I. PENDAHULUAN. Ada empat segi keterampilan berbahasa yakni keterampilan menyimak/

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. yaitu aspek membaca, menulis, menyimak dan berbicara. Keempat kemampuan

MENGANALISIS ASPEK-ASPEK DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN MEMBACA. Sumarni. Jurusan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

I. PENDAHULUAN. emosional peserta didik. Bahasa juga merupakan penunjang keberhasilan dalam. memelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa

PERBEDAAN KEM BERDASARKAN LATIHAN MEMBACA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 4 GEDONG TATAAN. Oleh

II. LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. Penelitian yang penulis lakukan ini memunyai landasan teori dari bayak pakar

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Globalisasi saat ini telah melanda dunia. Dunia yang luas seolah-olah

I. PENDAHULUAN. timbulnya kalimat kedua, kalimat kedua menjadikan kalimat ketiga, dan seterusnya. Kalimatkalimat

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang cerdas ditentukan oleh kualitas pendidikan di negaranya. Semakin

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kurikulum sekolah keterampilan berbahasa biasanya mencakup empat segi,

I. PENDAHULUAN. pidato. Ketika menulis teks pidato, banyak faktor yang perlu diperhatikan seperti kosa kata,

sesuai dengan jenjang pendidikan (Depdiknas, 2006:1).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan apa yang sedang dipikirkannya. Dengan demikian manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meningkatkan mutu pendidikan adalah sesuatu yang sangat penting

BAB II LANDASAN TEORI. yang luar biasa, yang tidak lazim memadukan informasi yang nampaknya tidak

BAB I PENDAHULUAN. langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, seseorang perlu mempelajari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berbicara, dan keterampilan menulis. Apabila menguasai keempat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menulis. Menurut Tarigan (2008:21) Proses menulis sebagai suatu cara. menerjemahkannya ke dalam sandi-sandi tulis.

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa digunakan

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat menjalin hu-bungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran berdasarkan Kurikulum 2013 untuk kelas VII. SMP Negeri 6 Percut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. atau berita, fakta, dan pendapat dari seorang penutur kepada pendengar.

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur

latihan. Salah satu wujud pendidikan yang diterapkan di sekolah maupun di lingkungan keluarga sejak dini adalah pendidikan bahasa karena bahasa

BAB 1 PENDAHULUAN. Riama N Sihombing, 2013

Pezi Awram

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Manusia berkomunikasi untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ida Rahmawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Banyak keterampilan yang harus dikuasai oleh manusia baik sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelaksanaan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia di SMA kini

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan proses pembangunan suatu negara ditentukan oleh banyak

BAB I PENDAHULUAN. kapan saja dan di mana saja terlepas dari ada yang mengajar atau tidak. Sadiman

I. PENDAHULUAN. kemampuan dan perilaku untuk berpikir, bercakap-cakap, bersuara, atau pun

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nadhira Destiana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam menjamin

BAB I PENDAHULUAN. dalam interaksi dirinya dengan lingkungannya. Hasil dari interaksi yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu pelajaran terpenting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. intelektual, sosial, dan emosional peserta didik. Belajar bahasa pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Zaman milenium identik dengan zaman teknologi dan informasi. Hal ini

MEMAHAMI HAKEKAT DAN ASPEK-ASPEK DALAM READING (MEMBACA)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi. dan negara. Kemajuan suatu kebudayaan bergantung kepada cara kebudayaan

2015 PENERAPAN METODE GENERATING INTERACTION BETWEEN SCHEMATA AND TEXT (GIST) DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS

sangat berpengaruh pada kemahiran berbahasa yang lain, yaitu mahir menyimak

BAB I PENDAHULUAN. kemanusiaan untuk bermasyarakat dan menjadi manusia yang sempurna. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kualitas setiap

keinginan, penyampaian informasi tentang suatu peristiwa, dan lain-lain.

MEMBACA DAN PEMBELAJARANNYA 5. MODEL PEMBELAJARAN INTEGRATIF DNGAN

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang. Perilaku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap,

BAB I PENDAHULUAN. peran penting dalam kehidupan. Pendidikan bahasa sastra Indonesia yang menitikberatkan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Salah satu keterampilan berbahasa yaitu menulis.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suatu masyarakat untuk bekerja sama, berkomunikasi dan mengidentifikasi diri.

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut UU tentang Sisdiknas No. 20 tahun 2003: terhadap manusia menuju ke arah yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kemampuan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. Menemukan kalimat topik dan kalimat penjelas yang di dalamnya memuat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia terdiri dari empat aspek keterampilan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. didik disekolah melalui proses pembelajaran. Namun, mengupayakan

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar menuntut seseorang untuk berpikir ilmiah dan mengungkapkan

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS

BAB I PENDAHULUAN. bidang pendidikan. Terbentuknya sistem pendidikan yang baik diharapkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bersastra. Pada kurikulum 2013, pelajaran bahasa Indonesia mengalami. mengembangkan kemampuan dan keterampilan berpikir siswa.

BAB I PENDAHULUAN. mengandung pengertian bahwa dengan membaca akan diperoleh pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan merupakan satuan pendidikan formal yang

I. PENDAHULUAN. di sekolah. Dalam KTSP Bahasa Inggris 2006 dijelaskan bahwa dalam belajar

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Hal ini dikarenakan melalui sektor pendidikan dapat dibentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan siswa dalam membaca, merupakan salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desi Sukmawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Melalui pendidikan, diharapkan setiap individu

I. PENDAHULUAN. Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan pikiran,

BAB I PENDAHULUAN. satu kesatuan, merupakan catur-tunggal, (Dawson dalam Tarigan 2005: 1).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, khususnya para siswa. Pada saat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena

BAB I PENDAHULUAN. Kompetensi menekankan pada kecakapan-kecakapan yang berguna untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan pada semua

BAB I PENDAHULUAN. berhenti. Usaha tersebut dilakukan untuk penyesuaian dan mengimbangi tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. berekspresi dan salah satunya adalah menulis puisi. Puisi dalam Kamus Besar. penataan bunyi, irama, dan makna khusus; sajak.

berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis.

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ada empat segi keterampilan berbahasa yakni keterampilan menyimak/ mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Setiap keterampilan tersebut memunyai hubungan yang erat dengan tiga keterampilan lainnya karena pada prinsipnya keterampilan-keterampilan berbahasa itu merupakan satu kesatuan yang disebut catur-tunggal (Tarigan, 1986: 1). Dari aspek neurologi bahasa, keempat keterampilan bahasa di atas berpusat pada hemisfer kiri otak. Otak manusia terdiri atas dua hemisfer (belahan) yaitu hemisfer kiri dan hemisfer kanan. Pada orang yang tidak kidal (cekat tangan kanan, right hand) hemisfer kiri merupakan hemisfer dominan bagi bahasa. Hemisfer ini memunyai arti penting bagi bicara-bahasa yaitu sebagai pusat kegiatan membaca, menulis, mengira, sains, teknologi, berbahasa, dan berpikir secara analitis serta rasional. Selain itu pula, hemisfer kiri juga berperan sebagai fungsi memori yang bersifat verbal (verbal memory). Sebaliknya, hemisfer kanan penting untuk fungsi emosi, lagu isyarat (gesture) baik yang emosional maupun verbal. Hemisfer kiri memang dominan untuk fungsi bicara bahasa namun tanpa aktivitas hemisfer kanan maka pembicaraan seseorang akan menjadi monoton, tidak ada prosodi, tidak ada lagu kalimat; tanpa menampakkan adanya emosi; tanpa disertai isyarat-isyarat bahasa (Chaer, 2003: 120). Seperti halnya yang

2 dikemukakan oleh Soenjono (2008: 213) bahwa hemisfer kanan juga memunyai peran bahasa meskipun tidak seintensif seperti hemisfer kiri. Dalam hal pemerolehan bahasa, pakar linguistik modern, Piaget (1969) mengungkapkan teori perkembangan kognitifnya yang didasarkan atas hipotesis kesemestaan kognitif dalam psikologi yang sama atau sejalan dengan hipotesis nurani mekanisme (bahasa Inggris innate = dibawa sejak lahir, berada di dalam, atau semula jadi) dalam linguistik. Piaget berpendapat bahwa pemerolehan bahasa merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perkembangan kognitif secara keseluruhan, khususnya sebagai bagian dari kerangka fungsi simbolik. Dengan kata lain, bahasa merupakan satu bagian dari perkembangan kognitif (intelek atau kecerdasan) secara umum (Chaer, 2003: 178). Membaca sebagai salah satu unsur dalam keterampilan berbahasa adalah aktivitas yang kompleks dengan mengerahkan sejumlah besar tindakan yang terpisah-pisah yakni orang harus menggunakan pengertian dan khayalan, mengamati, dan mengingat-ingat (Soedarso, 2005: 4). Kemampuan membaca harus dimiliki oleh setiap orang terlebih khusus bagi para akademisi karena sebagaimana yang diungkapkan oleh Burns, dkk. (1996) dalam Rahim (2007: 1) membaca merupakan sesuatu yang vital dalam suatu masyarakat terpelajar. Membaca semakin penting dalam kehidupan masyarakat yang semakin kompleks sebab setiap aspek kehidupan melibatkan kegiatan membaca. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang makin berkembang menuntut terciptanya masyarakat yang gemar belajar. Proses belajar yang efektif antara lain dilakukan dengan membaca.

3 Dewasa ini, pesatnya kemajuan mesin cetak telah memungkinkan penyebaran informasi secara cepat. Begitu banyak jenis bacaan seperti buku, koran, dan artikel-artikel di internet yang harus dibaca agar kebutuhan ilmu pengetahuan seseorang terpenuhi namun waktu yang tersedia untuk membaca sangat terbatas. Oleh sebab itu, dibutuhkan sistem membaca cepat dan efektif dengan tujuan seseorang mampu membaca dalam waktu yang relatif cepat disertai pemahaman yang tinggi terhadap isi bacaan. Selanjutnya, pada kemampuan membaca baik membaca permulaan maupun membaca lanjut (membaca pemahaman) terdapat banyak faktor yang memengaruhi. Lamb dan Arnold (1976) dalam Rahim (2007: 16 29) mengemukakan bahwa faktor yang memengaruhi kemampuan membaca adalah faktor fisiologis, intelektual/ inteligensi, lingkungan, dan psikologis. Faktor fisiologis mencakup (1) kesehatan fisik, (2) pertimbangan neurologis, dan (3) jenis kelamin. Faktor inteligensi (kecerdasan) diindikasikan oleh IQ (Intelligence Qoutient). Faktor lingkungan mencakup (1) latar belakang dan pengalaman siswa di rumah dan (2) sosial ekonomi keluarga siswa. Faktor psikologis mencakup (1) motivasi, (2) minat, dan (3) kematangan sosial, emosi serta penyesuaian diri. Dari uraian di atas, jelaslah bahwa faktor inteligensi yang merupakan bawaan sejak lahir seseorang turut pula dalam menentukan keberhasilan dalam membaca terutama kegiatan membaca yang menggunakan sistem membaca cepat dan efektif (speed reading). Faktor inteligensi ini memiliki definisi yang beraneka macam dan pengukurannya pun masih kontroversi sampai sekarang

4 (www.cahledug.wordpress.com, 15 April 2009: 16.12 WIB). Dari berbagai definisi yang dikemukakan para ahli, penulis berpedoman kepada pendapat Thorndike yang merumuskan bahwa intelegensi adalah bentuk kemampuan individu dalam abstraksi, mekanika, dan sosial. Kemampuan abstraksi adalah bentuk kemampuan individu untuk bekerja dengan menggunakan gagasan dan simbol-simbol; kemampuan mekanika adalah suatu kemampuan yang dimiliki individu untuk bekerja dengan menggunakan alat-alat mekanis dan kemampuan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan aktivitas gerak (sensorymotor); kemampuan sosial adalah kemampuan untuk menghadapi orang lain di sekitar diri sendiri dengan cara yang efektif (Thorndike dalam Safaria, 2005: 20). Secara teoretis, Tarigan (1986: 11 13) menyatakan bahwa ada dua aspek dalam membaca yaitu keterampilan mekanis (urutan lebih rendah) dan keterampilan pemahaman (urutan lebih tinggi). Untuk mencapai tujuan yang terkandung dalam keterampilan pemahaman (comprehension skills), yang paling tepat digunakan adalah membaca dalam hati (silent reading). Membaca dalam hati ini terdiri atas membaca ekstensif dan intensif. Membaca ekstensif meliputi (1) membaca survei, (2) membaca sekilas, dan (3) membaca dangkal. Membaca intensif meliputi (1) membaca telaah isi dan (2) membaca telaah bahasa. Dalam hal membaca telaah isi, dapat dipergunakan metode membaca cepat dan efektif dengan teknik skimming dan scanning atau salah satu diantaranya. Pengajaran keterampilan membaca di sekolah bermacam-macam jenisnya. Salah satunya yaitu pengajaran membaca dengan sistem membaca cepat dan efektif atau disebut juga kecepatan efektif membaca (KEM). KEM adalah membaca dengan

5 waktu yang relatif cepat disertai pemahaman isi bacaan secara keseluruhan. KEM terdiri dari dua indikator yakni kecepatan membaca dan pemahaman isi bacaanya. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMA/ MA kelas X, terdapat butir yang menyebutkan salah satu kompetensi yang harus dikuasai siswa yaitu menemukan ide pokok berbagai teks nonsastra dengan teknik membaca cepat (250 kpm). Kompetensi yang telah tergaris dalam KTSP tersebut sejalan dengan yang telah diungkapkan oleh Tampubolon (1987: 7) bahwa seorang lulusan SMA (Senior High School) diharapkan sudah memunyai kecepatan membaca minimum kira-kira 250 kata per menit dengan pemahaman isi bacaan minimum 70% sehingga nilai minimal KEM-nya adalah 175 kpm. Inteligensi yang diindikasikan oleh IQ seperti yang telah diuraikan sebelumnya merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dalam kompetensi membaca terutama pada membaca cepat dan efektif (KEM). Dalam KEM, dibutuhkan adanya kecepatan membaca yang diimbangi dengan pemahaman isi bacaan secara keseluruhan. Untuk mencapai pemahaman yang tinggi terhadap isi bacaan, diperlukan daya ingat yang kuat. Daya ingat atau kemampuan memori tersebut merupakan bagian dari IQ. Burhani (2008) seorang trainer speed reading di Universitas Indonesia mengemukakan bahwa semakin tinggi IQ seseorang, akan semakin tinggi juga kemampuan membacanya. Selain itu, seorang pakar speed reading, Soedarso (2005: 19) mengungkapkan bahwa ada korelasi kuat antara kecerdasan dan potensi membaca. Dengan memerhatikan teori Soedarso (2005) di atas, penulis merasa penting untuk meneliti serta menguji teori tersebut pada siswa kelas X Akselerasi SMA Negeri 1

6 Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah tahun pelajaran 2009/2010: apakah inteligensi memunyai hubungan dengan KEM. Adapun alasan penulis melakukan penelitian di SMA Negeri 1 Terbanggi Besar karena sekolah tersebut adalah satusatunya SMA di Kabupaten Lampung Tengah yang memiliki program akselerasi, yakni suatu program percepatan naik tingkat dengan waktu tempuh menyelesaikan materi pelajaran di sekolah hanya dalam 2 tahun. Akselerasi merupakan program yang memberi kesempatan kepada siswa yang cerdas untuk naik ke tingkatan kelas berikutnya lebih cepat satu atau dua kali sekaligus (Hamalik, 2008: 186). B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, masalah-masalah yang muncul adalah sebagai berikut. 1. Banyak siswa SMA Negeri 1 Terbanggi Besar yang skor KEM-nya cenderung rendah yakni tidak mencapai 175 kpm. 2. Rendahnya skor KEM pada siswa itu dapat dipengaruhi oleh rendahnya kondisi fisiologis tiap siswa. 3. Rendahnya skor KEM pada siswa itu dapat dipengaruhi oleh rendahnya tingkat inteligensi atau kecerdasan. 4. Rendahnya skor KEM pada siswa itu dapat dipengaruhi oleh buruknya kondisi lingkungan sekitar masing-masing siswa. 5. Rendahnya skor KEM pada siswa itu dapat dipengaruhi oleh labilnya kondisi psikologis pada diri tiap siswa.

7 C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah, dalam penelitian ini penulis membatasi masalah hanya pada inteligensi berhubungan atau berkorelasinya dengan KEM siswa kelas X Akselerasi SMA Negeri 1 Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah tahun pelajaran 2009/2010. D. Perumusan Masalah Bertolak dari pembatasan masalah tersebut, penulis merumuskan masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimanakah tingkat inteligensi siswa siswa kelas X Akselerasi SMA Negeri 1 Terbanggi Besar tahun pelajaran 2009/2010? 2. Bagaimanakah tingkat KEM siswa kelas X Akselerasi SMA Negeri 1 Terbanggi Besar tahun pelajaran 2009/2010? 3. Adakah hubungan antara inteligensi dengan KEM pada siswa kelas X Akselerasi SMA Negeri 1 Terbanggi Besar tahun pelajaran 2009/2010? E. Tujuan dan Keguanaan Penelitian Penelitian ini memiliki tujuan dan kegunaan sebagai berikut. 1. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk menguji ada atau tidaknya hubungan antara inteligensi dengan KEM pada siswa kelas X Akselerasi SMA Negeri 1 Terbanggi Besar tahun pelajaran 2009/2010.

8 2. Kegunaan Penelitian Penelitian yang penulis lakukan memiliki kegunaan secara teoretis dan praktis sebagai berikut. a. Kegunaan Teoretis Secara teoretis, penelitian ini dapat memperkaya kajian penelitian bahasa Indonesia tentang KEM keberkaitannya dengan aspek lain yakni inteligensi. b. Kegunaan Praktis Secara praktis, kegunaan dari penelitian ini dibagi menjadi tiga yaitu kegunaan bagi penulis, guru mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia, dan pembaca. 1. Bagi penulis yang merupakan calon guru bahasa dan sastra Indonesia, penelitian ini dapat dijadikan bekal untuk memberikan materi mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia kelak, khususnya tentang pokok bahasan KEM. 2. Bagi guru mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMA Negeri 1 Terbanggi Besar, penelitian ini berguna sebagai informasi atau gambaran tentang tingkat KEM siswa kelas X disertai besaran kontribusi yang diberikan oleh inteligensi siswa terhadap KEM-nya. 3. Bagi pembaca, penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang KEM serta keberkaitannya dengan inteligensi. F. Ruang Lingkup Penelitian Yang menjadi ruang lingkup dalam penelitian ini adalah: 1. subjek penelitian adalah siswa kelas X akselerasi; 2. objek penelitian adalah hubungan antara inteligensi (X) dengan KEM (Y); 3. tempat penelitian adalah SMA Negeri 1 Terbanggi Besar; 4. waktu penelitian adalah pada tahun pelajaran 2009/2010.