BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kelompok atau masyarakat yang dapat dipengaruhi oleh terpenuhinya kebutuhan dasar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis multi dimensi yang melanda masyarakat saat. ini telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KONSEP DASAR. tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang. Gangguan jiwa adalah sebuah penyakit dengan. manifestasi dan atau ketidakmampuan psikologis atau perilaku yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsional berupa gangguan mental berulang yang ditandai dengan gejala-gejala

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),

BAB II TUNJAUAN TEORI. orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993)

BAB I PENDAHULUAN. lansia. Semua individu mengikuti pola perkemban gan dengan pasti. Setiap masa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan disability (ketidakmampuan) (Maramis, 1994 dalam Suryani,

BAB II KONSEP DASAR. serta mengevaluasinya secara akurat (Nasution, 2003). dasarnya mungkin organic, fungsional, psikotik ataupun histerik.

Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18. secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

RENCANA TESIS OLEH : NORMA RISNASARI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun baik stimulus suara,

BAB 1 PENDAHULUAN. pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering

BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN WAHAM DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial yang lengkap dan bukan hanya bebas dari penyakit atau. mengendalikan stres yang terjadi sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi,

BAB I PENDAHULUAN. perilaku, dan sosialisasi dengan orang sekitar (World Health Organization,

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

Pandeirot *, Istri**, Setyawan** Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan William Booth Surabaya ABSTRAK

Pandeirot *, Luluk Maulidah** Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan William Booth Jln. Cimanuk 20 Surabaya

Rakhma Nora Ika Susiana *) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1966 merupakan

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI. pengecapan maupun perabaan (Yosep, 2011). Menurut Stuart (2007)

BAB II TINJAUAN KONSEP

PROPOSAL TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK SOSIALISASI (TAKS : MENARIK DIRI) BAB I PENDAHULUAN

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMANDIRIAN PELAKSANAAN AKTIVITAS HARIAN PADA KLIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan sehat atau sakit mental dapat dinilai dari keefektifan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. terpisah. Rentang sehat-sakit berasal dari sudut pandang medis. Rentang

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Menarik Diri pada Lansia. mekanisme pertahanan diri yang dilakukan seseorang sebagai coping terhadap

BAB II TINJAUAN TEORI. (DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

BAB II TINJAUAN TEORI. maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang menggambarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN RESIKO BUNUH DIRI DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penuaan merupakan proses normal perubahan yang berhubungan dengan waktu,

BAB 1 PENDAHULUAN. melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kecacatan, atau kerugian (Prabowo, 2014). Menurut Videbeck (2008), ada

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya distress ( tidak nyaman, tidak tentram dan rasa nyeri ), disabilitas

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL PASIEN ISOLASI SOSIAL DI RUMAH SAKIT JIWA GRHASIA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika

INTISARI. Ni Wayan Margitri, Lilis Murtutik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gangguan kesehatan jiwa (Prasetyo, 2006). pasien mulai mengalami skizofenia pada usia tahun.

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengendalian diri serta terbebas dari stress yang serius. Kesehatan jiwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Interaksi Sosial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dicintai, putusnya hubungan sosial, pengangguran, masalah dalam pernikahan,

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi atau komunitas. ANA (American nurses

PROPOSAL Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Orientasi Realita

BAB I PENDAHULUAN. dikenali meliputi kausa pada area organobiologis, area psikoedukatif, dan area sosiokultural.

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dan kestabilan emosional. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan. pekerjaan, & lingkungan masyarakat (Videbeck, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. genetik, faktor organo-biologis, faktor psikologis serta faktor sosio-kultural.

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI-SENSORI TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PADA

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi berkepanjangan juga merupakan salah satu pemicu yang. memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan pada

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tidak muncul sama sekali. Namun jika kondisi lingkungan justru mendukung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku

Kepekaan Reaksi berduka Supresi emosi Penundaan Putus asa

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa Menurut World Health Organization adalah berbagai

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. sendiri. Kehidupan yang sulit dan komplek mengakibatkan bertambahnya

BAB I PENDAHULUAN. juga menimbulkan dampak negatif terutama dalam lingkungan sosial. Gangguan jiwa menjadi masalah serius di seluruh dunia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. emosi, pikiran, perilaku, motivasi daya tilik diri dan persepsi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat

PROPOSAL TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK (TAK) SOSIALISASI

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Jiwa menurut Rancangan Undang-Undang Kesehatan Jiwa tahun

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan manifestasi klinis dari bentuk penyimpangan perilaku akibat adanya distrosi emosi sehingga ditemukan ketidakwajaran dalam bertingkah laku. Gangguan jiwa berat ada tiga macam yaitu Schizofrenia, gangguan bipolar dan psikosis akut. Dengan Schizofrenia yang paling dominan yaitu sejumlah 1% hingga 3% warga dunia (Nasir & Muhith, 2011). Skizofrenia adalah gangguan multifaktorial perkembangan saraf yang dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan serta ditandai dengan gejala positif, negatif dan kognitif. Gejala psikotik ditandai oleh abnormalitas dalam bentuk dan isi pikiran, persepsi, dan emosi serta perilaku. Gejala yang dapat diamati pada pasien skizofrenia adalah penampilan dan perilaku umum, gangguan pembicaraan, gangguan perilaku, gangguan afek, gangguan persepsi, dan gangguan pikiran. Gejala kognitif sering mendahului terjadinya psikosis. Gejala positif (nyata) meliputi waham, halusinasi, gaduh gelisah, perilaku aneh, sikap bermusuhan dan gangguan berpikir formal. Gejala negatif (samar) meliputi sulit memulai pembicaraan, efek datar, berkurangnya motivasi, berkurangnya atensi, pasif, apatis dan penarikan diri secara sosial dan rasa tak nyaman (Videbeck, 2008). Pasien dengan skizofrenia cenderung menarik diri secara sosial (Maramis, 2009). Data dari Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2013 menunjukan 1,7 jiwa atau 1-2 orang dari 1.000 warga di Indonesia. Jumlah ini cukup besar, artinya 50 juta atau sekitar 25 % dari jumlah penduduk indonesia mengalami gangguan kesehatan jiwa dan provinsi Jawa Timur menunjuka 1

2 angka 2,2 jiwa berdasarkan data jumlah penduduk Jawa Timur yaitu 38.005.413 jiwa, maka dapat disimpulkan 83.612 jiwa yang mengalami gangguan jiwa di Jawa Timur. Salah satu gejala negatif dari skizofrenia sendiri adalah dapat menyebabkan klien mengalami gangguan fungsi sosial dan isolasi sosial: menarik diri. Kasus pasien gangguan jiwa yang mengalmi gejala isolasi sosial sendiri tergolong tinggi yaitu 72 % (Maramis, 2009). Jadi dapat disimpulkan bahwa gejaa terbanyak dari pasien skizofrenia adalah isolasi sosial: menarik diri sebagai akibat kerusakan afektif kognitif klien. Isolasi sosial sebagai salah satu gejala negatif pada skizofrenia dimana klien menghindari diri dari orang lain agar pengalaman yang tidak menyenangkan dalam berhubungan dengan orang lain tidak terulang lagi. Klien akan mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi sosial dengan orang lain disekitarnya. Perasaan ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain akan dirasakan oleh klien dengan isolasi sosial (Yosep, 2014). Klien dengan isolasi sosial dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain yang terdiri dari faktor predisposisi dan faktor presipitasi. Faktor predisposisi yang dapat menyebabkan seseorang mengalami isolasi sosial adalah adanya tahap pertumbuhan dan perkembangan yang belum dapat dilalui dengan baik, adanya gangguan komunikasi didalam keluarga, selain itu juga adanya norma-norma yang salah yang dianut dalam keluarga serta factor biologis berupa gen yang diturunkan dari keluarga yang menyebabkan gangguan jiwa. Selain faktor predisposisi ada juga factor

3 presipitasi yang menjadi penyebab adalah adanya stressor sosial budaya serta stressor psikologis yang dapat menyebabkan klien mengalami kecemasan (Prabowo, 2014). Perasaan negatif yang timbul setelahnya akan berdampak pada penurunan harga diri terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan yang ditandai dengan adanya perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat, percaya diri kurang dan juga dapat mencederai diri (NANDA, 2012). Dan konsep diri merupakan semua perasaan dan pemikiran seseorang mengenai dirinya sendiri, dimana hal ini meliputi kemampuan, karakter diri, sikap, tujuan hidup, kebutuhan dan penampilan diri (Videbeck, 2008). Akibat yang akan ditimbulkan dari perilaku isolasi sosial yaitu perubahan persepsi sensori: halusinasi, resiko tinggi terhadap kekerasan, dan harga diri rendah kronis. (Keliat, 2011). Perasaan tidak berharga menyebabkan pasien semakin sulit dalam mengembangkan hubungan dengan orang lain. Hal ini menyebabkan pasien menjadi regresi atau mundur, mengalami penurunan dalam aktivitas dan kurangnya perhatian terhadap penampilan dan kebersihan diri. Pasien akan semakin tenggelam dalam perjalanan dan tingkah laku masa lalu serta tingkah laku yang tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga berakibat lanjut seperti deficit perawatan diri, halusinasi yang akhirnya menyebabkan kekerasan dan tindakan bunuh diri (Dalami dkk, 2009). Masalah keperawatan jiwa dengan isolasi sosial dapat diatasi dengan tindakan psikofarmakologi dan non farmakologi. Dengan cara

4 psikofarmakologi dapat menggunakan Antipsikotik yang dikenal dengan neuroleptic yang digunakan adalah antagonis dopamine dan antaginis serotonin. Sedangkan mengatasi masalah isolasi sosial secara non farmakologi adalah dengan menerapkan tindakan Asuhan Keperawatan yang sesuai dengan Standar Operasional Perawatan dan menerapkan Terapi Aktivitas Kelompok jenis Sosialisasi (Yosep, 2014). Terapi aktivitas kelompok (TAK) merupakan salah satu terapi modalitas yang digunakan perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan jiwa yang sama untuk memantau dan meningkatkan pengaruh interpersonal antar anggota. Aktivitas digunakan sebagai terapi dan kelompok digunakan sebagi target asuhan. Didalam kelompok terjadi dinamaika interaksi saling bergantung, saling membutuhkan, dan menjadi laboratorium tempat klien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki perilaku lama yang maladaptif (Keliat & Akemat, 2014). Terapi aktivitas kelompok yang dikembangkan adalah sosialisasi, stimulasi persepsi, stimulasi sensori, dan stimulasi realita. Jenis TAK yang paling tepat digunakan untuk mencegah potensial perilaku kekerasan menjadi perilaku aktual adalah TAK Sosialisasi. Terapi aktivitas kelompok sosialisasi (TAKS) adalah upaya mefasilitasi kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial yang dilakukan dalam tujuh sesi secara bertahap. Tujuh sesi tersebut adalah 1)memperkenalkan diri;2)berkenalan dengan anggota kelompok;3)bercakap-cakap dengan anggota kelompok;4)menyampaikan dan membicarakan topik percakapan;5)menyampaikan dan membicarakan pribadi kepada orang lain;6)bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompok;

5 dan7)menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan TAK sosialisasi yang telah dilakukan.langkah langkah kegiatan yang dilakukan yaitu persiapan, orientasi, tahapkerja dan tahap terminasi. Setelah itupasien yang ikut terapi aktifitas kelompok sosialisasi dievaluasi terhadap kemampuan verbal dan kemampuan non verbal ( Keliat dan Akemat, 2014). Dalam jurnal yang ditulis Margitri dan Lilis (2010) tentang Efektivitas Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Terhadap Perubahan Perilaku Klien Isolasi Sosial, dengan metode penelitian Quasi Experimental, mengungkapkan adanya pengaruh terapi aktivitas kelompok dalam tujuh sesi terhadap perubahan perilaku isolasi sosial sebesar 79,9%. Dari hasil penelitian tersebut klien belajar untuk memperhatikan lingkungan, belajar tidak menyendiri, mengurangi waktu untuk melamun, belajar aktif berbicara, tidak menutup diri, memperbanyak kontak mata, belajar aktif terlibat dengan kegiatan kelompok, belajar merespon secara spontan, belajar untuk tampil rapi, mengurangi kesempatan untuk murung, mengurangi waktu tidur yang berlebihan, dan lain-lain. Hasil penelitian Margariti dan Lilis (2010) ini mendukung teori yang dikemukakan oleh Keliat dan Akemat (2009) dimana manfaat dari terapi aktivitas kelompok adalah menggunakan kegiatan untuk menfasilitasi interaksi, meningkatkan sosialisasi dengan lingkungan dan respon individu, disamping itu menurut pendapat mereka, bahwa terapi aktivitas kelompok sosialisasi merupakan upaya memfasilitasi kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial yang bertujuan dapat meningkatkan hubungan interpersonal klien dan kelompok secara bertahap. Oleh karena itu, berdasarkan uraian fakta dan masalah diatas, peneliti melakukan penelitian tentang gambaran kemampuan berinteraksi

6 sosial pasien dengan isolasis sosial dalam terapi aktivitas kelompok (TAK) sosialisasi di Rumah Sakit Jiwa Menur Provinsi Jawa Timur. 1.1. Rumusan Masalah Bagaimana gambaran kemampuan berinteraksi sosial pasien dengan isolasis sosial dalam terapi aktivitas kelompok (TAK) sosialisasi di Rumah Sakit Jiwa Menur Provinsi Jawa Timur. 1.2. Tujuan Penelitian 1.2.1. Tujuan Umum Mengetahui gambarankemampuan berinteraksi sosial pasien isolasi sosial dalam terapi aktivitas kelompok sosialisasi di Rumah Sakit Jiwa Menur Provinsi Jawa Timur. 1.2.2. Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi kemampuan klien memperkenalkan diripada kelompok isolasi sosial di Rumah Sakit Jiwa Menur Provinsi Jawa Timur. 2. Mengidentifikasi kemampuan klien berkenalan dengan anggota kelompok pada kelompok isolasi sosial di Rumah Sakit Jiwa Menur Provinsi Jawa Timur. 3. Mengidentifikasi kemampuan klien bercakap-cakap dengan anggota kelompok pada isolasi sosial di Rumah Sakit Jiwa Menur Provinsi Jawa Timur. 4. Mengidentifikasi kemampuan klien menyampaikan dan membicarakan masalah peribadi kepada orang lain pada kelompok isolasi sosial di Rumah Sakit Jiwa Menur Provinsi Jawa Timur.

7 5. Mengidentifikasi kemampuan klien mendiskusikan masalah pribadi kepada orang lain pada kelompok isolasi sosial di Rumah Sakit Jiwa Menur Provinsi Jawa Timur. 6. Mengidentifikasi kemampuan bekerjasama dalam permainan sosialisasi kelompok pada kelompok isolasi sosial di Rumah Sakit Jiwa Menur Provinsi Jawa Timur. 7. Mengidentifikasi kemampuan klien menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan TAK sosialisasi pada kelompok isolasi sosial di Rumah Sakit Jiwa Menur Provinsi Jawa Timur. 8. Menggambarkan kemampuan pasien untuk melakukan interaksi sosial. 1.3. Manfaat 1.3.1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat dalam bidang keperawatan jiwa khususnya tentang terapi aktivitas kelompok sosialisasi pada klien dengan isolasi sosial. 1.3.2. Manfaat Praktis 1. Bagi pelayanan keperawatan Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan referensi dalam ilmu keperawatan bagi profesi keperawatan dalam mengembangkan keperawatan jiwa terutama mengenai terapi aktivitas kelompok sosialisasi pada klien isolasi sosial.

8 2. Bagi klien isolasi sosial Penelitian ini dapat menjadi modal pasien untuk melatih interaksi sosial dalam kehidupan sehari-hari. 3. Bagi keluarga klien Penelitian ini dapat menjadi modal keluarga untuk melatih pasien berinteraksi sosial dalam kehidupan sehari-hari.