BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berjalannya waktu, tantangan dan persaingan di era

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Entin Sukmawati, 2013 Pengelolaan Seni Tari Di Lingkungan Seni Family Group Kecamatan Conggeang Kabupaten Sumedang

BAB I PENDAHULUAN. ini berpengaruh terhadap berbagai aspek. Salah satunya terhadap kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. fenomena/gejala kian merenggangnya nilai-nilai kebersamaan, karena semakin suburnya

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan mudah dan cepat, yakni dengan penggunaan handphone

BAB I PENDAHULUAN. Guru adalah salah satu penentu keberhasilan dalam pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan lemahnya kreativitas siswa dalam proses pembelajaran Seni Tari

BAB I PENDAHULUAN. dan bermanfaat bagi perkembangan kepribadian peserta didik, yang terletak pada

77. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN

BAB I PENDAHULUAN. tujuan dari pembinaan kesiswaan Pasal 1 (a) Mengembangkan potensi siswa

I. PENDAHULUAN. oleh pihak yang mengelola pelaksanaan pendidikan dalam hal ini adalah sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. Hilda Widyawati, 2013 Eksistensi Sanggar Seni Getar Pakuan Kota Bogor Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Eksistensi Proyek

56. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya penyelenggaran pendidikan diupayakan untuk membangun

BAB I PENDAHULUAN. menjadi manusia seutuhnya baik secara jasmani maupun rohani seperti yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

59. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunarungu (SMPLB B)

58. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB-A)

80. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E)

60. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa (SMPLB D)

78. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B)

79. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunadaksa (SMALB D)

BAB 3 METODE PERANCANGAN. berisi sebuah paparan deskriptif mengenai langkah-langkah dalam proses

2014 PEMBELAJARAN TARI YUYU KANGKANG DALAM PROGRAM LIFE SKILL DI SMK KESENIAN PUTERA NUSANTARA MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) melalui kegiatan pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan seni di sekolah dalam kurikulum pendidikan terdapat dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk menjawab seluruh permasalahan pada sebuah penelitian, maka

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan implementasi di lapangan, pembelajaran seni budaya khususnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan zaman kehidupan manusiap musik saat ini

Contoh Proposal Seni Tari

2016 PROSES PEMBELAJARAN RAMPAK KENDANG DI SANGGAR SENI KUTALARAS CIRANJANG-CIANJUR

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ada sejak lama, yaitu sekira abad ke-16. Awalnya Tanjidor tumbuh dan

56. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan keterampilan menjadi kompetensi bekal untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Unggun Oktafitri Pratama, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Musik adalah suatu hasil karya seni bunyi dalam bentuk lagu atau

2015 PERTUNJUKAN KESENIAN EBEG GRUP MUNCUL JAYA PADA ACARA KHITANAN DI KABUPATEN PANGANDARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari penilitian skripsi yang berjudul Kesenian Tradisional Mak Yong di

KEGIATAN TAHUN 2015 DAN RENCANA KEGIATAN TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan dan usaha untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari

61. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Widdy Kusdinasary, 2013

76. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA)

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan yaitu implementasi, proses tersebut memerlukan kerjasama

PENERAPAN TEKNIK OLAH TUBUH UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS GERAK DALAM PEMBELAJARAN EKSTRAKURIKULER TARI DI SMP KARTIKA XIX-2 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mella Tania K, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan Indonesia sangat beragam, hal ini dikarenakan suku-suku dan

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian adalah ciptaan dari segala pikiran dan perilaku manusia yang

2015 MUSIK IRINGAN TARI TEPULOUT DISANGGAR SENI KITE SUNGAILIAT KABUPATEN BANGKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. baik. Oleh sebab itulah perkembangan teknologi ini harus diimbangi dengan. adanya peningkatan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari, seni tidak selalu diwujudkan dalam bentuk seni musik, seni rupa, seni

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, kemampuan masyarakat dalam mengapresiasi karya seni

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Pendidikan nasional memiliki tujuan untuk mencerdaskan dan. memiliki pengetahuan, keterampilan, sehat jasmani dan, rohani,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dewasa ini pada akhirnya menuntut semakin

BAB I PENDAHULUAN. kini telah menjadi suatu kebutuhan. Berbagai literature dan laporan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU

BAB I PENDAHULUAN. individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan, (Drs. Slameto, 1999:195).

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi masyarakat yang selalu berubah, idealnya pendidikan tidak

BAB I PENDAHULUAN. jenis dan jenjang pendidikan. Semuanya berkaitan dalam suatu sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu disiplin ilmu yang berkembang demikian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Helda Rakhmasari Hadie, 2015

BAB I PENDAHULUAN. dalam (Undang-Undang Dasar 1945 Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1) yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rachmayanti Gustiani, 2013

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh pada perkembangan musik di Indonesia. Angklung adalah alat musik

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan beraneka ragam seni dan budaya, hampir setiap suku

BAB I PENDAHULUAN. ketertarikan bagi pelaku seni maupun orang yang menikmatinya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu kegiatan universal pada kehidupan

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

MENCIPTAKAN BUDAYA SEKOLAH YANG TETAP EKSIS

BAB I PENDAHULUAN. manusianya. Ilmu pengetahuan, teknologi dan seni menjadi perhatian utama dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. menarik. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan keindahan, manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. LATARBELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kekayaan seni budaya Indonesia merupakan warisan berharga bagi

BAB I PENDAHULUAN. olehnya. Bahkan kesenian menjadi warisan budaya yang terus berkembang dan maju.

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Tari Polostomo Untuk Meningkatkan Motivasi Siswa Dalam Pembelajaran Tari Di SMPN 22 Bandung

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan seni di sekolah umum SMA pada dasarnya diarahkan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. itu wajib bagi generasi muda untuk melestarikan dan menjaganya agar tidak. hilang terkena arus globalisasi dan modernisasi.

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan suatu media yang tidak dapat dipisahkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan berjalannya waktu, tantangan dan persaingan di era globalisasi pada berbagai aspek kehidupan kian merebak. Persaingan tersebut terjadi dalam aspek agama, sosial, budaya, ekonomi, hukum, pendidikan, dan lainlain. Dalam era globalisasi ini, setiap orang dituntut memiliki kemampuan untuk menciptakan peluang agar tetap eksis dalam meraih kehidupan yang lebih baik. Aspek pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang dapat memberikan kontribusi besar dalam menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu pendidikan memiliki peranan penting dalam mengembangkan sumber daya manusia yang diperlukan bagi pembangunan di semua aspek kehidupan. Berbagai upaya di semua aspek kehidupan, perlu diarahkan agar peningkatan mutu pendidikan terus mengalami perubahan ke arah yang lebih baik, diantaranya dengan memfokuskan pada proses kegiatan belajar mengajar di sekolah yang didukung oleh tenaga tenaga yang kompeten, sistem pengelolaan pendidikan yang baik, sarana dan prasarana yang menunjang, iklim dan suasana sekolah yang kondusif. Dewasa ini, kecenderungan pembelajaran seni di sekolah menengah atas seringkali ditemukan berbagai hambatan yang mengakibatkan siswa kurang berminat pada pelajaran tari khususnya seni tari tradisional. Kurangnya minat dan

apresiasi siswa terhadap seni tari tradisional disebabkan oleh tayangan tayangan media baik media cetak maupun media elektronik, yang banyak menyajikan pertunjukan seni seni modern. Dengan beragam dan berkembangnya pertunjukan pertunjukan seni modern mengakibatkan berkurangnya apresiasi siswa terhadap seni tradisional, yang pada akhirnya mempengaruhi terhadap cara pandang siswa SMA terhadap seni seni tradisional. Selain dari masalah masalah tersebut, kurangnya tingkat apresiasi seni tari tradisional disebabkan oleh kecenderungan siswa yang lebih berminat kepada aktivitas seni budaya barat seperti, Modern Dance dan Cheerleader yang berkembang di masyarakat. Oleh karena itu, sekolah sebagai lembaga pendidikan formal dituntut untuk berperan aktif dalam menyelenggarakan berbagai aktivitas yang berakar dari budaya budaya tradisi. Penyelenggaraan kegiatan seni tradisional di sekolah memiliki kontribusi yang sangat besar terhadap perkembangan siswa dalam menumbuhkan kecintaannya terhadap nilai nilai budaya, hal ini penting dilakukan sebagai landasan pembentukan sikap nasionalisme siswa. Pembentukan sikap tersebut dirasa penting karena siswa siswi SMA tergolong pada remaja, dimana pada fase ini merupakan fase stadium dalam siklus perkembangan anak yang rentangannya antara usia 12 tahun sampai 21 tahun. Pada tingkatan ini dikenal sebagai pencarian dan penjelajahan identitas diri yang menyebabkan remaja berada di persimpangan jalan, sehingga tak tahu jalan mana yang harus diambil untuk sampai pada jati dirinya yang sesungguhnya. Tidak sedikit dalam kehidupan modern dengan segala kemajuannya memberikan kemudahan dan

peluang kepada siapapun, untuk berbuat hal positif dan negatif. Hal ini dapat dilihat berapa banyak remaja yang sudah terjerumus dan dijerumuskan ke dalam dunia hitam, tidak sedikit remaja hamil di luar nikah, remaja yang diinterogasi oleh aparat keamanan akibat terlibat narkoba. Remaja cenderung menyukai kekerasan, kegagahan, sehingga terjadi tawuran antar pelajar remaja yang menjadi tren di kalangan remaja. Dengan dilaksanakannya pendidikan seni tradisional di sekolah sekolah, khususnya SMA baik dalam intrakulikuler maupun ekstrakulikuler dapat meminimalisir kejadian kejadian tersebut di atas. Hal tersebut terjadi karena mereka sedang mengalami krisis identitas sehingga gampang terpengaruh, akan tetapi dengan adanya penbelajaran seni hal tersebut dapat membentuk kepribadian siswa lebih terarah. Pendidikan dan pembelajaran seni di sekolah bisa dilaksanakan pada intrakulikuler dan ekstrakulikuler. Sudah barang tentu dalam pendidikan intrakulikuler pembelajaran seni dibatasi oleh waktu, sarana dan prasarana yang kurang mendukung, kurikulum pembelajaran yang sudah ditetapkan, dan cenderung pendekatan pembelajaran lebih kepada pendekatan klasikal. Berarti semua siswa mendapatkan proses pembelajaran seni yang sama tanpa adanya pendekatan yang lebih khusus dari seorang pendidik atau pngajar. Pada pembelajaran ekstrakulikuler biasanya waktu lebih bebas atau tidak dibatasi oleh jam pelajaran, serta siswa yang mengikuti dikhususkan pada mereka yang berminat, dan biasanya mereka diharapkan dapat menguasai materi pembelajaran seni yang mereka sukai. Dengan kata lain siswa memiliki banyak peluang untuk

berekspresi seni, berkreativitas, dan pendalaman minat maupun bakat yang menjadi pilihannya. Pembelajaran ekstrakurikuler cukup bervariatif, pembelajaran disesuai dengan yang ditawarkan oleh sekolah ataupun guru untuk diikuti oleh siswa. Namun demikian pembelajaran seni tradisional seyogyanya lebih diutamakan dengan pertimbangan, bahwa para siswa lebih dekat dengan nilai-nilai sosial dan culture budaya masyarakat sebagai tempat tinggalnya. Dalam suatu kegiatan pebelajaran ekstrakulikuler seni di sekolah tentunya memerlukan sistem pengelolaan yang baik, efektif, dan efisien. Dengan pengelolaan yang baik tersebut selain proses yang diharapkan dapat berjalan dengan lancar tentunya pula tujuannyapun harus terlaksana dengan baik. Banyak kegiatan ekstrakulikuler seni di sekolah- sekolah dilaksanakan dengan sistem manajemen yang kurang terorganisir dengan maksimal. Manajemen tersebut berjalan tanpa memperdulikan keberhasilan yang ingin dicapai karena stuktur organisasinya tidak dijalankan dengan maksimal. Hal tersebut memberikan kesan bahwa sekolah tersebut baru menjalankan materinya saja akan tetapi belum pada tingkat manajerial yang dilaksanakan dengan baik. Dalam hal ini seyogyanya sekolah sekolah juga memperhatikan pada aspek kualitas materi seperti ragam tarian, tingkat kesulitan gerak serta musik iringannya dan manajemennya lebih maksimal, karena manajemen pada sebuah kegiatan sangat mempengaruhi dalam peningkatan mutu kegiatan tersebut. Dengan begitu sebuah pengelolaan dalam ekstrakulikuler sangatlah dipandang perlu hal tersebut harus berorientasi pada peningkatan kemampuan minat dan bakat siswa di sekolah.

Sesuai dengan teori Sukanto (1993) bahwa pengelolaan dapat diartikan sebagai usaha dalam merencanakan, mengorganisasi, serta mengawasi pelaksanaan kegiatannya sesuai dengan waktu dan anggaran yang telah ditetapkan. Selain pengertian di atas Marry Parker Follet berpendapat tentang managemen adalah manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Dengan demikian manajemen dalam sebuah kegiatan sangatlah perlu, dalam manajemen terdapat beberapa fungsi yang harus dijalankan oleh setiap kegiatan diantaranya perencanaannya harus terstruktur dengan baik, kemudian pengorganisasian yang baik sesuai dengan kemampuan orang orang di bidangnya masing masing dengan kata lain orang orangnya harus tepat guna, serta penggerakan yang harus tersusun dengan baik pula karena disinilah kegiatan itu akan berjalan, apabila tidak berjalan dengan baik maka keseluruhan dari kegiatan tidak akan berjalan, yang terakhir adalah pengawasan, di sini staf produksi harus selalu mengadakan pengawasan terhadap kegiatan yang sedang berjalan, hal ini bertujuan mengecek sejauh mana kegiatan tersebut berjalan serta kekurangan apa yang terdapat dalam proses kegiatan tersebut berlangsung. Selain dari hal di atas ada beberapa yang harus diperhatikan juga oleh staf produksi, diantaranya sumber daya manusia, disini harus diperhatikan karena apabila tidak selektif maka kegiatan tidak akan berjalan dengan maksimal. Financial, hal ini sangat berpengaruh besar dalam berjalannya sebuah kegiatan karena apabila dalam hal ini mengalami hambatan maka sarana dan prasarana tidak akan tersedia dengan maksimal. Kemudian metode, hal tersebutpun sangat

berpengaruh karena metode apa yang akan digunakan dalam proses kegiatan maka akan mempengaruhi pada anggota yang mengikuti kegiatan tersebut. Yang terakhir pasar, akan kemana hasil dari kegiatan ini dipasarkan, hal tersebut harus terprogram dengan baik karena akan sangat menentukan dalam sebuah kegiatan. Hal tersebut harus sudah terprogram saat sebuah perencanaan kerja mulai disusun, sampai tercapainya tujuan dari kegiatan tersebut. Upaya nyata dalam merealisasikan pendidikan seni tradisional, dengan pengelolaan yang dapat dikatakan baik hal tersebut sudah dapat dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas Terpadu Krida Nusantara. Sekolah Menengah Atas Terpadu Krida Nusantara dalam kegiatan seni tradisional di Sekolah Menengah Atas tersebut sudah terselenggara kegiatan seni yang di dalamnya memuat sebuah wadah berekspresi seni bagi para siswanya, kegiatan tersebut dinamakan Krida Art Group. Kegiatan ini merupakan salah satu program di SMA Terpadu Krida Nusantara yang berisikan seni musik, seni tari, teater, olah tubuh, olah vokal, dan bahasa. Program tersebut diperuntukan bagi siswa yang ada di semester tiga, dan pelatihannya berlangsung dalam satu semester. Hasil dari kegiatan ini selain untuk meningkatkan apresiasi seni, siswa juga biasanya diikut sertakan dalam berbagai even even hiburan di berbagai instansi baik regional, nasional maupun internasional. Sebagai contoh dalam kegiatan Krida Art Group sering mengisi misi kesenian ke luar negeri, hal tersebut sudah dapat terlihat bahwa manajemen Krida Art Group dapat dikatakan berjalan dengan baik. Kegiatan Krida Art Group mampu memberi gairah dan semangat untuk siswa dalam berkesenian di lingkungan sekolah. Selain itu, proses pendidikan seni

bagi para siswa berjalan secara berkesinambungan dan mempunyai peranan dalam pembentukan kepribadian siswa. Keberhasilan Krida Art Group sangat dipengaruhi oleh pengelolaan program yang maksimal serta didukung oleh berbagai faktor. Berdasar pada hal tersebut, penulis tertarik untuk meneliti pengelolaan Krida Art Group, melalui penelitian dengan judul Pengelolaan Krida Art Grup di SMU Terpadu Krida Nusantara Bandung. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: Bagaimanakah pengelolaan Krida Art Group di SMA Terpadu Krida Nusantara. Rumusan masalah tersebut diuraikan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah pengelolaan Krida Art Group dilihat dari unsur perencanaan (Planning)? 2. Bagaimanakah pengelolaan Krida Art Group dilihat dari unsur pengorganisasian (Organizing)? 3. Bagaimanakah pengelolaan Krida Art Group dilihat dari unsur Penggerakan (Actuanting)? 4. Bagaimanakah pengelolaan Krida Art Group dilihat dari unsur Pengawasan (Controlling)?

C. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan variabel tunggal, karena dalam penelitian ini tidak ada variabel yang lain dan mempengaruhi pada judul penelitian ini. Variabel dalam penelitian ini adalah pengelolaan Krida Art Group di Sekolah Menengah Atas Terpadu Krida Nusantara. D. Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses pengelolaan kegiatan Krida Art Group di SMA Terpadu Krida Nusantara. Secara khusus membagi tujuan penelitian ini sebagai berikut : 1. Mendeskripsikan pengelolaan Krida Art Group dilihat dari unsur perencanaan (Planning)? 2. Mendeskripsikan pengelolaan Krida Art Group dilihat dari unsur pengorganisasian (Organizing)? 3. Mendeskripsikan pengelolaan Krida Art Group dilihat dari unsur Penggerakan (Actuanting)? 4. Mendeskripsikan pengelolaan Krida Art Group dilihat dari unsur Pengawasan (Controlling)? E. Manfaat Penelitian Penulis mengharapkan hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi :

1. Peneliti Penelitian ini berguna untuk menambah pengalaman langsung dalam meneliti sebuah program kegiatan kesenian di sekolah. 2. Para Pendidik Seni Sebagai masukan untuk memotivasi dalam mengembangkan kegiatan kesenian di sekolah. 3. Sekolah Lebih meningkatkan kualitas program Krida Art Group sehingga menambah eksistensi SMA Terpadu Krida Nusantara di masyarakat. 4. Bagi siswa SMA Terpadu Krida Nusantara Memberikan pengalaman dalam berkesenian serta menambah wawasan khususnya seni tradisional Nusantara Indonesia. F. Definisi Operasional Judul penelitian dalam skripsi ini adalah pengelolaan Krida Art Grup di Sekolah Menengah Atas Terpadu Krida Nusantara Bandung. Agar tidak terjadi salah penafsiran atas judul tersebut, peneliti mengemukakan batasan istilah sebagai berikut. Pengelolaan adalah suatu proses pengelolaan, pengarahan dan pengendalian dalam suatu organisasi, perusahaan atau lembaga lembaga untuk mencapai suatu tujuan yang dikehendaki. Adapun Sukanto (1993) menyatakan manajemen adalah sebagai usaha dalam merencanakan, mengorganisasi, serta mengawasi

pelaksanaan kegiatannya sesuai dengan waktu dan anggaran yang telah ditetapkan. Suatu usaha Krida Art Grup dalam merealisasikan kegiatannya dengan program yang disusun secara periodik, cara pelaksanaan, dan evaluasinya. Program program Krida Art Group meliputi bidang seni tari, seni musik, dan seni rupa. Krida Art Group sering mengisi berbagai kegiatan seperti festival rakyat di Eropa, kegiatan di dalam sekolah dan luar sekolah. Krida Art Group adalah sebuah kegiatan yang terdapat di Sekolah Menengah Atas Terpadu Krida Nusantara, yang didalamnya memuat unsur Tari, Musik Pentatonis (gamelan), Musik Diatonis, dan Musik Angklung, kegiatan ini merupakan kegiatan tahunan yang terdapat di SMA Terpadu Krida Nusantara Bandung. SMA Terpadu Krida Nusantara, pemberian nama Krida Nusantara sebagai sebuah yayasan pendidikan terpadu memiliki arti tersendiri. Krida diartikan sebagai karya tanpa henti. Nusantara adalah wilayah yang meliputi seluruh pelosok Negara Indonesia mulai dari Sabang sampai Merauke. Krida Nusantara dimaksudkan sebagai sebuah lembaga yang berkarya tanpa henti di bidang pendidikan, yang didalamnya memadukan tiga unsur pokok yaitu IPTEK, IMTAQ, dan karya serta yang menjadi peserta didiknya berasal dari seluruh pelosok tanah air Indonesia. Dari uraian definisi di atas yang dimaksud yaitu pengelolaan sebuah kegiatan kesenian yang dilakukan dengan berbagai upaya yang direalisasikan dalam berbagai kegiatan seni secara periodik dari perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan hingga evaluasi. Hal tersebut dilaksanakan agar mendapatkan hasil yang maksimal yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. G. Asumsi Asumsi adalah anggapan dasar peneliti yang kebenarannya dapat diakui oleh khalayak umum. Dalam penelitian ini penulis mengemukakan asumsi sebagai berikut. Pengelolaan dalam sebuah kegiatan kesenian merupakan hal penting untuk mencapai tingkat keberhasilan. Pengelolaan kegiatan ekstrakulikuler di Krida Art Group dalam bidang kesenian merupakan aktivitas sekolah dengan melibatkan seluruh akademika yang mampu mengisi kegiatan kegiatan kesenian di tingkat regional, nasional, maupun internasional. H. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskfiptif analisis. Dalam penelitian ini peneliti berusaha menganalisis, menafsirkan, serta mendeskripsikan Pengelolaan Krida Art Group di SMA Terpadu Krida Nusantara. Untuk mempermudah proses pengumpulan data atau informasi, peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yakni teknik observasi, teknik wawancara, dan teknik dokumentasi.

I. Lokasi, Populasi, Dan Sampel 1. Lokasi Lokasi penelitian adalah di SMA Terpadu Krida Nusantara, Jl. Desa Cipadung Cibiru Bandung. SMA Terpadu Krida Nusantara berdiri di daerah pinggiran sebelah timur wilayah kota Bandung. Lokasi ini secara geografis dinilai cukup strategis untuk pelaksanaan pembelajaran, mengingat tepat berada di kaki Gunung Manglayang, udaranya sejuk, jauh dari keramaian, serta jauh dari polusi. 2. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah kelompok kegiatan Krida Art Group. Dengan jumlah keseluruhan 44 orang, diantaranya 23 laki laki dan 21 perempuan. 3. Sampel Penelitian ini menggunakan sampel total, dalam penelitian yang menjadi sampel yaitu semua yang terlibat dalam program tahunan Krida Art Grup, dengan jumlah 44 orang diantaranya laki laki 23 orang dan perempuan dengan jumlah 21 orang.