ANALISIS PERBANDINGAN DAN ANALISIS SUMBER SERTA PENGGUNAAN DANA PADA APBDESA SLEMANAN

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS PERBANDINGAN DAN ANALISIS SUMBER SERTA PENGGUNAAN DANA PADA APBDESA SLEMANAN KECAMATAN UDANAWU KABUPATEN BLITAR TAHUN

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil kesimpulan dapat disimpulkan bahwa : 2. Pengeluaran (belanja) Kabupaten Manggarai tahun anggaran 2010-

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG

ANALISIS BELANJA DAERAH PADA PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA TAHUN ANGGARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Keywords : income, improvement, local, government, original, tax

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. dan Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan dan pengeluaran yang terjadi dimasa lalu (Bastian, 2010). Pada

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. arah dan tujuan yang jelas. Hak dan wewenang yang diberikan kepada daerah,

Brian Sagay, Kinerja Pemerintah Daerah KINERJA PEMERINTAH DAERAH DALAM PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA KABUPATEN MINAHASA SELATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 17 TAHUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sendiri berdasarkan pada prinsip-prinsip menurut Devas, dkk (1989) sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOGIRI,

BAB II LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan reformasi birokrasi

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG

IMPLEMENTASI AKUNTANSI KEUANGAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 22 TAHUN 2006 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR,

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

B U P A T I N G A W I PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI,

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

BUPATI TULUNGAGUNG PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

PENGELOLAAN PENDAPATAN ASLI DESA (Studi Kasus di Desa Ngombakan Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo Tahun 2014)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menciptakan pemerintahan Indonesia yang maju maka harus dimulai

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

KEPALA DESA CINTAKARYA KABUPATEN BANDUNG BARAT

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DI KABUPATEN BANYUWANGI

MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB VI PENUTUP. pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: (1) ratarata

BUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

ANALISIS EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA (APBDesa) Umi Yunianti Universitas PGRI Yogyakarta

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8 TAHUN TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DI KABUPATEN BLORA

BAB I PENDAHULUAN. berbagai hal, salah satunya pengelolaan keuangan daerah. Sesuai dengan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan, pelaporan dan evaluasi anggaran pada sebuah organisasi. Laporan

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA BUPATI JEMBRANA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2006 NOMOR : 9 SERI : E.6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 9 TAHUN 2006 TENTANG KEUANGAN DESA

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KOTA GORONTALO (Studi Kasus Pada DPPKAD Kota Gorontalo) Jurusan Akuntansi Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK

Pengelolaan Keuangan Desa Blitar, 30 September 2016

ANALISIS KINERJA KEUANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) KABUPATEN KLATEN TAHUN

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 14 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAHKABUPATEN BREBES NOMOR 004 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES

ANALISIS KEMANDIRIAN DAN EFEKTIVITAS KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BIREUEN. Haryani 1*)

BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA

BAB I PENDAHULUAN. baik pusat maupun daerah, untuk menciptakan sistem pengelolaan keuangan yang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 25 TAHUN 2015 SERI

BAB I PENDAHULUAN. tertentu berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 26

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 18 TAHUN 2000 SERI D NOMOR SERI 13

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DESA

BAB I PENDAHULUAN. Tap MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaran Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan akuntansi sektor publik di Indonesia semakin pesat

ANALISIS RASIO KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PURWOREJO PERIODE

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAKPRIVATE NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN ANGGARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada penyelenggaraan pemerintahan desa banyak mengalami. kendala khususnya dalam hal keuangan. Untuk mengatasi perihal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. pendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Karena itu, belanja daerah dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN. setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yaitu Undang-Undang

BAB 1 PENDAHULUAN. Otonomi daerah adalah suatu konsekuensi reformasi yang harus. dihadapi oleh setiap daerah di Indonesia, terutama kabupaten dan kota

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

Disusun Oleh B PROGRAM

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa lalu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyusunan RKP-Des RKP Desa RKP Desa

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS PERKEMBANGAN KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH. (Studi Kasus Kabupaten Klaten Tahun Anggaran )

ANALISIS KEMANDIRIAN FISKAL DALAM UPAYA MENDUKUNG PELAKSANAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI KABUPATEN INDRAGIRI HULU

BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI REMBANG NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

BUPATI SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan desentraliasasi fiskal, Indonesia menganut sistem pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. keuangan negara. Hal ini diindikasikan dengan telah diterbitkannya Undangundang

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH BOJONEGORO DAN JOMBANG TAHUN

BUPATI GUNUNGKIDUL PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 01 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA

WALIKOTA TIDORE KEPULAUAN

Kemampuan anggaran pendapatan desa: studi komparatif pada Desa Tanjung Mulia dan Desa Ujung Tanjung di Kecamatan Bahar Selatan Kabupaten Muaro Jambi

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG KEUANGAN DAN ASET DESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan akuntansi sektor publik, khususnya di indonesia

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG,

EVALUASI RETRIBUSI PASAR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN BREBES PADA TAHUN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan aspek transparansi dan akuntabilitas. Kedua aspek tersebut menjadi

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan oleh Pemda untuk melaksanakan wewenang dan tanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi pada bidang politik mulai merambah pada bidang

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

Transkripsi:

ANALISIS PERBANDINGAN DAN ANALISIS SUMBER SERTA PENGGUNAAN DANA PADA APBDESA SLEMANAN Dyah Purwitasari *) Sri Witurachmi 1 ) Muhtar 2 ) *Pendidikan Ekonomi-BKK Akuntansi, FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta, 57126, Indonesia Dytasari@yahoo.co.id Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kinerja keuangan Desa Slemanan dengan menggunakan analisis perbandingan dan analisis sumber serta penggunaan dana. Penelitian ini merupakan Penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian adalah Pemerintah Desa Slemanan. Teknik pengumpulan data dengan wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Validitas data menggunakan teknik triangulasi sumber dan metode. Analisis data dengan menggunakan teknik analisis perbandingan dan analisis sumber serta penggunaan dana. Hasil penelitian menunjukan bahwa kinerja keuangan Desa Slemanan berdasarkan analisis perbandingan dan analisis sumber dan penggunaan dana menunjukkan kinerja keuangan yang cukup baik, dapat ditunjukkan baik pada kinerja pendapatan desa maupun kinerja belanja desa. Simpulan penelitian ini adalah analisis perbandingan dan analisis sumber serta penggunaan dana dapat digunakan untuk mengetahui kinerja keuangan Desa (APBDesa) Slemanan. Kata kunci : Analisis Perbandingan, Sumber dan Penggunaan Dana Abstract: The purpose of this study was to determine the financial performance of the Slemanan village by using comparative analysis and analysis of the sources and uses of funds. This research is a qualitative descriptive study. Subject were Slemanan village government. Data collection techniques used were interviews, observation, and documentation. The data validity is checked by using triangulation techniques of sources and methods. Data analysis was performed by using comparative analysis techniques and analysis of sources and uses of funds. Results of this study indicate that the village s financial performance in Slemanan based on comparative analysis and analysis of sources and uses of funds shows that financial performance is quite good, which can be shown either on the income and expenditure performance of the village. Conclusions of this study is a comparative analysis and analysis of sources and uses of funds can be used to determine the financial performance of village (APBDesa) in Slemanan. Keywords: Comparative Analysis, Sources and Uses Of Funds

PENDAHULUAN Terwujudnya akuntabilitas merupakan tujuan utama dari reformasi sektor publik. Secara umum akuntabilitas diartikan sebagai sebuah bentuk kewajiban untuk mempertanggungjawabkan sebuah keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan organisasi dalam mencapai sasaran yang telah diterapkan untuk periode-periode sebelumnya yang dilakukan secara periodik. Terkait dengan tugas untuk menegakkan akuntabilitas keuangan, khususnya di daerah, pemerintah daerah bertanggung jawab untuk mempublikasikan laporan keuangan kepada pemangku kepentingannya. Menurut Mustofa (2012: 4) akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah dapat diartikan sebagai wujud pertanggungjawaban pemerintah daerah berkenaan dengan pengelolaan keuangan daerah atas keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah kepada publik secara terbuka dan jujur melalui media berupa penyajian laporan keuangan yang dapat diakses oleh berbagai pihak yang berkepentingan dengan anggapan bahwa publik berhak mengetahui informasi tersebut. Transparansi pengelolaan keuangan pemerintah daerah merupakan tuntutan publik yang harus direspon secara positif. Sejalan dengan pendapat Khafid (2009: 99-100) yang menyatakan bahwa upaya pemerintah daerah untuk menerapkan sistem akuntansi pemerintah daerah untuk mendukung terciptanya good governance tidaklah mudah. Hal itu dikarenakan masih terdapat kendala, yaitu: (1) Pemerintah Daerah yang sangat familiar dengan sistem anggaran tradisional (line-item budgeting), (2) sistem anggaran yang belum berdasarkan kinerja, (3) masih kurangnya kepedulian para manajer di lingkungan pemerintah daerah untuk mendasarkan keputusannya pada informasi keuangan, (4) masih terdapat banyak daerah yang tidak memiliki dana untuk memberikan pelayanan minimum bagi masyarakatnya. Pemerintah Daerah mempunyai kewenangan mengawasi pemerintah desa melalui wakil-wakilnya di desa. Melalui pengawasan yang dilakukan wakil-wakilnya di Desa, Pemerintah Desa dianjurkan dan diharuskan menyusun serta mempublikasikan APBDesa sebagai bentuk akuntabilitas publik atas kinerjanya. Desa merupakan sebuah intitusi legal formal, oleh karena itu ada kewenangan penuh bagi desa dalam mengelola keuangannya, dan ada kewajiban desa menyusun APBDesa dan mempertanggungjawabkan pelaksanaannya, serta ketika banyak program/kegiatan yang langsung diarahkan ke desa baik oleh 2

Pemerintah Pusat dan Daerah maupun lembaga lain, maka Desa perlu atau harus menyusun APBDesa. Berdasarkan Undangundang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang dimaksud Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Penyelenggaraan urusan Pemerintahan Desa yang menjadi kewenangan Desa didanai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa), bantuan Pemerintah Pusat dan bantuan Pemerintah Daerah. Penyelenggaraan urusan Pemerintah Daerah yang diselenggarakan oleh Pemerintah Desa didanai dari APBD. APBDesa terdiri atas bagian Pendapatan Desa, Belanja Desa dan Pembiayaan. Adapun menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 pendapatan Desa terdiri atas: Pendapatan Asli Desa, Bagi hasil Pajak Daerah Kabupaten/Kota, Bagian dari retribusi Kabupaten/Kota, Alokasi dana desa, Bantuan keuangan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota dan desa lainnya, Hibah dan sumbangan pihak ketiga. Belanja desa terdiri atas: belanja langsung yang terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa, belanja modal; belanja tidak langsung yang terdiri dari belanja pegawai/penghasilan tetap, belanja subsidi, belanja hibah (pembatasan hibah), belanja bantuan sosial, belanja bantuan keuangan, dan belanja tak terduga. Untuk pembiayaan desa terdiri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan. Rancangan APBDesa dibahas dalam musyawarah perencanaan pembangunan desa. Kepala Desa bersama BPD menetapkan APBDesa setiap tahun dengan Peraturan Desa. Oleh karena itu, mempelajari keuangan desa tidak dapat terlepas dari mempelajari keuangan secara umum meskipun sangat terbatas (Surianingrat, 1976: 23). Berdasarkan uraian atau penjelasan mengenai penyelenggaraan urusan Pemerintahan Desa, maka penulis tertarik untuk menganalisis tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa), dan sebagai objek penelitiannya digunakan APBDesa Slemanan tahun 2009, 2010, dan 2011. Desa Slemanan merupakan desa yang terletak di kecamatan Udanawu kabupaten Blitar propinsi Jawa Timur. APBDesa Slemanan dari tahun ke tahun selalu mengalami perubahan, misalnya dari tahun 2009-2011: pada tahun 2009 APBDesa sebesar Rp 194.757.000,00, kemudian pada tahun 2010 anggarannya naik menjadi Rp 245.964.000,00 namun 3

pada tahun 2011 mengalami penurunan menjadi Rp 239.763.000,00. Masyarakat Desa Slemanan secara umum tidak mengetahui bagaimana realisasi APBDesa yang telah dijalankan oleh Aparatur Desa, sehingga dalam penyusunan APBDesa ini masih ditemukan kurang adanya transparansi dalam pengelolaan keuangan desa. Hal ini dapat dikatakan bahwa pertanggungjawaban Aparatur Desa Slemanan atas sebuah keberhasilan atau kegagalan dalam mencapai sasaran yang telah diterapkan dalam APBDesa tidak disajikan secara transparan. Selain itu kondisi seperti ini terjadi karena masyarakat desa setempat tidak tahu akan pentingnya akuntabilitas keuangan desa, sehingga para Aparatur Pemerintah Desa didalam mengalokasikan anggaran masih ditemukan adanya inefisiensi anggaran, sebab bagaimana dana itu digunakan dan bagaimana kebutuhan dana tersebut dibelanjai tidak diungkapkan secara terbuka kepada publik. Adanya suatu transparansi dalam pengelolaan keuangan Desa akan dapat diketahui sejauh mana Pemerintah Desa Slemanan telah melakukan efisiensi anggaran, menghindari pengeluaran yang tidak perlu dan pengeluaran yang tidak tepat sasaran. Transparansi pengelolaan keuangan desa Slemanan sebagai wujud pertanggungjawaban kinerja keuangan desa kepada masyarakat harus disajikan secara terbuka dan jujur dalam bentuk laporan akuntabilitas publik. Pemerintah yang akuntabel merupakan pemerintah yang dapat dipercaya dan bertanggung jawab dalam mengelola sumber daya publik. Pertanggungjawaban tersebut tidak cukup dengan laporan lisan saja, namun perlu didukung dengan laporan pertanggungjawaban tertulis berupa penyajian laporan keuangan atas kinerja yang telah dicapai. Oleh karena tidak semua pengguna laporan keuangan memahami akuntansi dengan baik, sementara mereka akan mengandalkan informasi keuangan itu untuk pembuatan keputusan, maka ketidakmampuan memahami dan menginterpretasikan laporan keuangan tersebut perlu dibantu dengan analisis laporan keuangan terhadap anggaran yang telah ditetapkan dan dilaksanakan. Analisis laporan keuangan dimaksudkan untuk membantu bagaimana cara memahami laporan keuangan, bagaimana menafsirkan angka-angka dalam laporan keuangan, bagaimana mengevaluasi laporan keuangan, dan bagaimana menggunakan informasi keuangan untuk pengambilan keputusan. Terdapat beberapa metode dan teknik dalam analisis laporan keuangan, teknik yang dapat digunakan untuk menganalisis laporan keuangan antara lain adalah analisis perbandingan dan analisis 4

sumber serta penggunaan dana. Munawir dan Riyanto (2001: 36) mendefisikan analisis perbandingan sebagai metode dan teknik analisa dengan cara memperbandingkan laporan keuangan untuk dua periode atau lebih, dengan menunjukkan data absolut atau jumlah-jumlah dalam rupiah, kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiah, kenaikan atau penurunan dalam prosentase, perbandingan yang dinyatakan dengan ratio, dan prosentase dari total. Analisa dengan menggunakan metode ini akan dapat diketahui perubahanperubahan yang terjadi, dan perubahan mana yang memerlukan penelitian lebih lanjut. Dana sangat berperan dalam menentukan kelancaran kegiatan organisasi atau perusahaan, maka aliran dana harus direncanakan dan diawasi dengan baik, baik penerimaannya (sumber-sumbernya) maupun penggunaannya (pengeluarannya). Sumber dan penggunaan dana ada yang berifat rutin atau terus-menerus dan ada pula yang bersifat insidental atau tidak terusmenerus. Untuk memperdalam pemahaman mengenai sumber dan penggunaan dana, Jumingan (2006: 96) mengemukakan laporan sumber dan penggunaan dana disusun untuk menunjukkan perubahan dana selama satu periode dan memberikan alasan mengenai perubahan dana tersebut dengan menunjukkan dari mana sumber-sumber dana dan penggunaannya. Laporan sumber dan penggunaan dana menggambarkan atau menunjukkan aliran atau gerakan dana, yaitu sumber-sumber penerimaan dan penggunan dana dalam periode yang bersangkutan. Menurut Alwi (1994: 349) analisis sumber dan penggunaan dana adalah merupakan alat penting bagi finansial manager, untuk mengetahui aliran dana, dari mana aliran dana tersebut dan ke mana dana itu digunakan. Maksud utama dari analisa tersebut adalah untuk mengetahui bagaimana dana digunakan dan bagaimana kebutuhan dana tersebut dibelanjai. Hasil dari perhitungan analisis perbandingan dan sumber serta penggunaan dana perlu diinterpretasikan, sehingga dapat dievaluasi kinerja keuangan organisasi dan selanjutnya dilakukan pengambilan keputusan tertentu. Penggunaan analisis perbandingan dan analisis sumber serta penggunaan dana pada sektor publik khususnya terhadap APBDesa masih sangat terbatas atau belum banyak dilakukan, sehingga secara teori belum ada kesepakatan bulat mengenai nama dan kaidah pengukurannya. Meskipun demikian, dalam rangka pengelolaan keuangan daerah yang transparan, jujur, demokratis, efektif, efisien, dan akuntabel, analisis perbandingan dan sumber serta penggunaan dana terhadap APBDesa perlu dilaksanakan meskipun kaidah akuntansi dalam APBDesa berbeda dengan laporan keuangan yang dimiliki 5

perusahaan, baik perusahaan publik ataupun swasta. Berdasarkan pada pemaparan sebelumnya, maka penelitian ini mengambil judul ANALISIS PERBANDINGAN DAN ANALISIS SUMBER SERTA PENGGUNAAN DANA PADA APBDESA SLEMANAN KECAMATAN UDANAWU KABUPATEN BLITAR TAHUN 2009-2011. Berdasarkan pemaparan sebelumnya, maka dapat dirumuskan 1) Bagaimana kinerja keuangan Desa Slemanan Kecamatan Udanawu Kabupaten Blitar tahun 2009-2011 dengan menggunakan analisis perbandingan? ; 2) Bagaimana kinerja keuangan Desa Slemanan Kecamatan Udanawu Kabupaten Blitar tahun 2009-2011 dengan menggunakan analisis sumber dan penggunaan dana?. Sesuai latar belakang dan rumusan masalah, dapat diketahui tujuan penelitian ini adalah 1) Untuk mengetahui kinerja keuangan Desa Slemanan Kecamatan Udanawu Kabupaten Blitar tahun 2009-2011 dengan menggunakan analisis perbandingan; 2) Untuk mengetahui kinerja keuangan Desa Slemanan Kecamatan Udanawu Kabupaten Blitar tahun 2009-2011 dengan menggunakan analisis sumber dan penggunaan dana. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di kantor Kepala Desa Slemanan. Jadwal pelaksanaan penelitian dilaksanakan dari bulan Januari sampai bulan Mei 2013. Subyek penelitian adalah Pemerintah Desa Slemanan. Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif berupa data mengenai gambaran umum desa, struktur dan uraian tugas masing-masing bagian dalam organisasi, strategi dan arah kebijakan pembangunan desa. Data kuantitatif berupa data APBDesa dan realisasi APBDesa Slemanan tahun anggaran 2009-2011 Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer berupa data hasil observasi dan wawancara dengan pemerintah desa dan lembaga desa serta masyarakat, sedangkan data sekunder berupa data keuangan desa. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Uji validitas data dalam penelitian ini menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi metode. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis perbandingan dan analisis sumber dan penggunaan dana. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan data APBDesa Slemanan pada tahun anggaran 2009 sampai 6

dengan tahun anggaran 2011 dimana perbandingannya dilakukan dengan menggunakan data keuangan dari tahun anggaran sebelumnya sebagai tahun dasar (tahun pembanding) dapat diketahui bahwa telah terjadi perubahan angka atau dana yang telah dianggarkan. Perubahan itu terjadi baik pada anggaran pendapatan maupun anggaran pada pos belanja. Pada tahun anggaran 2010 penerimaan PADesa mengalami kenaikan sebesar 47,85% dengan nominal sebesar Rp 31.207.000,00 tetapi pada tahun anggaran 2011 terjadi penurunan sebesar Rp 4.604.000,00 atau sebesar 4,77%. Namun hal tersebut diimbangi dengan adanya kenaikan penerimaan pada Bagian Dana Perimbangan Keuangan Pusat dalam tahun anggaran 2010 pada komponen Bantuan ADD sebesar 18,07% atau senilai Rp 20.000.000,00, meskipun pada tahun anggaran 2011 komponen ini mengalami penurunan Rp 1.597.000,00 atau 1,22%. Hal ini dapat ditafsirkan bahwa meskipun penerimaan PADesa tidak besar namun masih dalam batas kewajaran karena memang kemampuan desa dalam menghasilkan PADesa hanya sebesar yang dianggarkan. Komponen pendapatan lainnya yang berasal dari bagi hasil PBB atau penyisihan dari Kabupaten dan Bantuan Dana TPAPD setiap tahunnya dianggarkan sama sehingga selama kurun waktu antara tahun 2009-2011 alokasinya tetap. Kondisi tersebut dikarenakan untuk komponen bagi hasil PBB atau penyisihan dari Kabupaten jumlah penerimaan baku bagi hasil PBB tidak ada perubahan atau tetap kecuali bila ada pertambahan objek pajak dari masyarakat, sedangkan dalam kurun waktu tersebut tidak ada pertambahan objek pajak dari masyarakat. Pada komponen Bantuan Dana TPAPD memang tidak ada perubahan, namun apabila ada penyesuaian UMR Kabupaten dan juga terdapat perubahan anggaran keuangan kabupaten penerimaan pada komponen ini juga mengalami perubahan. Berdasarkan data perbandingan APBDesa tersebut dapat diketahui bahwa perbandingan pos belanja langsung pada tahun anggaran 2010 atas 2009 mengalami kenaikan sebesar 12,19% dengan nimonal sebesar Rp 13.007.090,00, akan tetapi data perbandingan pada tahun anggaran 2011 atas 2010 terjadi penurunan anggaran sebanyak 20,16% atau sebesar Rp 24.138.490,00. Keadaan tersebut terjadi karena dalam kurun waktu antara tahun anggaran 2009 sampai 2011 banyak pos-pos pada belanja langsung yang sifatnya insidental. Hal tersebut banyak terjadi pada komponen belanja barang/jasa, sebab pada pos belanja barang/jasa banyak komponen yang hanya dianggarkan pada satu tahun 7

anggaran saja dengan pertimbangan bahwa setelah tercapai target anggarannya atau telah terlaksana program kerjanya maka pada tahun anggaran berikutnya komponen tersebut sudah tidak dianggarkan lagi atau bukan menjadi hal yang krusial lagi. Kondisi sebaliknya terjadi pada pos belanja tidak langsung dimana dalam kurun waktu tahun anggaran 2009-2011 anggarannya selalu mengalami kenaikan. Berdasarkan data perbandingan APBDesa Slemanan pada tahun anggaran 2010 atas 2009 terjadi kenaikan anggaran sebesar 43,39% dengan nilai nominal kenaikan Rp 38.199.910,00, sedangkan pada tahun anggaran 2011 atas 2010 kenaikan yang terjadi hanya sebesar 14,21% dengan nominal kenaikan sebesar Rp 17.937.490,00. Adanya kenaikan yang terus menerus pada pos belanja tidak langsung dikarenakan merupakan anggaran yang berkaitan dengan honorarium seluruh Aparatur Pemerintah Desa Slemanan atau anggaran yang langsung berkaitan dengan sumberdaya manusia. Pemerintah Desa Slemanan dalam hal ini memang mengalokasikan lebih dari setengah anggaran belanja tidak langsungnya untuk membayar belanja pegawai/penghasilan tetap. Anggaran yang berkaitan langsung dengan penghasilan seseorang dalam belanja tidak langsung ini dianggarkan lebih banyak dengan alasan hal ini juga akan berdampak pada produktivitas kinerja Pemerintah Desa Slemanan, dengan pertimbangan bahwa apabila kesejahteraan dari Perangkat Desa Slemanan diperhatikan maka kinerja yang akan diberikan untuk desa Slemanan juga diharapkan bisa maksimal. Kondisi sebaliknya terjadi pada pos belanja tidak langsung dimana dalam kurun waktu tahun anggaran 2009-2011 anggarannya selalu mengalami kenaikan. Berdasarkan data perbandingan APBDesa Slemanan pada tahun anggaran 2010 atas 2009 terjadi kenaikan anggaran sebesar 43,39% dengan nilai nominal kenaikan Rp 38.199.910,00, sedangkan pada tahun anggaran 2011 atas 2010 kenaikan yang terjadi hanya sebesar 14,21% dengan nominal kenaikan sebesar Rp 17.937.490,00. Adanya kenaikan yang terus menerus pada pos belanja tidak langsung dikarenakan merupakan anggaran yang berkaitan dengan honorarium seluruh Aparatur Pemerintah Desa Slemanan atau anggaran yang langsung berkaitan dengan sumberdaya manusia. Pemerintah Desa Slemanan dalam hal ini memang mengalokasikan lebih dari setengah anggaran belanja tidak langsungnya untuk membayar belanja pegawai/penghasilan tetap. Anggaran yang berkaitan langsung dengan penghasilan seseorang dalam belanja tidak langsung ini dianggarkan lebih banyak dengan alasan hal ini juga akan berdampak 8

pada produktivitas kinerja Pemerintah Desa Slemanan, dengan pertimbangan bahwa apabila kesejahteraan dari Perangkat Desa Slemanan diperhatikan maka kinerja yang akan diberikan untuk desa Slemanan juga diharapkan bisa maksimal. Berdasarkan analisis sumber dan penggunaan dana dapat diketahui bahwa Pendapatan Asli Desa (PADesa) memberikan kontribusi terhadap total pendapatan sebesar 33,49% atau senilai Rp 65.225.000,00 dari total pendapatan pada APBDesa tahun anggaran 2009 sebesar Rp 194.757.000,00. Angka ini memiliki arti bahwa pada tahun anggaran 2009 komponen PADesa hanya memberikan kontribusi yang lebih kecil dibandingkan dengan komponen Dana Perimbangan Keuangan Pusat, sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat ketergantungan Desa Slemanan terhadap adanya bantuan dari pemerintah cukup besar. Pendapatan Asli Desa (PADesa) pada tahun anggaran 2010 memberikan kontribusi terhadap total pendapatan sebesar 39,21% atau senilai Rp 96.432.000,00 dari total pendapatan pada APBDesa tahun anggaran 2009 sebesar Rp 245.964.000,00. Kontribusi PADesa terhadap total pendapatan pada tahun anggaran 2010 mengalami kenaikan dari pada tahun anggaran 2009. Kontribusi sebesar 39,21% memiliki arti bahwa komponen PADesa hanya memberikan kontribusi yang lebih kecil dibandingkan dengan komponen Dana Perimbangan Keuangan Pusat, karena sumbangan PADesa untuk total pendapatan desa kurang dari 50% sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat ketergantungan Desa Slemanan terhadap adanya bantuan dana dari pemerintah cukup besar. Pendapatan Asli Desa (PADesa) pada tahun anggaran 2011 memberikan kontribusi terhadap total pendapatan sebesar 38,29% atau senilai Rp 91.828.000,00 dari total pendapatan yang telah dianggarkan sebesar Rp 239.763.000,00. Angka ini memiliki arti bahwa pada tahun anggaran 2011 komponen PADesa hanya memberikan kontribusi yang lebih kecil dibandingkan dengan komponen Dana Perimbangan Keuangan Pusat yaitu dana bantuan ADD, sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat ketergantungan Desa Slemanan terhadap adanya penerimaan bantuan dana dari pemerintah cukup besar. SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN Kinerja keuangan Desa Slemanan pada tahun anggaran 2009-2011 berdasarkan analisis perbandingan menunjukan kinerja keuangan yang cukup baik, hal tersebut dapat ditunjukkan baik pada kinerja pendapatan desa maupun kinerja belanja desa. Pada komponen pendapatan dimana 9

data perbandingan yang dijadikan sebagai tahun dasar (pembanding) adalah tahun 2009, dapat disimpulkan bahwa kinerja pendapatan dinyatakan cukup baik yaitu ditunjukkan dengan terlampauinya target anggaran sebesar 111,61% atau Rp 274.514.000,00 pada tahun anggaran 2010 dan pada tahun anggaran 2011 sebesar 111,58% atau Rp 267.517.000,00. Begitu juga pada komponen belanja, kinerjanya juga dapat dinyatakan cukup baik meskipun realisasi belanja tahun anggaran 2010 dan 2011 adalah sebesar 100% dari jumlah yang dianggarkan (tidak melampaui target anggaran yang ditetapkan). Namun, berdasarkan hasil observasi menunjukkan bahwa dalam penggunaan APBDesa Slemanan masih harus diupayakan atau dilakukan penghematan pada beberapa komponen belanja baik pada belanja langsung maupun tidak langsung agar menunjukkan kinerja anggaran yang optimal. Kinerja keuangan Desa Slemanan pada tahun anggaran 2009-2011 berdasarkan analisis sumber dan penggunaan dana menunjukkan kinerja keuangan yang masih dapat dikategorikan cukup baik, namun belum dalam kondisi yang cukup stabil dalam memperoleh sumber dana. Hal tersebut terlihat bahwa kontribusi PADesa pada tahun anggaran 2009 terhadap total pendapatan desa hanya sebesar 33,49%, dimana kontribusi terbesarnya berasal dari dana perimbangan keuangan pusat yaitu dari komponen Bantuan Alokasi Dana Desa (ADD). Meskipun pada tahun anggaran 2010 kontribusi PADesa terhadap total pendapatan naik menjadi 39,21%, akan tetapi pada tahun anggaran 2011 kontribusinya turun sebesar 0,92% atau menjadi 38,29%. Kondisi pada keuangan Desa Slemanan tersebut menunjukkan bahwa tingkat ketergantungan desa terhadap adanya bantuan keuangan dari pemerintah pusat maupun daerah masih tinggi, karena dalam kurun waktu antara tahun 2009-2011 terlihat bahwa penerimaan bantuan dari pemerintah pusat maupun daerah sangat tinggi yaitu setiap tahunnya lebih dari 50% dari total pendapatan yang dimiliki Desa Slemanan. Kondisi yang sama tampak pada pengalokasian atau penggunaan dana APBDesa, dalam hal ini Desa Slemanan belum dapat memprioritaskan anggarannya untuk membayar belanja langsung maupun tidak langsungnya. Terlihat bahwa pada pos belanja langsung pada komponen belanja barang/jasa mendapatkan porsi anggaran yang lebih kecil pada total belanjanya, alokasi untuk belanja barang/jasa ini masih tergolong rendah sebab penggunaan anggaran dalam kurun waktu antara tahun 2009-2011 untuk membayar belanja barang/jasa guna penyediaan sarana dan prasarana masih kurang dari 50%. Artinya 10

bahwa pemerintah Desa Slemanan belum mengoptimalkan penggunaan anggarannya untuk membayar belanja desa yang berkaitan dengan aktivitas pelayanan publik. SARAN Berdasarkan hasil perhitungan analisis perbandingan pada APBDesa Slemanan pada tahun anggaran 2009-2011 menunjukkan bahwa kinerja keuangan Desa Slemanan cukup baik, maka hendaknya Pemerintah Desa Slemanan dapat mempertahankan dan meningkatkan kinerja keuangannya dengan cara mengoptimalkan apa yang menjadi PADesa Slemanan, seperti mengoptimalkan potensi pertanian yaitu dengan memanfaatkan adanya lahan yang tidak terpakai atau lahan tidur untuk sesuatu hal yang bisa diperoleh hasilnya berupa uang. Disisi lain, Pemerintah Desa Slemanan harus bisa secara cermat mengelola anggaran, berapapun anggaran yang diterima tidak harus digunakan secara keseluruhan, maka Pemerintah Desa Slemanan harus bisa melakukan penghematan (efisiensi) terhadap penggunaan anggaran. Berdasarkan hasil perhitungan analisis sumber dan penggunaan dana pada APBDesa Slemanan pada tahun anggaran 2009-2011 menunjukkan bahwa kinerja keuangannya Desa Slemanan masih dapat dikategorikan cukup baik, maka untuk meningkatkan kinerja keuangannya Pemerintah Desa Slemanan harus meningkatkan sumber dana yang dimiliki dan mengurangi atau menekan anggaran yang dirasakan belum terlalu mendesak atau urgen, serta memproritaskan penggunaan dana untuk membayar belanja Desa yang berkaitan dengan pengadaan barang/jasa guna penyediaan sarana dan prasarana publik. Sebab pada pos belanja langsung dalam komponen belanja barang/jasa mendapatkan porsi anggaran yang lebih kecil pada total belanjanya yaitu masih kurang dari 50%. Dalam penyusunan APBDesa Slemanan sebaiknya harus diikuti oleh pihak-pihak yang sesuai dengan ketentuan terlibat dalam penyusunannya, agar pelaksanaan APBDesa dapat benar-benar dilaksanakan secara transparan dan jujur sehingga seluruh masyarakat khususnya warga Desa Slemanan mengetahui bagaimana bentuk akuntabilitasnya kepada publik tanpa terkecuali yang mana pada akhirnya publik dapat mengetahui bagaimana kinerja keuangan Desa Slemanan. Selain itu pada anggaran belanja untuk komponen yang berkaitan dengan sumberdaya manusia yaitu tentang pendidikan masyarakat seperti halnya anggaran untuk program PAUD maupun TK, untuk setiap tahun anggarannya sebaiknya harus selalu mendapatkan porsi anggaran. Hal ini dikarenakan komponen 11

tersebut berkaitan dengan sumberdaya manusia sebagai generasi penerus bangsa, oleh karena itu mutu sumberdaya manusia sedini mungkin harus diperhatikan dengan cara dimulai dari lingkungan masyarakat desa yang memperhatikan pelaksanaannya dengan mendapatkan dana untuk setiap tahun anggarannya untuk mendukung membiayai pelaksanaan programnya maupun honorarium pelaksananya. UCAPAN TERIMA KASIH Artikel ilmiah ini dapat terselesaikan atas bantuan berbagai pihak yang telah berkenan memberikan bantuan, bimbingan, arahan dan dorongan. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: (1) Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta (2) ketua BKK Akuntansi FKIP Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta (3) pembimbing I dan II, atas segala pengarahan dan bimbingannya selama penyusunan artikel ilmiah ini (4) Tim Redaksi Jurnal Pendidikan Ekonomi (JUPE) yang telah melakukan penyempurnaan editing artikel ini (5) Kepala Desa Slemanan Kecamatan Udanawu Kabupaten Blitar yang telah memberikan ijin penelitian skripsi ini beserta seluruh perangkat desa, (6) semua pihak yang telah membantu kelancaran penyusunan artikel ilmiah ini yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu. DAFTAR PUSTAKA Abdul Halim. 2002. Seri Bunga Rampai Manajemen Keuangan Daerah, Akuntansi dan Pengendalian Keuangan Daerah. Jakarta: Salemba Empat Anies Iqbal Mustofa. (2012). Pengaruh Penyajian dan Aksesibilitas Laporan Keuangan terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Kabupaten Pemalang. Jurnal Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri semarang, Indonesia, 1 (1), 1-6. Diperoleh 15 Desember 2012, dari http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ aaj Bambang Riyanto. 2001. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Empat. Yogyakarta: BPFE Bayu Surianingrat. 1992. Pemerintahan Administrasi Desa dan Kelurahan. Jakarta: Rineka Cipta Jumingan. 2006. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Bumi Aksara Muhammad Khafid. (2005, September). Analisis Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Kota Semarang. Jurnal Dinamika Akuntansi, 1 (2), pp. 99-107. Diperoleh 12 Maret 2013, dari http://journal.unnes.ac.id/index.php/jda Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah 12