KAJIAN PEMANFAATAN SLUDGE IPAL KOTA JOGJAKARTA SEBAGAI PUPUK ORGANIK YANG RAMAH LINGKUNGAN

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN PEMANFAATAN SLUDGE IPAL KOTA JOGJAKARTA SEBAGAI PUPUK ORGANIK YANG RAMAH LINGKUNGAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

KAJIAN PEMANFAATAN SLUDGE IPAL KOTA YOGYAKARTA SEBAGAI PUPUK ORGANIK DITINJAU DARI HASIL ANALISIS UNSUR NUTRIENT TANAMAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Tingkat konsumsi sayuran rakyat Indonesia saat ini masih rendah, hanya 35

Lampiran 1. Standar Kualitas Kompos Menurut Standar Nasional Indonesia

I. PENDAHULUAN. Selada (Lactuca sativa L.) merupakan salah satu tanaman sayur yang dikonsumsi

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. Latar Belakang

TARIF LINGKUP AKREDITASI

PERANGKAT UJI PUPUK ORGANIK (PUPO) (ORGANICFERTILIZER TEST KIT )

Laboratorium Teknik Analisis Radiometri Dan Spektrometri Serapan Atom Pusat Teknologi Nuklir Bahan Dan Radiometri

I. PENDAHULUAN. masalah yang sangat krusial bagi negara maju dan sedang berkembang. Terjadinya

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN

Elysa Dwi Oktaviana Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Sri Rachmania Juliastuti, M. Eng. Ir. Nuniek Hendrianie, MT L/O/G/O

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik

I. PENDAHULUAN. pupuk tersebut, maka pencarian pupuk alternatif lain seperti penggunaan pupuk

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

BAB I PENDAHULUAN. Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) Sewon dibangun pada awal

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Skema Proses Pengolahan Air Limbah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah penduduk yang disertai dengan meningkatnya kesadaran

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Kulit Buah Jarak Pagar

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eva Tresnawati, 2013

PENDAHULUAN. masyarakat terhadap pentingnya protein hewani, maka permintaan masyarakat

Jenis pengujian atau sifat-sifat yang diukur

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. menyebabkan kerusakan dan kerugian bagi masyarakat di sekitar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semakin meningkatnya perkembangan sektor industri dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya aktivitas kehidupan manusia yang dirasakan

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

BAB I PENDAHULUAN. sayur yang paling diminati oleh masyarakat Indonesia. Harga tanaman

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut

I. PENDAHULUAN. Limbah berbahaya adalah limbah yang mempunyai sifat-sifat antara lain

BAB I. Logam berat adalah unsur kimia yang termasuk dalam kelompok logam yang

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

I. PENDAHULUAN. Jagung manis (Zea mays saccharata) merupakan salah satu komoditas pertanian

I PENDAHULUAN. Hal tersebut menjadi masalah yang perlu diupayakan melalui. terurai menjadi bahan anorganik yang siap diserap oleh tanaman.

PENDAHULUAN. Buah melon (Cucumis melo L.) adalah tanaman buah yang mempunyai nilai

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS

PENGARUH LIMBAH CAIR INDUSTRI PELAPISAN LOGAM TERHADAP KAN- DUNGAN CU. ZN, CN, NI, AG DAN SO4 DALAM AIR TANAH BEBAS DI DESA BANGUNTAPAN, BANTUL

Kompos Cacing Tanah (CASTING)

BAB I PENDAHULUAN. tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Laboratorium merupakan salah satu penghasil air limbah dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007)

Pengemasan dan Pemasaran Pupuk Organik Cair

PENENTUAN KANDUNGAN LOGAM Pb DAN Cr PADA AIR DAN SEDIMEN DI SUNGAI AO DESA SAM SAM KABUPATEN TABANAN

I. PENDAHULUAN. sangat besar untuk memenuhi kebutuhan daging di tingkat nasional. Kenyataan

I. PENDAHULUAN. mengandung sejumlah mikroba yang bermanfaat, serta memiliki rasa dan bau

I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. resiko toksikologi juga akan meningkat. terbentuk secara alami dilingkungan. Semua benda yang ada disekitar kita

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu sumber air baku bagi pengolahan air minum adalah air sungai. Air sungai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dibudidayakan di air tawar dan disukai oleh masyarakat karena rasanya yang

I. PENDAHULUAN. pokok bagi sebagian besar rakyat di Indonesia. Keberadaan padi sulit untuk

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013

Oleh: ANA KUSUMAWATI

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN

I. PENDAHULUAN. Pesisir pantai kota Bandar Lampung merupakan salah satu lokasi yang telah

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu tanaman sayuran yang

SKRIPSI. Disusun Oleh: Angga Wisnu H Endy Wisaksono P Dosen Pembimbing :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indra Sukarno Putra, 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. dalam siklus kehidupan tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung

SEWAGE DISPOSAL. AIR BUANGAN:

Pupuk Organik Cair AGRITECH

BAB I PENDAHULUAN. maupun gas dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Lingkungan

I. PENDAHULUAN. berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi untuk tanaman dan

BAB I PENDAHULUAN. tunggang dengan akar samping yang menjalar ketanah sama seperti tanaman dikotil lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan zat gizi yang lengkap dalam menu makanan yang sehat dan seimbang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. adalah Timbal (Pb). Timbal merupakan logam berat yang banyak digunakan

Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling

BAB I PENDAHULUAN. Logam berat merupakan salah satu komponen pencemar lingkungan, baik

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan komoditas hortikultura

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG )

adalah air yang telah dipergunakan yang berasal dari rumah tangga atau bahan kimia yang sulit untuk dihilangkan dan berbahaya.

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan penduduk dan populasi penduduk yang tinggi

4. Jenis pupuk. Out line. 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Aplikasi Pupuk Kandang dan Pupuk SP-36 Untuk Meningkatkan Unsur Hara P Dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Tanah Inceptisol Kwala Bekala

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau merupakan salah satu tanaman pangan yang banyak dibudidayakan

Transkripsi:

120 KAJIAN PEMANFAATAN SLUDGE IPAL KOTA JOGJAKARTA SEBAGAI PUPUK ORGANIK YANG RAMAH LINGKUNGAN M. Yazid, Mintargo K., E. Supriyatni dan ME. Budiono P3TM BATAN ABSTRAK KAJIAN PEMANFAATAN SLUDGE IPAL KOTA JOGJAKARTA SEBAGAI PUPUK ORGANIK YANG RAMAH LINGKUNGAN. Telah dilakukan pengkajian kemungkinan pemanfaatan sludge IPAL kota Yogyakarta sebagai pupuk organik ditinjau dari berbagai aspek antara lain kandungan unsur nutrient tanaman, logam berat dan dilakukan upaya untuk mematikan mikroba patogennya. Hasil pengkajian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menganalisis dampak penggunaan sludge tersebut sebagai pupuk. Sampel sludge diambil dari Instalasi Pengolahan Air Limbah Kota Jogjakarta yang berlokasi di Bantul. Sampel sludge dikeringkan pada suhu kamar, dihaluskan dan ditimbang sesuai keperluan jenis analisisnya. Untuk analisis unsur makro dilakukan dengan metode Analisis Pengaktipan Netron Cepat (APNC), sedangkan unsur mikro menggunakan Analisa Pengaktipan Netron (APN). Pencacahan cuplikan menggunakan spektrometer gamma dengan detektor Ge(Li). Analisis logam berat Pb, Cd dan Hg dilakukan menggunakan AAS, sedangkan Sm, Th, Sb, Cr dan Co menggunakan APN. Sedangkan upaya untuk mematikan mikroba patogen dilakukan dengan irradiasi sampel menggunakan irradiator Co-60 dengan variasi dosis 5, 10, 15, 20 dan 25 kgy. Pengamatan mikrobiologis dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi, Fakultas Biologi UGM yang meliputi, bakteria total, Escheria coli, Streptococcus dan Salmonella. Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa kandungan unsur hara makro rerata yaitu N sebesar 4,10 ± 0,007 ppm, P sebesar 640,51 ± 14,34 ppm dan K sebesar 3,04 ± 0,06 ppm, sedangkan unsur mikro yang meliputi unsur Mg = 79,31 ± 6,48 ppm, Zn = 599,8 ± 42,2 ppm, Cu = 16,13 ± 0,4 ppm, Ca = 117,6 ± 9,20 ppm dan Fe = 4,35 ± 0,18 %. Sedangkan kisaran kandungan logam berat yang meliputi Pb = 73,27 125,65 ppm, Cd = 1,44 2,59 ppm, Hg tidak terdeteksi. Selain itu, Sm = 0,04 18,68 ppm, Th = 2,20 6,37 ppm; Sb = 1,06 76,37 ppm, Cr = 1,94 51,40 ppm dan Co = 0,57 84,03 ppm. Adapun populasi bakteri yang terbesar adalah Salmonella sp, kemudian Streptococcus dan yang terakhir Escheria coli. Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa sludge IPAL kota Yogyakarta dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik dengan perlakuan khusus agar unsur Cu, Fe dan Zn tidak melibihi nilai kritis sehingga menghambat pertumbuhan tanaman, sedangkan kandungan berbagai logam berat masih dinilai cukup aman. Adapun dosis efektif untuk menekan populasi bacteria total adalah 25 kgy, sedangkan untuk Salmonella sp sebesar 20 kgy dan Escheria coli adalah 15 kgy,. Kandungan logam berat di dalam sludge yang tertinggi adalah timbal (Pb) yaitu sebesar 125,65 ppm ABSTRACT STUDY ON THE USE OF SLUDGE FROM JOGJAKARTA WASTE WATER PROCESSING PLANT AS ENVIRONMENTAL FRIENDLY ORGANIC FERTILIZER. Study on feasibility of the use of sludge from Jogjakarta Waste Water Processing Plant (JWWPP) as organic fertilizer with several aspects to be considered, such as plant nutrient content, heavy metal content and its pathogenic microbial. From the observation result is expected can be used as an input data for analyzing the use of sludge impact as fertilizer. Sludge sample was taken from JWWPP that located at Bantul. Sludge sample was dried at the room temperature, grinded and weighed to be appropriate to the analysis type. The macro element content was analyzed using Neutron Activation Analysis (NAA), then counted using Ge(Li) Gamma Spectrometer. The heavy metal content, such as Pb, Cd and Hg was analyzed using AAS, while for Sm, Th, Sb, Cr and Co contents were analyzed using NAA. Sample was irradiated in order to kill pathogenic microbial, using varied doses which are 5, 10, 15, 20 and 25 kgy. Microbial observation was carried out at Microbiological Laboratory of Biological Faculty-Gadjah Mada University that include of total bacteria, Escheria coli, Streptococcus and Salmonella. The average macro element content was

121 determined from the analysis result, N is 4.10 ± 0.007 ppm, P is 640.51 ± 14.34, K is 3.04 ± 0,06 ppm, while micro element content consist of Mg is 79.31 ± 6.48 ppm, Zn is 599.8 ± 42.2 ppm, Cu is 16.13 ± 0.4 ppm, Ca is 117.6 ± 9.20 ppm and Fe is 4.35 ± 0.18 ppm. The range of heavy metal content consist of Pb is 73.27 125.65 ppm, Cd is 1.44 2.59 ppm, while Hg is undetected. Another that Sm is 0.04 18.68 ppm, Th is 2.20 6.37 ppm; Sb is 1.06 76.37 ppm, Cr is 1.94 51.40 ppm and Co is 0.57 84.03 ppm. The greatest bacteria population is Salmonella sp, then Streptococcus and the latest is Escheria coli. The analysis result can be deduced that sludge from JWWPP can be used as organic fertilizer with specific treatment to decrease Cu, Fe and Zn content to be less then the critical value to hinder the growth of a plant. While the heavy metal content is still below safe value. Effective dose to suppress total bacteria population is 25 kgy, while for Salmonella sp is 20 kgy, Escheria coli is 15 kgy. The highest heavy metal content in the sludge is lead (Pb) which is 125,65 ppm. PENDAHULUAN Dengan semakin berkembangnya wilayah industri maupun pemukiman di suatu perkotaan, maka lazimnya akan diikuti dengan permasalahan air limbah yang berasal dari kegiatan tersebut. Berbagai jenis instalasi pengolahan air limbah (IPAL) telah dibangun dan dioperasikan yang mampu menjernihkan kembali air limbah sesuai baku mutu lingkungan. Di samping itu, juga diperoleh endapan lumpur (sludge) yang merupakan konsentrat dari berbagai pencemar terkandung di dalam air limbah yang diolah, sehingga dikhawatirkan akan menimbulkan permasalahan baru bagi kehidupan manusia. Dengan semakin bertumpuknya sludge dikhawatirkan akan membahayakan kesehatan masyarakat dan lingkungan, karena menurut HASHIMOTO, S (1995) di dalam sludge tersebut pada umumnya terkandung jasad renik patogen baik berupa virus, bakteria, protozoa ataupun telur parasit.(1) Beberapa metode ditawarkan untuk penyelesaian permasalahan tersebut, diantaranya penggunaan radiasi pengion untuk desinfeksi jasad renik patogen tersebut. Selain itu, karena air limbah perkotaan yang diolah di IPAL tersebut berasal dari berbagai kegiatan antara lain rumah tangga, pasar dan industri kecil maka ada kemungkinan mengandung logam berat yang membahayakan lingkungan. Logam berat tersebut kemungkinan besar akan turut terendapkan di dalam sludge hasil pengolahan limbah itu. Sebenarnya pada umumnya di dalam sludge masih terkandung nutrisi tanaman yang berasal dari dekomposisi senyawa organik yang terkandung di dalamnya, sehingga kemungkinan masih memiliki nilai komersial yang tinggi di bidang agronomi. Nutrisi tanaman terdiri dari unsur hara makro yang sangat diperlukan dalam jumlah yang banyak untuk pertumbuhan tanaman, yang meliputi N, P, K yang biasanya diperoleh dari pupuk dan C, H, O yang didapatkan dari udara dan air. Sedangkan jenis unsur hara mikro yang diperlukan oleh tanaman dalam jumlah yang kecil saja, tetapi sangat esensial dalam periode tertentu..(2) Misalnya : proses pembungaan ataupun pembentukan buah. Jenis unsur ini antara lain Fe, Mn, Cu, dan Zn. Unsur N, P dan K merupakan unsur hara makro yang mutlak diperlukan oleh tanaman, misalnya unsur N sangat penting dalam pembentukan protein, merangsang pertumbuhan vegetatif dan meningkatkan hasil buah. Unsur dapat merangsang pembungaan, meningkatkan jumlah dan volume buah serta meningkatkan ketahanan terhadap gangguan hama dan penyakit tanaman. Unsur K berperan dalam sintesa karbohidrat dan protein sekaligus memperkokoh tanaman agar bunga dan buah tidak berguguran(3) Proses pengolahan limbah kota Yogyakarta diawali dari sambungan pipa rumah ke pipa lateral masuk ke pipa induk menuju ke lokasi IPAL dan disalurkan ke rumah pompa. Air limbah diangkat dengan pompa tipe ulir dan dialirkan ke bak pengendap pasir, di tempat ini pasir dan kerikil halus diendapkan. TATA KERJA Bahan Yang Diperlukan Sludge dari IPAL Kota Jogjakarta yang belokasi di Bantul, sampel standard yang digunakan dalam analisis pengaktipan netron, sarung tangan plastik dan kantong plastik untuk perlengkapan sampling, baki plastik, vial polietilen untuk preparasi sample, nitrogen cair

M. Yazid, dkk. 122 dan gas nitrogen yang diperlukan dalam pengoperasian spektrometer gamma. Peralatan Yang Digunakan Perahu yang diperlukan untuk sampling di tengan kolam, lumpang porselin, ayakan dan timbangan analitik yang diperlukan untuk preparasi sampel. Sedangkan aktivasi sampel dilakukan di dalam reaktor Kartini dan spektrometer gamma dengan detektor Ge(Li) digunakan untuk pencacahan dan identifikasi unsure di dalam sludge. Cara Kerja Pengambilan sampel sludge Sampel diambil dari Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Perkotaan Jogjakarta yang belokasi di Bantul. Adapun sampel yang diambil dibedakan menjadi dua yaitu : 1. Sludge kering diambil di bak penampungan. 2. Sludge segar yang diambil langsung dari dasar kolam aerasi fakultatif dan kolam pematangan menggunakan perahu. Preparasi Sampel 1. Sampel sludge dikering anginkan di atas baki plastik dan dibiarkan kering dalam suhu kamar. 2. Setelah kering, dihaluskan menggunakan lumpang porselin dan diayak dengan ukuran butir lolos 100 mesh. 3. Ditimbang masing-masing 0,5 gram cuplikan dan dimasukkan kedalam vial polietilen dan ditutup rapat. Analisis Cuplikan 1. Untuk analisis unsur hara makro (N, P, K) dilakukan dengan analisis pengaktipan netron cepat yang pada prinsipnya irradiasi cuplikan dilakukan menggunakan generator netron 2. Sedangkan analisis unsur mikro (Mg, Zn, Cu, Ca dan Fe), dilakukan dengan analisis pengaktipan netron yang irradiasi cuplikannya dilakukan di di dalam reaktor Kartini. 3. Untuk analisis kandungan logam berat (Pb, Cd dan Hg) dilakukan menggunakan Spektrofotometer serapan atom (AAS), sedangkan untuk Sm, Th, Sb, Cr dan Co dilakukan dengan analisis pengaktipan netron pula. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada Gambar 1 disajikan perbandingan antara kandungan unsur makro di dalam sludge dan kebutuhan baku nutrisi tanaman secara optimal. Dari gambar tersebut diketahui bahwa kandungan unsur P di dalam sludge tersebut sangat tinggi jika dibandingkan dengan jumlah yang dibutuhkan oleh tanaman, bahkan sampai di atas 4000 % dibandingkan dengan kebutuhan baku unsur tersebut. Seperti telah diketahui bersama bahwa unsur P berperanan penting dalam merangsang pembungaan, meningkatkan jumlah dan volume buah dan meningkatkan ketahanan terhadap gangguan hama dan penyakit tanaman.(3). Gambar 1. Perbandingan Kandungan Unsur Makro di Dalam Sludge Dengan Kebutuhan Baku Nutrisi Tanaman Namun, fungsi tersebut masih harus mendapatkan dukungan dari parameterparameter pertumbuhan yang lain. Misalnya, proses rangsangan pembungaan itu tidak akan dapat terjadi jika pertumbuhan vegetatif tanaman itu tidak subur, artinya tanaman yang kecil dan kurus tidak akan mampu berbunga walaupun sudah dilakukan perangsangan, apalagi untuk berbuah yang lebat dan volumenya besar. Padahal peranan menyuburkan pertumbuhan vegetatif dan pembentukan buah dilakukan oleh unsur N. Ditinjau dari aspek kandungan unsur N di dalam sludge ternyata hampir 400 % dibandingkan dengan kebutuhan baku unsur yang sama. Namun demikian, masih dalam kategori sangat tinggi. Seperti telah kita ketahui bersama, bahwa peranan unsur N di dalam pertumbuhan tanaman adalah dalam sintesa protein, merangsang pertumbuhan vegetatif dan meningkatkan jumlah dan volume buah.(3) Salah satu alternatif untuk mengatasi kelebihan N digunakan N-Balancer yang mampu mengubah unsur nitrat menjadi N yang berguna

123 untuk meningkatkan pertumbuhan generatif. Pertumbuhan vegetatif yang semula berlebihan menunjukkan hasil baik apabila digunakan komposisi sludge di bawah 50 %, sedangkan jika lalu diturunkan. Selain itu, juga menjaga digunakan sludge di atas 50 % justru akan keseimbangan hormon yang kelebihan unsur nitrat, yang akhirnya kegiatan transportasi karbohidrat, metabolisme dan pertumbuhan bunga, buah, biji dan umbi menjadi lebih aktif. Sedangkan kandungan unsur K di dalam sludge masuk dalam kategori sangat rendah jika dibandingkan dengan nilai baku yang dibutuhkan oleh tanaman. Unsur K berperan dalam sintesa karbohidrat dan protein sekaligus memperkokoh tanaman agar bunga dan buah tidak berguguran. Memang demikianlah salah satu kelemahan pupuk organik dimana komposisi NPK biasanya menghambat pertumbuhan tanaman tersebut.(4) Penghambatan pertumbuhan tanaman tersebut diduga karena kandungan unsur Fe, Zn dan Cu tersebut yang melampaui nilai kritisnya sehingga akan bersifat racun terhadap pertumbuhan tanaman jagung tersebut. Data populasi bakteria indikator setelah dilakukan irradiasi gamma dengan variasi dosis 0 (tanpa irradiasi), 5, 10, 15 dan 20 kgy disajikan pada Tabel 1. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa sebelum dilakukan irradiasi Salmonella sp memiliki populasi terbesar dibandingkan tidak seimbang seperti pada pupuk buatan. dengan kedua jenis bakteria lainnya. Secara Namun demikian, pupuk organik dapat berfungsi untuk memperbaiki sifat tanah selain juga sebagai sumber unsur mikro. Kehadiran unsur mikro ini, akan menyeimbangkan nutrisi yang diterima oleh tanaman, yang di dalam siklus hidupnya membutuhkan unsur tersebut. Kandungan unsur di dalam sludge segar maupun kering ternyata untuk unsur Mg masuk dalam kriteria rendah sampai sedang. Adapun untuk unsur Ca untuk kedua jenis sludge masuk dalam kriteria sangat rendah. Sedangkan untuk unsur Cu, Fe dan Zn di dalam sludge baik untuk sludge segar maupun kering, ternyata semuanya umum ketiga jenis bakteri tersebut terdapat di dalam limbah domestik, karena habita sebenarnya adalah di dalam tubuh manusia dan hewan di dalam intestinum, sehingga akan ikut terkeluarkan dari tubuh bersama dengan feses. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan HASHIMOTO, S (1995) yang menyatakan bahwa bakteri patogen yang terdapat di dalam sludge 90 % adalah Salmonella sp dan sebagian lagi jenis lainnya. Selain kandungan zat organic, lemak dan garam-garam terlarut yang terkandung di dalam sludge mendukung tumbuh suburnya Salmonella sp. (1) melebihi nilai kritis, maka jika akan digunakan sebagai pupuk organik masih memerlukan perlakuan khusus untuk menurunkan kandungan ketiga unsur tersebut agar di bawah nilai kritisnya. Penurunan kandungan unsur tersebut tidak dapat dilakukan dengan cara pengenceran menggunakan teknik pencampuran dengan tanah lempung atau pasir, namun hal ini juga akan menurunkan kandungan unsur Ca dan Mg yang kandungannya di dalam sludge sudah sangat rendah. Gambar 2. Perbandingan Antara Kandungan Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian Unsur Mikro di Dalam Sludge yang dilakukan oleh MURTIKA, D, (1999) Dengan Kebutuhan Nutrisi bahwa pemanfaatan sludge untuk penanaman Tanaman jagung manis (Zea mays. L cv. Sachanata Sturt) Tabel 1. Populasi bakteria indikator setelah dilakukan irradiasi gamma DOSIS IRRADIASI POPULASI BAKTERI PER GRAM SLUDGE (kgy) Escheria coli Streptococcus sp Salmonella sp 0 50 7,4 x 10 3 1,2 x 10 4 5-8,0 x 10 3 8,9 x 10 2 10-3,4 x 10 3 8,3 x 10 1 15 10 5,9 x 10 3-20 30 3,9 x 10 3 -

M. Yazid, dkk. 124 Jika dibandingkan dengan dosis irradiasi 0 (tanpa irradiasi), dengan peningkatan dosis irradiasi gamma terlihat bahwa populasi dari ketiga jenis mikroba tersebut cenderung menurun sejalan dengan meningkatnya dosis irradiasi. Hal ini disebabkan karena radiasi akan menyebabkan penghambatan proses sintesis DNA pada dosis rendah dan perubahan susunan DNA yang akhirnya menyebabkan kekacauan dalam proses sintesis protein. Sedangkan pada dosis irradiasi yang tinggi menyebabkan DNA template akan rusak sehingga sintesis DNA terhambat yang akhirnya sel bakteri akan rusak dan mati. Selain itu, perlu diingat bahwa protein dalam sel merupakan komponen dasar pembentukan enzin dan asam nukleat, akibatnya proses metabolisme dalam sel terganggu dan pertumbuhan akan terhambat.(5) Kandungan logam berat yang meliputi Pb, Cd dan Hg serta Sm, Th, Sb, Cr dan Co di dalam sludge di dalam kolam penampungan disajikan pada Tabel 2 Kandungan logam berat di dalam sludge tersebut kemungkinan berasal dari limbah rumah tangga / domestik, pertokoan, pasar serta industri kerajinan yang berada di kawasan kota Jogjakarta yang kadarnya masih bersifat alami sehingga belum sampai tingkat yang membahayakan kehidupan. Untuk itu, tidak diperlukan instalasi khusus untuk memisahkan logam tersebut di dalam IPAL Kota Jogjakarta. Tabel 2. Hasil analisis logam berat secara kuantitatif di dalam sludge NO. NAMA UNSUR KADAR (ppm) 1. Plumbum (Pb) 125,65 2. Kadmium (Cd) 2,16 3. Merkuri (Hg) tidak terdeteksi 4. Samarium (Sm) 18,68 5. Thorium (Th) 0,58 6. Sorbidium (Sb) 4,58 7. Kromium (Cr) 1,73 8. Kobalt (Co) 0,56 Jika dilihat hasil analisis logam berat di dalam Tabel 2 dapat diketahui bahwa kandungan yang terbesar adalah Pb (timbal) yaitu sebesar 125,65 ppm. Kemungkinan unsure ini berasal dari timbal yang sudah terkandung di dalam air, makanan, dan udara. Pb di atmosfer berasal dari senyawa hasil pembakaran bensin reguler dan premium yang tidak sempurna. Biasanya kadar Pb dalam tanah berkisar 5-25 ppm, dalam air tanah 1-60 ppm dan agak lebih rendah dalam air permukaan. Air minum dapat tercemar cukup tinggi oleh Pb karena penggunaan pipa berlapis Pb, peralatan makanan keramik berglasur merupakan sumber Pb yang lain..(5) Timbal (Pb) termasuk logam berat yang banyak dipergunakan dalam industri maupun pertanian. Apabila limbah industri dan pertanian dibuang langsung ke perairan tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu, maka dapat menyebabkan pencemaran dan mengganggu keseimbangan lingkungan terutama pada biota perairan yang akhirnya akan membahayakan konsumen yang mengkonsumsi biota tersebut. Konsumen yang mengkonsumsi biota yang tercemar tersebut, secara lambat namun pasti akan membahayakan kesehatannya; mengingat logam Pb bersifat akumulatif artinya mudah tersimpan di dalam jaringan biologis. Untuk meminimalkan kadar Pb pada limbah industri dapat digunakan arang aktif. Tingkat pencemaran pada konsumen dapat dilakukan dengan analisis beberapa jaringan antara lain rambut para nelayan.(6). KESIMPULAN 1. Kandungan unsur hara makro di dalam sludge untuk P sangat tinggi, bahkan sampai di atas 4000 % dibandingkan dengan kebutuhan baku. unsur N hampir 400 % dibandingkan dengan kebutuhan baku unsur yang sama, sedangkan untuk unsur K masuk dalam kategori sangat rendah jika dibandingkan dengan nilai baku yang dibutuhkan oleh tanaman. 2. Ditinjau dari aspek kebutuhan nutrisi tanaman, kandungan unsur Mg masuk dalam kategori rendah sedang, unsur Ca sangat rendah. Sedangkan untuk Cu, Fe dan Zn melebihi nilai kritis. 3. Dosis efektif untuk menekan populasi Escheria coli adalah 15 kgy, sedangkan untuk Streptococcus dan Salmonella sp sebesar 20 kgy. 4. Kandungan logam berat di dalam sludge yang tertinggi adalah timbal (Pb) yaitu sebesar 125,65 ppm DAFTAR PUSTAKA 1. HASHIMOTO, S., Research and Development on Sludge Treatment, JAERI (1995) 2. PIADANG, S & N. SUDHAPREDA., Evaluation of Component in Sludge, JAERI Research (1995)

125 3. SOMMERS, L.E., Chemical Composition of Sewage Sludge and Analysis of Their Potential Use as Fertilizres, USA (1977) 1. MURTIKA, D, Pemanfaatan Lumpur Hasil IPAL Yogyakarta Untuk Penanaman Jagung Manis (Zea mays. L cv. Sachanata Sturt), Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta (1999) 4. CAHYADI. W., Bahaya Pencemaran Timbal pada Makanan dan Minuman, Departemen Farmasi, Pascasarjana ITB, Bandung (2004) 5. ZAINUL KAMAL., Penentuan Kadar Logam Logam Dan Radionuklida Dalam Ikan, Bintang Dan Gasing Serta Relevansinya Dengan Perencanaan Lingkungan, Belum dipulikasikan TANYA JAWAB M. Syaifudin Bagaimana perbandingan kualitas antara sludge yang diteliti dengan pupuk konvensional/lain? M. Yazid Jika dibandingkan dengan pupuk organik konvensional (misal kotoran ayam) tentu saja lebih rendah kualitasnya karena kadar nutrient tanamannya lebih tidak teratur. Tapi kajian ini tujuannya untuk menyelesaikan masalah lingkungan yaitu semakin bertumbuhnya sludge. Tri Rusmanto Apakah sludge IPAL kota dapat untuk pupuk yang cocok untuk tanaman apa saja dan apakah tidak berbahaya karena kandungan Pb tinggi? M. Yazid Hal ini menunjukkan pentingnya dilakukan kajian ini dan ternyata dapat digunakan untuk pupuk organik, tapi perlu perlakuan khusus. Misalnya untuk menurunkan kadar unsur tertentu agar tidak melampaui nilai kritisnya.