EVALUASI SISTEM PENERANGAN JALAN H.R. SOEBRANTAS KOTA PEKANBARU



dokumen-dokumen yang mirip
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Dari perhitungan Distribusi Penerangan Rata-rata (L AVR ) pada jenis lampu

BAB IV ANALISIS HASIL PEKERJAAN. Sebelum suatu instalasi listrik dinyatakan layak untuk dapat digunakan,

LAMPIRAN A: SPESIFIKASI TEKNIS SEKTOR PENERANGAN JALAN UMUM

STUDI PENGGUNAAN LAMPU LED UNTUK EFISIENSI PADA PENCAHAYAAN JALAN LAYANG RE MARTADINATA

RANCANG BANGUN DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA PENATAAN LAMPU PENERANGAN JALAN UMUM DI KABUPATEN KUBU RAYA

Peluang Penghematan Energi Pada Penerangan Jalan Umum Kabupaten Padang Pariaman di Wilayah Kerja PT. PLN (Persero) Rayon Pariaman Feeder Kampung Dalam

Aplikasi Programable Logic Control (PLC) Pada Penerangan Jalan Umum yang Hemat Energi

EVALUASI SISTEM PENCAHAYAAN LAMPU JALAN DI KECAMATAN SUNGAI BAHAR

BAB III LANDASAN TEORI. dapat diketahui kelas jalan yang nantinya akan digunakan untuk menentukan

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN LAMPU PENERANGAN JALAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. pengelola energi listrik di Indonesia telah melakukan salah satu kegiatan

Oleh: UMI KHOIRIYAH D

ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMIS PENGOPERASIAN PENERANGAN JALAN UMUM MENGGUNAKAN SOLAR CELL UNTUK KEBUTUHAN PENERANGAN DI JALAN BY PASS I GUSTI NGURAH RAI

STUDI OPTIMASI SISTEM PENCAHAYAAN RUANG KULIAH DENGAN MEMANFAATKAN CAHAYA ALAM

PENGARUH PEMASANGAN ARMATURE PADA LAMPU LHE TERHADAP PENINGKATAN EFISIENSI PENCAHAYAAN.

ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMIS PENERAPAN PENERANGAN JALAN UMUM SOLAR CELL UNTUK KEBUTUHAN PENERANGAN DI JALAN TOL DARMO SURABAYA

Peningkatan Efisiensi Penggunaan Energi Listrik untuk Pencahayaan di Ruang Laboratorium Listrik dengan LHE

PERBANDINGAN TEKNIS DAN EKONOMIS PENGGUNAAN PENERANGAN JALAN UMUM SOLAR CELL DENGAN PENERANGAN JALAN UMUM KONVENSIONAL

KAJIAN TEKNIS LAMPU LED TYPE TABUNG DIBANDINGKAN DENGAN LAMPU TL

ANALISIS TEKNIS PENATAAN ULANG PENERANGAN JALAN UMUM PADA JALUR MAKAM NASIONAL DI KABUPATEN JOMBANG

BAB III LANDASAN TEORI. menentukan tingkat kelayakan suatu sistem penerangan.

BAB I PENDAHULUAN (3, 5, 7) Lampu penerangan jalan umum (LPJU) yang merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Seiring pesatnya kemajuan dan perkembangan daerah - daerah di Indonesia, memicu

BAB 2 II DASAR TEORI

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Nilai distribusi penerangan rata-rata ( ) pada jenis lampu SON-T 250 W

BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENERANGAN JALAN UMUM

ANALISA SISTEM PENCAHAYAAN BUATAN RUANG INTENSIVE CARE UNIT (ICU)

BAB III KOMPONEN DAN PROSES PEMASANGAN. Untuk mendapatkan hasil pekerjaan yang baik dan mengurangi

Jurnal Teknologi Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN: ANALISA PEMAKAIAN DAYA LAMPU LED PADA RUMAH TIPE 36

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ROADMAP PENGELOLAAN PENERANGAN JALAN UMUM KOTA PARINGIN KABUPATEN BALANGAN LAPORAN AKHIR

ANALISIS RENCANA ANGGARAN BIAYA PENERANGAN JALAN UMUM DI KOTA SINTANG

HUBUNGAN ANTARA TEGANGAN DAN INTENSITAS CAHAYA PADA LAMPU HEMAT ENERGI FLUORESCENT JENIS SL (SODIUM LAMP) DAN LED (LIGHT EMITTING DIODE)

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN PENERANGAN JALAN UMUM

Analisis Intensitas Penerangan dan Penggunaan Energi Listrik di Laboratorium Komputer Sekolah Dasar Negeri 150 Pekanbaru

MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB TEKNIK ELEKTRO

III. METODE PENELITIAN

PEDOMAN INSTALASI CAHAYA

KAJIAN MANAJEMEN OPTIMALISASI PENERANGAN JALAN UMUM KOTA SEMARANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PENERANGAN JALAN UMUM DAN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Database audit energi menggunakan Program Visual Basic 6.0

BAB IV HASIL PERANCANGAN INSTALASI PENERANGAN

PETUNJUK TERTIB PEMANFAATAN JALAN NO. 004/T/BNKT/1990

ANALISIS UPAYA PENURUNAN BIAYA PEMAKAIAN ENERGI LISTRIK PADA LAMPU PENERANGAN

BAB 5 RENCANA ANGGARAN BIAYA DAN TIME SCHEDULE

PERENCANAAN KOMPARATIF SECARA TEKNIS DAN EKONOMIS SISTEM KELISTRIKAN PADA PENERANGAN JALAN UMUM KONVENSIONAL DAN SOLAR CELL

BAB 2 PENAMPANG MELINTANG JALAN

Pencahayaan dan Penerangan Rumah Sakit. 2. Pencahayaan dan penerangan seperti apa yang dibutuhkan dirumah sakit?

Table 1 Aliran dana dengan dana kumulatifnya

Menghitung kebutuhan jumlah titik lampu dalam ruangan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

PERANCANGAN INSTALASI LISTRIK PADA BLOK PASAR MODERN DAN APARTEMEN DI GEDUNG KAWASAN PASAR TERPADU BLIMBING MALANG JURNAL JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

BAB 5 RENCANA ANGGARAN BIAYA DAN TIME SCHEDULE

ABSTRAK. Kata Kunci: Kerusakan Jalan, bangunan pelengkap, fasilitas pendukung.

Penghematan Biaya Listrik Dengan Memanfaatkan Lampu LED Di Rumah Tangga

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

ANALISA DAN PERANCANGAN AUDIT ENERGI PADA PENGGUNAAN LAMPU HOTEL CIPUTRA SEMARANG

KUAT PENERANGAN (ILUMINASI) RUANG KENDALI UTAMA UNTAI UJI TERMOHIDROLIKA PTRKN-BATAN

AUDIT ENERGI DAN ANALISA PELUANG HEMAT ENERGI PADA BANGUNAN GEDUNG PT. X

AUDIT ENERGI DAN ANALISA PELUANG HEMAT ENERGI PADA BANGUNAN GEDUNG PT. X

TUGAS AKHIR STUDI EKONOMI METERISASI PENERANGAN JALAN UMUM KOTA MEDAN O L E H JOY SOPATER WASIYONO NIM :

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

PENGUJIAN SISTEM PENERANGAN JALAN UMUM DENGAN MENGGUNAKAN SUMBER DAYA LISTRIK KOMBINASI DARI SOLAR PANEL DAN TURBIN SAVONIUS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 9 TAHUN 2008 SERI : E NOMOR : 4

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Konservasi energi pada sistem pencahayaan

ANALISIS JATUH TEGANGAN DAN RUGI DAYA PADA JARINGAN TEGANGAN RENDAH MENGGUNAKAN SOFTWARE ETAP

FUNGSI DAN JENIS GAMBAR DALAM PERANCANGAN INSTALASI LISTRIK

HARI KRISTIANTO D

Analisis Tingkat Pencahayaan Ruang Kuliah Dengan Memanfaatkan Pencahayaan Alami Dan Pencahayaan Buatanklorofil Pada Beberapa Varietas Tanaman eum

BIAYA PEMASANGAN BARU DAN PERHITUNGAN REKENING LISTRIK GOLONGAN TARIF RUMAH TANGGA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Spesifikasi penerangan jalan di kawasan perkotaan

DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT DIREKTORAT BINA SISTEM TRANSPORTASI PERKOTAAN. Penempatan Fasilitas Perlengkapan Jalan

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISA KEBUTUHAN ENERGI MINIMUM PADA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LANCANG KUNING TAHUN 2016

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Adapun hasil studi yang dikaji oleh penulis dari pemasangan gardu portal type

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai Keputusan Presiden RI. No. 43 Th 1991 Tentang Konversi

Analisa Performa Sistem Pencahayaan Ruang Kelas Mengacu Pada Standar Kegiatan Konservasi Energi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PENERANGAN JALAN UMUM DAN LINGKUNGAN

Perencanaan Kebutuhan Distribusi Sekunder Perumahan RSS Manulai II

TUGAS AKHIR PERBANDINGAN TEKNIS DAN EKONOMIS PENGGUNAAN PENERANGAN JALAN UMUM SOLAR CELL DENGAN PENERANGAN JALAN UMUM KONVENSIONAL

PENATAAN DAN METERISASI LAMPU PENERANGAN JALAN UMUM (LPJU) DESA APAR KECAMATAN PARIAMAN UTARA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 4

Analisa Sistem Pencahayaan Buatan Ruang Intensive Care Unit. Hanang Rizki Ersa Fardana, Pembimbing : Ir. Heri Joestiono, MT

Perencanaan Geometrik & Perkerasan Jalan PENDAHULUAN

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 32 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENYELENGGARAAN PENERANGAN JALAN UMUM

Konservasi Energi Listrik di Hotel Santika Palu

Pemberian tanda dan pemasangan lampu halangan (obstacle lights) di sekitar bandar udara

Ria Kurniawati 1, Syafi i 2, dan Mamok Suprapto 3 1 Mahasiswa Magister Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sebelas Maret Surakarta

ANALISIS JATUH TEGANGAN DAN RUGI DAYA PADA JARINGAN TEGANGAN RENDAH MENGGUNAKAN SOFTWARE ETAP

TUGAS AKHIR PERENCANAAN PENERANGAN JALAN UMUM JALAN JENDRAL SUDIRMAN KOTA TOBOALI KABUPATEN BANGKA SELATAN

SPESIFIKASI LAMPU PENERANGAN JALAN PERKOTAAN NO. 12/S/BNKT/ 1991 DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DIREKTORAT PEMBINAAN JALAN KOTA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANG BANGUN PENATAAN LAMPU PENERANGAN JALAN UMUM DI KOTA SINTANG

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG

Transkripsi:

ISSN: 1693-69 199 EVALUASI SISTEM PENERANGAN JALAN H.R. SOEBRANTAS KOTA PEKANBARU Hamzah Jurusan Teknik Elektro, Universitas Lancang Kuning Jl. Yos Sudarso km 8 Rumbai, Pekanbaru 2, 0761-524 e-mail: hamzah8@yahoo.com Abstract The using of road light which is inappropriate for road category and the illegal street light are the two main problem of roadway lighting (PJU). These problems encumber the budget paid by local government (Pemda). Local government paid electric energy for PJU based on the usage of electricity recorded by KWH meter. Meanwhile the payload of the varied roadway lightings without KWH meter will be calculated based on basic monthly rate according to name plate of power and type of the lamp. Local government applies the roadway lighting taxes (PPJU) collected by state company (PLN) from every customers based on percentage of monthly expenses of electricity. Along with the growth of town, there would be more roadways to be illuminated. It will increase the payment of electricity for roadway lighting in every each town and sub-province. This condition would progressively burden the government to settle the expense of electricity for PJU. Therefore, the existing roadway lighting system should be reevaluated to increase efficiency of electrical usage. In additional, this evaluation will give contribution to save the budget for the roadway lighting electrical payment and with the same existing cost more roadways will get lighting. Keyword: energy saving, lighting, lighting evaluation, roadway lighting Abstrak Penggunaan lampu yang tidak sesuai dengan kelas jalan dan lampu jalan yang tidak berizin, merupakan dua hal utama persoalan penerangan jalan umum (PJU). Hal ini merupakan beban berat yang ditanggung pemerintah daerah (Pemda). Tagihan rekening listrik oleh PLN kepada Pemda adalah berdasarkan pemakaian energi listrik yang dicatat dengan menggunakan kwh meter, sedangkan PJU yang tidak dipasang KWH meter beban lampu yang bervariasi dihitung berdasarkan abonemen perbulan sesuai dengan jenis dan daya lampu. Sementara sumber dana Pemda untuk pembayaran rekening PJU adalah dari Pajak PJU (PPJU) yang dipungut pada setiap pelanggan PLN dengan prosentase dari biaya bulanan listrik per pelanggan. Seiring dengan perkembangan kota, maka semakin banyak jalan yang harus diterangi. Hal ini mengakibatkan semakin meningkatnya beban pembayaran rekening listrik PJU pada masing-masing Kabupaten dan Kota. Kondisi ini tentu saja akan semakin memberatkan Pemda dan Pemkot untuk menutup kekurangan biaya listrik untuk PJU. Oleh karena itu, sistem PJU yang ada perlu ditinjau ulang, agar lebih efisien. Selanjutnya pihak Pemda dapat menghemat anggaran pembayaran rekening listrik untuk PJU, atau dengan biaya yang sama Pemda dapat menerangi lebih banyak jalan. Kata kunci: evaluasi sistem penerangan, lampu jalan, penghematan energi, PJU 1. PENDAHULUAN Sebagai ibu kota propinsi, kota Pekanbaru senantiasa selalu membenahi diri untuk dapat memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakatnya. Untuk itu, perbaikan sarana dan prasarana kota selalu dirawat dan diperbaiki serta dilengkapi. Semua ini diperlukan agar warga kota Pekanbaru dapat merasa nyaman melaksanakan aktifitas kehidupannya sehari-hari. Salah satu sarana yang telah diperbaiki pemerintah kota Pekanbaru sejak tahun 05 silam adalah sistem penerangan yang terdapat pada jalan-jalan protokol. Perubahan yang dilakukan adalah dengan mengganti tiang penyangga, dan lampu serta instalasinya. Dengan Evaluasi Sistem Penerangan Jalan H.R. Soebrantas Kota (Hamzah)

0 ISSN: 1693-69 masa pengerjaan yang dilaksanakan dalam 2 (dua) bulan lebih, sudah terlihat manfaatnya bagi masyarakat kota yang melewati jalan-jalan tersebut. Namun ditengah gencarnya pemerintah kota dalam memperbaiki sistem penerangan tersebut, pihak penyedia sistem ketenagalistrikanpun lagi galak-galaknya mensosialisasikan program hemat energi. Hal ini terkait dengan sudah berkurangnya ketersediaan energi tersebut. Ditambah lagi karena lebih dari % energi yang digunakan oleh PT. PLN adalah merupakan energi yang tak terbarukan (berupa minyak diesel), sehingga biaya operasionalnya semakin besar dengan kenaikan harga BBM. Untuk itu diperlukan pengukuran intensitas cahaya (lumens) pada jalan-jalan yang ada di kota Pekanbaru agar bisa dipantau apakah sistem penerangan yang digunakan di tempat tersebut berada di bawah standard atau bahkan sebaliknya. Sehingga untuk tempat-tempat yang di atas standard dapat dikurangi untuk mencukupi daerah-daerah yang kurang. Ataupun untuk menghemat energi yang digunakan. Semenjak digantinya sistem penerangan jalan yang ada dengan yang baru, terlihat pada daerah-daerah tertentu terkesan terlalu terang (berlebihan) sementara pada daerah lain belum dipasang penerangan sama sekali. Untuk itu diperlukan pengukuran, agar penggunaan energi untuk penerangan jalan dapat lebih tepat. Sehingga masyarakat dapat merasakan penerangan yang merata di kota Pekanbaru ini. Untuk menentukan besarnya lumen pada sistem penerangan, dapat digunakan lumen meter. Hasil pengukuran nantinya akan dibandingkan dengan standar penerangan jalan. Hasil analisa nantinya diharapkan dapat memberikan gambaran kepada pemerintah kota dalam menerangi jalan-jalan di kota ini. 2. STANDAR PENERANGAN JALAN UMUM Luminansi (L) adalah suatu ukuran untuk menentukan tingkat kecerahan suatu benda. Luminansi yang terlalu besar akan menyilaukan mata, seperti misalnya sebuah lampu pijar tanpa armatur. Luminansi (L) suatu sumber cahaya atau suatu permukaan yang memantulkan cahaya adalah intensitas cahayanya dibagi dengan luas semu permukaan, atau dalam bentuk persamaan sebagai berikut [1]: I L = cd/cm 2 (1) A S dimana: L = luminasi dalan satuan cd/cm 2 I = Intensitas Cahaya dalam satuan cd A S = Luas semu permukaan dalam satuan cm 2 2.1. Efikasi Cahaya Menurut Hermawan, Efikasi cahaya dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut: K = ϕ / P (2) dimana: K = efikasi cahaya dalam lumen /Watt (lm/watt) P = daya listrik dalam watt (W) 2.2. Efisiensi Cahaya Sementara efisiensi cahayanya dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut [2]: η φ / = (3) φ maks Pada sistem penerangan jalan raya, digunakan faktor daya guna luminair yang ditentukan dari rasio antara lebar jalan dengan tinggi luminairnya. Untuk penghitungan koefisien daya guna ini, lebar jalan dibedakan menjadi dua bagian, yaitu bagian depan luminair (street side), dan bagian belakang luminair (house side). Dari rasio lebar jalan dan tinggi luminairnya dapat ditentukan besar CU-nya. Selanjutnya jarak dan tinggi luminair jalan raya dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut: TELKOMNIKA Vol. 6, No. 3, Desember 08 : 199-8

ISSN: 1693-69 1 Jarak = E m φl CU lebar jalan (4) 2.3. Kelas Jalan Fasilitas jalan yang selama ini kita gunakan dibedakan atas beberapa kriteria kelas jalan. Berikut ini adalah kriteria kelas jalan tersebut [2]: a. Jalan arteri primer: jalur jalan penampung kegiatan lokal dan regional, lalu-lintas sangat padat pada jalan ini, sehingga perlu penerangan jalan yang optimal. Lux penerangan jenis dan kelas jalan ini adalah lampu dengan lux, menurut SNI 00. b. Arteri sekunder: merupakan arteri penampung kegiatan lokal dan regional sebagai pendukung jalan arteri primer. Dimana kondisi lalu lintas pada jalur ini padat, sehingga memerlukan jenis lampu yang sama dengan arteri primer. Lux penerangan jalan ini menurut SNI 00 adalah lux. c. Kolektor primer: jalur pengumpul dari jalan-jalan lingkungan di sekitarnya yang akan bermuara pada jalan arteri primer maupun arteri sekunder. Lux penerangan jenis dari kelas jalan ini, menurut SNI 00 adalah lux d. Kolektor sekunder: jalur pengumpul dari jalanjalan lingkungan di sekitarnya yang akan bermuara pada jalur jalan kolektor primer, jalan arteri primer maupun sekunder pada jaur jalan ini diperlukan lampu setingkat dibawah lampu untuk kolektor primer. Lux penerangan jenis dari kelas jalan ini, menurut SNI 00 adalah lux. e. Jalan lingkungan: jalur jalan di lingkungan perumahan, pedesaan atau perkampungan. Jalur jalan ini membutuhkan penerangan, yang menurut SNI 00 adalah lux. 2.4. Desain Penerangan Jalan Dalam melakukan suatu perencanaan penerangan jalan diperlukan beberapa data pendukung, diantaranya adalah: Data jalan; meliputi kelas jalan, panjang jalan, dan lebar ruas jalan; Tingkat illumminasi yang dibutuhkan; Tingkat keseragaman yang dibutuhkan, datanya sebagaimana terlihat pada Tabel 1 dan Tabel 2. Sedangkan data-data lainnya adalah daya lampu yang akan dipakai, tinggi gantung (mounting height) bergantung pada jarak atau spasi yang akan dipakai. Data dalam besaran intensitasnya dapat dilihat pada Tabel 3, sementara data-data tersebut diperoleh dengan menggunakan persamaan (1) sampai dengan persamaan ( 4). Yang akhirnya juga bergantung pada lebar jalan yang ada [2]. Berdasarkan pada Keputusan Presiden Republik Indonesia (RI) Nomor 104 Tahun 03 tentang harga jual tenaga listrik tahun 04 yang disediakan oleh perusahaan perseroan (Persero) PT. Perusahaan Listrik Negara, maka besarnya tarif untuk penerangan adalah sebesar Rp. 5,00 per kwh [3]. Sedangkan untuk penerangan jalan yang tidak memiliki kwh maka dasar perhitungan tarif menggunakan metode abonemen berdasarkan keputusan direksi PT. PLN nomor 3.K/010/DIR/03 [2]. Tabel 1. Standar Penerangan Jalan berdasarkan CIE 1 Spesifikasi Jalan Kondisi Jalan Klasifikasi Berkecepatan tinggi, 1 arah dan Tingkat kepadatan dan kompleksitas jalan ; mempunyai pemisah jalan, Tinggi M 1 Jalan bebas hambatan Sedang M 2 Jalan Utama Rendah M 3 Berkecepatan tinggi, 2 arah tanpa pemisah jalan ; Pengkontrolan, Pemisahan dan pencampuran Lalu Lintas ; Jalan Utama Kurang Baik M 1 Baik M 2 Jalur - jalur penting distribusi; Jalan Penghubung Pengkontrolan, Pemisahan dan pencampuran Lalu Lintas; Jalan -Jalan Lingkungan / Lokal Kurang baik M 2 Baik M 3 Pengkontrolan, Pemisahan dan pencampuran Lalu Lintas; Kurang baik M 4 Baik M 5 Evaluasi Sistem Penerangan Jalan H.R. Soebrantas Kota (Hamzah)

2 ISSN: 1693-69 Tabel 2 Pembagian klasifikasi penerangan Klasifika Semua Jalan si E Kerataan (E min /E max ) Jalan Dengan Persimpangan Jalan Dengan Pedestrian M1 0.4 0.7 0.5 M2 0.4 0.7 0.5 M3 0.4 0.5 0.5 M4 0.4 M5 10 0.4 Tabel 3 Pembagian distribusi cahaya pada sudut vertikal besar Kontrol variabel Intensitas maksimum yang boleh dipancarkan Tipe Luminer o o Cutoff cd /0 lm cd /0 lm 2,5% 10% Semicutoff cd /0 lm 0 cd /0 lm 5% % Noncutoff - - 3. METODE PENELITIAN Semakin pesatnya perkembangan kabupaten dan kota di Indonesia menuntut perbaikan sarana dan prasarana yang digunakan masyarakat. Perkembangan dan perbaikan jalan umum dari jalan propinsi sampai jalan lingkungan menuntut perlengkapan-perlengkapan jalan seiring dengan kepadatan aktivitas pemakai jalan. Salah satu perlengkapan jalan yang sangat dibutuhkan adalah Penerangan Jalan Umum (PJU). Kondisi PJU sebagian besar daerah belum menggunakan alat pencatat dan pengukur listrik. Lampu-lampu yang dipakai masih banyak yang menggunakan lampu yang tidak sesuai dengan kebutuhan kelas jalan (lampu dengan daya watt tinggi tetapi lux rendah), dan juga semakin banyaknya lampu penerangan jalan liar yang dipasang sendiri oleh masyarakat. Di lain pihak PLN sebagai penyedia sarana energi listrik, melakukan perhitungan pemakaian energi listrik yang digunakan untuk PJU adalah pemakaian daya yang tercatat di kwh meter bagi PJU yang telah dipasang kwh meter dan PJU yang tidak dipasang kwh meter berdasarkan kelompok daya yang telah ditetapkan. Biaya energi listrik untuk PJU diperoleh pemerintah daerah dari pajak penerangan jalan yang dipungut pada setiap bulan dari setiap pelanggan PLN berdasar prosentase rekening pelanggan listrik. Beban pembayaran rekening listrik PJU pada masing-masing Kabupaten dan Kota semakin lama semakin meningkat sering dengan bertambahnya lampu PJU yang terpasang di Jalan. Kondisi ini sangat memberatkan Pemerintah Kabupaten dan kota yang untuk menutup kekurangan biaya listrik untuk PJU. Karena beban yang semakin besar tersebut maka tak jarang di beberapa daerah, seringkali dijumpai pemerintah daerah (pemda) atau pemerintah kota (pemkot) yang mempunyai tunggakan rekening listrik PJU yang tidak sedikit. Dalam penelitian ini, akan mencoba memberikan alternatif penghematan energi yang digunakan untuk penerangan lampu jalan yang dapat dilakukan oleh pemda dan atau pemkot. Analisis dilakukan dengan membuat beberapa model sistem penerangan dengan memanfaatkan kondisi (sistem) yang sudah ada. Pertimbangan yang diambil adalah, agar biaya yang dikeluarkan untuk merealisasikan model yang disarankan tidak memerlukan biaya yang besar. Studi Literatur untuk dapat memahami permasalahan yang dihadapi dalam penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan bahan-bahan pustaka yang berhubungan dengan Sistem penerangan umumnya guna memperoleh informasi yang lengkap bagaimana sistem penerangan itu bermula dan tahapan-tahapan perkembangannya. Selanjutnya mencari informasi bagaimana membangun sistem penerangan lampu jalan, guna mendapatkan standar yang digunakan untuk penerangan jalan umum (PJU). Setelah itu, melakukan pengukuran langsung ke lokasi penelitian, untuk mendapatkan intensitas cahaya yang ada pada Penerangan Jalan Umum. Akhirnya, dilakukan analisis terhadap data lapangan yang didapat lalu membandingkannya dengan standard yang ada, dan selanjutnya dicari solusi yang paling efisien dalam konsumsi energi yang digunakan. Standard yang digunakan bersumber dari Badan Standardisasi Nasional, adalah sesuai dengan Tabel 4 berikut [4,5]: TELKOMNIKA Vol. 6, No. 3, Desember 08 : 199-8

ISSN: 1693-69 3 Tabel 4. Kualitas pencahayaan normal Kuat pencahayaan Luminansi Batasan silau (Iluminansi) Jenis/ E Kemerataan L Kemerataan klasifikasi jalan TJ rata-rata (uniformity) rata-rata (Uniformity) G (%) (lux) g1 (cd/m2) VD VI Trotoar 1-4 0,10 0,10 0, 0, 4 Jalan lokal: - Primer - Sekunder 2-5 2-5 0,10 0,10 0, 0, 0, 0, 0, 0, 4 4 Jalan kolektor: - Primer - Sekunder Jalan arteri: - Primer - Sekunder Jalan arteri dengan akses kontrol, jalan bebas hambatan 3-7 3-7 11-11 - 0, 0, 0, - 0, 0, - 0, 1,00 1,00 1, 1, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, - 0, 0, - 0, 4-5 4-5 5-6 5-6 10-10 - - 0, - 0, 1, 0, 0, - 0, 5-6 10 - Jalan layang, simpang susun, - 0, 2,00 0, 0, 6 10 terowongan Keterangan: g1 = E min /E maks, VD = L min /L maks, VI = L min /L rata-rata, G = Silau (glare), TJ = Batas ambang kesilauan 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Teknis Penelitian ini membahas sistem penerangan jalan umum (PJU) yang terdapat pada jalan H.R. Subrantas Pekanbaru. Jalan ini merupakan jalan masuk ke kota Pekanbaru dari arah Bangkinang kabupaten Kampar. Jalan ini juga sebagai pintu utama masuknya kendaraan yang berasal dari propinsi Sumatera Barat ke kota Pekanbaru, sehingga jalan ini memegang peranan penting dalam lalu lintas perekonomian antara kedua propinsi. Adapun struktur pemasangan lampunya adalah sebagaimana terlihat pada Gambar 1. A A B C D B C D Gambar 1. Gambar Lay Out Lampu Jalan yang diteliti Sementara data-data dari PJU yang digunakan pada jalan H.R. Soebrantas di Pekanbaru ini adalah sebagai berikut: a. Lampu Bagian terpenting dari sistem penerangan adalah lampu sebagai sumber penerangan itu sendiri, reflector dan refractor serta armatur yang digunakan. Pada lokasi yang diteliti, untuk lampu digunakan dari jenis HPS merek philips SON-T 0 Watt. Lampu yang menghasilkan.000 lumen [6] dipasang sebanyak 2 titik. b. Armatur Armatur yang digunakan untuk dapat menghasilkan intensitas cahaya yang baik, pada lokasi penelitian adalah dari jenis Cobra Head. Sesuai dengan jumlah lampu yang dipasang, maka jumlah armatur yang digunakan adalah sebanyak 2 unit. Evaluasi Sistem Penerangan Jalan H.R. Soebrantas Kota (Hamzah)

4 ISSN: 1693-69 Gambar 2. HPS Philips SON-T 0 Watt Gambar 3. Armatur Cobra Head c. Tiang Sebagai tempat kedudukan sumber cahaya berupa lampu beserta kelengkapannya, dipasang tiang dengan ketinggian 11 meter. Jenis tiang yang digunakan adalah standard octagonal lighting pole dari jenis parabola, cabang 2T (double ornament) dan 3T (triple ornament). Model ini juga dikenal dengan Double & Triple Davit Arm. Jumlah tiang yang digunakan adalah sebanyak 1 tiang cabang 2T dan 4 tiang cabang 3T, dengan total 9 unit tiang. Tiang yang digalvanis ini terdiri atas tiga bahagian yang dapat disambung, sehingga pada saat mobilisasi kelokasi dapat lebih mudah. Ketiga bagian tersebut terdiri dari bagian bawah, tengah dan bagian atas yang berbentuk parabola. Gambar 4. Bentuk bagian atas Tiang Lampu Jalan Double Ornament Gambar 5. Bentuk bagian bawah / tapak tiang Lampu Jalan. d. Pondasi Untuk dapat menopang tiang lampu beserta kelengkapannya, dibutuhkan pondasi kuat dan kokoh. Tujuannya adalah agar beban yang disangganya dalam hal ini berupa TELKOMNIKA Vol. 6, No. 3, Desember 08 : 199-8

ISSN: 1693-69 5 tiang lampu jalan, dapat tetap berdiri lurus pada waktu yang lama. Jika pondasinya kurang baik, maka dalam beberapa waktu saja (kurang dari tiga bulan) akan terlihat tiang lampu menjadi miring dan bahkan dapat pula jatuh. Hal ini selain akan mengurangi keindahan kota dan intensitas penerangan lampu jalan, juga akan membahayakan keselamatan pengguna lalu-lintas jalan yang bersangkutan. Jenis pondasi yang digunakan pada lokasi ini adalah beton bertulang. Pertama-tama ditentukan dulu lokasi titik tempat pemasangan tiang lampu. Kemudian pada titik yang telah ditentukan digali sedalam lebih kurang satu meter. Selanjutnya dibuat pembesiannya dan juga memasang baut yang ditanamkan pada pondasi tersebut. Baut ini berguna sebagai pegangan dari tapak tiang lampu jalan. Berikut salah satu bentuk pondasi dari lampu jalan yang banyak digunakan. e. Kabel Sebagai sarana mengalirkan arus listrik yang bertegangan 2V, untuk mensuplai daya kepada lampu, digunakan kabel dengan kapasitas kemampuan hantar arus yang cukup. Jenis kabel yang digunakan juga disesuaikan dengan peruntukannya, yaitu dari jenis kabel tanah dan kabel indoor. Jenis dan ukuran kabel yang digunakan adalah sebagai berikut: (1). Kabel NYFGbY dengan ukuran 4x16 mm 2 : digunakan untuk menghubungkan gardu PLN yang berada dipinggir jalan ke panel Penerangan Jalan Umum (PJU) yang terletak di tengah jalan (jalur hijau). Panjang kabel keseluruhan adalah 0m. (2). Kabel NYFGbY dengan ukuran 4x10 mm 2 : digunakan untuk menghubungkan panel Penerangan Jalan Umum (PJU) ke terminal di hand-hole yang berada pada setiap tiang lampu. Panjang kabel keseluruhan yang digunakan adalah 6.9m. (3). Kabel NYM dengan ukuran 3x2,5mm 2 : digunakan untuk menghubungkan terminal di hand-hole langsung ke armatur lampu. Panjang kabel keseluruhan yang digunakan adalah 3.5m. f. Panel Untuk mendistribusikan daya dari gardu PLN ke sistem penerangan jalan, digunakan 6 (enam) buah panel PJU. Masing-masing panel PJU memiliki peralatan utama sebagai berikut: (1). kwh meter: untuk mencatat besar energi yang terpakai. (2). MCB 3 Pole 63 Ampere: sebagai peralatan pengaman terhadap gangguan hubung singkat. (3). Sistem Pentanahan: berguna untuk menyalurkan arus gangguan ke tanah. Gambar skedul ke enam panel tersebut ditunjukkan pada Gambar 6-11. Gambar 6. Skedul Panel PJU 1. Gambar 7. Skedul Panel PJU 2. Gambar 8. Skedul Panel PJU 3. Gambar 9. Skedul Panel PJU 4. Evaluasi Sistem Penerangan Jalan H.R. Soebrantas Kota (Hamzah)

6 ISSN: 1693-69 Gambar 10. Skedul Panel PJU 5. Gambar 11. Skedul Panel PJU 6. 4.2. Hasil Pengukuran Untuk memperoleh data intensitas penerangan pada lokasi yang diteliti, dilakukan pengukuran intensitas cahaya dengan menggunakan lumen meter. Peralatan yang digunakan adalah alat ukur jenis analog merek Hioki Lux Hi Tester 34. Guna memudahkan dalam melakukan analisis, Sistem Penerangan Jalan Umum yang ada di jalan H.R. Subrantas ini dikelompokkan dalam 4 (empat) model. Pengelompokan dibedakan berdasarkan susunan atau struktur lampu yang hidup dan yang mati. Dari susunan tersebut diharapkan dapat terlihat pola intensitas cahaya yang dimanfaatkan sebagai penerangan jalan. Keempat Model tersebut adalah sebagai berikut: a. Model 1 Model 1 adalah suatu bentuk dimana semua lampu pada PJU dalam kondisi hidup (menyala) dengan simbol. Model 1 adalah kondisi intensitas cahaya maksimal yang diperoleh untuk penerangan jalan H.R. Subrantas (lokasi yang diteliti). Dengan model ini, penggunaan energi listrik adalah maksimal. Hasil pengukurannya dapat dilihat seperti Gambar. Untuk jalan yang memiliki bahu tengah, maka pengaturan PJU-nya sama dengan jalan tanpa bahu tengah, dengan menganggap tiap jalan merupakan jalan yang berbeda. Setelah mengisi form pengaturan PJU, maka kemudian dilakukan perhitungan untuk mengetahui jarak paling optimal. 86 58 58 86 48 48 72 52 52 72 17 72 52 52 72 48 48 86 58 58 86 Gambar. Hasil Pengukuran Intensitas cahaya untuk Model 1. b. Model 2 Model 2 adalah model dimana lampu yang hidup (menyala) dengan simbol. dan mati simbol bergantian atau selang seling pada tiap tiangnya. Model ini sama artinya kita menambah jarak antara satu tiang lampu jalan dengan tiang lampu jalan berikutnya menjadi dua kali jarak sebelumnya. Dengan kondisi ini, penggunaan energi listrik dapat dikurangi setengahnya. Hasil pengukurannya dapat dilihat seperti Gambar 13. TELKOMNIKA Vol. 6, No. 3, Desember 08 : 199-8

ISSN: 1693-69 7 92 53 16 11 11 10 78 53 38 87 78 38 38 78 87 38 53 78 10 11 11 16 92 Gambar 13. Hasil Pengukuran Intensitas cahaya untuk Model 2 c. Model 3 Model 3 ide dasarnya adalah sama dengan model 2, yaitu mengurangi konsumsi energi listrik yang digunakan untuk penerangan jalan umum. Perbedaan model dengan model 2 adalah lampu yang hidup (menyala) dengan simbol pada tiap tiang (double ornament) hanya satu, dan dibuat selang seling hidupnya. Dengan model ini diharapkan diperoleh pemanfaatan cahaya yang dihasilkan lampu lebih maksimal untuk menerangi jalan dengan konsumsi energi listrik yang lebih rendah. Hasil pengukurannya dapat dilihat seperti Gambar. 3 5 6 7.5 10 11 17 53 92 3 5 6 8 11 17 52 78 5 6 7.5 8 11 17 38 53 5 6 8 9 16 18 38 78 87 1 5 7.5 9 9 16 18 23 1 1 5 6 8 9 16 18 38 78 87 1 5 6 7.5 8 11 17 38 53 3 5 6 8 11 17 52 78 3 5 6 7.5 10 11 17 53 92 Gambar. Hasil Pengukuran Intensitas cahaya untuk Model 3 d. Model 4 Model 4 adalah penerangan lampu jalan yang menggunakan 3 (tiga) buah sumber cahaya yang diletakkan pada 3 (tiga) buah armatur yang berbeda. Penggunaannya adalah pada titik akhir / awal dari sistem penerangan lampu jalan. Sistem ini juga digunakan bila jarak antara tiang cukup jauh, akibat adanya persimpangan jalan. Lampu yang ketiga diletakkan tegak lurus terhadap dua lampu lainnya, sehingga membentuk sudut segitiga sama kaki. Lampu ini berguna untuk menerangi jalan yang pada sisi awal atau akhir penerangan. Sementara pada persimpangan, sisi yang diteranginya adalah sisi yang jaraknya ke tiang berikutnya lebih jauh. Untuk model ini, pengukuran intensitas cahayanya dilakukan pada sisi lampu yang ketiga, guna melihat sejauhmana pengaruh lampu ketiga tersebut untuk dapat menambah intensitas cahaya pada persimpangan jalan dan pada akhir atau awal penerangan jalan. Sedangkan sisi sebelahnya digunakan data pengukuran dari model 1. Hasil pengukurannya dapat dilihat seperti Gambar. Evaluasi Sistem Penerangan Jalan H.R. Soebrantas Kota (Hamzah)

8 ISSN: 1693-69 17 23 33 47 1 23 1 1 1 118 1 1 1 1 72 48 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1 1 52 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 23 1 1 1 1 1 1 7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 23 33 47 118 1 1 1 1 72 48 1 Gambar. Hasil Pengukuran Intensitas cahaya untuk Model 4 5. SIMPULAN Berdasarkan uraian, hasil pengukuran intensitas cahaya, dan hasil perhitungan yang telah diberikan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: Total konsumsi daya listrik yang digunakan untuk penerangan lampu jalan H.R. Subrantas yang terpasang pada saat ini (model 1) adalah 2 x 0 Watt = 104.0 Watt, dengan asumsi seluruh lampu dalam kondisi hidup. Jika Lampu tersebut hidup selama jam tiap harinya, maka dengan tarif listrik Rp. 5,00 per kwh, pihak pemerintah kota Pekanbaru akan memerlukan dana sebesar Rp. 7.848 per hari atau Rp..8.4 per bulan. Penggunan model 2 dengan kondisi intensitas penerangannya masih layak dapat menghemat konsumsi daya listrik mencapai.000 Watt, atau dapat menghemat energi sebesar 47.71%. Nilai tersebut setara dengan Rp. 10.8.000 perbulan dengan asumsi hidup tiap hari selama jam. Sementara model 3 dengan penghematan energi yang sama dengan model 2, namun dari sisi intensitas penerangan jalannya lebih rendah dibandingkan dengan model 2. Untuk keperluan penghematan energi dan anggaran yang dikerluarkan pemda, sebaiknya digunakan model 2. DAFT AR PUST AKA [1]. Harten P. Van, Instalasi Listrik Arus Kuat jilid 2, Bina Cipta, Bandung. 02,. [2]. Hermawan, Karnoto, Perancangan Software Aplikasi Optimasi Penataan Lampu PJU Sebagai Upaya Penghematan Biaya Energi Listrik, Transmisi, Volume 9 Nomor 1, Teknik Elektro Undip, Semarang, -, 05 [3]. Lampiran VI B Keputusan Presiden Republik Indonesia (Kepres RI) No. 89 Tahun 02, Tarif Dasar Listrik untuk Keperluan Kantor Pemerintah dan Penerangan Jalan Umum http://www.pln.co.id/pelayananpelanggan/tdl/tdl03/tdlkantorpemerintahpenerangan JalanJulDes/tabid/9/language/id-ID/Default.aspx, 03 [4]. Direktorat Pembinaan Jalan Kota, Spesifikasi Lampu Penerangan Jalan Perkotaan, NO. /S/BNKT/ 1991, Direktorat Jenderal Binamarga, Jakarta, 8, 1992. [5]. Badan Standardisasi Nasional, RSNI S-XX-06 Spesifikasi Penerangan Jalan di Kawasan Perkotaan, Standar Nasional Indonesia, Jakarta, 8, 05. [6]. Leatman Trading, Philips SON-T Plus 0 watt bloom bulb, https://www.leafman.nl/philips-sont-plus-watt-bloeilamp-p-26.html?language=en, 06. TELKOMNIKA Vol. 6, No. 3, Desember 08 : 199-8