SEBAGAI STRATEGI PENGEMBANGAN MINAT DAN BUDAYA BACA



dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Maslah

PEMBELAJARAN SASTRA ANAK MELALUI PEMAHAMAN CERITA FABEL

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan seni tari seyogyanya mengarah pada pencapaian tiga domain

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari bantuan dan mengadakan interaksi sosial.

PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR. Laelasari 1. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Manusia pada hakikatnya adalah sebagai makhluk individu dan

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas sehingga mampu memajukan dan mengembangkan bangsa atau negara,

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan media berkomunikasi dengan orang lain. Tercakup semua

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat yang penting untuk berkomunikasi bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. lebih efektif, dinamis, efisien, dan positif, yang ditandai dengan adanya

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MENDONGENG BAGI GURU TAMAN KANAK-KANAK DI KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia bukan mata pelajaran eksak, namun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia tidak lepas dari hubungan pembelajaran

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan sosial dan keterampilan berbicara merupakan hal yang paling

BAB I PENDAHULUAN. pelangsungan berbahasa Indonesia. Termasuk di dalam kegiatan pelangsungan berbahasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hesti Pratiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini dikemukakan beberapa poin di antaranya latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban

I. PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, seseorang dengan menggunakan bahasa yang indah.

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Anak yang mendapat bimbingan, pembinaan dan rangsangan sejak dini akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, budayanya serta budaya orang lain. Pembelajaran bahasa juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. SD, mulai kelas 1-3 SD, antara umur 5-10 tahun. Selain itu dongeng juga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKAN SEBAGAI UPAYA PENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Martinis Yamin dan Jamilah Sabri Sanan, Panduan PAUD Pendidikan Anak Usia Dini, Referensi Gaung Persada, Jakarta, 2013, Hlm.

BAB I PENDAHULUAN. budaya dan sejarah yang dimiliki masing-masing bangsa. Pada umumnya, cerita

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tidak lahir dalam situasi kekosongan budaya, budaya tidak hanya. konvensi atau tradisi yang mengelilinginya.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan teknologi dan informasi pada zaman modern ini membuka peluang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara terencana dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMBELAJARAN SASTRA MENGEMBANGKAN KARAKTER ANAK BANGSA

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang

e-journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 4 Tahun 2014)

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dari generasi ke generasi yang semakin modern ini

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eli Hermawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan anak-anak supaya memiliki visi dan masa depan sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Bahasa sudah diajarkan sejak dulu baik di keluarga maupun di. peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan segala problematikanya yang begitu beragam. Fenomena-fenomena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian

bercerita kurang mendapat perhatian. Padahal, dari kegiatan bercerita itu akan membantu anak didik meningkatkan pengetahuan dan daya pikirnya.

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERITA MELALUI IMPLEMENTASI TEKNIK MIND MAPPING DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

PENDAHULUAN. sekitar serta individu lainnya, maupun berdirinya suatu komunitas bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang mandiri. Begitu pentingnya pendidikan bagi diri sendiri, dan teknologi agar bangsa semakin maju dan berkembang.

BAB 1 PENDAHULUAN. ketrampilan, penanaman nilai-nilai yang baik, serta sikap yang layak dan. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan,

BAB I PENDAHULUAN. permainan modern seperti game on line dan play station. Dongeng dapat

PEMBELAJARAN SASTRA YANG KONTEKSTUAL DENGAN MENGADOPSI CERITA RAKYAT AIR TERJUN SEDUDO DI KABUPATEN NGANJUK

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sastra merupakan pembelajaran yang dapat memperkaya

PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEGURUAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi berbagai kebutuhan di setiap aspek kehidupan. Berkembangnya sebuah masyarakat juga berasal dari komunikasi baik yang

BAB I PENDAHULUAN. berekspresi dan salah satunya adalah menulis puisi. Puisi dalam Kamus Besar. penataan bunyi, irama, dan makna khusus; sajak.

BAB I PENDAHULUAN. dengan apa yang ingin diutarakan pengarang. Hal-hal tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL ANAK MELALUI PEMBELAJARAN SANDIWARA BONEKA DI TK GENENGAN 2, KELOMPOK B KECAMATAN JUMANTONO, KABUPATEN

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) SEBAGAI UPAYA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS RESENSI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. juga memberikan pengalaman dan gambaran dalam bermasyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. terampil menulis, agar mereka dapat mengungkapkan ide, gagasan, ataupun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak lepas dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. orang lain serta alat untuk mengidentifikasi diri. Bahasa memiliki peranan dalam

BAB I PENDAHULUAN. negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 2

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah sebuah proses, pada proses tersebut adanya perubahan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Bahasa juga pada umumnya digunakan untuk menyampaikan perasaan,

BAB I PENDAHULUAN. Larasita Puji Daniar, 2014 Legenda Ciung Wanara Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi akan lancar apabila perbendaharaan katanya cukup memadai. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. karya sastra. Di zaman modern seperti sekarang ini, karya sastra sudah berkembang

BAB I PENDAHULUAN KAJIAN KETERBACAAN DAN NILAI KARAKTER TEKS ARTIKEL HARIAN KOMPAS SERTA UPAYA PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR MEMBACA KRITIS

BAB V PEMBAHASAN. program bimbingan, pengajaran dan latihan dalam membantu peserta didik agar mampu

BAB I PENDAHULUAN. seseorang maka semakin besar kesempatan untuk meraih sukses hidup di

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. dengan istilah catur- tunggal. Keempat keterampilan tersebut yaitu : keterampilan

BAB 1 PENDAHULUAN. Hari-hari di Rainnesthood..., Adhe Mila Herdiyanti, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB I P E N D A H U L U A N. produktif yang memiliki potensi untuk berkembang. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. layanan pendidikan diperoleh setiap individu pada lembaga pendidikan secara

I. PENDAHULUAN. diajarkan agar siswa dapat menguasai dan menggunakannya dalam berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. belum dewasa sehingga perlu diberi pendidikan (Samino, 2011:19). membangun bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju.

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan suatu negara ditentukan oleh Sumber Daya Manusia (SDM)

BAB I PENDAHULUAN. ditangani, dan tidak akan pernah selesai untuk dikerjakan dari waktu ke

Transkripsi:

SEBAGAI STRATEGI PENGEMBANGAN MINAT DAN BUDAYA BACA Disajikan Dalam Rangka Memenuhi Tugas Pelatihan Petugas Perpustakaan Oleh VEGASARI YUNIATI BADAN ARSIP DAN PERPUSTAKAAN KOTA SURABAYA 2010 1

Sesal Seandainya aku remaja kan kugali potensi diri Kulebur dalam kompetisi Dan aku menang Seandainya aku dewasa kan kucipta karya Dengan segala nuansa dan aku bangga Kini ku renta sudah Kulihat remaja dan dewasa Tanpa karya, tanpa karsa Bahagia semu yang sia-sia -Gede Prama- 2

KATA PENGANTAR Allahmdulillahrobbil alamin. Segala puji bagi Allah Yang Maha Esa, Tuhan semesta alam, yang senantiasa melimpahkan segala rahmat dan karunia-nya sehingga karya tulis ilmiah yang berjudul Teater Boneka Sebagai Strategi Pengembangan Minat dan Budaya Baca dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan dukungan selama proses penyelesaian karya tulis ilmiah ini: 1. Kepala Badan Arsip dan Perpustakaan Kota Surabaya; 2. Panitia Diklat Bimbingan Teknik Petugas Perpustakaan; 3. Teman teman dan semua pihak yang membantu; Semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat dan menambah pengetahuan pada semua pihak yang menumbuhkan minat dan budaya baca. Penulis mengharapkan saran dan kritik untuk perbaikan dan penyempurnaan karya tulis ilmiah. Surabaya, 13 Oktober 2010 Vegasari Yuniati 3

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... 1 HALAMAN MOTTO..... 2 KATA PENGANTAR... 3 DAFTAR ISI... 4 BAB I PENDAHULUAN... 5 1.1 Latar Belakang... 5 1.2 Rumusan Masalah... 7 1.3 Tujuan Penulisan... 7 1.4 Manfaat Penulisan... 7 1.5 Gagasan Kreatif... 8 BAB II TELAAH PUSTAKA... 9 2.1 Pengkajian Sebelumnya... 9 2.2 Landasan Teori... 10 BAB III Metode Penulisan... 15 3.1 Prosedur Penyampaian Data... 15 3.2 Analisis Data... 15 BAB IV PEMBAHASAN... 16 4.1 Pengembangan Minat dan Budaya Baca Kota Surabaya... 16 4.2 Teater Boneka sebagai Strategi Pengembangan Minat dan Budaya Baca... 17 BAB V PENUTUP... 18 DAFTAR PUSTAKA... 21 4

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persoalan menumbuhkan dan meningkatkan semangat baca¹ serta menjadikan membaca sebagai budaya masyarakat Indonesia secara umum, dan masyarakat Surabaya secara khusus merupakan salah satu persoalan yang sangat menarik untuk dibicarakan. Hal ini disebabkan penumbuhan semangat baca mampu membawa pada titik keidealan sebuah bangsa. Bangsa yang ideal merupakan cita-cita luhur sebuah bangsa, karena bangsa yang ideal merupakan ciri dari bangsa yang maju dan beradab. Sehingga diperlukan cara yang tepat untuk membawa pada kondisi ideal. Salah satu kunci dasar tersebut yaitu dengan membaca. Karena, seseorang yang gemar membaca, pasti memiliki gagasan, dan jika memiliki gagasan, diikuti usaha membangun gagasan tersebut menjadi kenyataan.² 5

1 Usaha untuk mengembangkan minat dan budaya baca yang dilakukan oleh pemerintah kota Surabaya lebih terfokus pada persoalan sarana dan prasarana seperti perpustakaan, taman bacaan, perpustakaan keliling, dan koleksi buku bacaan yang ditambah tiap tahunnya dilingkungan sekolah. mengembangkan minat dan budaya baca kota Surabaya sebaiknya tidak hanya terfokus pada sarana prasarana. Tetapi juga diperlukan usaha pendekatan pada masyarakat untuk mensosialisasikan program tersebut dengan menggunakan metode terbaik. Hal ini dikarenakan masyarakat yang kesulitan menerima sesuatu yang baru lebih-lebih membudayakan sesuatu yang sebelumnya merupakan sebuah hal yang jarang dilakukan yaitu membaca. 1. Menumbuhkan semangat baca pernyataan tersebut yang digunakan dalam penulisan ini. Penggunaan pernyataan tersebut diyakini yang paling tepat karena menumbuhkan berarti membuat jadi ada semangat baca masyarakat yang tadinya belum ada. 2. Dikutip dari pernyataan: Kepala Badan Arsip dan Perpustakaan Kota Surabaya (Informasi Perpustakaan, 2010:01) dan sesuai pula dengan pernyataan Setiawan Hartadi Pustakawan STIE Perbanas Surabaya: Negara disebut maju dan berkembang kalau penduduknya atau masyarakatnya mempunyai minat baca yang tinggi dengan dibuktikan dari jumlah buku yang diterbitkan dan jumlah perpustakaan yang ada di negeri tersebut. 6

Oleh karena itu, melalui penulisan karya ilmiah ini berusaha melengkapi usaha pemerintah kota dalam mengembangkan minat dan budaya baca yaitu dengan menggunakan metode pendekatan. Metode pendekatan ini khususnya diperuntukkan oleh para orang tua dan juga pada anak-anak. metode yang akan diulas ini merupakan metode pengembangan dari Story Telling yang menggunakan media mainan. 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Bagaimana cara mengembangkan minat dan budaya baca kota Surabaya? 1.2.2 Bagaimana cara mengembangkan minat dan budaya baca melalui strategi Teater Boneka? 1.3 Tujuan Penulisan 1.3.1 Mengetahui cara mengembangkan minat dan budaya baca kota Surabaya. 1.3.2 Mengetahui cara mengembangkan minat dan budaya baca melalui strategi Teater Boneka. 1.4 Manfaat Penulisan Hasil penulisan ini diharapkan dapat membantu program pemerintah kota dalam menumbuhkan semangat baca masyarakat Surabaya pada umumnya dan anak-anak Surabaya pada khususnya melalui pengembangan metode story telling dengan menggunakan media mainan yaitu Teater Boneka. 7

Hasil penulisan ini diharapkan dapat membantu para orang tua dalam menumbuhkan minat dan budaya baca pada anak yang sedikit sulit dalam mewujudkannya, sehingga melalui media mainan yang disukai oleh anakanak dapat terwujud minat dan budaya baca pada anak-anak. 1.5 Gagasan Kreatif Menggunakan media mainan yaitu Teater Boneka yang merupakan pengembangan dari metode story telling sebagai usaha mengembangkan minat dan budaya baca bagi masyarakat pada umunya dan bagi anak-anak pada khususnya. 8

BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1 Pengkajian Sebelumnya Penulisan mengenai cara menumbuhkan minat dan budaya baca pada anak telah banyak ditemui. Tetapi mengenai strategi khusus untuk mengembangkan minat dan budaya baca pada anak sangat minim. Beberapa literature cara menumbuhkan minat dan budaya baca pada anak antara lain seperti tersebut berikut: Riris K Toha Sarumpaet meneliti dan menuliskan bacaan anak melalui skripsi yang kemudian dibukukan berjudul Bacaan Anak-Anak: Suatu Penyelidikan Pendahuluan ke dalam Hakikat Sifat dan Corak Bacaan Anak- Anak serta Minat Anak pada Bacaannya (1975); Setiawan Hartadi menulisakan dalam bentuk artikel mengenai Kenapa Minat Baca Masyarakat Indonesia Rendah? (2010). Anak cerdas adalah dambaan setiap orang tua. Kecerdasan intelektual, meurut penelitian Daniel Goleman, hanya berperan 20 % dalam mencapai kesuksesan hidup seseorang. Selebihnya ditentukan oleh kecerdasan yang lain, termasuk kecerdasan emosinya. Namun, baik kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional sama pentingnya. Oleh karena itu diperlukan memperkenalkan buku bacaan khusunya cerita-cerita rakyat yang di dalamnya banyak mengandung ajaran-ajaran moral. Sehingga luaran yang dihasilkan 9

tidak hanya mampu menumbuhkan minat dan budaya baca tetapi juga menumbuhkan kecerdasan emosional pada anak-anak. 2.2 Landasan Teori Rumusan Khusus Bacaan Anak Bacaan anak adalah kesusasteraan untuk anak-anak. Menurut Davis (1967:13-18) ada empat titik tolak yang dapat diambil untuk merumuskan secara khusus apa yang disebut bacaan anak, yaitu: 1. Tradisionil Bacaan anak adalah bacaan yang tumbuh dari lapisan rakyat sejak zaman dahuu kala dalam bentuk mitologi, cerita-cerita binatang, dongeng, legenda, dan kisah-kisah kepahlawanan yang romantis. 2. Idealistis Bacaan anak harus bersifat patut dan universiil dalam arti, didasarkan pada bahan-bahan terbaik yang diambil dari zaman yang telah lalu dan penulis-penulis terbaik masa kini. 3. Populer Bacaan anak adalah bacaan yang bersifat menghibur, sesuatu yang menyenangkan anak-anak. 10

4. Teoretis Bacaan anak adalah bacaan yang dikonsumsir anak-anak dengan bimbingan dan pengarahan anggota-anggota dewasa suatu masyarakat, sedangkan penulisannya juga dilakukan oleh orangorang dewasa. Rumusan (1) menunjuk terutama pada sumber-sumber materi cerita anak-anak, sedangkan rumusan (2) terlalu eksklusif sifatnya. Selain itu bisa diperdebatkan, apa yang dimaksud dengan patut dan universiil, dan siapa yang merupakan penulis-penulis terbaik masa kini, apa kriterianya. Rumusan (3) menyiratkan anggapan bahwa semua buku yang disenangi anakanak bersifat baik dan sesuai untuk mereka. Dalam kenyataannya tidak selalu demikian, tinggal mempertimbangkan kemungkinan mengambil titik tolak keempat. Kemungkinan rumusan keempat tersebut mempunyai potensi menyatukan segi-segi positif dari ketiga rumusan yang mendahuluinya. Apalagi dengan disebutkannya secara tersurat dan jelas faktor penulisan dan pembimbingan serta pengarahan oleh orang-orang dewasa. Dalam hal inilah letak perbedaan utama antara bacaan anak-anak dan orang dewasa. 11

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, bacaan anak mempunyai beberapa ciri khas tertentu yang membedakan dengan bacaan orang dewasa. Beberapa ciri khas tersebut adalah: 1. Adanya sejumlah pantangan. Artinya, karena pembacanya anak-anak dari berbagai kelompok usia, maka hanya hal-hal tertentu dapat dikisahkan pada anak-anak dari kelompok-kelompok usia tertentu. Dalam hal inilah, dapat dimanfaatkan sumber-sumber sebagaimana tersebut dalam rumusan (1) secara efektif, juga sasaran-sasaran termaksud dalam (2) dan (3), masing-masing dalam konteksnya yang sesuai (Sarumpaet, 1976:24). Pantangan berkaitan dengan tema dan amanat cerita. Tema dan amanat cerita yang disajikan harus sesuai dengan usia anak. Tidak semua tema yang lazimnya ditemukan dalam buku-buku untuk orang dewasa dapat dipersoalkan dan disajikan pada anak-anak, misalnya masalah seks, cinta yang erotis, kebencian, kekejaman, dll. Seandainya perlu memaparkan tentang kemiskinan atau kejahatan, maka amanatnya biasanya disederhanakan dengan menyediakan akhir kisah yang indah (Sarumpaet, 1976: 29-30). 2. Penyajian dengan gaya langsung 12

Artinya, tidak bertele-tele atau berbelit-belit. Penyajian dengan gaya langsung merupaan deskripsi yang sesingkat mungkin dan menuju sasarannya langsung, mengetengahkan aksi (action) yang dinamis dan jelas sebab musababnya. Deskripsi tersebut diselingi dialog yang wajar, organis, dan hidup. Melalui pengisahan dan dialog tersebut terwujud suasana dan tersaji tokoh-tokoh yang jelas, baik sifat, peran maupun fungsinya dalam cerita (Davis, 1974: 3-4). 3. Adanya fungsi terapan Semua bacaan anak ditandai oleh selalu adanya hal-hal yang informatif, oleh adanya elemen-elemen yang bermanfaat, baik untuk pengetahuan umum atau ketrampilan, maupun untuk pertumbuhan anak-anak. Fungsi terapan dalam bacaan anak ditunjukkan antara lain oleh adanya unsur-unsur yang dapat menambah pengetahuan umum. Penyajian elemen-elemen terapan dan informatif dapat dilakukan dengan cara langsung tanpa menimbulkan kesan menggurui ataupun menyelubungi informasi serta ajaran-ajaran dengan baju kisah yang indah-indah. Ajaranajaran dan informasi-informasi dapat dijalin dalam cerita secara wajar, dapat disiratkan dalam dialog-dialog dan tindakan-tindakan tokohnya (Soewargana, 1970: 14, 20). 13

Anak-Anak dan Kreatifitas Kreatifitas adalah usaha untuk menghasikan sesuatu yang baru atau melakukan sesuatu yang lain daripada biasanya. Kreatifitas juga mencakup usaha untuk melakukan sesuatu hal yang merupakan penggabungan dari hal-hal lama yang telah kita kenal. Hal yang dapat mendukung kreativitas di antaranya adalah suasana yang tenang atau kondusif. Sebaliknya, keadaan tertekan akan menghambat kreaifitas. Kreatifitas diperoleh oleh anak melalui membaca. 14

BAB III METODE PENULISAN 3.1 Prosedur Penyampaian Data Penulisan ini digunakan metode informal. Metode informal merupakan metode penyajian hasil analisis dengan menggunakan kata-kata biasa atau kalimat biasa. (Sudaryanto, 1993:16). Sehingga, penulisan ini memaparkan serta mendeskripsikan setiap masalah dan fenomena dalam bentuk rumusan yang deskriptif dan jelas. 3.2 Analisis Data Langkah-langkah yang dilakukan dalam penulisan ini adalah: 1. Menentukan objek penulisan, yaitu menggunakan media mainan (Teater Boneka) sebagai pengembangan dari metode story telling untuk mengembangkan minat dan budaya baca pada anak; 2. Menganalisis objek penulisan, yaitu bagaimana teater boneka mampu mengembangkan minat dan budaya baca pada anak; 3. Menganalisis strategi teater boneka sebagai pengembangan dari metode story telling untuk mengembangkan minat dan budaya baca pada anak. 15

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Pengembangan Minat dan Budaya Baca Kota Surabaya Kota Surabaya belakangan ini disibukkan dengan agenda mengembangkan minat dan budaya baca. Hal ini disebabkan keinginan untuk menjadikan kota Surabaya sebagai kota Baca. Sehingga, pemerintah kota berusaha mengembangkan minat dan budaya baca kota Surabaya. Tetapi, usaha untuk mengembangkan minat dan budaya baca yang dilakukan oleh pemerintah kota Surabaya lebih terfokus pada persoalan sarana dan prasarana seperti perpustakaan, taman bacaan, perpustakaan keliling, dan koleksi buku bacaan yang ditambah tiap tahunnya dilingkungan sekolah. Padahal untuk mengembangkan minat dan budaya baca kota Surabaya sebaiknya tidak hanya terfokus pada sarana prasarana. Tetapi juga diperlukan usaha pendekatan pada masyarakat untuk mensosialisasikan program tersebut dengan menggunakan metode terbaik. Hal ini dikarenakan masyarakat yang kesulitan menerima sesuatu yang baru lebih-lebih membudayakan sesuatu yang sebelumnya merupakan sebuah hal yang jarang dilakukan yaitu membaca. Oleh karena itu, melalui penulisan karya ilmiah ini berusaha melengkapi usaha pemerintah kota dalam mengembangkan minat dan budaya baca yaitu dengan menggunakan metode pendekatan. Metode pendekatan ini 16

khususnya diperuntukkan oleh para orang tua dan juga pada anak-anak. metode yang akan diulas ini merupakan metode pengembangan dari Story Telling yang menggunakan media mainan. Media mainan lebih diterima karena pengemasannya yang tidak membosankan atau menjenuhkan. Media tersebut yaitu Teater Boneka. Melalui media mainan teater boneka setidaknya mampu menumbuhkan minat baca para orang tua dan juga anak-anak sebagai bahan untuk berteatrikal dengan boneka. Selain itu mampu mengajarkan nilai-nilai moral pada anak, karena cerita yang dijadikan materi teater boneka dapat berupa cerita rakyat yang sarat akan ajaran moral. 4.2 Teater Boneka sebagai Strategi Pengembangan Minat dan Budaya Baca Anak-anak erat kaitannya dengan kreativitas. Dalam pembelajaran bahasa Inggris pada anak-anak, unsur kreativitas memegang peranan penting sebagai kunci utama pengembangan kemampuan berbahasa.. Mengenali dunia anak merupakan salah satu cara mengembangkan minat dan budaya baca pada anak. Maka anak-anak diberikan motivasi untuk lebih aktif dalam proses mengembangkan minat dan budaya baca. Hal ini dimaksudkan, agar anakanak terlibat secara langsung dan mempraktekkan hasil bacaannya dalam kesehariannya. 17

Salah satu metode yang bisa digunakan dalam pengembangan minat dan budaya baca pada anak-anak dapat dilakukan setiap hari adalah metode bercerita. Andrew Wrigt dalam karyanya Creating Stories with Children, pelajaran bahasa Inggris menggunakan metode bercerita membangkitkan semangat para murid untuk bereksplorasi dalam kata-kata, frase, dan kalimat, yang kemudian menjadi serangkaian kalimat berbahasa Inggris untuk mengekspresikan sebuah ide. Salah satu pengembangan metode dalam story telling ini adalah dengan menggunakan media mainan; dalam hal ini adalah boneka dan atau boneka tangan. Di sini, orang tua atau anak bisa menggunakan cerita untuk memainkan boneka tersebut dalam bentuk teater sehingga minat dan budaya baca dengan seiring waktu akan berkembang dengan baik, karena dikemas dengan tampak lebih hidup. 18

BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Usaha-usaha pemerintah dalam menumbuhkan minat dan budaya baca pada masyarakat kota Surabaya sebaiknya tidak hanya terfokus pada penyediaan sarana dan prasarana. Tetapi juga diperlukan metode khusus untuk menarik perhatian masyarakat agar minat dan budaya bacanya dapat berkembang dengan baik. Metode tersebut yaitu Story Telling. Tetapi, lebih pada media yang digunakan yaitu media mainan. Media mainan tersebut adalah teater boneka. Melalui teater boneka anak akan tersugesti untuk membaca cerita yang dijadikan tema pentas teater boneka. Setelah itu anak-anak akan berusaha melakukan pertunjukan teater boneka sendiri setelah membaca. Sehingga dari media tersebut terdapat dua manfaat yang dapat diambil yaitu minat dan budaya baca pada anak semakin baik dan menumbuhkan kecerdasan emosional pada anak karena cerita-cerita yang dibaca untuk dijadikan teater boneka merupakan cerita yang sarat akan nilai moral. Misalnya cerita rakyat. 19

5.2 Saran Bagi pemerintah kota hendaknya menerapkan wacana yang diungkapkan dalam penulisan kali ini dan segera mensosialisasikan pada masyarakat luas. Sehingga, harapan kota Surabaya sebagai kota Baca tidak hanya menjadi sebuah harapan platonis. 20

DAFTAR PUSTAKA Chasanah, Ida Nurul. Representasi Pengenalan Nilai-Nilai Moral dan Khazanah Budaya Jawa pada Anak melalui Dongeng Aji Saka, diterbitkan dalam Jurnal Penelitian Dinamika Sosial, Vol. 4, No. 2, Agustus 2005; Lembaga Penelitian Universitas Airlangga. Goleman, Daniel. 1996. Emotional Intelligence. Jakarta: Gramedia.. 1999. Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi. Jakarta: Gramedia. Sarumpaet, Riris K. Toha. 1976. Bacaan Anak-Anak. Jakarta: Pustaka Jaya. 21