PENERAPAN RISK MANAGEMENT FRAMEWORK DALAM PROYEK PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK

dokumen-dokumen yang mirip
MANAJEMEN RESIKO PROYEK PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK MYBIZ 2 DI SOFTWARE HOUSE ABC

Manajemen Resiko Proyek Sistem Informasi Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS)

FASE PERENCANAAN. MPSI sesi 4


PEMBUATAN APLIKASI MANAJEMEN PROYEK DALAM MENGELOLA PROYEK DI PT. X

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

SOFTWARE PROCESS MODEL I Disiapkan oleh: Umi Proboyekti, S.Kom, MLIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Risiko dalam proyek konstruksi merupakan probabilitas kejadian yang muncul

Manajemen Proyek Perangkat Lunak Minggu 1

SOFTWARE PROCESS MODEL

Review of Process Model. SE 3773 Manajemen Proyek Teknologi Informasi *Imelda Atastina*

MANAJEMEN PROYEK DALAM PRAKTEK

PROSES DESAIN. 1. Metodologi Pengembangan Sistem

MANAJEMEN PROYEK TEKNOLOGI INFORMASI. Oleh : Dr. R. Rizal Isnanto, S.T., M.M., M.T. MAGISTER SISTEM INFORMASI UNDIP

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil evaluasi penerapan manajemen pengendalian proyek South

RPKPPS MATA KULIAH : MANAJEMEN PROYEK SISTEM INFORMASI JURUSAN SISTEM INFORMASI UNIVERSITAS ANDALAS

3/14/16 Manajemen Proyek IT - Universitas Mercu Buana Yogyakarta

SDLC Concepts. Muhammad Yusuf D3 Manajemen Informatika Universitas Trunojoyo

Manajemen Proyek Minggu 2

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : PENGELOLAAN PROYEK SISTEM INFORMASI (AK ) JURUSAN SISTEM INFORMASI PTA 2007 / 2008

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : PENGELOLAAN PROYEK SISTEM INFORMASI JURUSAN SISTEM INFORMASI PTA 2006 / 2007

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : PENGELOLAAN PROYEK SISTEM INFORMASI (AK ) JURUSAN SISTEM INFORMASI

PERENCANAAN PROYEK BERBASIS RISIKO PEMBANGUNAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN ASET DI PDAM KOTA MALANG BERBASIS ISO/FDIS 31000:2009

PERENCANAAN PROYEK BERBASIS RISIKO PEMBANGUNAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN ASET DI PDAM KOTAMADYA MALANG BERBASIS ISO/FDIS 31000:2009

PROJECT PLAN (RENCANA MANAJEMEN PROYEK) (MATA KULIAH MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK)

PERANAN TEAM SOFTWARE PROCESS PADA REKAYASA PERANGKAT LUNAK

KERANGKA KENDALI MANAJEMEN (KENDALI UMUM)

PENGANTAR MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK MATA KULIAH MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK

PROJECT PLAN (RENCANA MANAJEMEN PROYEK) (MATA KULIAH MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK)

SIKLUS REKAYASA PERANGKAT LUNAK (SDLC)

CV. Lubersky Computer Semarang: IT Consultant, Software dan Web Development

PEMBUATAN TATA LAKSANA PROYEK PEMBANGUNAN SISTEM INFORMASI DI UNIVERSITAS X BERDASARKAN CMMI

MANAJEMEN PROYEK KONTEKS & PROSES PERTEMUAN 2

Software Development Life Cycle (SDLC)

USULAN KERANGKA MANAJEMEN RESIKO IMPLEMENTASI TEKNOLOGI BARU DALAM MENDUKUNG AKTIVITAS BISNIS PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI

System Development Life Cycle (SDLC)

Manajemen Resiko Nia Saurina 811

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Sistem Informasi Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil 2006 / 2007

Manajemen Proyek dan Teknologi Informasi

LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN COORPORATE VALUE. Petunjuk: Berilah nilai bobot antara 0-5 dimana:

BAB II LANDASAN TEORI. yang digunakan dalam penyelesaian Tugas Akhir ini, yaitu System Development

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat memudahkan setiap pengguna dalam menjalankan kegiatan yang. internet dapat mengakses serta mengolah data dimana saja.

Systems Development Life Cycle (SDLC)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. RISIKO DALAM PROYEK KONSTRUKSI MERUPAKAN PROBABILITAS KEJADIAN YANG MUNCUL

Proyek Perangkat Lunak

Teknik Informatika S1

Manajemen Proyek. Bima Cahya Putra, M.Kom

The Process. A Layered Technology. Software Engineering. By: U. Abd. Rohim, MT. U. Abd. Rohim Rekayasa Perangkat Lunak The Process RPL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

EDU SOFT. Statement Of Work

Overview Planning Project didasarkan pada sejumlah estimasi yang mencerminkan pemahaman thd situasi yang sekarang, informasi tersedia, dan asumsi yang

ANALISA & PERANCANGAN SISTEM

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 4 PELAKSANAAN PENGUJIAN

Jenis Metode Pengembangan Perangkat Lunak

RANGKUMAN SIM BAB 13 Mengembangkan Sistem Informasi (Building Information Systems)

TUGAS KLIPING SISTEM INFORMASI MANAJEMEN V-MODEL

PROJECT RISK MANAGEMENT (MANAJEMEN RESIKO PROYEK) (MATA KULIAH MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UAS REKAYASA PERANGKAT LUNAK. Software Quality Assurance HANSI ADITYA KURNIAWAN

Pengelolaan Proyek Sistem Informasi Manajemen Ruang Lingkup Proyek. Sistem Informasi Bisnis Pertemuan 2-3

ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 7

BAB II LANDASAN TEORI

PROJECT MANAGEMENT PLAN RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI PENERIMAAN DAN SELEKSI PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE MANAGEMENT BY OBJECTIVE

KONTEKS & PROSES MANAJEMEN PROYEK. PERTEMUAN 2 Heru Lestiawan, M.Kom

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Manajemen Resiko Proyek

Paradigma Manajemen Resiko. control. track RISK. identify. plan. analyze

THE SOFTWARE PROCESS

MANAJEMEN RUANG LINGKUP PROYEK PERTEMUAN 3.2

Manajemen Proyek. Ian Sommerville 2004 Software Engineering, 7th edition. Chapter 1 Slide 1

REKAYASA RESIKO PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK

Pertemuan 3. Manajemen Proyek Perangkat Lunak. Proses Dalam Manajemen PL

TUGAS SISTEM INFORMASI MANAJEMEN. Ringkasan Chapter 12 Developing Business/ IT Solutions. (Buku O Brien)

Hanif Fakhrurroja, MT

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER

Implementasi Sistem dan Maintenace Sistem. Sistem Informasi Universitas Gunadarma 2012/2013

Piranti Perencanaan dan Pengawasan Mutu dalam Manajemen Proyek Sistem Informasi

BAB III METODOLOGI. 3.1 Pendahuluan. Dalam penyusunan Startaegic Planning, diperlukan acuan untuk menuntun

BAB 2 LANDASAN TEORI

MANAJEMEN PROYEK. Pembelajaran Daring Indonesia Terbuka & Terpadu

Bab 4. Hasil dan Pembahasan Pengukuran Risiko Manajemen Proyek

Review Slide. Testing & Implementasi

LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN CORPORATE VALUE. 0 Tidak berhubungan sama sekali. 1 Sangat sedikit hubungannya. 2 Sedikit berhubungan

BAB I PENGANTAR MANAJEMEN PROYEK

Manajemen Risiko Proyek. Dr. Ir. Erizal, MAgr. Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

Tujuan Perkuliahan. PENGANTAR RPL (Pert. 2 chapter 1 Pressman) Agenda. Definisi Software (Perangkat Lunak) Lunak) 23/09/2010

Resiko Perangkat Lunak. Project Management RISK ANALYSIS AND MANAGEMENT. Kategori Resiko (1) Kategori Resiko (2) Resiko Teknis (1)

FASILKOM UNSIKA MATERI KULIAH MANAJEMEN PROYEK. Manajemen Proyek Dalam Proyek

LAMPIRAN KUESIONER PEMBOBOTAN KORPORASI PT TOYOTA ASTRA MOTOR

Daftar Pertanyaan Wawancara. 2. Bagaimana struktur organisasi instansi, beserta tugas dan tanggung jawab tiap

Chapter 2 What is Software Quality?

MENGAPA PROYEK PERANGKAT LUNAK GAGAL ( PENERAPAN MANAJEMEN RESIKO DALAM PROYEK PERANGKAT LUNAK )

MAKALAH REKAYASA PERANGKAT LUNAK ( SIKLUS HIDUP PERANGKAT LUNAK )

Pengelolaan Proyek Sistem Informasi. Manajemen Sumber Daya Proyek

Sistem Informasi Manajemen Pengelolaan Proyek pada PT. Taruna Jaya Cipta Palembang

PERANGKAT LUNAK & REKAYASA PERANGKAT LUNAK

Penerapan Risk Management Framework untuk Pelaksanaan Proyek Alih Daya Sistem Informasi di BPK RI

Transkripsi:

TUGAS UAS: REKAYASA PERANGKAT LUNAK PENERAPAN RISK MANAGEMENT FRAMEWORK DALAM PROYEK PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK YOHANES GUNAWAN YUSUF 9106205406 PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN TEKNOLOGI INFORMASI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2007 Rekayasa Perangkat Lunak MMT ITS 2007 1 Yohanes Gunawan Yusuf - 9106205406

PENERAPAN RISK MANAGEMENT FRAMEWORK DALAM PROYEK PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK 1. PENDAHULUAN Dalam dunia rekayasa perangkat lunak (software engineering), khususnya untuk implementasi dari proyek untuk pengembangan software (software development), ada tiga kriteria dari sisi pengembang (developer), untuk mengukur kinerja (performance) dari suksesnya suatu pengembangan sebuah perangkat lunak, yaitu: Fungsi Software dibuat untuk melakukan fungsi tertentu. Kalau suatu software tidak bisa melakukan fungsinya secara efektif, maka performance dari software tersebut dikatakan tidak baik atau gagal dalam melakukan fungsinya. Kualitas Dalam pengembangan software, kualitas desain software ditentukan dari apakah desain tersebut mencakup seluruh kebutuhan, spesifikasi dan desain system. Implementasi yang mengikuti desain dan sistem yang dibuat dan sesuai dengan kebutuhan dan kinerja akan mencapai kualitas dengan konformansi yang tinggi. Waktu Software harus diselesaikan tepat waktu (on time) sesuai jadwal. Seringkali ada pinalti atas keterlambatan penyelesaian untuk pihak developer. Selain itu keterlambatan bisa mengakibatkan kerugian-kerugian lain seperti kerugian finansial maupun kerugian lainnya. Untuk mendukung performance yang diharapkan, developer perlu mengantisipasi dan menganalisa masalah yang akan dihadapi dalam pengembangan software. Selain masalah-masalah teknikal, developer juga akan menghadapi masalah-masalah yang berhubungan dengan resiko yang mempunyai potensi akan terjadi. Resiko-resiko dalam skala global yang bisa atau akan dihadapi developer meliputi (Schwalbe, 2002): Rekayasa Perangkat Lunak MMT ITS 2007 2 Yohanes Gunawan Yusuf - 9106205406

Resiko Pasar (Market risk) Resiko Keuangan (Financial risk) Resiko Teknologi (Technology risk) Guna menurunkan atau meminimalkan resiko yang akan dihadapi oleh developer, developer perlu mengantisipasi jawaban dari beberapa pertanyaan berikut ini: Apakah software yang dibuat sudah memenuhi semua requirement dari client? Seberapa besar kompetisi yang akan dihadapinya? Apakah keuntungan (benefit) yang akan didapatkan lebih besar dari biaya (cost)? Apakah proyek software development ini layak (feasible)? Apakah daya dukung hardware, software penunjang dan jaringan akan berfungsi sesuai dengan yang diharapkan? Apakah teknologi yang digunakan dapat memenuhi tujuan dari proyek ini? Apakah teknologi yang digunakan akan berumur panjang, tidak usang sebelum umur pemakaiannya tercapai? Apakah sistem keamanan akan cukup dalam menangkal intrusi yang akan terjadi? Dampak akhir yang akan dihadapi oleh developer di antaranya adalah terjadinya over run (waktu penyelesaian proyek melebihi jadwal yang sudah ditentukan) dan over budget (biaya pengembangan melebihi anggaran yang sudah ditentukan) yang pada akhirnya akan memberikan kerugian bagi developer. Kerugian yang dialami pihak developer adalah kerugian finansial, seperti membesarnya biaya pengembangan, denda pinalti dari client akibat keterlambatan, dan juga kerugian-kerugian non finansial, seperti: hilangnya kepercayaan dari konsumen (client), brand image yang menurun, dsb. Meskipun developer dapat mengklaim bahwa mereka dapat menangani resiko dalam proyeknya, ada banyak bukti dan kasus, dimana para developer tidak mampu melakukan manajemen resiko secara sistematis. Para developer biasanya hanya menangani resiko resiko teknikal atau resiko teknologi saja, dan sangat jarang yang memperhatikan resiko-resiko finansial dan resiko pasarnya. Rekayasa Perangkat Lunak MMT ITS 2007 3 Yohanes Gunawan Yusuf - 9106205406

Resiko adalah bagian yang tidak terpisahkan dari suatu proyek. Derajat dari resiko ini tergantung pada kompleksitas, ukuran dan lokasi proyek tersebut. Padahal kemampuan mengantisipasi resiko-resiko tersebut merupakan salah satu kunci sukses dalam berhasilnya pengembangan software yang dikerjakan. Disinilah perlunya Manajemen Resiko dalam pengembangan software yang terpadu (integrated), yang didalamnya mancakup hal-hal: Mengidentifikasi dan mereview resiko-resiko yang mungkin akan dihadapi, dan Merencanakan strategi-strategi guna mengurangi dampak dari resiko yang dihadapi. Menurut panduan dari PMBOK, 2004, Manajemen resiko terdiri dari tahapan sebagai berikut: 1. Risk Management Planning 2. Risk Identification 3. Risk Analysis (qualitative dan quantitative) 4. Risk Responses Planning 5. Risk Monitoring and Control Untuk mengantisipasi resiko yang akan dihadapi dalam pengembangan software ini, perlu dikembangkan suatu rancang-bangun (framework) untuk manajemen resiko yang melibatkan semua stakeholder terhadap software yang akan diimplementasikan pada suatu organisasi atau perusahaan. Rekayasa Perangkat Lunak MMT ITS 2007 4 Yohanes Gunawan Yusuf - 9106205406

2. RISK MANAGEMENT FRAMEWORK Dengan mengacu pada PMBOK, dapat dibentuk sebuah framework dari manajemen resiko untuk suatu pengembangan software. Framework tersebut mempunyai tahapan-tahapan yang dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Menganalisis kebutuhan fungsional (functional requirements) Suatu software diharapkan bisa melaksanakan fungsi organisasi secara terintegrasi membutuhkan analisis kebutuhan fungsional yang baik dengan melibatkan semua pengguna (user) dan stakeholder. Kemampuan menganalisis kebutuhan fungsional sangat mendukung kesuksesan dari implemetasi sebuah pengembangan software. Implementasi aplikasi dari pengembangan software ini harus sejalan dengan proses bisnis, proses engineering dan pemilihan dari solusi perangkat teknologi informasi (information technology- IT) nya. 2. Menentukan cakupan (scope) dari proyek pengembangan software dan membuat WBS (Working Breakdown Structure). Berdasarkan analisis kebutuhan fungsional yang telah ditentukan bersama antara developer, user dan stakeholder, maka desain sistem informasi akan dapat menghasilkan scope dari proyek pengembangan software yang akan dikerjakan. Klasifikasi dari pekerjaan diwujudkan dalam berbagai modul atau sub-modul akan dituangkan dalam sebuah WBS. 3. Mengidentifikasi paket atau bagian pekerjaan yang beresiko. Semua jenis pekerjaan dalam pengembangan software yang tertuang dalam WBS ini akan diidentifikasi bagian mana saja yang beresiko, baik resikonya terhadap waktu, biaya maupun kualitas dari pengembangan software ini. Penentuan jenis atau bagian pekerjaan yang mempunyai resiko ini melibatkan pengambil keputusan sesuai dengan fungsinya (misalnya pimpinan, staf IT). 4. Mengidentifikasi event atau kejadian yang dapat mengakibatkan terjadinya resiko. Identifikasi kejadian yang dapat mengakibatkan terjadinya resiko, sebaiknya diidentifikasi berdasarkan konsensus bersama antara developer dan staf atau executive IT dari pengguna sistem. Rekayasa Perangkat Lunak MMT ITS 2007 5 Yohanes Gunawan Yusuf - 9106205406

5. Menganalisis kemungkinan (probability) resiko dan dampak keparahan (severity) dari resiko. Analisis resiko dilakukan dengan menggunakan Risk Mapping yang berupa table matriks probability versus severity yang digunakan untuk menentukan probability terjadinya resiko dan severity dari semua resiko kejadian yang sudah teridentifikasi sebelumnya. Semakin tinggi tingkat probability semakin mungkin resiko itu terjadi, dan semakin tinggi tingkat severity berarti semakin parah akibat yang terjadi dari resiko tersebut. Probability dan severity ini dianalisa menggunakan tools yang kualitatif maupun kuantitatif bersama dengan keterlibatan aktif dari stakeholder dan penilaian dari para pakar (expert judgement) 6. Mengembangkan perencanaan manajemen resiko. Perencanaan manajemen resiko ini dievaluasi kontribusinya dalam mengurangi dampak resiko yang akan terjadi. Tanggapan atas resiko ini hanya dilaksanakan bila terjadi pengurangan resiko secara substansial. 7. Memonitor dan mengontrol resiko yang terjadi saat implementasi. Perencanaan manajemen resiko menyarankan berbagai macam strategi, tergantung pada probability dan severity menurut persepsi para stakeholder. Pada saat pengerjaan proyek dibutuhkan mekanisme kontrol dinamis untuk membuat keputusan secara cepat apabila ada resiko yang benar-benar terjadi. Secara garis besar, penjelasan dari framework tersebut di atas, dapat digambarkan pada Gambar 1. Rekayasa Perangkat Lunak MMT ITS 2007 6 Yohanes Gunawan Yusuf - 9106205406

Gambar 1. Risk Management Framework untuk Software Development (Dey, 2007) Rekayasa Perangkat Lunak MMT ITS 2007 7 Yohanes Gunawan Yusuf - 9106205406

3. STUDI KASUS Studi kasus ini diambil dari jurnal Industrial Management and Data Systems, Vol 107, no 2 2007, yang ditulis oleh P.K. Dey 2007. Pada studi kasus ini, Risk Management Framework diimplementasikan pada suatu perusahaan di Barbados. Perusahaan tersebut adalah The Town and Country Planning Office (TCPO), semacam perusahaan pemerintah daerah (Pemda) di Indonesia yang mengatur Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) di Barbados. Kantor daerah TCPO menerima lebih dari 3000 aplikasi permohonan IMB per bulan. Saat ini, pemrosesan aplikasi permohonan IMB membutuhkan waktu 3 bulan sampai dengan 3 tahun untuk setiap aplikasi IMB. Hal ini disebabkan prosedur pelacakan (tracking) yang tidak sesuai (kurang mumpuni) untuk kebutuhan tersebut. Departemen ini merencanakan pembuatan software untuk aplikasi Tracking Management System dengan perkiraan biaya sebesar US$ 400.000 dengan jangka waktu penyelesaian 12 bulan. Di dalam kontrak kerja antara TCPO dengan software developer, terdapat klausul: Apabila ada keterlambatan penyelesaian proyek lebih dari 1 bulan, maka developer harus membayar denda pinalti sebesar 1 permil ( 0,1 %) dari nilai software per bulan Manajemen resiko yang dilakukan oleh pihak developer mengacu pada framework yang telah dijelaskan di atas. Langkah kerja yang dilakukan developer adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis Kebutuhan Fungsional 2. Menentukan Scope dan WBS 3. Mengidentifikasi paket kerja yang beresiko 4. Mengidentifikasi event atau kejadian resiko 5. Menganalisis resiko 6. Mengembangkan perencanaan manajemen resiko 7. Memonitor dan mengontrol resiko. Rekayasa Perangkat Lunak MMT ITS 2007 8 Yohanes Gunawan Yusuf - 9106205406

Penjelasan dari setiap langkah kerjanya dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Menganalisis Kebutuhan Fungsional. Analisis Kebutuhan Fungsional yang mendetail dilakukan dengan framework BPR (Business Process Reengineering) dengan melibatkan pihak developer dan pihak TCPO. 2. Menentukan Scope dan WBS. Analisis kebutuhan yang mendetail sangat membantu dalam penentuan scope dari proyek. Keseluruhan scope proyek diklasifikasikan dengan membentuk WBS. Proyek ini mempunyai paket kerja sebagai berikut: P1. Data Conversion of existing data P2. Reception and Aplication Receipt Module P3. Registry Module P4. Drawing Office Module P5. Planning Module P6. Integration P7. Training and documentation Module Secara ringkas scope dari proyek dapat digambarkan pada Gambar 2. Gambar 2. Scope dari Proyek TCPO (Dey, 2007) Rekayasa Perangkat Lunak MMT ITS 2007 9 Yohanes Gunawan Yusuf - 9106205406

Dari Gambar 2 terlihat bahwa paket kerja dari Data Conversion of Existing data terdiri dari Data Design, Database Creation, Data Transfer dan Data Testing. Pada paket kerja Training and Documentation terdiri dari Design, Implementation dan Evaluation. Pada bagian pembuatan modul selain dua hal tersebut sebelumnya, semuanya terdiri dari Design model data dan model proses, Coding dan Testing. 3. Mengidentifikasi paket kerja yang beresiko. Identifikasi paket pekerjaan yang mempunyai resiko dilakukan pada level proyek pada setiap paket kerja. Semua jenis pekerjaan yang tertuang dalam WBS akan diidentifikasi bagian mana saja yang beresiko. Identifikasi paket kerja atau bagian pekerjaan yang mempunyai resiko ini melibatkan pengambil keputusan. Identifikasi resiko dilakukan pada level proyek secara keseluruhan. 4. Mengidentifikasi event atau kejadian resiko. Kejadian resiko bisa menghambat pencapaian tujuan proyek. Berbagai tools baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif bisa diterapkan untuk mengidentifikasi potensi resiko pada setiap proyek. Pada kasus ini, kejadian resiko dari proyek diidentifikasi melalui brainstrorming antara pemilik TCPO dan developer. Ada 7 kejadian resiko yang teridentifikasi. Resiko yang teridentifikasi adalah sebegai berikut: R1. Incorrect requirements or specifications: Fase analisis kebutuhan software adalah fase yang paling krusial, dimana dengan tidak teridentifikasinya kebutuhan secara benar akan mengakibatkan aplikasi tidak dapat memenuhi kebutuhan client. R2. Incompatible development environment: Lingkungan pengembangan aplikasi, seperti misalnya tools, bahasa pemrograman, sistem operasi, atau lainnya yang digunakan untuk mengembangkan software, tidak sesuai dengan tujuan aplikasi dapat menimbulkan resiko terhambatnya penyelesaian proyek atau meningkatnya beban biaya pengembangan. Rekayasa Perangkat Lunak MMT ITS 2007 10 Yohanes Gunawan Yusuf - 9106205406

R3. Inadequate design: Desain dari perencanaan proses dan data dan atau stuktur data yang tidak sesuai, dipastikan tidak dapat memberikan dampak yang baik bagi implementasi aplikasi. Hasil aplikasi tidak bisa mengcover semua proses diperlukan oleh sistem atau proses bisnisnya. R4. Loss/lack of resources: Kehilangan atau tidak adanya personal kunci atau sarana pendukung lain yang handal pada sebuah proyek berpengaruh langsung dalam meningkatkan resiko yang akan dihadapi oleh developer. R5. Unavailable customer contact: Komunikasi yang efektif antara client dan developer selama pembuatan software merupakan kunci sukses dari penyelesaian proyek. Dengan demikian kurangnya komunikasi antara client dan developer bisa menimbulkan dampak atas kelancaran proyek. R6. Scope Creep: Kebutuhan client pada proyek akan terus bertambah dan meluas seiring dengan penyelesaian proyek. Hal ini akan menjadi kendala yang cukup serius bagi proyek tersebut. Berkembangnya scope menjadi salah satu resiko yang akan dihadapi oleh developer. R7. Problem in Coding and Testing: Pada proyek pengembangan software, kualitas coding benar-benar harus dievaluasi dengan testing yang memadai. Berbagai tipe atau jenis testing dilaksanakan untuk menjamin kualitas dari pengembangan software. Tetapi jika tim yang mengembangkan coding sekaligus bertanggung jawab pada testing, akan sulit untuk melakukan pengecekan kualitas yang layak. Disini diperlukan pemisahan tugas antara pembuat coding dan pelaksana testing. 5. Menganalisis resiko Analisis resiko adalah proses mengevaluasi resiko untuk mengetahui jangkauan dari dampak yang mungkin terjadi pada proyek. Analisis resiko mengharuskan manajer Rekayasa Perangkat Lunak MMT ITS 2007 11 Yohanes Gunawan Yusuf - 9106205406

proyek dari developer untuk mengembangkan perencanaan manajemen resiko yang efektif, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Pada kasus ini, analisis resiko dilakukan dengan menggunakan Risk Mapping Method untuk menentukan probability terjadinya resiko dan severity dari semua resiko kejadian yang sudah teridentifikasi sebelumnya. Hasil Risk Map ini dapat dilihat pada Tabel 1. Table 1: Risk Map dari Semua Resiko yang Teridentifikasi. Severity Very High High Scope Creep Incorrect Requirements or Specifications Medium Incompatible Inadequate Development Design Environment Low Very Low Code and Unit Test Very Low Lost or Lack of Resources Unavailable Customer Contact Low Medium High Very High Probability Sumber: Dey, 2007 Risk Map ini dikembangkan bersama melalui sesi brainstroming dan konsensus dari pihak TCPO, developer dan expert judgement. Dari Tabel 1 terlihat bahwa: resiko Lost/Lack of Resources mempunyai tingkat kemungkinan terjadi yang paling besar, dan dampak yang diakibatkannya juga sangat besar terhadap kesuksesan proyek (ada pada posisi kanan atas). Sedangkan Code and Unit Test mempunyai tingkat kemungkinan terjadi yang kecil, dan dampak yang diakibatkan juga kecil (ada pada posisi kiri bawah). Setiap resiko kejadian diberikan angka skala SPR (Severity Probability Factor Rating) yang menunjukkan tingkatan dalam menangani resiko yang terjadi. Semakin tinggi skala SPR, semakin tinggi pula perhatian yang harus diberikan pada resiko kejadian tersebut. Tabel 2 menunjukkan skala SPR yang sudah ditetapkan. Rekayasa Perangkat Lunak MMT ITS 2007 12 Yohanes Gunawan Yusuf - 9106205406

Tabel 2: Penentuan Skala SPR. Severity Probablity Factor Rating Keterangan / Penjelasan (SPR) 4 Hindari resiko ini, kenali resiko dan kendalikan sejak awal untuk menghindarinya. 3 Memerlukan strategi dan Contingency Plan yang sedetail mungkin 2 Memerlukan strategi dan Contingency Plan cukup secara garis besar 1 Memerlukan strategi 0 Bisa dianggap sebagai asumsi dalam menghindari resiko Sumber: Royer, 2000 Penentuan skala SPR pada Tabel 3 yang sudah ditentukan dan disiapkan, digunakan untuk menentukan strategi yang akan diterapkan pada setiap resiko tertentu. Interseksi dari matrik yang ada pada Tabel 3 memberikan cara yang mudah dan sederhana untuk menentukan skala resiko dari setiap kombinasi probability dan severity. Tabel 3: Nilai SPR untuk Setiap Kombinasi Probability dan Severity Severity Very High 3 3 3 3 4 High 2 2 2 3 3 Medium 1 2 2 2 3 Low 1 1 2 2 3 Very Low 0 1 1 2 3 Very Low Low Medium High Very High Probability Sumber: Dey, 2007 Pada Tabel 1, terlihat bahwa resiko Loss/Lack of Resources yang terletak pada kanan atas, mempunyai skala SPR nya adalah 4. Hal ini menunjukan bahwa resiko yang diakibatkannya harus ditangani dengan strategi: Menghindari resiko tersebut, sesuai yang tercantum pada dengan Tabel 2. Sedangkan untuk resiko Code and Unit Test, yang terletak pada kiri bawah, ternyata mempunyai skala SPR 0, artinya resiko tersebut bisa diabaikan, atau dianggap sebagai asumsi kemungkinan tidak terjadi. Dampak dari keseluruhan proyek terhadap setiap tahapan prosesnya dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel ini menunjukkan hasil analisa kuantitatif terhadap dampak resiko keterlambatan proyek (dalam hari) yang diakibatkan oleh resiko kejadian pada setiap tahapan proyek. Rekayasa Perangkat Lunak MMT ITS 2007 13 Yohanes Gunawan Yusuf - 9106205406

Tabel 4. Dampak Resiko Keterlambatan Proyek pada Setiap Tahapan Proyek Risk Incorrect Requirements or Specifications Data Conversion of existing data The Reception and application receipt module Tahapan Proyek Registry Module Drawing Office Module Planning Module Training and Documenta tion 3 5 8 10 16 5 Scope Creep 3 4 6 20 11 4 Loss/Lack of 2 4 3 55 25 0 Resources Inadequate 6 8 6 18 5 6 Design Incompatible development environment 1 6 6 4 5 5 Unavailable Customer contact 0 3 4 6 5 5 Code and Unit 0 1 2 2 5 6 Test TOTAL 15 31 35 115 72 31 Sumber: Dey, 2007 Tabel 4 ini menunjukkan keterlambatan (dalam hari). Keterlambatan ini ditentukan berdasarkan kesepakatan dan konsensus bersama antara TCPO dan developer. Dasar penentuannya didasarkan pada kejadian yang setara yang biasanya terjadi (likelihood event) dan dengan asumsi bahwa: Keterlambatan yang terjadi adalah independen, tidak ada saling ketergantungan antara proses atau tahapan prosesnya Setiap modul dibuat secara simultan menggunakan model pengembangan software Rapid Application Development (RAD) seperti yang digambarkan pada Gambar 3, kecuali pada tahapan Data Conversion yang harus dilakukan pada saat awal, dan tahapan Training and Documentation yang harus dilakukan pada akhir proyek. Rekayasa Perangkat Lunak MMT ITS 2007 14 Yohanes Gunawan Yusuf - 9106205406

Business Req Anl Business Req Anl Business Req Anl Data modelling Data modelling Data modelling Process modelling Process modelling Process modelling Appl generation App generation Appl generation Testing and Testing and Testing and Gambar 3. Model Pengembangan Rapid Application Development (Pressman,2005) Kelebihan atau keuntungan pengembangan yang mengunakan model RAD adalah: Pekerjaan setiap modulnya dapat dilakukan secara serempak (simultan), dimana setiap modul bisa diselesaikan oleh tim yang berbeda. Dengan banyaknya tim, akan mempercepat proses pengembangan, sehingga proyek akan dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Model RAD ini juga bertujuan untuk mengurangi resiko akibat dari hilangnya sumberdaya (Loss/Lack of Resources) dan resiko lainnya. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pada kontrak kerja antara TCPO dengan developer, terdapat klausul tentang biaya denda keterlambatan sebesar 1 permil per hari dari nilai kontrak perbulan (diluar grace-period 1 bulan yang diberikan). Analisis perhitungan biaya keterlambatan proyek secara keseluruhan adalah sebagai berikut: Biaya pengembangan per bulan adalah = US$ 400.000 / 12 bulan = US$ 33.333 per bulan Biaya keterlambatan per hari adalah = US$ 33.333 * 0.1 % = US$ 33,33 / hari Jumlah total keterlambatan yang mungkin terjadi (lihat Tabel 4) adalah sebesar: = 15 + 31 + 35 + 115 + 72 +31 = 299 hari. Rekayasa Perangkat Lunak MMT ITS 2007 15 Yohanes Gunawan Yusuf - 9106205406

Dengan asumsi bahwa hanya terjadi 44% keterlambatan yang terjadi dalam proyek tersebut, maka perkiraan keterlambatan adalah 44% dari keseluruhan total keterlambatan, maka besarnya keterlambatan proyek ini adalah sebesar: = 44% * 299 hari = 131 hari. Perkiraan biaya keterlambatan proyek secara keseluruhan adalah: = 131 hari * US$ 33,33 /hari = US$ 4.366,33 Dari perkiraan keterlambatan proyek selama 131 hari, bisa mengakibatkan timbulnya resiko hilangnya kepercayaan client terhadap developer. Biaya atas pinalti keterlambatan proyek sebesar US$ 4.366,33 merupakan resiko finansial yang harus ditanggung oleh pihak developer. Dengan hasil analisis terhadap resiko yang tersebut diatas, developer sudah dapat memperkirakan atau mengantisipasi adanya keterlambatan dan besarnya denda yang harus dibayarkan, pihak developer dapat dengan segera menjalankan strategi yang harus diterapkan. Antisipasi seperti ini hanya dapat dilakukan oleh developer apabila pihak developer sudah mengimplementasikan Risk Managemant Framework ini. 6. Mengembangkan perencanaan manajemen resiko Analisis resiko yang baik bisa mengarahkan developer untuk memberikan tanggapan dari resiko dengan efektif dan sesuai dengan prinsip-prinsip perencanaan dalam menghadapi resiko, yaitu: menghindari resiko (risk avoidance), menanggapi resiko (risk acceptance), mentransfer resiko (risk transference), dan mengurangi resiko (risk mitigation/reduction) Dalam pengembangan perencanaan resiko ini, diperlukan strategi untuk mengatasi resiko yang akan terjadi pada pengembangan software antara lain: Menentukan model dalam menggali kebutuhan fungsional Setiap proyek harus memiliki anggota tim yang mumpuni Rekayasa Perangkat Lunak MMT ITS 2007 16 Yohanes Gunawan Yusuf - 9106205406

Menggunakan tools dalam fase desain model data dan model prosesnya. Menggunakan teknologi Internet untuk tetap berkomunikasi misalnya melalui e-mail, website proyek, dsb. Mengimplementasikan perencanaan scope manajemen. Memiliki proses pengecekan software dan menjamin testing yang independen. Melakukan riset terhadap batasan atau kendala dalam pengembangan software. Hasil dari perencanaan manajemen resiko ini dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Tabel Strategi Terhadap Kejadian Resiko. Risk Risk Strategy Strategy Type Incorrect Requirements or Specifications Ini adalah isue resiko yang terbesar dalam pengembangan software dimana penentuan kebutuhan client bukanlah hal yang mudah. Teknik Reengineering dan benchmarking dapat digunakan dalam penentuan kebutuhan dari client Transference/ Reduction Scope Creep Loss/Lack of Resources Inadequate Design Incompatible development environment Unavailable Customer contact Code and Unit Test Sumber: Dey, 2007 yang melibatkan personil-personil yang ada pada TCPO Jangkauan yang terus menerus meluas sangat berpengaruh terhadap penyelesaian proyek (over run) dan budget dari proyek (over budget). Perencanaan manajemen scope yang dinamis dengan keterlibatan client akan meningkatkan kinerja dari proyek. Hilangnya sumber daya (misalnya SDM) adalah hal yang sangat kritis dalam pengembangan software dan akan berdampak sangat negatif terhadap keseluruhan proyek. Hal ini dapat dihindari dengan memastikan anggota dari tim proyek adalah orang yang handal dalam semua aspek. Problem ini ada pada setiap proyek software development. Dengan menggunakan software modelling tools akan mengurangi dampak dari ketidaksesuaian desain ini. Dengan melakukan riset terhadap semua keterbatasan dalam proyek pengembangan software sebelum diimplementasikan akan banyak membantu mengurangi resiko secara drastis. Keterlibatan client dalam pembuatan software adalah satu kunci sukses yang ada pada pengembangan software. Dengan menjalin komunikasi yang efektif antara developer dan client melalui teknologi (email atau web) akan mengurangi dampak resiko ini. Dengan menerapkan cara inspeksi dan testing software yang independent akan mengurangi resiko ini. Transference/ Reduction Avoidance Reduction Reduction Transference/ Reduction Reduction Rekayasa Perangkat Lunak MMT ITS 2007 17 Yohanes Gunawan Yusuf - 9106205406

7. Memonitor dan mengontrol resiko. Perencanaan manajemen resiko menghasilkan strategi-strategi yang mendetail untuk tanggapan terhadap resiko (risk responses). Tanggapan terhadap resiko sangat tergantung pada sifat resiko yang dihadapi. Dalam menentukan tanggapan terhadap resiko dibutuhkan brainstorming dalam menentukan Cost-Benefit dari setiap kejadian resiko. Selain itu masih ada brainstorming lainnya yang dilakukan untuk menentukan apakah masih ada resiko-resiko lain yang belum teridentifikasi sebelum dilakukan implementasi. Untuk mengontrol resiko ini dibentuk kelompok kecil yang beranggotakan tim dari TCPO dan developer. Kelompok ini sangat erat kaitannya dengan memonitor dan mengontrol proyek. Mereka selalu mengidentifikasi dan mencatat resiko yang terjadi pada setiap tahapan prosesnya. Hasil pencatatan ini akan sangat membantu dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan resiko dalam proyek. Rekayasa Perangkat Lunak MMT ITS 2007 18 Yohanes Gunawan Yusuf - 9106205406

4. KESIMPULAN Dalam pengembangan software, developer biasanya hanya memperhatikan hal-hal yang bersifat teknikal untuk sarana dan prasarana teknologi informasi, seperti: bahasa pemrograman, programmer, sistem operasi, komputer, jaringan yang digunakan. Sedangkan faktor resiko yang seharusnya merupakan faktor yang sangat penting untuk dipertimbangkan, justru kurang mendapatkan perhatian dari pihak developer. Dampak paling besar yang bisa ditimbulkan akibat dari tidak diantisipasinya resiko adalah gagalnya suatu proyek. Kegagalan ini bisa berupa tertundanya waktu penyelesaian proyek, besarnya biaya operasional yang membengkak. Banyak kejadian kegagalan suatu proyek pengembangan software diakibatkan karena: kurangnya atau hilangnya SDM, desain yang tidak sesuai dengan kebutuhan, kesalahan dalam menganalisis kebutuhan client, dan masih banyak lagi lainnya. Untuk mengurangi faktor kegagalan akibat dari resiko yang bisa terjadi pada pengembangan software, perlu antisipasi terhadap semua resiko yang mungkin timbul. Cara yang sistematis dalam mengantisipasi kegagalan ini adalah menggunakan Risk Management Framework. Keuntungan-keuntungan yang dapat dicapai dengan mengaplikasikan Risk Management Framework pada proyek pengembangan software: Memberikan framework secara analitis untuk manajemen resiko yang dilihat dari perspektif software developer. Melibatkan semua stakeholder dalam menganalisis resiko dan menentukan respons atau tanggapan terhadap resiko tersebut. Framework ini dapat memberikan respon yang spesifik dalam menangani resiko baik secara subyektif maupun obyektif. Framework ini terintegrasi secara total dengan sistem pengembangan software yang dengan mudah dapat diimplementasikan. Pendekatan dari framework ini sangat user friendly dan tidak kompleks. Rekayasa Perangkat Lunak MMT ITS 2007 19 Yohanes Gunawan Yusuf - 9106205406

5. DAFTAR PUSTAKA Dey, P.K. (2007), Managing Risk in Software development Projects: a case study, Industrial Management and Data System, Vol. 107 No 2, pp. 284-303. Pressman, R. (2005), Software Engineering: A Practitioner's Approach, McGraw-Hill Royer, P.S. (2000), Risk Management, PM Network, pp. 31-9, September. Schwalbe, K. (2002), Information Technology Project Management, 2 nd ed, Thomson Learning, Canada. Rekayasa Perangkat Lunak MMT ITS 2007 20 Yohanes Gunawan Yusuf - 9106205406