DAMPAK PENAMBAHAN POLIMER TERHADAP KARAKTERISTIK BETON ASPAL

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat

BAB III LANDASAN TEORI

ANALISIS STABILITAS CAMPURAN BERASPAL PANAS MENGGUNAKAN SPESIFIKASI AC-WC

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG ABSTRAK

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1.

Agus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan Nikson Liem 2, Koilal Alokabel 3, Fanny Toelle 4

PENGARUH LIMBAH BAJA ( STEEL SLAG ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR NO. ½ DAN NO.8 PADA CAMPURAN HRS-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL 1

TINGKAT KEMUDAHAN MEMENUHI SPESIFIKASI PADA BERBAGAI JENIS CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT.

BAB IV HASIL ANALISA DAN DATA Uji Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar

PENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. Pada pembuatan aspal campuran panas asbuton dengan metode hot mix (AC

VARIASI AGREGAT PIPIH TERHADAP KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati Arfan Hasan ABSTRAK

PENGARUH SUHU DAN DURASI TERENDAMNYA PERKERASAN BERASPAL PANAS TERHADAP STABILITAS DAN KELELEHAN (FLOW)

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

ANALISIS KARAKTERISTIK LAPISAN TIPIS ASPAL PASIR (LATASIR) KELAS A YANG SELURUHNYA MEMPERGUNAKAN AGREGAT BEKAS

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. aspal keras produksi Pertamina. Hasil Pengujian aspal dapat dilihat pada Tabel 4.1

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

(Data Hasil Pengujian Agregat Dan Aspal)

KAJIAN KINERJA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS ASPAL BETON SEBAGAI LAPIS AUS BERGRADASI KASAR DAN HALUS

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK BAN KARET PADA CAMPURAN LASTON UNTUK PERKERASAN JALAN RAYA

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMA KASIH... ii ABSTRAK... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... ix

Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang

PENGARUH LIMBAH KARET BAN SEBAGAI CAMPURAN ASPAL TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL, PADA JENIS PERKERASAN LAPIS TIPIS ASPAL PASIR (LATASIR) KELAS B

STUDI PARAMETER MARSHALL CAMPURAN LASTON BERGRADASI AC-WC MENGGUNAKAN PASIR SUNGAI CIKAPUNDUNG Disusun oleh: Th. Jimmy Christian NRP:

Sumber: Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 (Revisi 3)

BATU KAPUR BATURAJA SEBAGAI FILLER PADA LAPIS ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) CAMPURAN PANAS. Hamdi Arfan Hasan Sudarmadji

Vol.16 No.2. Agustus 2014 Jurnal Momentum ISSN : X

PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU ( BAGASSE ASH OF SUGAR CANE ) SEBAGAI BAHAN PENGISI ( FILLER ) DENGAN VARIASI TUMBUKAN PADA CAMPURAN ASPAL PANAS LASTON

BAB I PENDAHULUAN. agregat, dan agregat berperan sebagai tulangan. Sifat-sifat mekanis aspal dalam

KAJIAN LABORATORIUM PENGGUNAAN MATERIAL AGREGAT BERSUMBER DARI KAKI GUNUNG SOPUTAN UNTUK CAMPURAN BERASPAL PANAS

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung.

BAB III LANDASAN TEORI. bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. penetrasi, uji titik nyala, berat jenis, daktilitas dan titik lembek. Tabel 4.1 Hasil uji berat jenis Aspal pen 60/70

METODOLOGI PENELITIAN. untuk campuran lapis aspal beton Asphalt Concrete Binder Course (AC-

BAB III LANDASAN TEORI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

VARIASI AGREGAT LONJONG PADA AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) I Made Agus Ariawan 1 1

KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

PENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG

Bab IV Penyajian Data dan Analisis

NASKAH SEMINAR INTISARI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akibat dari pembebanan pada perkerasan ketanah dasar (subgrade) tidak melampaui

UNIVERSITAS INDONESIA UJI MARSHALL PADA CAMPURAN PANAS POLIMER SBR TERHADAP BETON ASPAL ANTARA AGREGAT DENGAN ASPAL KONVENSIONAL NON LOKAL SKRIPSI

perkerasan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya, ukuran dan gradasi,

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.7 Juli 2016 ( ) ISSN:

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Akhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK AGREGAT KASAR PULAU JAWA DENGAN AGREGAT LUAR PULAU JAWA DITINJAU DARI KEKUATAN CAMPURAN PERKERASAN LENTUR

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK CAMPURAN BERASPAL POLYMER ELASTOMER DAN PLASTOMER

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL PERENCANAAN GRADASI AGREGAT CAMPURAN. dari satu fraksi agregat yang penggabungannya menggunakan cara analitis.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

VARIASI AGREGAT LONJONG SEBAGAI AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) ABSTRAK

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK BAN KARETMESH #80 PADA CAMPURAN LASTON UNTUK PERKERASAN JALAN RAYA

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan hal tersebut mengakibatkan peningkatan mobilitas penduduk

KAJIAN LABORATORIUM SIFAT FISIK AGREGAT YANG MEMPENGARUHI NILAI VMA PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS HRS-WC

PENGARUH PENGGUNAAN AGREGAT HALUS (PASIR BESI) PASUR BLITAR TERHADAP KINERJA HOT ROLLED SHEET (HRS) Rifan Yuniartanto, S.T.

DAFTAR ISI UNIVERSITAS MEDAN AREA

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik

TINJAUAN STABILITAS PADA LAPISAN AUS DENGA MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

STUDI PENGGUNAAN PASIR SERUYAN KABUPATEN SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEBAGAI CAMPURAN ASPAL BETON AC WC

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Operasi Teknik Kimia Fakultas

GRAFIK PENGGABUNGAN AGREGAT

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bagan Alir Penelitian. Mulai. Studi Pustaka. Persiapan Alat dan Bahan. Pengujian Bahan

ANALISA KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN DAN PERBANDINGAN STABILITAS ASPAL EMULSI DINGIN DENGAN LASTON

PERBANDINGAN PENGARUH PENGGANTIAN AGREGAT KASAR No. 1/2 dan No. 3/8 TERHADAP PARAMETER MARSHALL PADA CAMPURAN HRS-WC 1 Farid Yusuf Setyawan 2

BAB III LANDASAN TEORI

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL

KINERJA CAMPURAN SPLIT MASTIC ASPHALT SEBAGAI LAPISAN WEARING COURSE (WC)

PENGGUNAAN LIMBAH HANCURAN GENTENG SEBAGAI ALTERNATIF AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN HOT ROLLED ASPHALT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang memiliki peranan yang

Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.2, Januari 2013 ( )

BAB III LANDASAN TEORI

METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

Spesifikasi lapis tipis aspal pasir (Latasir)

BABII. Aspal didefinisikan sebagai material berwarna hitam atau coklat tua, pada

KAJIAN EKSPERIMENTAL CAMPURAN HRS-WC DENGAN ASPAL MINYAK DAN PENAMBAHAN ADITIF LATEKS SEBAGAI BAHAN PENGIKAT

STUDI PERBANDINGAN PENGGUNAAN JENIS-JENIS AGREGAT HALUS TERHADAP KARAKTERISTIK UJI MARSHAL PADA CAMPURAN LATASTON DI KABUPATEN KETAPANG

Kamidjo Rahardjo Dosen Teknik Sipil FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. terjadi berlebihan (overload) atau disebabkan oleh Physical Damage Factor (P.D.F.)

PENGARUH VARIASI KANDUNGAN BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON-LAPIS ANTARA BERGRADASI HALUS

PERBANDINGAN FILLER PASIR LAUT DENGAN ABU BATU PADA CAMPURAN PANAS ASPHALT TRADE BINDER UNTUK PERKERASAN LENTUR DENGAN LALU LINTAS TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penduduk di Yogyakarta. Pembangunan hotel, apartemen, perumahan dan mall

I Made Agus Ariawan 1 ABSTRAK 1. PENDAHULUAN. 2. METODE Asphalt Concrete - Binder Course (AC BC)

ABSTRAKSI. Kata kunci : filler lumpur lapindo, HRS, laston, parameter uji Marshall, kadar aspal optimum

INVESTIGASI KARAKTERISTIK AC (ASPHALT CONCRETE) CAMPURAN ASPAL PANAS DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN RAP ARTIFISIAL

PEMANFAATAN LIMBAH ABU SERBUK KAYU SEBAGAI MATERIAL PENGISI CAMPURAN LATASTON TIPE B

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PENGGUNAAN ABU TERBANG BATUBARA SEBAGAI BAHAN PENGISI TERHADAP MODULUS RESILIEN BETON ASPAL LAPIS AUS

Gambar 4.1 Bagan alir penentuan Kadar Aspal Optimum (KAO)

BAB IV HASIL ANALISA DAN DATA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. samudera yang memiliki kadar garam rata-rata 3,5%, artinya dalam 1 liter air laut

KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE

Transkripsi:

DAMPAK PENAMBAHAN POLIMER TERHADAP KARAKTERISTIK BETON ASPAL Djedjen Achmad dan Kusumo Dradjad Sutjahjo Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Jakarta Kampus Baru UI, Depok E mail: djedjen@gmail.com Abstrak Syntetic Rubber Latex atau getah karet buatan, merupakan salah satu polimer organik yang memperlihatkan resiliensi (daya pegas) atau kemampuan meregang dan kembali ke keadaan semula dengan cepat Bahan ini terdispersi dengan stabil dalam suatu surfaktan yang mengandung air, berwarna putih seperti susu. Pada saat mengering patikelnya bersatu membentuk lapisan film yang berlanjut. Polimer organik adalah suatu bahan yang terdiri atas molekul raksasa yang dibentuk oleh sekumpulan molekul sederhana yang dikenal sebagai monomer dari hasil uji pada campuran panas (hot mix) dengan mencampurkan aspal sebanyak 6.5 % dari berat campuran dan agregat yang telah dipanaskan dalam tempat pemanas, diaduk pada suhu 140⁰ C dan dicampur polimer, lalu dicetak pada suhu 120⁰ C. Persentase polimer yang dimasukkan adalah 10, 15 dan 20 % dari berat aspal. Dari hasil uji marshall menunjukkan semakin tinggi polimer ditambahkan dampaknya adalah nilai flow semakin tinggi, sedangkan nilai stabilitas dan nilai marshall quotient nya semakin rendah.. Kata kunci : polimer, beton aspal, marshall, stabiitas, flow PENDAHULUAN Perkerasan jalan dengan beton aspal merupakan teknik yang paling murah dibandingkan dengan beton semen. Namun demikian, umur beton aspal relatif jauh lebih singkat dibandingkan dengan beton semen. Usia pakainya lebih kurang antara 10 20 tahun, apalagi pada daerah tropis seperti di Indonesia yang memiliki perubahan cuaca sangat drastis dari panas terik menjadi hujan deras. Pada waktu panas aspal menjadi lembek sehingga pada waktu dilalui kendaraan menjadi plastis dan menghasilkan permukaan yang bergelombang. Sebaliknya pada waktu hujan, aspal menjadi kaku dan brittel yang mana bila dilalui kendaraan, beton aspal menjadi retak, pecah dan berlubang yang berakhir kepada kerusakan jalan. Untuk itu dalam pembuatan jalan perlu merubah bahan untuk beton aspal, diantaranya menggunakan campuran polimer berupa polimer binder berbentuk lateks (getah karet). Getah karet ini ada dua macam yaitu lateks alam dan buatan. Lateks alam sangat tergantung kepada pohon karet sebagai penghasil getah karet, dan getah tersebut banyak diserap oleh industri lain seperti industri ban kendaraan, atau industri sejenis lainnya. Berdasaran pemikiran tersebut maka dalam penelitian ini akan dicoba menggunakan polimer berupa lateks buatan yang dicampurkan kedalam campuran beton aspal, sehingga dapat diketahui pengaruhnya terhadap karakteristik beton aspal. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui karakteristik beton aspal yang dicampur dengan polimer, membandingkan karakteristik beton aspal yang dicampur polimer dengan karakteristik beton aspal yang tidak dicampur dengan polimer, mengetahui dampak dari penambahan polimer terhadap karakteristik beton aspal Dengan adanya penambahan polimer terhadap campuran beton aspal, tentu akan berdampak terhadap karakteristik beton aspalnya. Masalah yang timbul adalah bagaimanakah dampak dari penambahan polimer tersebut, apakah akan menaikkan kualitas beton aspal atau sebaliknya. Syntetic Rubber Latex Syntetic Rubber Latex atau getah karet buatan merupakan salah satu polimer organik yang memperlihatkan resiliensi (daya pegas) atau 32

POLI TEKNOLOGI VOL.10 NO.1, JANUARI 2011 kemampuan meregang dan kembali ke keadaan semula dengan cepat [1]. Bahan ini terdispersi dengan stabil dalam suatu surfaktan yang mengandung air, berwarna putih seperti susu. Pada saat mengering patikelnya bersatu membentuk lapisan film yang berlanjut. Polimer organik adalah suatu bahan yang terdiri atas molekul raksasa yang dibentuk oleh sekumpulan molekul sederhana yang dikenal sebagai monomer [2] Polimer dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu homopolimer dan kopolimer. Suatu polimer disebut homopolimer, jika polimer tersebut dibuat oleh polimerisasi monomer yang sama jenisnya, tapi sebaliknya jika terbuat dari monomer yang berbeda maka disebut kopolimer. Getah karet alam adalah dispersi dari polyisoprene (suatu homopolimer) yang telah mengalami polimerisasi oleh pohon karet tersebut [2]. Jenis polimer untuk memperbaiki aspal keras menurut ASTM [3] terdiri dari empat jenis, yaitu jenis I styrene - butadiene atau styrene butadiene styrene block copolimers, jenis II styrene butadiene rubber latex atau polychloroprene latex, jenis III ethyl vinyl acetate, jenis IV modifikasi dispersi bukan hubung silang dari styrene - butadiene styrene block copolimers. Sedangan polimer untuk memperbaiki beton menurut ASTM C 1042-85 dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu jenis I, Reemulsifiable Latex, yaitu latex yang tidak dapat digunakan pada tempat basah atau tempat yang memiliki kelembaban yang tinggi. Jenis II yaitu yang bukan remulsifiable latex yaitu latex yang dapat digunakan pada daerah atau tempat yang basah atau kelembabannya tinggi. Beberapa jenis dan formula latex telah banyak dikembangkan untuk memperbaiki sifat pada mortar (aduk) dan beton. Di bawah ini tercantum bahan polimer untuk pemakaian tersebut beserta dengan singkatannya yang biasa digunakan [2] : a. Elastomeric : Natural Rubber (NR) Styrene-Butadiene (SB) Styrene-Butadiene Rubber (SBR) Polychloroprene (CR) (Neoprene) Acrylonitric-Butadiene Rubber (NBR) b. Thermoplastic : Polyacrylic Ester (PAE) Styrene- Acrylic (SA) Ethylene Vinyl Acetate (EVA) Vinyl Acetate Ethylene (VAE) Polyvinyl Acetate (PVAC) Polyvinylidene Chloride (PVDC) Vinyl Acetate-acrylic Copolimer (VAC) Polyvinil Propionate Polypropylene Pure acrylics (e.g., ethyl acrylate/methyl methacrylate) Aplikasi Polimer Binder Di Amerika Serikat nama Vinyl Acetate Ethylene copolimer (VAE) telah lama digunakan. Latex yang sama, Ethylene Vinyl Acetate (EVA) juga digunakan di Jepang dan tempat lainnya. Polyvinylidene Chloride (PVDC) telah lebih dahulu digunakan di Amerika dan Jepang, terutama digunakan sebagai bahan tambah mortar dan campuran beton. Sekarang ini pemakaian PVDC tidak lagi digunakan di kedua negara tersebut, karena dapat menyebabkan karat pada besi dalam beton atau mortar. Poly Vinyl Acetates juga tidak direkomendasikan pada lingkungan yang basah dan tidak terlindung, sebab beberapa jenis dapat menyebabkan terhidrolisis atau pecah dan roboh secara kimiawi [2]. Dalam bidang jalan, beberapa syntetic rubber telah digunakan untuk bahan pencampur aspal panas dengan hasil yang memuaskan. Dari penelitian Tjitjik Wasiah Suroso [4], didapat hasil dengan penambahan syntetic rubber sebesar 3% dalam aspal akan menaikkan ketahanan aspal pen 60 terhadap suhu dan menurunkan aging index, sedangkan pada aspal pen 80 penambahan 3 % syntetic rubber menaikkan kepekaan terhadap suhu. Bukan hanya karet buatan saja, yang dapat meningkatkan kualitas jalan, karet alam pun memiliki kegunaan yang sama, seperti hasil penelitian Etiene Le Bouteiler (1993) yang 33

dikutip Kurniadji [5] menyebutkan bahwa sifat utama dari aspal yang diberi bahan tambah karet dibandingkan dengan aspal tanpa bahan tambah adalah : Viskositas yang lebih rendah pada temperatur yang rendah Viskositas yang lebih tingi pada temperatur yang tinggi Elastis dengan menjamin ketahanan pelelehan plastis pada campuran Menambah daya ikat antar bahan-bahan dalam campuran. Karet yang merupakan bahan polimer dapat meningkatkan daya lekat antara agregat dalam campuran beraspal. Hasil penelitian Piggot W.NG (1977) yang dikutip Kurniadji [5] pada pengujian flexural strength (beban tiga titik) menunjukkan bahwa Lapis Beton Aspal (Laston) dengan aspal karet 30 %, lebih baik dibandingkan Laston tanpa bahan tambah karet. [6] Hasil penelitian Leksminingsih menunjukkan bahwa penambahan latek ke dalam aspal minyak dapat meningkatkan mutu aspal minyak. Aspal pen 60 yang ditambah dengan karet alam lateks dengan kadar karet kering 60 % (KKK 60) dapat memenuhi persyaratan sebagai bahan perkerasan baik ditinjau dari sifat fisik bahan tersebut, maupun dari sifat campurannya dengan agregat,serta kemudahan cara pencampurannya. Hasil penelitian Iriansyah [7] menunjukkan bahwa hasil evaluasi di lapangan dengan menggunakan aspal karet (campuran antara aspal pen 60/70 dengan 3% lateks KKK 60) kinerja campuran lebih baik dibandingkan dengan campuran aspal minyak, terutama dalam mengatasi deformasi permanen dan retak refleksi akibat perkerasan lama. METODE PENELITIAN Metode penelitian menggunakan metode eksperimen dengan teknik pengambilan data melalui pengujian benda uji di laboratorium. Pada penelitian ini digunakan dua pendekatan, yaitu : a. Penelitian laboratorium, dimana dilakukan langsung pengujian di laboratorium sesuai dengan standard yang berlaku b. Penelitian kepustakaan, di mana dilakukan analisa data hasil pengujian berdasarkan kepustakaan yang relevan. Rancangan penelitian Penelitian dilakukan pada beton aspal dengan kadar aspal 6.5 %, dari hasil uji sebelumnya dengan penambahan polimer 5, 10 dan 20 %, dibuat benda uji dengan metode Marshall. Dari proses persiapan benda uji sampai pemeriksaan dengan alat Marshall, diperoleh data sebagai berikut a. Kepadatan b. Rongga dalam campuran c. Rongga terhadap agregat d. Rongga terisi aspal e. Stabilitas f. Flow g. Hasil bagi marshall Variable penelitian. a. Variabek bebas (faktor penelitian), sebagai variable bebas dalam penelitian ini adalah persentase polimer, yaitu: 5, 10, 20 % dari berat aspal. c. Variable terikat (parameter penelitian). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kepadatan, rongga dalam campuran, rongga terhadap agregat, rongga terisi aspal, stabilitas, flow, dan hasil bagi marshall. Teknik Pengolahan Data Data hasil pengujian dihitung dengan mencari mean (rerata) dari masing-masing pengujian. Adapun uji test yang dipakai adalah : 1 n xi i X 1 n Keterangan X : harga mean dari tiap-tiap kelompok n : Jumlah sampel dari tiap kelompok xi : besaran tiap-tiap sampel. HASIL DAN PEMBAHASAN 34

POLI TEKNOLOGI VOL.10 NO.1, JANUARI 2011 Dari hasil pengujian yang dilakukan pada aspal keras, agregat kasar (screening), agregat halus (abu batu) dan uji marshall pada beton aspal yang dilaksanakan di Laboratorium Pengujian Bahan, Jurusan Sipil Politeknik Jakarta, di dapat hasil sebagai berikut : Dari hasil pengujian kasar dilihat dari berat jenisnya terutama berat jenis semu, nilainya masíh dalam batas yang diizinkan, yaitu minimum 2.5, tetapi penyerapan airnya diatas batas yang diizinkan melebihi batas maximum 3 %, demikian pula kadar lumpurnya lebih tinggi dari batas yang disyaratkan, yaitu max 1 %. Sifat lainnya seperti abrasi dengan alat los angeles masih dalam batas yang diizinkan. Hasil analisa saringan gradasi agregat kasar tidak memenuhi spesifikasi agregat untuk Laston AC-WC. Hasil pengujian pada agregat halus dilihat dari berat jenisnya, terutama berat jenis semu, masíh dalam batas yang diizinkan, yaitu minimum 2.5, tetapi penyerapan airnya sangat tinggi diatas batas yang diizinkan yaitu maximum 3 %, demikian pula kadar lumpurnya lebih tinggi dari batas yang disyaratkan, yaitu max 8 %. Sifat lainnya seperti kesetraan pasir, masih dalam batas yang diizinkan. Gradasi agregat halus juga tidak memenuhi syarat Laston AC WC, untuk itu perlu digabungkan dengan screening agar hasilnya memenuhi syarat. Dalam menggabungan agregat perlu dilhat pula adanya daerah larangan. Gradasi agregat hasil penggabungnan tidak boleh masuk ke dalam daerah larangan. Hasil penggabungan agregat kasar (screening ) agregat halus (abu batu) dan semen sebagai filler, dengan komposisi 40 % Screening : 50 % abu batu dan 10 % semen, gradasinya memenuhi spesifikasi Laston AC : WC. Hasil Pengujian Beton Aspal Untuk menghitung sifat fisik pada benda uji, perlu diketahui berat jenis aspal keras, berat jenis agregat gabungan (bulk specific gravity), berat jenis agregat effektif, dan berat jenis maksimum campuran.untuk memudahkan dalam menghitung sifat fisik dan mekanis beton aspal, hasil pengujian dimasukkan dalam table Dari table hasil uji marshall, kemudian dibuat grafik hubungan antara kadar polimer dalam campuran, dengan sifat fisik pada masingmasing campuran. Hasilnya seperti terlihat pada Gambar 1.sampai dengan Gambar 6 Dari Gambar 1 terlihat jelas, semakin meningkat penambahan polimer, maka kepadatan pada beton aspal semakin menurun, hal ini disebabkan karena berat jenis polimer lebih rendah dari agtregat dan juga disebabkan rongga dalam campuran (VIM) yang semakin besar, seperti terlihat pada hasil pengujian VIM pada Gambar 4. KEPADATAN (Gr/cm3) VS KEPADATAN 2.15 2.10 2.05 2.00 1.95 1.90 Gambar 1 Hubungan % Polimer dengan Kepadatan VMA (%) 30.00 28.00 26.00 24.00 22.00 20.00 VS VMA Gambar 2 Hubungan % Polimer dengan VMA Dalam Gambar 2 rongga dalam agregat menjadi semakin besar dengan bertambahnya polimer dalam campuran. Hal ini disebabkan aspal yang biasa menyelimuti agregat sebagian diganti oleh polimer. 35

Sifat polimer yang lebih encer dibandingkan aspal, akan cepat meresap kedalam batuan (agregat) sehingga lapisan yang menyelimuti agregat menjadi tipis, akibatnya rongga dalam agregat menjadi besar. VFB (%) 46.00 44.00 42.00 40.00 38.00 36.00 34.00 32.00 30.00 %POLIMER vs VFB Gambar 3 Hubungan % Polimer dengan VFB Dari Gambar 3 dapat dianalisis, karena kadar aspal sebagian digantikan oleh polimer, maka semakin bertambah kadar polimer dalam campuran, kadar aspal menjadi lebih kecil, sehingga rongga yang terisi aspal juga akan menjadi rendah VIM (%) 22.00 20.00 18.00 16.00 14.00 12.00 10.00 vs VIM (75X) Gambar 4 Hubungan % Polimer dengan VIM Bahan perekat yang digunakan adalah aspal dan polimer, semakin tinggi bahan perekat maka campuran semakin kecil kadar agregatnya, karena agregat dan bahan perekat kadarnya 100 %. Polimer SBR yang dicampurkan merupakan polimer yang terdispersi dalam air. Pada waktu di aduk banyak polimer dalam bahan perekat yang meresap ke dalam batuan (agregat) sehingga kadar bahan perekat yang menyelimuti agregat menjadi lebih rendah, efeknya adalah rongga dalam campuran (VIM) menjadi semakin besar, seperti terlihat pada Gambar 4 STABILITAS ( KG ) 1100.00 1000.00 900.00 800.00 700.00 600.00 vs STABILITAS Gambar 5 Hubungan % Polimer dengan Stabilitas Hasil uji stabilitas seperti pda Gambar 5 pada beton aspal yang dicampur dengan polimer, ternyata dapat menurunkan stabilitas pada campuran, hal ini disebabkan polimer kekuatannya lebih rendah dibandingkan aspal, sehingga semakin besar kadar polimer dalam campuran kekuatannya lebih rendah,. Jika dibandingkan dengan persyaratan minimum stabilitas untuk beton aspal, semuanya tidak menunjukan hasil yang memuaskan karena dibawah batas yang diizinkan yaitu minimum 800 Kg. FLOW ( mm ) 20.00 15.00 10.00 5.00 0.00 %POLIMER vs FLOW 25.00 Gambar 6 Hubungan % Polimer dengan Flow Dari hasil uji flow (kelelehan) seperti pada Gambar 6, ternyata semakin bertambah polimer nilai flow nya juga bertambah. Ini menandakan bahwa perkerasan jalan yang menggunakan polimer lebih lentur 36

POLI TEKNOLOGI VOL.10 NO.1, JANUARI 2011 dibandingkan jika hanya menggunakan aspal saja. Ini sesuai dengan sifat latex yang memiliki kemampuan meregang tinggi, sehingga memberikan nilai flow yang lebih besar, melebih dari yang disyaratkan, yaitu antara 3 5 mm MARSHALL QUOTIENT ( KG/mm) vs MARSHALL QUOTIENT 200.00 150.00 100.00 50.00 0.00 25.00 Gambar 7 Hubungan % Polimer dengan Marshall Quotient Marshall Quotient (MQ) adalah hasil bagi antara stabilitas dengan flow. Makin besar nilai flow maka MQ semakin rendah. Nilai MQ juga merupakan indikator kelenturan yang potensial terhadap keretakan. Dari gambar jelas terlihat semakin besar polimer ditambahkan maka MQ nya semakin kecil, artinya kelenturan pada campuran semakin besar. Kelenturan yang tinggi akan menyebabkan lapis perkerasan jalan mampu mengikuti deformasi akibat beban lalu lintas berulang, tanpa menimbulkan retak dan peruban volume. MQ digunakan juga untuk menilai kekakuan dari campuran, artinya semakin besar nilai MQ maka campuran semakin kaku, kurang fleksibel. Akibatnya perkerasan jalan mudah retak. Tapi dilihat dari persyaratan untuk perkerasan jalan, dari kesemua penambahan polimer nilainya dibawah batas yang diizinkan yaitu minimum 250 kg/mm. Ini perlu dikaji ulang, karena dengan bertambahnya nilai flow, maka nilai MQ nya menjadi lebih rendah. KESIMPULAN Dari beberapa sifat fisik dan mekanis yang diuji terhadap campuran beton aspal yang dicampur dengan polimer dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Semakin tinggi persentase polimer dalam campuran, maka kepadatan semakin rendah, rongga dalam agregat (VMA) semakin besar, rongga terisi aspal (VFB) semakin kecil, rongga dalam campuran (VIM) semakin tinggi, stabilitas semakin rendah, flow semakin tinggi, dan marshall quotient semakin rendah. 2. Dengan penambahan polimer terhadap beton aspal dampaknya adalah menaikkan nilai flow, ini sangat menguntungkan karena perkerasan jalan menjadi lebih lentur, dan jika dilihat dari marshall quotient nya menjadi semakin rendah, artinya perkerasan jalan mampu mengikuti deformasi akibat beban berulang dari lalu lintas. Tapi seiring dengan penambahan polimer stabilitasnya menjadi turun. DAFTAR PUSTAKA [1] MP Stephens, terjemahan Iis Sopyan, Kimia Polimer, Pradnya Paramita, Jakarta, 2001, [2] V. Ramakrishnan, Latex Modified Concretes and Mortars, Transportation Research Board, Washington DC, 1992 [3] American Society for Testing and Materials, (1997) ASTM Standard, Section 4, volume 04.03, The ASTM, Philadelphia [4] Tjitjik Wasiah Suroso, Hasil Penelitian Pendahuluan pengaruh penambahan Syntetic Rubber (polimer) terhadap ketahanan Aspal Pen 60 dan 80 terhadap suhu (Pi) dan Pelapaukan (Aging Index), Jurnal Pusat Litbang Jalan 3(XII), Bandung, Oktober 1995, [5] Kurniadji, Pengembangan Aspal Karet dalam Meningkatkan Mutu Campuran Perkerasan Jalan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan, Bandung, 1999 [6] Leksminingsih, Prinsip- Prinsip Aspal Karet, Pusat penelitian dan Pengembangan Jalan, Bandung,1999 37

[7] Iriansyah, Kendali Mutu dan Pelaksanaan Lapangan Aspal Karet, Pusat penelitian dan Pengembangan Jalan, Bandung. 38