersebut mungkin menyebabkan pekerja dengan sikap kerja yang beresiko rendah mengalami keluhan musculoskeletal tingkat sedang. Sebaliknya, faktor-faktor tersebut dapat menyebabkan pekerja dengan sikap kerja beresiko sedang mengalami keluhan musculoskeletal tingkat rendah. Sikap kerja penyortir tembakau termasuk sikap kerja yang tidak alamiah. Hal ini dilihat dari sikap kerja saat melakukan pekerjaan yaitu dengan sikap kerja duduk tegang/kaku dan terkadang tubuh sedikit miring dan cenderung membungkuk. Sikap duduk yang seperti itu merupakan penyebab adanya keluhan pada leher, punggung, pinggang dan bokong karena tekanan pada tulang belakang akan meningkat pada saat duduk dibandingkan dengan saat berdiri ataupun berbaring. Jika diasumsikan tekanan tersebut sekitar 100%; maka cara duduk yang tegang atau kaku (erect posture) dapat menyebabkan tekanan tersebut mencapai 140% dan cara duduk yang dilakukan dengan membungkuk ke depan menyebabkan tekanan tersebut sampai 190% (Nurmianto, 2004). Sikap kerja penyortir tembakau terkadang duduk dengan kaki yang ditekuk dibawah kaki kursi dan terkadang berlipat (bersila). Sikap kerja penyortir tembakau 6

merupakan sikap kerja statis karena berada pada posisi duduk dalam waktu yang lama. Hal tersebut dapat menimbulkan keluhankeluhan pada pekerja dikarenakan pada saat tubuh berada dalam posisi statis, akan terjadi penyumbatan aliran darah dan mengakibatkan pada bagian tersebut kekurangan oksigen dan glukosa dari darah. Selain itu, tubuh akan menghasilkan sisa metabolisme seperti asam laktat yang tidak dapat diangkut keluar akibat peredaran darah yang terganggu sehingga menumpuk dan menimbulkan rasa nyeri (Ulfah dkk, 2014). Pada saat melakukan pekerjaan menyortir tembakau, pekerja tersebut diharuskan menunduk dalam waktu yang lama. Hal tersebut dapat menyebabkan keluhan sesuai dengan pendapat Anies (2014) yang mengatakan bahwa arah penglihatan pekerja dengan sikap duduk adalah 32-44 derajat ke bawah. Arah tersebut sesuai dengan sikap kepala yang istirahat sehingga tidak mudah lelah. Menurut Anies (2014), dari sudut otot, sikap duduk yang paling baik adalah sedikit membungkuk. Namun, dari sudut tulang lebih baik tegak agar punggung tidak bungkuk dan otot perut tidak lemas. Untuk itu, dianjurkan memiliki sikap duduk yang tegak, diselingi istirahat dengan sedikit membungkuk. Pekerja dapat memanfaatkan waktu istirahat untuk melakukan relaksasi. Relaksasi setelah bekerja berguna untuk menghindari keluhan pada pekerja. Relaksasi yang dapat dilakukan misalnya pada tangan, dapat dilakukan dengan meluruskan tangan ke depan atau ke bawah atau dengan menggerak-gerakkan tangan selama 5 menit sehingga otot tangan tidak berkontraksi terus menerus. Sedangkan pada leher, relaksasi yang dapat dilakukan seperti mengerakkan leher dari bawah ke atas secara pelahan-lahan atau dengan menggerakkan leher ke bawah, ke atas, dan ke samping secara bergantian. Relaksasi juga perlu dilakukan pada kaki agar terhindar dari rasa lelah maupun sakit. Relaksasi yang dapat dilakukan pada kaki misalnya dengan berjalan sekitar 5 menit atau dengan menekuk kaki ke belakang selama 5-7 menit sehingga otot kaki mengalami relaksasi sebentar (Sinurat, 2011). Kesimpulan 1. Sikap kerja penyortir tembakau berdasarkan metode REBA berada dalam kategori rendah dan sedang. Pekerja dengan sikap kerja kategori rendah sebanyak 8 orang (26,7 %). 2. Pekerja penyortir tembakau dengan sikap kerja kategori sedang berjumlah 22 orang (73,3%).. 3. Pekerja penyortir tembakau yang mengalami keluhan musculoskeletal rendah berjumlah 10 orang (33,3%). 4. Pekerja penyortir tembakau yang mengalami keluhan musculoskeletal sedang berjumlah 20 orang (66,7%). 5. Terdapat hubungan antara sikap kerja dengan keluhan musculoskeletal pada penyortir tembakau dengan p=0,007< 0,05. Saran 1. Pekerja penyortir tembakau sebaiknya bekerja dengan sikap duduk yang tegak, diselingi istirahat dengan sedikit membungkuk. 2. Pekerja penyortir tembakau disarankan memanfaatkan waktu istirahat untuk melakukan relaksasi otot. 3. Relaksasi yang dapat dilakukan seperti : a. Meluruskan punggung setelah membungkuk dalam waktu yang lama. b. Menggerak-gerakkan tangan atau dengan meluruskan tangan ke depan atau ke bawah. 7

c. Memutar leher secara perlahan dari bawah, ke samping kemudian ke atas atau dengan menggerakkan leher ke atas dan ke bawah secara bergantian. d. Menggerakkan pinggang ke kiri dan ke kanan secara bergantian atau dengan meluruskan pinggang setelah membungkuk. e. Menggerakkan kaki dengan berjalan atau dengan menekuk kaki ke belakang. Daftar Pustaka Anies, 2014. Kedokteran Okupasi Berbagai Penyakit Akibat Kerja dan Upaya Penanggulangan dari Aspek Kedokteran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Bedu, H.H.S.; Russeng, S.S. ;Rahim, M.R. 2013. Faktor yang Berhubungan dengan Gangguan Musculoskeletal pada Cleaning Service RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Jurnal. Makassar: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.http://repository.unhas.ac.id/bits tream/handle. Diakses 7 Juni 2015. Bukhori, E. 2010. Hubungan Faktor Risiko Pekerjaan Dengan Terjadinya Keluhan Musculoskeletal Disorders (Msds) Pada Tukang Angkut Beban Penambang Emas Di Kecamatan Cilograng Kabupaten Lebak Tahun 2010. Skripsi. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.http://repository.uinjkt.ac.id/ds pace/handle/123456789/1224. Diakses 21 Februari 2015. Hendra dan Raharjo, S. 2009. Risiko Ergonomi dan Keluhan Muskuloskeletal Disorder pada Pekerja Panen Kelapa Sawit di Depok Tahun 2008. Skripsi. Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarkat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. http://perpus.fkm.uinjkt.ac.id/file_digital. Diakses 7 Juni 2015. ILO, 2014. Safety and Health at Work: A Vision for Sustainable Prevention. http://www.ilo.org/wcms_301214.htm. Diakses 4 Maret 2015. Munandar, A. 2009. Hubungan Sikap Kerja Tidak Alamiah dengan Keluhan Musculoskeletal pada Tenaga Kerja Bagian Produksi PT. Kresna Duta Argoindo Tahun 2008. Jurnal Poltekkes Jambi. Vol. 1 : 75-80. isjd.pdii.lppi.go.id/index.php. Diakses 7 Juni 2015. Nurmianto, E. 2004. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya: Penerbit Guna Widya. Sinurat, L. 2011. Gambaran Keluhan Muskuloskeletal Pada Pekerja Pembuat Roti Di U.D. Harum Manis Di Kecamatan Medan Tembung Tahun 2010. Skripsi. Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. repository.usu.ac.id /handle/123456789/26124. Diakses 21 Februari 2015. Ulfah, N.; Harwanti, S.; Nurcahyo, P.J. 2014. Sikap Kerja dan Resiko Musculoskeletal pada Pekerja Laundry. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 8, No. 7. jurnalkesmas.ui.ac.id/index.php/kesmas/arti cle/view/371. Diakses 26 Mei 2015. 8