SAMBUNGAN BALOK-KOLOM EKSTERIOR KAYU GLULAM AKASIA DENGAN SISTIM PROFIL SIKU DAN BATANG BAJA

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI EKSPERIMENTAL HUBUNGAN BALOK-KOLOM GLULAM DENGAN PENGHUBUNG BATANG BAJA BERULIR

STUDI EKSPERIMENTAL HUBUNGAN BALOK-KOLOM GLULAM DENGAN PENGHUBUNG BATANG BAJA BERULIR

KUAT LENTUR DAN PERILAKU BALOK PAPAN KAYU LAMINASI SILANG DENGAN PAKU (252M)

KUAT LENTUR DAN PERILAKU BALOK PAPAN KAYU LAMINASI SILANG DENGAN PEREKAT (251M)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDI EKSPERIMENTAL GESER BLOK PADA BATANG TARIK KAYU INDONESIA

SAMBUNGAN BALOK-KOLOM EKSTERIOR KAYU GLULAM AKASIA DENGAN SISTEM PROFIL SIKU DAN BATANG BAJA

STUDI EKSPERIMENTAL DAN ANALITIS KAPASITAS SAMBUNGAN BAJA BATANG TARIK DENGAN TIPE KEGAGALAN GESER BAUT

STUDI EKSPERIMENTAL DAN NUMERIKAL BALOK LAMINASI GLULAM I PRATEKAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Rangka kuda-kuda baja ringan

STUDI NUMERIK SAMBUNGAN DENGAN BAUT-GUSSET PLATE PADA STRUKTUR GABLE FRAME TIGA SENDI

LAPORAN AKHIR STUDI EKSPERIMENTAL KEKUATAN DAN RIGIDITAS RANGKA BATANG PAPAN KAYU

Nessa Valiantine Diredja 1 dan Yosafat Aji Pranata 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

STUDI PERBANDINGAN BERBAGAI JENIS SAMBUNGAN KAKU DENGAN MENGGUNAKAN BALOK REDUCED BEAM SECTION DENGAN PROGRAM BANTU ABAQUS

KUAT LENTUR DAN PERILAKU LANTAI KAYU DOUBLE STRESS SKIN PANEL (250M)

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

UJI EKSPERIMENTAL KUAT CABUT PAKU PADA KAYU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :

STUDI EKSPERIMENTAL PERILAKU SAMBUNGAN DENGAN ALAT SAMBUNG SEKRUP PADA ELEMEN STRUKTUR BAJA RINGAN

) DAN ANALISIS PERKUATAN KAYU GLULAM BANGKIRAI DENGAN PELAT BAJA

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

Tahanan Lateral Bambu Laminasi dengan Konektor Pelat Disisipkan Menggunakan Sambungan Baut

STUDI EKSPERIMENTAL VARIASI PRETENSION SAMBUNGAN BAUT BAJA TIPE SLIP CRITICAL

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH SERAT BAMBU TERHADAP SIFAT-SIFAT MEKANIS CAMPURAN BETON

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

PENGARUH PENAMBAHAN KAIT PADA TULANGAN BAMBU TERHADAP RESPON LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU

Kinerja Hubungan Pelat-Kolom Struktur Flat Plate Bertulangan Geser Stud Rail dan Sengkang Dalam Menahan Beban Lateral Siklis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENELITIAN EKSPERIMENTAL KUAT LELEH LENTUR (F yb ) BAUT

STUDI ANALISIS DAN EKSPERIMENTAL PENGARUH PERKUATAN SAMBUNGAN PADA STRUKTUR JEMBATAN RANGKA CANAI DINGIN TERHADAP LENDUTANNYA

KERUNTUHAN LENTUR BALOK PADA STRUKTUR JOINT BALOK-KOLOM BETON BERTULANG EKSTERIOR AKIBAT BEBAN SIKLIK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab II STUDI PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. digunakan di Indonesia dalam pembangunan fisik. Karena sifat nya yang unik. pembuatan, cara evaluasi dan variasi penambahan bahan.

STUDI EKSPERIMENTAL KEKUATAN TEKAN SAMBUNGAN MORTISE-AND-TENON BERPENAMPANG LINGKARAN KAYU MERANTI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI EKSPERIMENTAL DAN NUMERIKAL BALOK LAMINASI GLULAM BERPENAMPANG I PRATEKAN

PENGENALAN ALAT SAMBUNG KAYU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

kuda bentang 6 meter dengan sudut kemiringan 30 yang menggunakan alat

BAB I PENDAHULUAN. Suatu konstruksi tersusun atas bagian-bagian tunggal yang digabung membentuk

Sambungan diperlukan jika

PENDAHULUAN Latar Belakang

Laboratorium Mekanika Rekayasa

5ton 5ton 5ton 4m 4m 4m. Contoh Detail Sambungan Batang Pelat Buhul

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Oleh Mohammad Febriant NIM : (Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Program Studi Teknik Sipil)

STUDI EKSPERIMENTAL PERILAKU LENTUR PANEL LANTAI PLYWOOD MERANTI OSB PINUS

BAB 1 PENDAHULUAN. metoda desain elastis. Perencana menghitung beban kerja atau beban yang akan

KAJIAN PEMANFAATAN KABEL PADA PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BATANG KAYU

Pertemuan IX : SAMBUNGAN BAUT (Bolt Connection)

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR KONSTRUKSI BAJA GEDUNG DENGAN PERBESARAN KOLOM

BAB III PEMODELAN STRUKTUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

STUDI EKSPERIMENTAL SAMBUNGAN BAUT-GUSSET PLATE PADA STRUKTUR GABLE FRAME TIGA SENDI

KAJIAN EKSPERIMENTAL KUAT LENTUR BALOK PADA SAMBUNGAN BALOK KOLOM BETON BERTULANG ABSTRAK

Baja merupakan alternatif bangunan tahan gempa yang sangat baik karena sifat daktilitas dari baja itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS SAMBUNGAN PORTAL BAJA ANTARA BALOK DAN KOLOM DENGAN MENGGUNAKAN SAMBUNGAN BAUT MUTU TINGGI (HTB) (Studi Literatur) TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pesat yaitu selain awet dan kuat, berat yang lebih ringan Specific Strength yang

BAB I PENDAHULUAN. Konstruksi bangunan tidak terlepas dari elemen-elemen seperti balok dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan prasarana fisik di Indonesia saat ini banyak pekerjaan

TINJAUAN KEKUATAN DAN ANALISIS TEORITIS MODEL SAMBUNGAN UNTUK MOMEN DAN GESER PADA BALOK BETON BERTULANG TESIS

SKRIPSI STUDI NUMERIKAL DAN EKSPERIMENTAL RANGKA BATANG KAYU MENGGUNAKAN HUBUNGAN PELAT BUHUL PLYWOOD DENGAN PENGENCANG SEKRUP KUNCI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lama berkembang sebelum munculnya teknologi beton dan baja. Pengolahan kayu

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDI NUMERIK POLA GESER BLOK ALTERNATIF PADA SAMBUNGAN UJUNG BATANG TARIK PROFIL T

PERILAKU DAKTAIL SAMBUNGAN KAYU GLULAM-BAJA GLUED-IN ROD

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Latar Belakang : Banyak bencana alam yang terjadi,menyebabkan banyak rumah penduduk rusak

ANALISA STRUKTUR GEDUNG 8 LANTAI DARI MATERIAL KAYU TERHADAP BEBAN GEMPA

DAKTILITAS KURVATUR PENAMPANG KOLOM BETON BERTULANG TERKEKANG CINCIN BAJA

ANALISIS ELASTOPLASTIS PORTAL GABEL BAJA DENGAN MEMPERHITUNGKAN STRAIN HARDENING

Dalam penelitian ini digunakan jenis kayu Bangkirai ukuran 6/12, yang umum

BAB III LANDASAN TEORI. beban hidup dan beban mati pada lantai yang selanjutnya akan disalurkan ke

Spektrum Sipil, ISSN Vol. 3, No. 2 : , September 2016

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

KAYU LAMINASI. Oleh : Yudi.K. Mowemba F

Jembatan Komposit dan Penghubung Geser (Composite Bridge and Shear Connector)

UJI EKSPERIMENTAL PROFIL BAJA HOLLOW YANG DIISI MORTAR FAS 0,4

T I N J A U A N P U S T A K A

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

PREDIKSI KEKUATAN LATERAL PANEL KAYU

membuat benda uji balok untuk 4 variasi. Persiapan papan kayu untuk benda uji

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

SAMBUNGAN BALOK-KOLOM EKSTERIOR KAYU GLULAM AKASIA DENGAN SISTIM PROFIL SIKU DAN BATANG BAJA Djoni Simanta 1, Bambang Suryoatmono 1, Johannes Adhijoso Tjondro 1 1 Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Katolik Parahyangan ABSTRAK Dua model sambungan balok-kolom eksterior kayu glulam akasia mangium dengan sistem profil siku dan batang baja diuji dan dianalisis terhadap pembebanan statik monotonik. Variasi benda uji adalah jumlah batang baja dan tebal profil siku yang terpasang di balok glulam. Perilaku setiap model akibat pembebanan statik, peralihan maksimum, momen maksimum, kekakuan rotasi, dan daktilitas dicari dan dipelajari. Sambungan tipe satu batang baja (M9B1) lebih fleksibel dibandingkan sambungan tipe dua batang baja (M9B2). Perilaku sambungan bergantung pada banyaknya batang baja tumpu di balok, mutu kayu balok, dan tebal profil siku. Kata kunci: glulam, akasia, profil siku, batang baja, mutu kayu ABSTRACT Two models of Acacia mangium glulam wood exterior beam-column connections with angles and steel rod systems under monotonic static loads were tested and analyzed. The variations of the specimen were the number of rods and the thickness of angles attached to the beam. The behavior of each model under static loading, the maximum displacement, the maximum moment, the rotational stiffness and the ductility were observed. The connection type with one steel rod (M9B1) connections had more flexibility than the connections with two steel bars M9B2). The behavior of these types of connections depend on the number of bearing steel rods of the beam, the wood grade, and the thickness of the angles. Keywords: glulam, acacia mangium, angle, steel rod, wood grade 1 PENDAHULUAN Ketersediaan kayu dari pohon dengan diameter penampang besar sudah sangat langka dan harganya relatif mahal. Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan industri dan struktur yang membutuhkan kayu berpenampang besar, muncul penemuan kayu rekayasa (engineered wood product), seperti kayu glulam (glued laminated timber), kayu laminasi silang (cross laminted timber), Laminated Veneer Lumber (LVL), dan Parallel Strand Lumber (PSL). Kayu laminasi Glulam dibentuk dari sejumlah kayu dengan ukuran kecil yang disebut lamina dan direkatkan satu dengan yang lain menggunakan lem, lihat Gambar 1, atau menggunakan alat penyambung lain seperti paku atau baut sehingga terbentuk penampang kayu yang lebih besar yang dapat berfungsi sebagai komponen struktur yang mampu menahan beban yang lebih besar. Komponen struktur ini pada umumnya digunakan sebagai komponen struktur utama pada bangunan gedung struktur kayu untuk hunian. Struktur utama bangunan gedung kayu bertingkat lebih dari satu umumnya dimodelkan sebagai struktur rangka kaku penahan momen dengan komponen Corresponding author. e-mail:simanta@unpar.ac.id, djoni_simanta@yahoo.com struktur berupa balok dan kolom. Pemodelan tersebut memiliki konsekuensi, yaitu sambungan harus cukup kaku (rigid) agar mampu menahan momen. Gambar 1. Beberapa lamina kayu yang direkat dengan bahan adhesif menjadi glulam [1] Sambungan dengan Baut dipasang melingkar Sambungan dengan baut banyak digunakan di Eropa [6], dengan banyaknya penggunaan pola baut yang dipasang melingkar, lihat Gambar 2, sehingga sambungan mampu menahan momen, khususnya pada sambungan antara rafter dengan kolom di struktur rangka bentang besar.

30 D. Simanta et al., Mekanika, Vol. I, No. 1, Juni 2016, pp. 29-35 Gambar 2. Sambungan dengan Pola Pemasangan Baut Melingkar dan Kurva Histeresisnya Pada riset yang dilakukan pada pola sambungan melingkar ini jika dilakukan dengan baut yang memiliki lekatan yang tinggi dengan kayu akan memperbesar kekuatan sambungan. Karena itu, jika celah di lubang kayu untuk baut diisi dengan resin, kekuatannya juga akan bertambah, dan semua baut akan menerima pembebanan secara simultan yang akhirnya menghasilkan sambungan yang lebih kaku. Walaupun demikian, kuat batas sambungan dipengaruhi oleh kuat tarik tegak lurus terhadap serat kayu. Beberapa kesimpulan diperoleh, seperti pindahnya pusat rotasi dari pusat kelompok baut yang menimbulkan perbedaan beban di masing-masing baut. Gaya terbesar terjadi pada baut yang terdekat dengan sudut-sudut sambungan. Sambungan dengan Lem dan Diinjeksi dengan Epoxy Pada sambungan ini, digunakan alat sambung baut, dengan lubang baut diperkecil sekitar 1 mm sampai 2 mm, yang diisi dengan lem, lihat Gambar 3 [5]. Kekurangan dari sistem ini adalah potensi terjadinya retak di kayu dan kontrol kualitas sulit dilakukan. Adalah tidak mungkin untuk menentukan apakah lem telah terdistribusi merata di sepanjang permukaan kontak antara baut dan kayu. Teknik yang lebih baru justru dengan memperbesar lubang sekitar 2 mm terhadap diameter pasak atau baut. Dalam cara ini lem epoksi disuntik ke dalam lubang kayu pada bagian bawah dari lubang pembenaman untuk batang pasak. Sambungan ini sukses dilakukan di Denmark [6] selama kurang lebih sepuluh tahun dan menghasilkan sambungan penahan momen dengan kapasitas kirakira 75kapasitas balok dengan laminasi lem. Gambar 3. Sambungan Knee Joint pada Rangka Payon [5] Sambungan dengan Pelat Buhul yang Dipaku Riset sambungan penahan momen pada portal kayu dengan menggunakan pelat buhul plywood yang dipaku telah dilakukan [4]. Dihasilkan suatu prosedur desain yang meliputi sambungan balok berlapis yang dibentuk dengan pelat buhul yang dipaku. Sambungan ini merupakan kombinasi sambungan dengan paku, pelat baja dan kayu glulam, lihat Gambar 4. Pada umunya sambungan dengan paku hanya boleh dilakukan bila slip boleh terjadi. Jika slip harus cukup kecil, sebaiknya digunakan baut.

D. Simanta et al., Mekanika, Vol. I, No. 1, Juni 2016, pp. 29-35 31 Gambar 4. Sambungan Knee Joint dengan Paku Pada Rangka Payon & Sambungan momen dengan paku pada Bangunan Bertingkat [4] Sambungan Cepat Rangka Portal Sambungan cepat adalah sambungan momen semirigid yang telah dikembangkan sebagai salah satu alternatif untuk solusi sambungan paku. Sambungan cepat memiliki konsep mirip sambungan baut parsial yang biasa digunakan pada struktur baja. Sambungan terdiri atas batang baja seperti terlihat pada Gambar 5. Pada umumnya, ragam kegagalan yang terjadi pada sambungan ini adalah gagal lentur, gagal tarik sejajar serat, gagal geser, dan gagal karena tegangan tarik tegak lurus serat. Selain itu, ragam kegagalan dapat terjadi pada area kontak balok dan kolom, dimana balok mendesak kolom. Kegagalan lain yang mungkin terjadi adalah adanya retak pada sleeve [9]. dikembangkan sistem sambungan eksterior balok dan kolom struktur kayu, yang diharapkan berperilaku cukup kaku, pengerjaanya tidak sulit, dan mempunyai daktilitas cukup tinggi. Ukuran benda uji sistem sambungan ini ditunjukkan pada gambar 6 untuk sistem dengan 1 batang baja pada balok (tipe M9B1) dan gambar 7 untuk sistem dengan 2 batang baja pada balok (tipe M9B2). Yang dimaksud dengan sambungan eksterior di sini bukan berarti sambungan tersebut diekspos terhadap cuaca, melainkan sambungan antara balok dan kolom yang hanya ada di satu sisi kolom. Gambar 5. Sambungan Cepat Rangka Portal [8] Sambungan Momen dengan Sistem Profil Siku dan Batang Baja Sebagai pengembangan dari berbagai sistem sambungan yang telah dibahas di atas, pada penelitian ini Gambar 6. Ukuran sambungan momen dengan 1 batang baja pada balok, tipe M9B1

32 D. Simanta et al., Mekanika, Vol. I, No. 1, Juni 2016, pp. 29-35 Agar sistem sambungan berperilaku sebagaimana yang diharapkan, yaitu mampu menerima momen maka pada sambungan ini dipasang juga profil siku dan batang baja sebagai elemen penyalur gaya tarik dan gaya tumpu. Pemasangan dan konfigurasi batang baja sebagai penyalur gaya sedemikian rupa agar diperoleh kinerja sambungan yang optimal. balok kayu glulam yang menembus batang kolom, dengan lebar minimum pen kira-kira sepertiga lebar balok dan panjang pembenaman pen maksimum 2/3-3/4 ukuran kolom kayu dalam arah memanjang pen. Gambar 7. Ukuran sambungan momen dengan 2 batang baja pada balok, tipe M9B2 Sambungan ini secara prinsip menggunakan konsep sambungan struktur baja, dimana secara sederhana, momen lentur diterima oleh pasangan baut tarik yang menerima gaya tarik akibat momen dibagi jarak verikal ke sisi tekan balok, kemudian gaya tarik yang besarnya kira-kira momen dibagi jarak vertikal tersebut dipindahkan oleh profil siku yang cukup kaku ke batang baja tumpu yang melintang sehingga memberikan kekuatan tumpu sejajar serat terhadap penampang balok glulam. Gaya geser sebagian besar diterima oleh shear key kaku yang berupa pen kayu yang merupakan bagian Gambar 8. Perakitan lapisan kayu menjadi kayu glulam. Dalam studi eksperimental yang dilakukan terehadap kedua sistem sambungan, benda uji balok dan kolom glulam terdiri atas empat lamina akasia mangium, dengan masing-masing lamina berukuran 50 mm x 100 mm, sehingga hasil akhir terbentuk kayu glulam berukuran 100 mm x 200 mm. Proses perakitan balok dan kolom glulam ditunjukkan pada Gambar 8 dan 9. (a) Benda uji tipe M9B1 (b) Benda uji M9B2 Gambar 9. Benda uji sambungan momen dengan baja siku dan batang baja. Uji Material Tabel 1. Balok yang Dianalisis Jumlah maksimum Benda Uji Ukuran Standard (mm) ASTM Kadar air dan Specific gravity 3 50x50x50 D2395-02 Kuat Tekan // 3 50x50x200 D143-09, 9 Kuat Tekan 3 50x50x150 D143-09, 12 Kuat Tarik// 3 D143-09, 16 Kuat Tarik 3 D143-09, 17 Kuat Geser// 3 50x50x63 D143-09, 14 Kuat Tumpu// 3 15x30x30 D5764-97aR02 Kuat Tumpu 3 15x30x30 D5764-97aR02

D. Simanta et al., Mekanika, Vol. I, No. 1, Juni 2016, pp. 29-35 33 2 BAHAN DAN METODOLOGI 2.1 BAHAN Jenis kayu yang digunakan adalah kayu akasia yang memiliki berat jenis rata-rata 0,57 dan kadar air ratarata 19%. Pengujian sifat fisik dan mekanik kayu dilakukan sesuai, berturut-turut ASTM D2395-02 dan ASTM D143 [3] dan ASTM D5764 [2], Pada Tabel 1 ditunjukkan pengujian yang dilakukan, ukuran benda uji, dan persyaratan ASTM yang diikuti. Uji kuat tarik batang baja dilakukan untuk batang baja berulir dengan diameter 7,7 mm dengan banyaknya benda uji 3 buah. Uji tarik dilakukan hingga batang baja putus. Gambar 10 memperlihatkan 3 kurva teganganregangan hasil uji tarik batang baja. Gambar 12. Kegagalan tumpu pada kayu sekitar batang baja tumpu benda uji M9B1. Gambar 10. Kurva Tegangan-Regangan Batang baja berulir diameter 7,7 mm 2.2 METODE PENGUJIAN Sebanyak 2 benda uji tipe M9B1 dan 5 benda uji tipe M9B2 diuji dengan menggunakan Universal Testing Machine (UTM). Pengujian yang dilakukan adalah pengujian statik monotonik dengan laju cross head sebesar 2 mm/menit. Lendutan di lokasi beban diukur dan direkam di komputer yang tersambung dengan UTM, seperti terlihat dalam Gambar 11. Gambar 13. Kegagalan batang baja tarik akibat pembebanan di benda uji M9B2. (a) Benda uji tipe M9B1 (b) Benda uji M9B2 Gambar 11. Pembebanan Inkremental Monotonik dilakukan. Pengujian dihentikan setelah terjadi kerusakan di lokasi batang baja tumpu di balok dan putusnya batang baja tarik. Kerusakan yang terjadi pada saat tersebut diperlihatkan pada Gambar 12 untuk benda uji M9B1 dan Gambar 13 untuk benda uji M9B2. Khusus untuk benda uji M9B2, kegagalan terjadi hanya akibat putusnya batang baja tarik, seperti terlihat pada Gambar 13. 3 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 14 memperlihatkan kurva beban-lendutan benda uji M9B1 yang diperoleh dari UTM. Dari gambar tersebut, diperoleh kurva momen-rotasi benda uji M9B1 seperti terlihat dalam Gambar 15. Momen pada Gambar 15 didapatkan dengan cara mengalikan beban dengan jarak beban ke muka kolom dan rotasi diperoleh dengan membagi lendutan dengan jarak beban ke muka kolom. Terjadinya kegagalan sambungan momen M9B1 dipicu oleh terjadinya kegagalan tumpu kayu di lokasi sekitar batang baja tumpu akibat lelehnya baja tarik. Sambungan ini cenderung lebih fleksibel selain karena profil siku yang lebih tipis, tapi juga karena mudahnya profil siku tersebut berotasi sehubungan pemasangan batang baja tunggal di sisi atas maupun bawah balok. Karena mudahnya profil siku berotasi maka terjadi kerja sama antara baja tarik

34 D. Simanta et al., Mekanika, Vol. I, No. 1, Juni 2016, pp. 29-35 dan baja tumpu, maka sambungan ini memiliki kapasitas lebih besar dibandingkan sambungan momen tipe M9B2. akibat momen yang terjadi. Artinya kekuatan sambungan tergantung kekuatan ulir tarik. Kegagalan ulir batang tarik membatasi kemampuan sambungan menerima pembebanan dan mengurangi daktilitas rotasi sehingga sambungan momen ini bersifat getas. Gambar 14. Kurva beban-lendutan dua benda uji M9B1 Gambar 15. Kurva momen-rotasi dua benda uji M9B1 Gambar 17. Kurva momen-rotasi lima benda uji M9B2 Berdasarkan kurva momen-rotasi masing-masing benda uji, dilakukan proses bilinierisasi menurut Panagopaulos dan Kappos [7], sehingga diperoleh kekakuan rotasi dan daktilitas rotasi dari setiap benda uji sambungan momen. Hasil perhitungan dan hasil uji eksperimental diperlihatkan pada Tabel 2 dan Tabel 3. Sebagaimana terlihat pada Tabel 2, momen maksimum yang dapat dipikul sambungan tipe M9B1 rata-rata sekitar 10 kn-m, dengan kekakuan rotasi sebesar rata-rata 69,0 kn-m/rad dan daktilitas rotasi rata-rata 1,2-2,34. Pada sambungan M9B2, sebagaimana terlihat pada Tabel 3, momen maksimum yang dapat dipikul rata-rata sekitar 8,0 kn-m, dengan kekakuan rotasi elastik rata-rata 75 kn-m/rad dan daktilitas rotasi rata-rata antara 1,0-2,38. Perlu diperhatikan bahwa pada kelompok ini rotasi pada saat kelelehan pertama sama yaitu rata-rata sebesar 0,11 rad. Gambar 16. Kurva beban-lendutan lima benda uji M9B2 Gambar 16 memperlihatkan kurva beban-lendutan benda uji M9B2 dan Gambar 17 memperlihatkan kurva momen-rotasi benda uji M9B2. Pada sambungan tipe M9B2 ini, pemasangan batang baja lebih dari satu dalam satu garis sejajar dengan profil siku yang kaku tidak membantu memperbesar kapasitas, malah memperkaku sambungan untuk berotasi sehingga prilaku sambungan mirip sambungan struktur baja, dengan batang baja tarik menerima gaya tarik Tabel 2. Rangkuman hasil uji eksperimental sambungan momen tipe M9B1 TIPE B1_U_1 B1_U_2 D PMAKS 135,75 mm 135,75 mm P MAKS 15,145 kn 15,145 kn M MAKS 10,45 kn-m 10,45 kn-m ϕ y 0,115 rad 0,059 rad ϕ u 0,27 rad 0,265 rad µ ϕ 2,34 3,5 K e 77 kn-m/rad 135,2 kn-m/rad K ie 7,7 kn-m/rad 13,52 kn-m/rad

D. Simanta et al., Mekanika, Vol. I, No. 1, Juni 2016, pp. 29-35 35 Tabel 3. Rangkuman hasil uji eksperimental sambungan momen tipe M9B2 TIPE B2_U1 B2_U3 B2_U2 B2_U4 B2_U5 D PMAKS 135,75 mm 106,3 mm 120,6 mm 97,11 mm 79,1 mm P MAKS 15,15 kn 13,95 kn 11,61 kn 10,05 kn 10,98 kn M MAKS 10,20 knm 9,46kNm 8,07kNm 6,36kNm 7,58kNm ϕ y 0,11 rad 0,11 rad 0,11 rad 0,10 rad 0,083 rad ϕ u 0,27 rad 0,20 rad 0,25 rad 0,22 rad 0,115 rad µ ϕ 2,38 1,8 2,27 2,11 1,375 K e 85,35 knm/rad 96,05kNm/rad 64,39kNm/rad 60,92kNm/rad 81,6 knm/rad 4 KESIMPULAN Pada penelitian ini telah dikembangkan suatu sistem sambungan balok-kolom eksterior kayu glulam akasia mangium dengan sistem profil siku dan batang baja. Penelitian meliputi pengujian sifat fisik dan mekanik material kayu dan sifat mekanik batang baja dan pengujian ekperimental. Dua tipe sambungan telah dikembangkan dan diuji, yaitu sambungan dengan satu batang baja ulir (M9B1) dan dua batang baja ulir (M9B2). Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa sambungan momen tipe M9B2 lebih kaku dari pada sambungan tipe M9B1 dan berperilaku mirip sambungan struktur baja dengan profil siku yang tebal. Kegagalan terjadi di batang baja tarik dan kekuatannya hanya bergantung pada kekuatan tarik ulir batang baja tarik. Kegagalan ulir batang tarik membatasi kemampuan sambungan menerima pembebanan dan mengurangi daktilitas rotasi sehingga sambungan momen ini bersifat getas. Kinerja sambungan tipe M9B2 lebih baik dari pada tipe M9B1 karena memiliki kekakuan awal yang besar dan memiliki daktilitas yang lebih tinggi dan seragam. Hasil uji eksperimental menunjukkan bahwa sambungan yang dikembangkan ini adalah sambungan momen semi-rigid. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih dan penghargaan disampaikan kepada Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Katolik Parahyangan, khususnya pimpinan dan staf Laboratorium Teknik Struktur, atas fasilitas yang diberikan di dalam uji eksperimental penelitian ini. [3] AMERICAN SOCIETY FOR TESTING AND MATERIALS. Standard Test Method for Small Clear Specimencs of Timber. ASTMD143-94, 2009. [4] BATCHELAR, M., AND CAVANAGH, G. Nailed plywood gusset joints for timber portal frames. Department of Civil Engineering, University of Aucland, N.Z., 1982. [5] BUCHANAN, A., AND FAIRWEATHER, R. Seismic design of glulam structures. Bulletin of The Zealand National Society for Earthquake Engineering (1993). [6] CREWS, K. Gottstein report. Forest Research Institute, Rotorua, New Zealand, 1990. [7] PANAGOPAULOS, G., AND KAPPOS, A. BILIN - Bilinear Approach Forces Size Diagrams- Deformation. Departement of Civil Engineering AUTH, Greek, 2008. [8] SCHEIBMAIR, F., AND QUENEVILLE, P. The quick connect moment connection for portal frame buildings - An introduction and case study. Proceeding of Wood Conference on Timber Engineering (WCTE) 2012 (2012), 192. [9] TANUWIJAYA, P. Perilaku hubungan balok-kolom kayu laminasi dengan sambungan cepat. Master s thesis, Universitas Katolik Parahyangan Bandung, 2014. REFERENSI [1] AMERICAN FOREST AND PAPER ASSOCIATION. Guide to Engineered Wood Product, 2010. [2] AMERICAN SOCIETY FOR TESTING AND MATERIALS. Standard Test Methods for Evaluating Dowel- Bearing Strength of Wood and Wood-Based Products, ASTM D5764-97a (Reapproved 2002), 2002.