BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mengutip Laswell, dalam bukunya yang berjudul Manusia Komunikasi, Komunikasi Manusia (2008:461), Dahlan mengungkapkan akan salah satu fungsi media massa sebagai alat sosialisasi nilai-nilai. Fungsi sosialisasi media massa di sini kemudian merujuk pada upaya pewarisan nilai-nilai dari satu generasi ke generasi lainnya, atau dari satu kelompok ke kelompok lainnya (Dahlan, 2008:461). Mengacu pada fungsi tersebut, dalam pengertian sederhana, media massa selanjutnya dipahami sebagai alat teknis yang diberdayakan untuk berkomunikasi dari sebuah sumber tertentu kepada sejumlah orang atau khalayak yang anonim. Dalam perkembangannya, media massa terbagi ke dalam beberapa klasifikasi berdasarkan bentuknya. WAcaNa: Jurnal Ilmu Pengetahuan Budaya (Kasijanto, 2008:288) selanjutnya mengategorikan media massa ke dalam dua kelompok, yakni media cetak yang meliputi surat kabar, majalah, buku, pamflet, billboard, dan alat-alat teknis lainnya yang membawa pesan kepada massa dengan cara menyentuh indera penglihatan. Sementara itu, jenis kedua, yakni media elektronik terbagi lagi menjadi dua kelompok, mencakup (a) program radio dan rekaman 1
yang menyentuh indera pendengaran dan (b) program televisi, gambar bergerak, serta rekaman video yang menyentuh indera pandang-dengar. Berdasarkan klasifikasi tersebut, tidak dapat dimungkiri bahwa seringkali pengertian media massa hanya dipahami sebatas koran, surat kabar, radio, televisi, ataupun internet. Padahal, jika dirunut lebih dalam, khususnya melalui pembagian media massa dalam artian luas, jenis media massa lain, dalam hal ini khususnya buku, juga memiliki dampak positif. Hal ini menjadi sebuah masalah yang mendasar, apalagi jika dikaitkan dengan fungsinya sebagai jendela ilmu, yakni sarana dalam menambah pengetahuan. Melalui keberadaan buku, berbagai macam peristiwa masa lalu, hari ini, atau yang akan datang dapat diketahui oleh masyarakat luas. Perhatian akan pemanfaatan buku sebagai bentuk media massa yang memiliki fungsi positif dalam proses sosialisasi nilai-nilai juga dapat dikatakan masih sedikit. Apalagi jika menyangkut proses sosialisasi nilai melalui buku cerita, terutama anak-anak. Hal tersebut dapat dibuktikan bahwa berdasar konteks kajian media massa kontemporer di Indonesia, buku, khususnya buku cerita anak-anak relatif mendapat tempat yang kecil sebagai objek kajian, apalagi jika buku cerita tersebut terkait dengan aspek budaya masa lalu di Indonesia. Berdasarkan hasil penelusuran dan pengamatan peneliti, hampir tidak ditemukan kajian ilmiah seperti studi skripsi atau tesis tentang buku cerita yang terkait dengan aspek budaya masa lalu di Indonesia, khususnya buku cerita anak. Padahal, dalam konteks komunikasi dan budaya, keberadaan buku cerita dapat dikatakan sebagai representasi dari fungsi sosial media massa yang terkait dengan 2
sosialisasi nilai-nilai antar generasi di masyarakat. Hal tersebut kemudian dapat menjadi gambaran bahwa studi akan kajian buku, terutama buku cerita, terlepas dari fungsinya dalam sosialisasi nilai-nilai, tidak dapat diingkari, masih memiliki tempat yang sedikit. Merujuk pada kenyataan yang sudah digambarkan sebelumnya, untuk itu peneliti memilih kajian akan teks berupa buku cerita anak-anak. Buku cerita yang dipilih oleh peneliti sendiri kemudian memiliki keterkaitan dengan kebudayaan, yakni berupa buku cerita rakyat yang termasuk dalam kategori folklor, yang dalam pengertiannya mengacu pada segala produk kebudayaan yang disampaikan secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi lainnya. Dalam hal ini, tokoh Aji Saka adalah salah satunya. Kehadirannya di masyarakat masa kini mungkin hanya dikenal dalam susunan alfabetik aksara Jawa (hanacaraka) berikut sistem penanggalan tahun yang dikenal sebagai Tahun Saka. Padahal, jika digali lebih dalam, kisah yang terkandung dalam folklor tokoh Aji Saka memiliki makna dan simbol-simbol yang lebih dalam sekaligus filsafat pengetahuan yang berharga bagi perkembangan kebudayaan masyarakat Jawa, sebagai mayoritas penduduk di Indonesia. Hal yang sama pun diungkapkan oleh Suwardi Endraswara, dalam bukunya yang berjudul Falsafah Hidup Jawa (2012:208). Lebih lanjut, Ia mengungkapkan bahwa kisah Aji Saka sendiri menjadi pusat keyakinan yang membuka pikiran. Tak dapat diingkari, tokoh yang belum diyakini kebenarannya ini dipercaya sebagai pembuka pengetahuan dan karena telah menciptakan sistem aksara Jawa, sebuah sistem penulisan baru yang sebelumnya masih menggunakan huruf Pallawa dengan bahasa Sansekerta. 3
Carakan Jawa sendiri, secara tersirat kemudian dipercaya sebagai gambaran teologi Jawa. Paham inilah yang kemudian diikuti oleh penganut mistik kejawen dari dulu hingga sekarang (Suwardi Endraswara, 2012:210). Seiring berjalannya waktu, folklor Aji Saka yang kemudian dapat diklasifikasikan ke dalam jenis cerita rakyat, berkembang menjadi berbagai versi. Bahkan, ketika peneliti mencoba menelusuri periode sebelum dan setelah reformasi, terdapat perbedaan yang timbul dari segi substansi, alur cerita, dan lain sebagainya. Hal ini tentu menjadi sebuah masalah, mengingat dalam proses komunikasi dan sosialisasi, pemahaman bersama hanya akan tercapai jika terdapat kesamaan persepsi antara komunikator dan komunikan. Adapun penelitian ini sendiri dibuat sebagai upaya pemahaman tentang pentingnya memahami sejarah masa lalu dalam konteks komunikasi dan budaya di Indonesia melalui narasi buku cerita. Hal tersebut tentu penting, mengingat bahwa keberadaan versi berbeda berpotensi menimbulkan kegamangan, ketidaksamaan, serta keragu-raguan dalam proses pengenalan dan pemahaman identitas bangsa. Oleh sebab itu, peneliti kemudian mengambil unit analisis berupa buku-buku yang berbasis pada cerita rakyat yang memuat kisah tentang sosok Aji Saka sebagai sarana dalam menunjang penelitian. Pemilihan buku cerita sebagai unit analisis terkait dengan fungsinya menyebarluaskan nilai, kemudian tidak terlepas dari adanya pemahaman bahwa bagaimanapun juga, pengarang memiliki andil dalam mengkonstruksikan isi/ pesan. Hal ini terlihat dari adanya keragaman versi yang telah ditemukan peneliti sebelumnya. Untuk itu, dalam penelitian ini, buku-buku tersebut dibedakan dalam 4
dua kurun waktu berbeda, yakni tahun 1976 yang masuk dalam kategori periode Orde Baru serta buku yang berasal dari tahun 2008, 2010, 2011, dan 2013 sebagai unit analisis yang kemudian masuk ke dalam kategori periode Reformasi. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar perbedaan versi antara satu buku dengan yang lain dalam rangka mendapatkan interpretasi, mengingat bahwa bagaimanapun juga, buku sebagai alat efektif sosialisasi tetap dibangun atas proses konstruksi penciptanya. Penelitian ini kemudian dibuat dengan tujuan memberikan interpretasi mengenai cerita rakyat Aji Saka sebagai salah satu jenis folklor, yang terdapat dalam buku cerita anak-anak, memberikan gambaran bagaimana pola-pola yang tercermin dari masing-masing buku, juga makna lebih lanjut serta nilai-nilai yang tertuang dalam folklor Aji Saka. Karenanya, dalam proses analisis buku cerita yang memuat kisah folklor tersebut, peneliti akan menggunakan teori hermeneutika dengan empat konsep yang disampaikan oleh Gadamer, yakni bildung, sensus communis, pertimbangan, dan taste atau selera. Proses interpretasi cerita rakyat sebagai bagian dari folklor dalam buku cerita dengan menggunakan hermeneutika selanjutnya diharapkan dapat menghasilkan sejumlah pemaknaan yang dapat memunculkan fenomena tertentu yang terjadi di balik sebuah cerita rakyat. Hal ini sejalan dengan yang disampaikan oleh Gadamer, dikutip oleh Sumaryono (2007:83) saat menyatakan bahwa interpretasi sedikitnya memuat tiga hal, yaitu (1) vorhabe, adalah interpretasi menurut yang kita miliki, (2) vorsicht, artinya interpretasi berdasarkan yang dilihat, dan (3) vorgriff adalah interpretasi terhadap apa yang akan diperoleh kemudian. 5
Dengan demikian, penelitian ini dilakukan sebagai upaya peneliti dalam proses interpretasi dan pemahaman lebih lanjut buku cerita rakyat sebagai bagian dari sebuah proses sosialisasi nilai-nilai, yang dalam hal ini terkait dengan aspek budaya dan masyarakat. Hal ini tentu penting mengingat dalam sebuah cerita rakyat, tertuang nilai-nilai, falsafah hidup, serta norma dan ajaran sebagai pedoman berperilaku sebuah bangsa yang harus dilestarikan. Karenanya, diharapkan penelitian ini dapat memberikan kesadaran akan sebuah tanggung jawab besar, yakni sebuah tanggung jawab tiap-tiap individu untuk menjaga dan melestarikan, bukan hanya cerita rakyat sebagai bagian dari folklor, melainkan seluruh warisan kebudayaan, seperti yang terangkum dalam sebuah pepatah Jawa yang berbunyi: Sopo sing ngunjukne celono nek dudu sing nggawe. (Siapa yang mengangkat celana, kalau bukan yang memakai celana tadi). 1.2 Masalah Penelitian (Urgensi Penelitian) Masalah penelitian atau urgensi penelitian dalam penelitian ini adalah bahwa peneliti ingin memberikan interpretasi narasi yang digambarkan dalam sebuah cerita rakyat yang tertuang dalam buku cerita berdasar pendekatan hermeneutika, memaparkan pola-pola yang terkandung dalam masing-masing buku cerita, serta makna dan nilai-nilai yang terkandung dalam buku cerita rakyat Aji Saka. Hal ini dilakukan sebagai upaya memahami fungsi buku cerita dalam kaitannya sebagai bentuk media massa yang berfungsi dalam proses sosialisasi nilai-nilai dari satu generasi ke generasi lain. Melalui penelitian ini, peneliti kemudian ingin menguraikan dan memenuhi tiga kebutuhan pengetahuan mengenai fungsi buku 6
cerita rakyat, mencakup: 1) bagaimana narasi yang digambarkan, 2) bagaimana pola-pola yang tertuang, dan 3) bagaimana makna dan nilai-nilai moral yang disampaikan pada masing-masing buku cerita. 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan memaparkan narasi yang digambarkan melalui pendekatan hermeneutika, sekaligus memberikan gambaran bagaimana pola-pola yang terkandung dengan perbandingan persamaan berikut perbedaan, serta makna berupa nilai-nilai moral yang ingin disampaikan pada masing-masing buku cerita tersebut, terkait dengan salah satu fungsi buku sebagai media massa, yakni sarana sosialisasi nilai-nilai. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Secara teoritis, diharapkan penelitian ini berguna untuk mengembangkan kajian ilmu komunikasi di bidang hermeneutika, khususnya dalam kajian buku cerita rakyat, sehingga mampu menjadi acuan bagi studistudi berikutnya. 1.4.2 Manfaat Praktis-Akademis Diharapkan penelitian ini memiliki manfaat untuk menambah wawasan dalam perkembangan pengetahuan mengenai pola, makna, dan nilai-nilai yang terdapat dari sebuah legenda atau mite dari sebuah buku cerita rakyat. 7
1.4.3 Manfaat Masyarakat Penelitian diharapkan berguna bagi masyarakat dalam memberikan pengetahuan mengenai narasi, pola, dan makna dari legenda atau cerita rakyat yang terkandung dalam sebuah buku cerita. 8