PERATURAN DAERAH KABUPATEN GORONTALO NOMOR 65 TAHUN 2000 TENTANG RETRIBUSI PENGAMANAN, PENGAWASAN DAN PEMBINAAN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GORONTALO, Menimbang : a. Bahwa dengan berlakunya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, maka penyelenggaraan Otonomi Daerah memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab secara proporsional yang diwujudkan dengan pengaturan, pembagian dan pemanfaatan sumber daya yang ada di daerah; b. Bahwa dalam rangka menunjang penyelenggaraan otonomi daerah perlu menggali sumber-sumber pendapatan daerah yang potensial termasuk usaha-usaha perkebunan; c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi Pengamanan, Pengawasan dan Pembinaan Usaha Perkebunan; Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerahdaerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran Negara Tahun 1959 Nomor 74. Tambahan Lembaran Negara Nomor 1822); 2. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209); 3. Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3685), selanjutnya telah dirubah dengan Undang-undang Nomor Tahun 2000;
4. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839); 5. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848); 6. Undang-undang Nomor 50 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Boalemo (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 178, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3899), sebagaimana telah dirubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 2000; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1979 tentang Pemindahan Ibukota Kabupaten Daerah Tingkat II Gorontalo dari Isimu ke Limboto (Lembaran Negara Tahun 1979 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3147) 8. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3258); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952); 10.Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan, Rancangan Peraturan Pemerintah dan Rancangan Keputusan Presiden (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 70); Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN GORONTALO MEMUTUSKAN
Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN GORONTALO TENTANG RETRIBUSI PENGAMANAN, PENGAWASAN DAN PEMBINAAN USAHA PERKEBUNAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Daerah Otonom Kabupaten Gorontalo 2. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta perangkat Daerah Otonom yang lain sebagai Badan Eksekutif Daerah Kabupaten Gorontalo. 3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Badan Legislatif Daerah Kabupaten Gorontalo. 4. Kepala Daerah adalah Bupati Gorontalo. 5. Pejabat yang berwenang adalah pegawai yang diberi tugas tertentu sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku; 6. Badan adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau daerah dengan nama dan bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi, koperasi, yayasan, atau organisasi yang sejenis, lembaga, dana pension, bentuk usaha tetap serta bentuk badan usaha lainnya. 7. Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan hukum. 8. Wajib retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundangundangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran. 9. Bibit adalah tanaman yang digunakan untuk memperbanyak dan atau mengembang biakkan tanaman. 10. Benih adalah bagian tanaman yang berbentuk biji, akar rimpang yang digunakan untuk perbanyakan tanaman. 11. Stek adalah system perbanyakan tanaman dengan cara pengambilan bagian batang/ cabang tanaman.
12. Masa retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi wajib retribusi untuk memanfaatkan izin. 13. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan dan mengelola data atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban berdasarkan peraturan perundang-undangan. 14. Penyidikan tindak pidana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat jelas tindak pidana yang terjadi serta menemukan tersangka. BAB II PENGAMANAN DAN PENGAWASAN Pasal 2 Pengamanan dan pengawasan usaha perkebunan adalah segala kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah untuk mencegah kemungkinan timbulnya hama penyakit serta membasmi berjangkitnya segala macam penyakit. Pasal 3 Pembinaan usaha perkebunan adalah segala kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah yang menyangkut bimbingan dan pendekatan sarana produksi, kultur teknis, dan pengolahan perkebunan. BAB III KETENTUAN PENEBANGAN POHON KELAPA Pasal 4 (1) Untuk menjaga keseimbangan populasi pohon kelapa maka setiap penebangan pohon kelapa dibatasi pada tanaman yang tidak produktif lagi. (2) Penebangan pohon kelapa sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) harus melalui pemeriksaan petugas yang ditunjuk.
Pasal 5 (1) Setiap penebangan pohon kelapa sebagaimana dimaksud pada Pasal 4 untuk tujuan komersial dikenakan pungutan retribusi. (2) Dikecualikan dari pungutan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Penebangan pohon kelapa untuk kepentingan umum dan pekarangan perumahan. (3) Kepada orang atau badan yang melakukan setiap penebangan pohon kelapa dan atau yang memanfaatkan pohon kelapa dan atau batang kelapa diwajibkan untuk menjaga keamanan dan kelestarian lingkungan. BAB IV KLASIFIKASI DAN PENDAFTARAN USAHA PERKEBUNAN Pasal 6 (1) Usaha Perkebunan Rakyat adalah usaha yang dilakukan oleh pekebun dengan skala pemilikan sebagai berikut : a. Usaha pembibitan kelapa di bawah 1000 bibit; b. Usaha pembibitan kakao di bawah 2000 bibit; c. Usaha pembibitan kemiri di bawah 2000 bibit; d. Usaha pembibitan jambu mete di bawah 2000 bibit; e. Usaha pembibitan kopi di bawah 2000 bibit; f. Usaha pembibitan stek lada di bawah 2000 bibit; g. Usaha pengadaan bibit/ stek tebu di bawah 15.000 stek; h. Usaha pengadaan benih jahe di bawah 2000 kg; i. Usaha pengadaan stek vanili di bawah 2500 stek; j. Usaha pembibitan kayu manis di bawah 1000 bibit; k. Usaha pembibitan cengkeh di bawah 1000 bibit; (2) Usaha perkebunan besar ialah usaha perkebunan yang dikelola oleh pengusaha perorangan atau badan yang kegiatannya usahanya lebih besar dari jumlah sebagaimana dimaksud pada ayat (1).