BAB III PENENTUAN KEBUTUHAN AIR MINUM

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PENENTUAN KEBUTUHAN AIR MINUM

BAB IV DASAR PERENCANAAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH

BAB IV PENENTUAN KEBUTUHAN AIR MINUM DI WILAYAH PERENCANAAN

TEKNIK PENYEDIAAN AIR MINUM TL 3105 SLIDE 03. Yuniati, PhD

STUDI KEBUTUHAN AIR PERKOTAAN BANJARMASIN SEBAGAI IBUKOTA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN ABSTRAK

BAB IV DASAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH KOTA NIAMEY

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

Tabel IV.1 Guna Lahan Perumahan Dan Proyeksi Jumlah Penduduk

BAB V ANALISIS KEBUTUHAN AIR BERSIH

PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH KELURAHAN KAYAWU KOTA TOMOHON

ANALISIS KEBUTUHAN AIR BERSIH DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR SUMATERA SELATAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Data Dalam penulisan ini, diperlukan data-data penunjang untuk menjawab

BAB I PENDAHULUAN. Sewon untuk diolah agar memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan sebelum

PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA RANOLAMBOT KECAMATAN KAWANGKOAN BARAT KABUPATEN MINAHASA

PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DESA LOBONG, DESA MUNTOI, DAN DESA INUAI KECAMATAN PASSI BARAT KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl. Perpustakaan No.1 Kampus USU Medan

PENGEMBANGAN SISTIM PELAYANAN AIR BERSIH

IPB International Convention Center, Bogor, September 2011

Kata Kunci : IPA Penet, Daerah Layanan, Jaringan Distribusi Utama, Suplesi dan software WaterNet

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH

TUGAS KELOMPOK PREDIKSI KEBUTUHAN DOMESTIK AIR BERSIH DI SUATU KLASTER PERUMAHAN/SUATU DAERAH BAHAN PRESENTASI DISUSUN OLEH :... NIM :...

PERENCANAAN PENINGKATAN PELAYANAN AIR BERSIH DI KECAMATAN TANJUNGPANADN KEBUPATEN BELITUNG

Perencanaan Air Bersih

pekerjaan yang sistematis mulai dari awal sampai selesainya pekerjaan, sehingga

BAB II LANDASAN TEORI. pelayanannya dapat menggunakan Sambungan Rumah (SR), Sambungan Halaman

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan

PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA TANDENGAN, KECAMATAN ERIS, KABUPATEN MINAHASA

PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR PEJOMPONGAN II DENGAN METODE KONVENSIONAL

PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA DUMOGA II KECAMATAN DUMOGA TIMUR KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

Analisis Sistem Penyediaan Air Bersih di PDAM Tirta Silau Piasa, Kisaran Barat, Asahan, Sumatra Utara

DESAIN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI KELURAHAN TINOOR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAK...

BAB III METODE PERENCANAAN

BAB V PEMBAHASAN. Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 270 sampel di wilayah usaha

DESAIN SISTEM JARINGAN DAN DISTRIBUSI AIR BERSIH PEDESAAN (STUDI KASUS DESA WAREMBUNGAN)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN Latar Belakang

PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA MOTONGKAD UTARA KECAMATAN NUANGAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TIMUR

STUDI SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI PULAU BARRANG LOMPO KECAMATAN UJUNG TANAH KOTA MAKASSAR

RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH KOTA PALANGKARAYA

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB IV ANALISIS DAYA DUKUNG DAN DAYA TAMPUNG LAHAN PERUMAHAN. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada penjabaran analisis berikut :

PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH UNTUK ZONA PELAYANAN IPA PILOLODAA KOTA GORONTALO

PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI KELURAHAN LAHENDONG KECAMATAN TOMOHON SELATAN KOTA TOMOHON

III. METODOLOGI PENELITIAN. ini adalah wilayah penelitian Kota Bandar Lampung dengan wilayah. arah tersedianya pemenuhan kebutuhan masyarakat.

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA SULUUN SATU KECAMATAN SULUUN TARERAN KABUPATEN MINAHASA SELATAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN

PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA MUNTE KECAMATAN LIKUPANG BARAT KABUPATEN MINAHASA UTARA

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan. Desa Bumi Restu memiliki

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

Perencanaan Sistem Penyediaan Air Bersih Di Desa Taratara Kecamatan Tomohon Barat

BAB IV DASAR PERENCANAAN

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

1.1 Latar Belakang 1

BUPATI BARITO UTARA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 2 TAHUN 2010

PENGEMBANGAN SISTEM PELAYANAN AIR BERSIH DI KELURAHAN GURABUNGA KOTA TIDORE KEPULAUAN

BAB IV ANALISIS STRUKTUR RUANG KOTA KECAMATAN

PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH IKK ALALAK

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010

KEBUTUHAN AIR BERSIH DI KECAMATAN GLAGAH KABUPATEN LAMONGAN ABSTRAK

STUDI EVALUASI DAN PENGEMBANGAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR BERSIH PDAM KOTA MALANG PADA KECAMATAN KEDUNGKANDANG

I. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 17 TAHUN 2006 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG KOTA HAURGEULIS KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN

PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA SEA KECAMATAN PINELENG KABUPATEN MINAHASA

IV.GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Gedung Aji memiliki luas wilayah sekitar 114,47 km 2 beribukota di

PENINGKATAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI KELURAHAN WOLOAN SATU UTARA KECAMATAN TOMOHON BARAT KOTA TOMOHON

ESTIMASI KEBUTUHAN DAYA LISTRIK SULAWESI SELATAN SAMPAI TAHUN Harifuddin Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FT UNM. Abstrak

PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH IKK ALALAK

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH LOKASI. Sesuai dengan kondisi letak geografis kelurahan Way Dadi yang berada tepat

PERENCANAAN PIPA DISTRIBUSI AIR BERSIH KELURAHAN SAMBALIUNG KECAMATAN SAMBALIUNG KABUPATEN BERAU ABSTRAK

BAB II LANDASAN TEORI. ketersediaan air dengan tingkat pemenuhan yang dapat ditelorir di daerah yang

ANALISIS PEMAKAIAN AIR BERSIH ( PDAM ) UNTUK KOTA PEMATANG SIANTAR

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... iii. UCAPAN TERIMA KASIH... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... viii. DAFTAR GAMBAR...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu Tahnia Nazthalia (2012) mengadakan penelitian Analisa Kebutuhan Air

ANALISIS TINGKAT PELAYANAN RESERVOIR PDAM TIRTANADI CABANG PADANGSIDIMPUAN

PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM GRESIK WILAYAH KOTA. Choiriyah Hastuningtiyas Handoko Dosen Pembimbing : Ir. Hari Wiko Indarjanto, MEng.

V. GAMBARAN UMUM Gambaran Lokasi Penelitian

dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman Daerah

STRATEGI PENINGKATAN PELAYANAN PDAM KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN GUNA PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH MASYARAKAT KOTA SO E

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA POLOBOGO

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. pemerintahan Propinsi Lampung di Bandar Lampung adalah 77 km.

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

PROFIL KABUPATEN / KOTA

TUGAS AKHIR. Disusun oleh : ARIF SETIAWAN NIM I PROGRAM STUDI DIII TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

STUDI JARINGAN AIR BERSIH PDAM DI KECAMATAN PONTIANAK TENGGARA

STRATEGI PDAM KOTA TOMOHON DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN AIR BERSIH

BAB III GAMBARAN UMUM PARIWISATA LAMPUNG

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. maret Pada tahun 2008 tentang pembentukan Kabupaten Mesuji dan

PROFIL KABUPATEN / KOTA

KATA PENGANTAR. Laporan Akhir PENYUSUNAN LAYANAN PERSAMPAHAN KOTA BOGOR

Transkripsi:

BAB III PENENTUAN KEBUTUHAN AIR MINUM III.1. Umum Dalam merencanakan instalasi pengolahan air minum diperlukan informasi mengenai kebutuhan air minum di wilayah perencanaan. Penentuan besar kebutuhan air minum ini dilakukan dalam rangka mengetahui kapasitas instalasi pengolahan yang harus disiapkan. Kebutuhan air minum sangat ditentukan oleh beberapa faktor yaitu : Daerah pelayanan Periode pelayanan Jumlah penduduk dan fasilitas umum beserta laju pertumbuhannya Pola pemakaian air di wilayah tersebut Selain itu, banyaknya kebutuhan air minum di wilayah perencanaan dapat diketahui dengan menentukan besar kebutuhan air minum domestik, non domestik, kebutuhan air minum untuk keperluan kota, tingkat pelayanan yang diberikan ke masyarakat, kemungkinan terjadinya kehilangan air dalam sistem, fluktuasi pemakaian air, dan kebutuhan air di dalam instalasi pengolahan itu sendiri. III.. Daerah Pelayanan Pemilihan daerah yang dilayani sangat menentukan besarnya kebutuhan air minum yang akan dilayani oleh instalasi pengolahan air minum karena daerah pelayanan yang berbeda akan memiliki populasi penduduk, standar kebutuhan air minum, dan pola pemakaian air minum yang berbeda pula. Dalam perencanaan ini, daerah yang ditentukan sebagai daerah pelayanan adalah Kota Kendari. Pemilihan Kota Kendari sebagai daerah pelayanan instalasi pengolahan air minum yang direncanakan disebabkan oleh pasokan air minum untuk wilayah ini belum mencukupi. Hal ini akan semakin buruk jika tidak segera diatasi mengingat Kota Kendari sebagai ibukota Propinsi Sulawesi Tenggara akan terus berkembang pada tahuntahun yang akan datang. III-1

III.3. Periode Perencanaan Periode perencanaan merupakan rentang waktu yang diberikan kepada instalasi pengolahan untuk dapat melayani kebutuhan air masyarakat di wilayah perencanaan. Rentang waktu 10 0 tahun dipertimbangkan sebagai periode yang cocok untuk merencanakan suatu sistem penyediaan air minum, termasuk merencanakan kapasitas dari suatu instalasi pengolahan air minum (Kawamura, 1991). Pada perencanaan instalasi pengolahan air minum Kota Kendari diambil periode pelayanan selama 0 tahun yang dibagi ke dalam tahapan, masing-masing selama 10 tahun. III.4. Proyeksi Jumlah Penduduk Proyeksi jumlah penduduk merupakan perkiraan jumlah penduduk di masa datang. Perhitungan proyeksi jumlah penduduk sangat penting dilakukan untuk memprediksikan kebutuhan air minum suatu wilayah dalam kurun waktu perencanaan. Dalam melakukan perhitungan harus memperhatikan perkembangan jumlah penduduk masa lampau, kecenderungannya, arahan tata guna lahan, dan ketersediaan lahan untuk menampung perkembangan jumlah penduduk. Berikut ini beberapa metode statistik yang dapat digunakan untuk memprediksi laju pertumbuhan penduduk : 1. Aritmatik. Geometrik 3. Regresi Linier 4. Eksponensial 5. Logaritmik III.4.1. aritmatik aritmatik atau metode rata-rata hilang biasanya digunakan apabila laju pertumbuhan populasi penduduk relatif konstan setiap tahun. Kondisi ini dapat terjadi pada kota dengan luas wilayah yang kecil, tingkat pertumbuhan ekonomi kota rendah, dan perkembangan kota tidak terlalu pesat. Secara matematis, metode ini dapat dituliskan sebagai berikut : III-

Pn = P0 + r ( Tn T0 ) N Pi P( i 1) r = i= 1 N dimana : P n P 0 r T n T 0 N = Jumlah penduduk tahun ke-n = Jumlah penduduk tahun dasar = Kenaikan rata-rata jumlah penduduk = Tahun ke-n = Tahun dasar = Jumlah data diketahui III.4.. Geometrik geometrik digunakan bila data jumlah penduduk menunjukkan peningkatan yang pesat dari waktu ke waktu. Secara matematis, metode ini dapat dituliskan sebagai berikut : r = dimana : P n P o r n N P n = P0 (1 + r) N Pi P i= 1 N P i n ( i 1) = Jumlah penduduk pada tahun yang diproyeksikan = Jumlah penduduk awal = Rata-rata angka pertumbuhan penduduk tiap tahun = Jangka waktu = Jumlah data diketahui III.4.3. Regresi Linier regresi linear dapat dirumuskan dalam suatu persamaan matematika, yaitu : y = a + bx y x x ( xy) a = N x ( x) N ( xy) x y b = N x ( x) III-3

III.4.4. Eksponensial eksponensial dapat dirumuskan dalam suatu persamaan matematika, yaitu : y = a e bx 1 ln a = ( ln y b x) N N ( x ln y) ( x ln y) b = N( x ) ( x) III.4.5. Logaritmik logaritmik dapat dirumuskan dalam suatu persamaan matematika, yaitu : y = a + bln x 1 a = [ y b (ln x)] N N ( y ln x) y ln x b = N (ln x) ( ln x) III.4.6. Dasar Pemilihan Proyeksi Penduduk Dari kelima metode yang tersedia untuk memproyeksikan jumlah penduduk, harus dipilih satu metode yang paling mewakili pola pertumbuhan penduduk di wilayah perencanaan. Untuk menentukan metode yang paling mewakili pola pertumbuhan penduduk di wilayah perencanaan, diperlukan perhitungan faktor korelasi, standar deviasi, dan keadaan perkembangan kota di masa yang akan datang. Perhitungan faktor korelasi dan standar deviasi dapat dilakukan dengan menganalisa dan membandingkan data kependudukan yang tersedia dengan data penduduk dari perhitungan metode proyeksi yang digunakan. Persamaan faktor korelasi dapat dirumuskan melalui persamaan matematis berikut : r = ( P dimana : r² = Faktor korelasi P n P r n P ) r ( P n P ) ( P n r P) = Jumlah penduduk pada tahun ke-n = Rata-rata jumlah penduduk dari data yang diketahui III-4

P = Estimasi jumlah penduduk berdasarkan perhitungan metode regresi yang dilakukan Kriteria korelasi adalah sebagai berikut : r < 0, Kedua data memiliki korelasi yang kuat tetapi bernilai negatif dan memiliki hubungan berbanding terbalik satu sama lain. r = 0, Kedua data tidak berkorelasi r > 0, Kedua data memiliki korelasi kuat dan memiliki hubungan positif yang berbanding lurus satu sama lain. Sedangkan persamaan standar deviasi dirumuskan melalui persamaan matematis berikut : dimana : ( Pn P) ( ( P STD = n n P) / n) STD = Standar deviasi dari data yang diketahui n = Jumlah data yang diketahui proyeksi penduduk yang dipilih adalah metode yang memiliki nilai faktor korelasi paling besar (paling mendekati 1) dan nilai standar deviasi paling kecil. Pola perkembangan kota sesuai dengan fungsi kota di masa mendatang juga bisa dijadikan salah satu pertimbangan untuk memilih metode proyeksi penduduk yang akan digunakan. Pada umumnya fungsi sebuah kota dapat menunjukkan kecenderungan pertambahan penduduk di masa mendatang. III.4.7. Pemilihan Proyeksi Jumlah Penduduk Data jumlah penduduk selama 11 tahun yang telah diketahui dianalisa secara statistik menggunakan metode aritmatik, geometrik, regresi linear, eksponensial, dan logaritmik untuk memperoleh persamaan matematis yang dapat mewakili pola pertumbuhan penduduk Kota Kendari.. Pada Tabel III.1. dapat dilihat persamaan-persamaan yang dihasilkan oleh setiap metode tersebut. 1 III-5

Tabel III.1. Persamaan Pertumbuhan Penduduk Dengan Berbagai r A b Persamaan Aritmatik 547 Pn=Po+547(Tn-To) Geometrik 0,0684 Pn=Po(1.0.0884)^n Regresi Linear -110985 6153 Y=-110985+6153X Y=1.41368*10-1,41368E- 0,0314707 Eksponensial *e^(0.0314707x) Logaritmik -93334987 1305340 Y=-93334987+1305340*lnX Sumber : Lampiran A Setelah persamaan matematis dari setiap metode diperoleh, maka langkah selanjutnya adalah melakukan perhitungan r dan STD untuk menentukan metode yang paling tepat dan paling mewakili. Pada Tabel III. dapat dilihat nilai r dan standar deviasi untuk setiap metode. Tabel III.. Nilai r dan Standar Deviasi untuk Setiap Aritmatik Geometrik Reg Linear Eksponensial Logaritmik r 0,79 0,78 0,86 0,87 0,999 r 0,6 0,88 0,93 0,93 0,999 STD 7577,66 7336,30 693,69 670,98 6937,3 Sumber : Lampiran A Berdasarkan Tabel III., dapat ditentukan bahwa metode yang paling tepat dan paling mewakili untuk digunakan sebagai metode proyeksi jumlah penduduk Kota Kendari di masa yang akan datang adalah metode logaritmik. Hal ini dikarenakan metode ini memiliki nilai faktor korelasi yang besar (mendekati 1). Meskipun nilai standar deviasi metode logaritmik lebih besar daripada metode eksponensial, namun perbedaannya kecil. Jadi metode yang paling menggambarkan kondisi penduduk Kota Kendari 0 tahun mendatang adalah metode logaritmik. Hasil proyeksi penduduk selama periode perencanaan menggunakan kelima metode yang telah dijelaskan di atas dapat dilihat pada Gambar III.1 dan Tabel III.3 di bawah ini. III-6

Grafik Proyeksi Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk (jiwa) 500000 400000 300000 00000 100000 0 1990 000 010 00 030 Tahun Aritmatik Geometrik Reg. Linear Eksponensial Logaritmik Gambar III.1. Grafik Proyeksi Jumlah Penduduk Tahun Aritmatik Tabel III.3. Proyeksi Penduduk Kota Kendari Geometrik Regresi Linear Eksponensial Logaritmik 1995 171790 171790 171790 171790 171790 1996 184436 184436 184436 184436 184436 1997 166094 166094 166094 166094 166094 1998 179463 179463 179463 179463 179463 1999 177664 177664 177664 177664 177664 000 00390 00390 00390 00390 00390 001 0439 0439 0439 0439 0439 00 0917 0917 0917 0917 0917 003 117 117 117 117 117 004 955 955 955 955 955 005 6056 6056 6056 6056 6056 006 31483 9896 33603 35914 33560 007 36909 36067 39757 4340 39693 008 4336 4403 45910 5118 458 009 4776 48909 5063 59098 51949 010 53189 55590 5816 673 58073 011 58616 6451 64370 75807 64193 01 6404 69495 7053 8456 70311 013 69469 7678 76676 93594 7645 014 74895 84156 889 30913 8536 015 803 91783 88983 3157 88645 016 85749 99615 95136 3447 94750 017 91175 307657 30189 3368 30085 018 9660 315914 30744 34341 30695 019 3008 34394 313596 354136 313048 00 307455 333101 319749 365376 319141 01 3188 34041 3590 376973 353 0 318308 351 33055 388939 331319 03 33735 360649 33809 40184 337403 Sumber : Lampiran A III-7

Tahun Tabel III.3. Proyeksi Penduduk Kota Kendari (Lanjutan) Aritmatik Geometrik Regresi Linear Eksponensial Logaritmik 04 39161 37039 34436 41401 343484 05 334588 38069 350515 4716 34956 06 340015 390476 356668 44070 355638 07 345441 400957 368 454709 361710 Sumber : Lampiran A Pertimbangan lain yang juga harus diperhatikan dalam menentukan metode proyeksi jumlah penduduk yang paling tepat dan paling mewakili adalah melihat potensi yang ada di Kota Kendari dan kecenderungan pola perkembangan kota. Potensi yang ada Kota Kendari menggambarkan kemungkinan besarnya pertambahan penduduk dalam waktu mendatang. Kota Kendari memiliki beberapa potensi, yaitu potensi perdagangan, industri, pariwisata, dan pendidikan. - Potensi perdagangan Kegiatan perdagangan di Kota Kendari terdiri dari perdangangan ekspor dan impor, perdagangan antar pulau, dan perdagangan lokal. Jenis barang yang diperdagangkan meliputi berbagai komoditi dan hasil perkebunan, pertanian, peternakan, perikanan, dan kehutanan. Tiap tahunnya volume dan nilai ekspor bertambah, nilai impor menurun, nilai perdagangan antar pulau menurun, dan perdagangan lokal tumbuh cukup tinggi (sebesar 5,97%). - Potensi industri Sektor industri di Kota Kendari terus memperlihatkan perkembangan. Industri yang berkembang di Kota Kendari adalah industri kecil dan menengah. Tidak adanya industri besar menyebabkan tidak terjadinya lonjakan tajam jumlah penduduk. - Potensi pariwisata Sebagai ibukota propinsi, Kota Kendari memiliki potensi di bidang pariwisata yang meliputi wisata pulau, budaya, pantai, dan wisata agro. Perkembangan sektor pariwisata di Kota Kendari didukung oleh terbangunnya bandar udara Wortel Mongonsidi III-8

dengan standar internasional, berkembangnya sektor akomodasi dan toko souvenir. - Potensi pendidikan Sektor pendidikan menduduki peranan penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Universitas Haluoleo yang ada di Kota Kendari merupakan perguruan tinggi favorit di Sulawesi Tenggara. Beberapa tahun mendatang, Universitas Haluoleo akan membuka fakultas kedokteran. Hal ini akan menambah daya tarik Kota Kendari dalam bidang pendidikan. Dalam beberapa tahun terakhir Kota Kendari sedang mengalami perkembangan dalam berbagai bidang. Namun, Kota Kendari tidak memiliki lokasi pertambangan yang sering menyebabkan terjadinya lonjakan penduduk di suatu wilayah. Berdasarkan uraian di atas, hasil proyeksi penduduk metode logaritmik dapat digunakan. Pola perkembangan kota merupakan pola perkembangan kota yang sesuai dengan Rencana Detail Tata Ruang Kota Kendari yang direncanakan oleh Dinas Tata Kota dan Bangunan Kota Kendari. Dalam Rencana Detail Tata Ruang Kota Kendari dijelaskan bahwa jumlah lahan potensial yang dapat dipergunakan sebagai wilayah perkotaan (lahan dengan kemiringan lereng 0-15 %) adalah 1660 Ha. Untuk menentukan jumlah penduduk maksimal yang dapat ditampung pada lahan seluas 1660 Ha tersebut diperlukan beberapa asumsi sebagai berikut : 1. Jumlah jiwa per rumah adalah 6 orang;. Tipe rumah yang dihuni oleh masyarakat terdiri dari 3 jenis, yaitu : a. Tipe 1, kapling besar : 100 m² b. Tipe, kapling sedang : 600 m² c. Tipe 3, kapling kecil : 300 m² 3. Komposisi kebutuhan rumah, berdasarkan tipe rumah di atas adalah : Tipe 1 : Tipe : Tipe 3 = 1 : 3 : 6 III-9

4. Luas kebutuhan lahan perumahan : kebutuhan lahan untuk fasilitas umum dan sarana penunjang adalah 70 : 30 Dengan menggunakan asumsi-asumsi di atas dapat diperkirakan apakah jumlah penduduk berdasarkan hasil proyeksi dengan menggunakan metode terpilih dapat ditampung pada lahan yang potensial sebagai wilayah perkotaan, yaitu lahan seluas 1660 Ha. Penggunaan asumsi-asumsi di atas dapat dilihat pada perhitungan di bawah ini : Luas lahan untuk wilayah permukiman : A A A per per per = 70% A kota = 70% 1660 Ha = 11634 Ha Luas lahan untuk tiap tipe rumah : Tipe 1 : A A tipe1 tipe1 = 1/10 11634 Ha = 1163,4 Ha Tipe : A A tipe tipe = 3/10 11634 Ha = 3490, Ha Tipe 3 : A A tipe3 tipe3 = 6 /10 11634 Ha = 6980,4 Ha Jumlah rumah yang dapat dibangun : Tipe 1 : Rmh Rmh tipe1 tipe1 = 11634000 m = 9695 rumah /100 m rmh Tipe : Rmh Rmh tipe tipe = 3490000m = 58170 rumah / 600 m rmh Tipe 3 : III-10

Rmh Rmh tipe3 tipe3 = 69804000 m = 3680 rumah / 300 m rmh Total rumah yang dapat dibangun adalah 300545 rumah. Jumlah penduduk yang dapat ditampung : Pend Pend ditampung ditampung = 300545 rmh 6 = 180370 org org rmh Jika hasil perhitungan di atas dibandingkan dengan hasil proyeksi jumlah penduduk pada akhir periode perencanaan dengan menggunakan metode logaritmik yaitu sebesar 361710 jiwa maka dapat dilihat bahwa wilayah Kota Kendari masih dapat menampung pertumbuhan penduduk untuk 0 tahun mendatang. Dari hasil ini maka jumlah penduduk berdasarkan hasil proyeksi metode logaritmik dapat digunakan untuk menentukan kebutuhan air minum di wilayah perencanaan. III.5. Proyeksi Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial Proyeksi fasilitas umum dan fasilitas sosial digunakan untuk menentukan kebutuhan air non domestik. Fasilitas umum dan fasilitas sosial terdiri dari sebagai berikut : 1. Fasilitas pendidikan. Fasilitas peribadatan 3. Fasilitas kesehatan 4. Fasilitas perdagangan dan jasa 5. Fasilitas umum, rekreasi dan olahraga 6. Kegiatan industri Peningkatan jumlah fasilitas umum dan sosial dapat ditentukan dengan menggunakan standar penduduk pendukung yang dapat diperoleh dengan cara menghitung banyaknya jumlah penduduk yang diwakili oleh satu unit fasilitas umum atau fasilitas sosial yang ada pada tahun 005. III.5.1. Fasilitas Pendidikan Fasilitas pendidikan yang terdapat di Kota Kendari terdiri dari Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Tingkat III-11

Pertama, Sekolah Menengah Tingkat Atas, Sekolah Tinggi, dan Universitas. Pada Tabel III.4 di bawah ini dapat dilihat proyeksi fasilitas pendidikan untuk 0 tahun mendatang. Tabel III.4. Proyeksi Fasilitas Pendidikan 005 017 07 Fasilitas Standar Pendidikan Populasi Jmlh Jmlh Jmlh Jmlh Jmlh Jmlh Pend Fas Pend Fas Pend Fas TK 39 6056 70 30085 93 361710 11 SD 1838 6056 13 30085 164 361710 197 SMTP 8694 6056 6 30085 35 361710 4 SMTA 989 6056 3 30085 31 361710 37 Sekolah Tinggi 857 6056 8 30085 11 361710 13 Universitas 11308 6056 30085 3 361710 3 Sumber : Lampiran B III.5.. Fasilitas Peribadatan Pada tahun 005, di Kota Kendari terdapat fasilitas peribadatan berupa mesjid, mushola, gereja katolik, gereja protestan, vihara, dan pura. Di bawah ini dapat dilihat hasil proyeksi jumlah fasilitas peribadatan untuk 0 tahun mendatang. Tabel III.5. Proyeksi Fasilitas Peribadatan 005 017 07 Fasilitas Standar Peribadatan Populasi Jmlh Jmlh Jmlh Jmlh Jmlh Jmlh Pend Fas Pend Fas Pend Fas Mesjid 1005 6056 5 30085 99 361710 360 Mushola 59 6056 47 30085 568 361710 683 Gereja Katolik 7535 6056 3 30085 4 361710 5 Gereja Protestan 15070 6056 15 30085 0 361710 4 Vihara/Pura 56514 6056 4 30085 5 361710 6 Sumber : Lampiran B III.5.3. Fasilitas Kesehatan Fasilitas kesehatan yang ada di Kota Kendari hingga tahun 005 terdiri dari Rumah Sakit, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Plus, Posyandu, Kader Posyandu, Toko Obat, dan Apotik. Pada Tabel III.6 di bawah ini dapat dilihat proyeksi jumlah fasilitas kesehatan di Kota Kendari untuk 0 tahun mendatang. III-1

Fasilitas Kesehatan Tabel III.6. Proyeksi Fasilitas Kesehatan Standar Populasi Jmlh Pend 005 017 07 Jmlh Jmlh Jmlh Jmlh Fas Pend Fas Pend Rumah Sakit 394 6056 7 30085 9 361710 11 Puskesmas 394 6056 7 30085 9 361710 11 Jmlh Fas Puskesmas Pembantu 1559 6056 18 30085 4 361710 9 Posyandu 1354 6056 167 30085 361710 67 Kader Posyandu 9 6056 987 30085 1314 361710 1579 Toko Obat 6850 6056 33 30085 44 361710 53 Apotik 6459 6056 35 30085 47 361710 56 Sumber : Lampiran B III.5.4. Fasilitas Perdagangan dan Jasa Proyeksi jumlah fasilitas perdagangan dan jasa di Kota Kendari untuk 0 tahun mendatang dapat dilihat pada Tabel III.7. Tabel III.7. Proyeksi Fasilitas Perdagangan dan Jasa Fasilitas Standar 005 017 07 Perdagangan & Populasi Jmlh Jmlh Jmlh Jmlh Jmlh Jmlh Jasa Pend Fas Pend Fas Pend Fas Warung/Toko/Kios 1184 6056 191 30085 54 361710 306 Pasar 4511 6056 5 30085 7 361710 8 Bank/Lemb.Keu 989 6056 3 30085 31 361710 37 Koperasi 10765 6056 1 30085 8 361710 34 Terminal 56514 6056 4 30085 5 361710 6 Supermarket 4511 6056 5 30085 7 361710 8 Restoran 3706 6056 61 30085 81 361710 98 Sumber : Lampiran B III.5.5. Fasilitas Umum, Rekreasi, dan Olahraga Proyeksi jumlah fasilitas umum, rekreasi, dan olahraga di Kota Kendari untuk 0 tahun mendatang dapat dilihat pada Tabel III.8 di bawah ini. Tabel III.8. Proyeksi Fasilitas Umum, Rekreasi, dan Olahraga Fasilitas Umum, Rekreasi,& OR Standar Populasi Jmlh Pend 005 017 07 Jmlh Jmlh Jmlh Jmlh Fas Pend Fas Pend Jmlh Fas Fasilitas Pemerintahan - Tingkat Propinsi 451 6056 50 30085 67 361710 80 - Tingkat Kabupaten 4710 6056 48 30085 64 361710 77 - Tingkat Kecamatan 606 6056 10 30085 13 361710 16 -Tingkat Kelurahan/Desa 353 6056 64 30085 85 361710 10 Fasilitas Rekreasi & OR Sumber : Lampiran B III-13

Tabel III.8. Proyeksi Fasilitas Umum, Rekreasi, dan Olahraga (Lanjutan) 005 017 07 Fasilitas Umum, Standar Rekreasi,& OR Populasi Jmlh Jmlh Jmlh Jmlh Jmlh Jmlh Pend Fas Pend Fas Pend Fas - GOR dan Ruang Terbuka 7535 6056 3 30085 4 361710 5 - Stadion 11308 6056 30085 3 361710 3 - Lapangan Voli 11308 6056 30085 3 361710 3 - Lapangan Bulutangkis 18838 6056 1 30085 16 361710 19 - Lapangan Basket 857 6056 8 30085 11 361710 13 - Lapangan Tenis 857 6056 8 30085 11 361710 13 - Kolam Renang 6056 6056 1 30085 1 361710 - Hotel/Akomodasi 3646 6056 6 30085 83 361710 99 Sumber : Lampiran B III.5.6. Kegiatan Industri Proyeksi jumlah kegiatan industri di Kota Kendari untuk 0 tahun mendatang dapat dilihat pada Tabel III.9 di bawah ini. Tabel III.9. Proyeksi Kegiatan Industri Kegiatan Industri 005 017 07 Standar Populasi Jmlh Jmlh Jmlh Jmlh Jmlh Jmlh Pend Fas Pend Fas Pend Fas Industri Kecil 481 6056 470 30085 66 361710 75 Industri Menengah & Besar 4347 6056 5 30085 69 361710 83 Sumber : Lampiran B III.6. Proyeksi Kebutuhan Air Minum Untuk memproyeksikan kebutuhan air minum untuk daerah perencanaan, diperlukan standar kebutuhan air minum, hasil proyeksi penduduk, dan hasil proyeksi jumlah fasilitas umum serta fasilitas sosial, dan jenis peruntukan pemakaian air minum. Berikut ini akan dibahas standar kebutuhan air minum dan peruntukan pemakaian air minum yang terbagi menjadi tiga jenis yaitu : 1. Pemakaian untuk kebutuhan domestik/rumah tangga. Pemakaian untuk kebutuhan nondomestik 3. Pemakaian untuk keperluan perkotaan III.6.1. Standar Kebutuhan Air Minum Terdapat beberapa standar kebutuhan air minum yang dikeluarkan oleh lembaga nasional maupun lembaga internasional. Salah satu standar kebutuhan air minum dikeluarkan oleh Departemen Pemukiman dan III-14

Prasarana Wilayah tahun 003 dapat dilihat pada Tabel III.10. Beberapa standar yang lain dapat dilihat pada Lampiran B. III.6.. Kebutuhan Air Domestik Pemakaian air untuk kebutuhan air domestik merupakan pemakaian untuk aktivitas rumah tangga. Pemenuhan kebutuhan air domestik dilakukan dengan dua cara, yaitu sambungan rumah dan hidran umum. Tabel III.11 dan III.1 di bawah ini menyajikan hasil perhitungan kebutuhan air domestik. SR : HU = 80 : 0 Standar Kebutuhan Air Minum : - Sambungan Rumah : 130 L/org/h - Hidran Umum : 30 L/org/h Tabel III.10. Standar Kebutuhan Air Minum Kategori Kota berdasarkan Jumlah No Uraian Satuan Penduduk Kota Sedang Kota Kecil Pedesaan 100000-500000 0000-100000 3000-0000 1 Konsumsi Unit Samb. Rumah liter/o/h 100-150 100-130 90-100 Konsumsi Unit Hidran Umum liter/o/h 30 30 30 3 Konsumsi Unit Non Domestik terhadap Konsumsi Domestik % 5-30 0-5 10-0 4 Kehilangan Air % 15 0 15 0 15 0 5 Faktor hari maksimum 1,1-1,5 1,1-1,5 1,1 1,5 6 Faktor jam puncak 1,5 -,0 1,5 -,0 1,5,0 7 Jumlah jiwa per SR Jiwa 6 6 6 8 Jumlah jiwa per HU Jiwa 100 00 100 00 100 00 9 Jam operasi Jam 4 4 4 10 SR/KU % 80 0 70 30 70 30 Sumber : Kimpraswil, 003 Tabel III.11. Jumlah Penduduk Terlayani oleh SR dan HU % 005 017 07 Penduduk Total 100 6056 30085 361710 Dilayani Samb Rumah 80 180845 4068 89368 Dilayani Hidran Umum 0 4511 60170 734 Sumber : Lampiran B III-15

Jenis Sambungan Tabel III.1. Kebutuhan Air Domestik Standar Keb. 005 017 07 Air Minum Populasi Keb. Air Populasi Keb. Air Populasi Keb. Air L/org/hari Jiwa L/hari Jiwa L/hari Jiwa L/hari Samb. Rumah 130 180845 350984 4068 3188657 89368 3761785 Hidran Umum 30 4511 1356336 60170 1805114.8 734 17059. (L/hari) 4866160 33093771 39788085 Total (L/detik) 88 383 461 Sumber : Lampiran B III.6.3. Kebutuhan Air Non Domestik Kebutuhan air non domestik merupakan kebutuhan air yang digunakan oleh fasilitas umum dan sosial yaitu : 1. Fasilitas Pendidikan. Fasilitas Peribadatan 3. Fasilitas Kesehatan 4. Fasilitas Perdagangan dan Jasa 5. Fasilitas Umum dan Rekreasi 6. Fasilitas Olahraga 7. Kegiatan industri Besarnya kebutuhan air non domestik selama periode perencanaan ditunjukkan oleh Tabel III.13. III.6.4. Kebutuhan Air untuk Keperluan Kota Kebutuhan air untuk keperluan kota dibagi menjadi : Kebutuhan untuk Hidran Kebakaran Sejumlah air harus disediakan untuk memadamkan kebakaran. Jumlah air yang dibutuhkan kira-kira 00 300 m³, berdasarkan debit rata-rata air 9 1 L/s selama 5 10 jam (Al-Layla,1980). Untuk suatu kota yang berpenduduk 00000 jiwa atau kurang, estimasi kebutuhan air untuk hidran kebakaran dapat pula dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut : Q = 3,860 P(1 0,01 P ) dimana : Q = Kebutuhan air (l/min) P = Populasi dalam ribuan III-16

Pada perencanaan instalasi pengolahan air minum di Kota Kendari, kebutuhan untuk hidran kebakaran diasumsikan sebesar 5 % dari kebutuhan air domestik dan non domestik. Kebutuhan untuk Tata Kota Untuk tata kota, air digunakan untuk operasional dan perawatan kolam dan taman-taman kota. Kebutuhan air untuk tata kota ini diasumsikan sebesar 3% dari kebutuhan air domestik dan non domestik. Tabel III.13. Kebutuhan Air Non Domestik 005 017 07 Jenis Fasilitas Jml Fas Keb. Air Minum Jml Fas Keb. Air Minum Jml Fas Keb. Air Minum Fas. Pendidikan 18 97840 44 1318545 9 1569870 Fas. Peribadatan 674 600950 896 798900 1078 961350 Fas. Kesehatan 156 1380500 167 1818400 009 19600 Fas. Perdagangan & Jasa 310 910369 413 111588 496 145667 Fas. Umum, Rekreasi, & OR 40 1917150 30 564450 384 3067500 Keg. Industri 5 00500 695 66400 835 30300 Total L/hari 5987889 797883 957189 L/det 69,30 9,34 110,79 Sumber : Lampiran B III.6.5. Rekapitulasi Kebutuhan Air di Wilayah Perencanaan Rekapitulasi kebutuhan air di wilayah perencanaan setelah dilakukan perhitungan kebutuhan air untuk kebutuhan domestik, non domestik, dan tata kota diuraikan pada Tabel III.14. Tabel III.14. Rekapitulasi Kebutuhan Air di Kota Kendari Jenis Kebutuhan Air 005 (L/det) 017 (L/det) 07 (L/det) Kebutuhan Air Domestik 330 439 57 Kebutuhan Air Non Domestik 69 9 111 Sub Total 399 531 638 Kebutuhan Air u/ Kep. Kota (8%) 3 43 51 Total 431 574 689 III.6.6. Tingkat Pelayanan Pelayanan air minum oleh instalasi pengolahan air minum akan dibagi ke dalam tahap, yaitu setiap 10 tahun. Tingkat pelayanan pada tahap pertama, yaitu dari tahun 007 s/d 017 direncanakan sebesar 55% dan tingkat pelayanan pada tahap kedua, yaitu dari tahun 017 s/d 07 III-17

direncanakan sebesar 65%. Pada tahun 006, PDAM Kota Kendari baru dapat melayani 41% dari jumlah penduduk. Tabel III.15. Tingkat Pelayanan IPAM 005 (Eksisting) Tahap I (007-017) Tahap II (017-07) Tingkat pelayanan (%) 38 45 55 III.6.7. Tingkat Kehilangan Air Berdasarkan laporan bulanan bulan Januari 006, PDAM Kota Kendari mengalami kehilangan air sebesar 4 %. Sedangkan menurut Kimpraswil tahun 003, kehilangan air untuk kota berskala sedang adalah 15-0 %. Hal ini berarti tingkat kehilangan air yang dialami PDAM Kota Kendari berada di atas batas yang diperuntukkan untuk kota sedang. Pada perencanaan ini tingkat kehilangan air akan diturunkan menjadi 0%. Penyebab terjadinya kehilangan air adalah kerusakan pada sistem perpipaan (pipa pecah atau berkarat) dan pencurian air oleh masyarakat (sambungan ilegal). III.6.8. Fluktuasi Kebutuhan Air Jumlah konsumsi air tidak selalu konstan. Fluktuasi pemakaian air terjadi setiap tahun, bulan, minggu, hari, dan setiap jam. Air lebih banyak dikonsumsi pada musim kemarau, yaitu untuk keperluan minum, mandi, dan untuk menyirami halaman rumput serta taman. Konsumsi air yang tinggi juga terjadi pada hari libur dan akhir pekan. Bahkan dalam waktu sehari, variasi pemakaian air juga terjadi dengan pemakaian air yang lebih banyak pada pagi hari dan pada sore hari. Sedangkan pada malam hari, air dikonsumsi dam jumlah yang sedikit (Al-Layla, 1980). Fluktuasi pemakaian air terbagi menjadi dua jenis yaitu: 1. Pemakaian hari maksimum Pemakaian hari maksimum menunjukkan jumlah pemakaian air terbanyak dalam satu hari selama satu tahun. Perbandingan antara debit pemakaian hari maksimum dengan debit rata-rata akan menghasilkan faktor hari maksimum, f m.. Pemakaian jam puncak III-18

Pemakaian jam puncak menunjukkan jumlah pemakaian air terbanyak dalam satu jam selama satu hari. Dengan mengetahui nilai pemakaian jam puncak maka pengoperasian sistem distribusi diharapkan dapat memenuhi kebutuhan ini. Perbandingan antara debit pemakaian jam puncak dengan debit rata-rata akan menghasilkan faktor jam puncak, f p. Berdasarkan faktor hari maksimum dan faktor jam puncak, maka IPAM yang direncanakan harus dapat memenuhi kebutuhan air minum sesuai dengan debit maksimum yang dibutuhkan. Nilai faktor hari maksimum dan faktor jam puncak telah ditetapkan oleh Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Cipta Karya. Nilai-nilai tersebut dapat dilihat pada Tabel III.16. Tabel III.16. Nilai Faktor Maksimum dan Faktor Puncak untuk Beberapa Kategori Kota Kategori kota Jumlah penduduk Faktor maksimum Faktor puncak Metro > 1000000 1,1 1,5 Besar 500000 1000000 1,1 1,5 Sedang 100000 500000 1,1 1,5 Kecil 0000 100000 1,1 1,5 Desa < 0000 1,1 1,5 Sumber : DPU Cipta Karya, 1998 Kota Kendari memiliki populasi sebanyak 6056 jiwa pada tahun 005 dan pada tahun 07 populasi Kota Kendari diproyeksikan sebanyak 361710. Dengan demikian Kota Kendari termasuk dalam kategori kota sedang. Berdasarkan Tabel III.16, perencanaan IPAM Kota Kendari menggunakan faktor hari maksimum dan faktor jam puncak berturut-turut 1,1 dan 1,5. III.6.9. Rekapitulasi Kebutuhan Air Terlayani Setelah memperhitungkan kebutuhan air domestik, kebutuhan air non domestik, dan kebutuhan air untuk tata kota, serta mempertimbangkan tingkat pelayanan, persentase kehilangan air, faktor hari maksimum, dan faktor jam puncak, maka dapat diketahui jumlah air yang dilayanai oleh IPAM yang direncanakan. Rekapitulasi kebutuhan air terlayani dapat dilihat pada Tabel III.17. III-19

Tabel III.17. Rekapitulasi Kebutuhan Air Terlayani Jenis Kebutuhan Air 005 (L/detik) 017 (L/detik) 07 (L/detik) Kebutuhan Air Domestik 88,00 383,00 461,00 Kebutuhan Air Non Domestik 69,30 9,34 110,79 Sub Total I 357,30 475,34 571,79 Kebutuhan Air u/ Kep. Kota (8%) 8,58 38,03 45,74 Sub Total II 385,89 513,37 61,53 Tingkat Pelayanan (%) 41 55 65 Jumlah Air Terlayani 158,1 8,35 401,39 Persentase Kehilangan Air (%) 4,00 0,00 0,00 Jumlah Air Diproduksi 4,66 338,8 481,67 Debit Jam Puncak (f hmax=1,5) 337,00 508,3 7,51 Debit Hari Maks (f dmax=1,1) 47,13 37,71 59,84 III-0