BAB I PENDAHULUAN. tinggal di sana. Kehidupan perkotaan seperti di Jakarta menawarkan segala

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Hasil studi Bank Dunia tahun 2001 menunjukkan bahwa masalah

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan penurunan semua fungsi kejiwaan terutama minat dan motivasi

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, merasa gagal

BAB 1 PENDAHULUAN. perilaku berkaitan dengan gangguan fungsi akibat gangguan biologik, sosial,

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa gangguan jiwa yang terjadi dari tahun ke tahun dan dari. waktu ke waktu akan berdampak negatif pada setiap individu yang

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesalahpahaman, dan penghukuman, bukan simpati atau perhatian.

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. ringan dan gangguan jiwa berat. Salah satu gangguan jiwa berat yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. dan kestabilan emosional. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan. pekerjaan, & lingkungan masyarakat (Videbeck, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berfikir (cognitive),

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Definisi sehat menurut kesehatan dunia (WHO) adalah suatu keadaan

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang seperti Indonesia bertambahnya atau semakin tinggi. Menurut Dr. Uton Muchtar Rafei, Direktur WHO ( World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas. (Stuart, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya

BAB I 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Direktur Bina Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan RI Kesenjangan. tenaga non-medis seperti dukun maupun kyai, (Kurniawan, 2015).

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI PADA MURID YANG AKTIF DAN TIDAK AKTIF BEROLAHRAGA DI KELAS II SMA AL-ISLAM I SURAKARTA TAHUN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah salah satu masalah kesehatan yang masih. banyak ditemukan di setiap negara. Salah satunya adalah negara

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab yang sering disampaikan adalah stres subjektif atau biopsikososial

KARAKTERISTIK DAN VARIASI DIAGNOSIS KUNJUNGAN PASIEN DI POLIKLINIK JIWA RSUP SANGLAH

HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN KEPATUHAN BEROBAT KLIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan sehat atau sakit mental dapat dinilai dari keefektifan fungsi

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti. diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang. Namun tidak semua orang beruntung memiliki jiwa yang. sehat, adapula sebagian orang yang jiwanya terganggu atau dapat

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah bagian dari kesehatan secara menyeluruh, bukan sekedar

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN. klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. terapi lingkungan untuk pasien dengan depresi yaitu Plant therapy di mana tujuan dari

PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP FREKUENSI HALUSINASI PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG GANGGUAN JIWA DENGAN DUKUNGAN KELUARGA YANG MEMPUNYAI ANGGOTA KELUARGA SKIZOFRENIA DI RSJD SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. oleh penderita gangguan jiwa antara lain gangguan kognitif, gangguan proses pikir,

I. PENDAHULUAN. otak (Dipiro et.al, 2005). Epilepsi dapat dialami oleh setiap orang baik laki-laki

BAB I PENDAHULUAN. yaitu gangguan jiwa (Neurosa) dan sakit jiwa (Psikosa) (Yosep, hubungan interpersonal serta gangguan fungsi dan peran sosial.

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbedaan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

BAB I PENDAHULUAN. berpikir, gangguan perilaku, gangguan emosi dan gangguan persepsi

BAB I PENDAHULUAN. Proses menua adalah proses alami yang dialami oleh mahluk hidup. Pada lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dengan calon istrinya yang bernama Wida secara

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

HUBUNGAN ANTARA STATUS INTERAKSI SOSIAL DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA DARMA BHAKTI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi kesehatan di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat berarti dalam

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. mengadaptasikan keinginan-keinginan dengan kenyataan-kenyataan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMANDIRIAN PELAKSANAAN AKTIVITAS HARIAN PADA KLIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. yang penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi berkepanjangan juga merupakan salah satu pemicu yang. memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan pada

BAB I PENDAHULUAN. juga menimbulkan dampak negatif terutama dalam lingkungan sosial. Gangguan jiwa menjadi masalah serius di seluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain apa adanya dan

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang. mencerminkan kedewasaan kepribadiannya (WHO, 2011).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. yang menyebabkan meningkatnya penderita gangguan jiwa. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berpikir (cognitive),

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan nasional. Meskipun masih belum menjadi program prioritas utama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1966 merupakan

PENGARUH RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dan tingkah laku seseorang sehingga menimbulkan penderitaan dan

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Maka secara analogi kesehatan jiwa pun bukan hanya sekedar bebas dari

BAB I PENDAHULUAN. genetik, faktor organo-biologis, faktor psikologis serta faktor sosio-kultural.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Bp. J DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Secara umum timbulnya gangguan jiwa pada seseorang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organitation (WHO), prevalensi masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. halusinasi, gangguan kognitif dan persepsi; gejala-gejala negatif seperti

I. PENDAHULUAN. (Nugroho, 2008). Lanjut usia bukanlah suatu penyakit. Lanjut usia adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data World Health Organization (WHO), masalah gangguan

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk membentuk

BAB I PENDAHULUAN. bahwa gangguan jiwa merupakan penyakit yang sulit disembuhkan, memalukan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa,

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan di zaman global seperti sekarang

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan sematamata

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Jakarta seperti menjadi magnet yang menarik orang untuk datang dan tinggal di sana. Kehidupan perkotaan seperti di Jakarta menawarkan segala kemudahan dan serba praktis. Kehidupan manusia perkotaan sekarang ini semakin sulit serta semakin bertambah banyaknya faktor pemicu stress akibat budaya masyarakat modern dan perkotaan yang cenderung menyebabkan manusia tidak dapat menghindari tekanan-tekanan hidup yang mereka alami, sehingga memicu munculnya gangguan jiwa yang lebih tinggi dibandingkan yang hidup di pedesaan (Lidenberg dalam Nurlaila, 2011). Masalah gangguan jiwa tidak lepas dari berbagai masalah ekonomi, sosial, budaya, maupun psikologis yang satu sama lain saling berkesinambungan dan saling memberi efek. Meningkatnya angka kejadian gangguan jiwa, menerangkan bahwa betapa beratnya beban yang masyarakat kota rasakan selama ini, menurunnya kesehatan mental, meningkatnya kelelahan dan kecemasan menjadi faktor penyebab gangguan jiwa (Wicaksana, 2008) Manusia memiliki kemampuan adaptasi tersendiri pada lingkungannya, baik psikis, fisik maupun sosial. Selama bertahun-tahun telah diketahui bahwa angka tertinggi terjadinya gangguan terdapat di berbagai wilayah pusat kota yang dihuni oleh masyarakat dari kelas sosial rendah. Beberapa orang percaya bahwa stressor yang berhubungan dengan kelas sosial rendah dapat menjadi pencetus 1

terjadinya gangguan. Perlakuan merendahkan yang diterima seseorang dari orang lain, tingkat pendidikan yang rendah, dan kurangnya penghargaan serta kesempatan, secara bersamaan dapat menjadikan keberadaan seseorang dalam kondisi yang penuh stress, bila terjadi dalam jangka waktu lama dapat membuat seseorang memiliki predisposisi menderita gangguan (Davison, 2004). Menurut data World Health Organization (WHO), masalah gangguan kesehatan jiwa diseluruh dunia memang sudah menjadi masalah yang serius. WHO (2001) menyatakan, paling tidak, ada satu dari empat orang di dunia yang mengalami gangguan kesehatan jiwa. Gangguan jiwa yang terjadi dimasyarakat perkotaan ini bisa diketahui melalui hasil penelitian WHO yang dilakukan di empat kabupaten atau kota, diantaranya di Jakarta dan Bogor. Dua kota itu, sekitar 20-30 % pasien yang berobat di Puskesmas dan Dokter Umum menunjukkan gangguan jiwa. Berdasarkan fakta itu, banyak Psikiater memprediksi, angka gangguan jiwa akan terus naik jika tidak diantisipasi sejak awal (Wicaksana, 2008). Salah satu kondisi psikotis yang banyak dijumpai karena ketidakseimbangan daya tahan seseorang dalam menghadapi stressor di lingkungannya adalah Skizofrenia (Prie, 2009). The Indonesian Psychiatric Epidemologic pada tahun 2004, pernah membuat survei yang menunjukkan, 18,5% orang dewasa mengalami gangguan jiwa. Artinya, hampir satu diantara lima orang, pernah atau masih mengalami gangguan jiwa ringan hingga parah (Kristianto dalam Anna, 2011). 2

Skizofrenia merupakan penyakit gangguan jiwa terberat yang dialami manusia terutama di kota besar seperti Jakarta. Prevalensi seumur hidup dari penyakit Skizofrenia ini adalah kurang dari 1 %, kemungkinan berada pada rentang 0,5-0,8 % (Kaplan dan Sadock dalam Prie, 2009). Waham merupakan keyakinan salah yang secara kokoh dipertahankan, walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realitas sosial. Waham muncul sebagai usaha untuk menurunkan kepanikan (Carpenito dalam Prie, 2009). Waham kebesaran yaitu bahwa dia mempunyai kekuatan, pendidikan, kepandaian, atau kekayaan yang luar biasa, seperti mempunyai puluhan rumah atau mobil. Waham sulit untuk dipatahkan, sehingga pada pasien dengan waham kebesaran mempunyai kecenderungan melakukan tindak kekerasan baik terhadap diri sendiri maupun orang lain (Maramis dalam Prie, 2009). Menurut Kaplan dan Sadock dalam Prie (2009), usia onset rata-rata penderita waham adalah sekitar 40 tahun. Sedangkan usia rentan untuk onset adalah dari 18 tahun sampai 90 tahun. Insiden pada wanita lebih banyak daripada pria. Gangguan waham diperkirakan merupakan diagnosis yang cukup stabil. Kurang dari 25 % dari semua klien waham menjadi Skizofrenia dan kurang dari 20 % menjadi gangguan mood. Sedangkan 50 % klien pulih pada follow-up jangka panjang. Orang skizofrenia sering kali kurang diperhatikan, dalam masyarakat orang skizofrenia sering dianggap berbahaya padahal mereka juga orang yang sangat membutuhkan perhatian dari Dokter, Perawat, keluarga serta masyarakat. 3

Mereka sering disebut masyarakat sebagai orang gila. Stigma yang begitu melekat pada pasien gangguan skizofrenia adalah mereka berbahaya (Wicaksana, 2008). Sebanyak 80 % orang skizofrenia, tidak diobati bahkan ditelantarkan keluarganya di jalanan, Rumah Sakit Jiwa dan Panti Rehabilitasi Mental (Lucia dalam Fauzi, 2011). Dukungan keluarga menurut Francis dan Satiadarma dalam Fauzi (2011) merupakan bantuan yang diterima salah satu anggota keluarga dari anggota keluarga lainnya dalam rangka menjalankan fungsi-fungsi yang terdapat dalam sebuah keluarga. Pemberian obat di Rumah Sakit menjadi kurang efektif apabila tidak ditunjang oleh peran serta dukungan keluarga. Penelitian yang dilakukan oleh Jenkins, et al dalam Fauzi (2011) menunjukkan bahwa family caregivers adalah sumber yang sangat potensial untuk menunjang pemberian obat pada pasien Skizofrenia. Berdasarkan survei Kementerian Sosial tahun 2008, penderita Skizofrenia di Indonesia ada 650.000 orang dan sekitar 30.000 orang, dipasung bahkan ditelantarkan dengan alasan agar tidak membahayakan orang lain atau menutupi aib keluarga (Tjipto dalam Fauzi, 2011). Oleh karena itu, peneliti sangat tertarik untuk meneliti penderita skizofrenia yang ditelantarkan keluarganya. Bagaimanakah kira-kira kondisi psikologis seorang penderita skizofrenia yang ditelantarkan. Gambaran tentang penderita skizofrenia sangat menarik untuk dibahas lebih dalam. Penulis mencoba untuk menggambarkan kepada pembaca tentang bagaimana kondisi psikologis penderita skizofrenia yang ditelantarkan keluarganya melalui sebuah tulisan ilmiahnya. 4

1.2. Rumusan Masalah Bagaimanakah kondisi psikologis penderita Skizofrenia yang ditelantarkan keluarganya ke Panti Rehabilitasi Mental di Jakarta? 1.3. Tujuan Penelitian Mengetahui gambaran kondisi psikologis penderita Skizofrenia yang ditelantarkan keluarganya ke Panti Rehabilitasi Mental di Jakarta. 1.4. Manfaat dan Kegunaan Penelitian Manfaat dan kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah : a. Manfaat teoritis Menambah wawasan baru mengenai kondisi psikologis penderita Skizofrenia yang ditelantarkan keluarganya ke Panti Rehabilitasi Mental di Jakarta, dimana masih sedikit ilmu psikologi yang membahas tentang penderita Skizofrenia yang ditelantarkan keluarganya. b. Manfaat praktis Dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam menerapkan penanganan yang tepat untuk penderita Skizofrenia yang ditelantarkan keluarganya ke Panti Rehabilitasi Mental di Jakarta. 5

1.5. Sistematika Penelitian Untuk mengetahui gambaran secara keseluruhan dari skripsi ini maka disusun sistematika penelitian sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat dan kegunaan penelitian, dan sistematika penelitian. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini membahas teori teori tentang Skizofrenia, penelitian-penelitian sebelumnya serta teori yang berkaitan dengan penelitian. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini menguraikan mengenai jenis penelitian, pendekatan penelitian, subjek penelitian, dan metode pengumpulan data. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini berisikan tentang gambaran umum subjek penelitian, latar belakang subjek, hasil observasi, sejarah perawatan subjek, analisis kasus tiap subjek penelitian dan analisis kasus antar kasus subjek penelitian. BAB V PENUTUP Bab ini berisikan kesimpulan, diskusi dan saran. 6