Analisis Kekerasan Pada Pipa Yang Dibengkokan Akibat Pemanasan

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis Pengaruh Cooling Rate pada Material ASTM A36 Akibat Kebakaran Kapal Terhadap Nilai Kekuatan, Kekerasan dan Struktur Mikronya

PENGARUH MEDIA PENDINGIN PADA PROSES HARDENING MATERIAL BAJA S45C

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

Uji Kekerasan Material dengan Metode Rockwell

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

Pengaruh Variasi Arus dan Jenis Elektrode pada Pengelasan Smaw Terhadap Sifat Mekanik Baja Karbon

Jl. Prof. Sudharto, SH., Tembalang-Semarang 50275, Telp * Abstrak. Abstract

PENGARUH VARIASI ARUS PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA PROSES PENGELASAN SMAW

Karakterisasi Baja Karbon Rendah Setelah Perlakuan Bending

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISA KEGAGALAN PIPA BAJA TAHAN KARAT 316L DI BANGUNAN LEPAS PANTAI PANGKAH-GRESIK

PENGARUH VARIASI SUHU PREHEAT TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL SA 516 GRADE 70 YANG DISAMBUNG DENGAN METODE PENGELASAN SMAW

INFO TEKNIK Volume 14 No. 2 Desember 2013 ( ) PENGARUH ARUS TERHADAP KEKERASAN HASIL PENGELASAN BAJA ST 60 MENGGUNAKAN PENGELASAN SMAW

EVALUASI BESAR BUTIR TERHADAP SIFAT MEKANIS CuZn70/30 SETELAH MENGALAMI DEFORMASI MELALUI CANAI DINGIN

4 BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA

KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PROSES AUSTEMPER PADA BAJA KARBON S 45 C DAN S 60 C

BAB IV PENGUJIAN MECHANICAL TEST.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

APLIKASI BENTANGAN BELOKAN PIPA DENGAN MATLAB

PENGARUH ANNEALING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PAHAT HSS DENGAN UNSUR PADUAN UTAMA CROM

Karakterisasi Material Bucket Teeth Excavator 2016

BAB III METODE PENELITIAN

Analisa Kekuatan Tarik Baja Konstruksi Bj 44 Pada Proses Pengelasan SMAW dengan Variasi Arus Pengelasan

PENGARUH PENAMBAHAN Mg TERHADAP SIFAT KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK SERTA STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN Al-Si BERBASIS MATERIAL PISTON BEKAS

PENGARUH PERBANDINGAN GAS NITROGEN DAN LPG PADA PROSES NITROKARBURISING DALAM REAKTOR FLUIDIZED BED TERHADAP SIFAT MEKANIS BAJA KARBON RENDAH

ANALISA KEKERASAN PADA PISAU BERBAHAN BAJA KARBON MENENGAH HASIL PROSES HARDENING DENGAN MEDIA PENDINGIN YANG BERBEDA

JURNAL MER-C NO. 10/VOL. 1/2018

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERSETUJUAN... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL...

Karakterisasi Material Bucket Teeth Excavator 2016

PENGARUH FEED RATE TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN BENDING PADA PENGELASAN FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5052

UJI KEKERASAN MATERIAL DENGAN METODE ROCKWELL

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR TERHADAP KEKERASAN, STRUKTUR MIKRO, DAN KETANGGUHAN DENGAN PROSES HEAT TREATMENT PADA BAJA KARBON AISI 4140H

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1(Sept. 2012) ISSN: G-340

PENGARUH PROSES HEAT TREATMENT PADA KEKERASAN MATERIAL SPECIAL K (K100)

ANALISA QUENCHING PADA BAJA KARBON RENDAH DENGAN MEDIA SOLAR

Pengaruh Variasi Media Karburasi Terhadap Kekerasan Dan Kedalaman Difusi Karbon Pada Baja ST 42

Analisa Tegangan pada Pipa yang Memiliki Korosi Sumuran Berbentuk Limas dengan Variasi Kedalaman Korosi

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen,

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR HARDENING TERHADAP KEKERASAN BAJA S45C DENGAN MEDIA PENDINGIN AIR

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Identifikasi Masalah

PENGARUH WAKTU PENAHANAN PROSES SINTERING TERHADAP NILAI KEKERASAN PRODUK EKSTRUSI PANAS DARI BAHAN BAKU GERAM ALUMINIUM HASIL PROSES PERMESINAN

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ANALISA PENGARUH SOLUTION TREATMENT PADA MATERIAL ALUMUNIUM TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

MODUL PRAKTIKUM METALURGI (LOGAM)

STUDI KETAHANAN COATING Ni YANG DIBENTUK MELALUI PROSES ELEKTROPLATING TERHADAP BEBAN PANAS KEJUT

ANALISA SIFAT MEKANIK PERMUKAAN BAJA ST 37 DENGAN PROSES PACK CARBURIZING, MENGGUNAKAN ARANG KELAPA SAWIT SEBAGAI MEDIA KARBON PADAT

PENGARUH VARIASI SUHU POST WELD HEAT TREATMENT ANNEALING

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut:

PENGARUH PERLAKUAN ANIL TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PADA SAMBUNGAN LAS PIPA BAJA Z 2201

PENGARUH PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERASAN DAN MIKRO STRUKTUR PADA PIPA HEAT EXCHANGER

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Pembuatan spesimen dilakukan dengan proses pengecoran metode die

Jl. Prof. Sudharto, SH., Tembalang-Semarang 50275, Telp * Abstrak

EFEK PERLAKUAN PANAS AGING TERHADAP KEKERASAN DAN KETANGGUHAN IMPAK PADUAN ALUMINIUM AA Sigit Gunawan 1 ABSTRAK

PENGARUH VARIASI WAKTU PENAHANAN TERHADAP KEKERASAN PERMUKAAN, STRUKTUR MIKRO DAN LAJU KOROSI PADA ALUMINIUM 6061 DENGAN METODE UJI JOMINY

ANALISIS HASIL KEKERASAN METODE VIKERS DENGAN VARIASI GAYA PEMBEBANAN PADA BAJA

PENGARUH PROFIL PIN DAN TEMPERATUR PREHEATING TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO SAMBUNGAN MATERIAL AA5052-H32 FRICTION STIR WELDING

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam teknik penyambungan logam misalnya

Sidang Tugas Akhir (TM091486)

STUDI EKONOMIS PENGARUH POST WELD HEAT TREATMENT TERHADAP UMUR PIPA

KEKUATAN MATERIAL. Hal kedua Penyebab Kegagalan Elemen Mesin adalah KEKUATAN MATERIAL

ANALISA PENGARUH PERLAKUAN PANAS SEBELUM DAN SESUDAH PENEMPERAN TERHADAP NILAI KEKERASAN PADA BAJA PERKAKAS HSS

Available online at Website

PENGARUH PERLAKUAN PANAS DOUBLE TEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL AISI 4340

Journal of Mechanical Engineering Learning

2.10 Caesar II. 5.10Pipe Strees Analysis

SIFAT FISIS DAN MEKANIK BAJA KARBONISASI DENGAN BAHAN ARANG KAYU JATI

EFEK PERLAKUAN PANAS AGING TERHADAP KEKERASAN DAN KETANGGUHAN IMPAK PADUAN ALUMINIUM AA ABSTRAK

III. METODE PENELITIAN. Adapun tempat pengerjaan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

STUDI KOMPARASI KUALITAS HASIL PENGELASAN PADUAN ALUMINIUM DENGAN SPOT WELDING KONVENSIONAL DAN PENAMBAHAN GAS ARGON

PENGARUH TEKANAN INJEKSI PADA PENGECORAN CETAK TEKANAN TINGGI TERHADAP KEKERASAN MATERIAL ADC 12

TUGAS SARJANA ANALISIS KEKUATAN LULUH MINIMUM DITINJAU DARI STRUKTUR BUTIRAN LOGAM DASAR-HAZ-LOGAM LAS SAMBUNGAN PIPA GAS

PERENCANAAN ELEMEN MESIN RESUME JURNAL BERKAITAN DENGAN POROS

Jurnal Teknik Mesin, Volume 6, Nomor 1, Tahun

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Perbandingan Laju Korosi Pelat ASTM A36 antara Pengelasan di Udara Terbuka dan Pengelasan Basah Bawah Air dengan Variasi Tebal Pelat

PENGARUH FILLER PLAT DAN VARIASI TEBAL PLAT PADA SPOT WELDING ANTARA BAJA-ALLUMUNIUM TERHADAP BEBAN GESER.

ANALISA KEKERASAN BAJA ST 42 DENGAN PERLAKUAN PANAS MENGGUNAKAN METODE TAGUCHI ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. BAB I Pendahuluan 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengaruh Variasi Media Quenching Air, Oli, dan Angin Kompresor Terhadap Struktur Mikro dan Kekerasan Pada Baja AISI 1045

MATERIAL TEKNIK 3 IWAN PONGO,ST,MT

Pengaruh Kecepatan Dan Arah Aliran Udara Terhadap Kondisi Udara Dalam Ruangan Pada Sistem Ventilasi Alamiah

2. KERJA PLAT Tujuan 3.1 Teori Kerja Plat Pemotongan Plat

ANALISA KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO PADA DAERAH INTERFACE HASIL PROSES CLADDING MATERIAL STAINLESS STEEL TERHADAP BAJA KARBON MENENGAH SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN

SKRIPSI / TUGAS AKHIR

KUALIFIKASI WELDING PROCEDURE SPECIFICATION (WPS) DAN JURU LAS (WELDER) BERDASARKAN ASME SECTION IX DI INDUSTRI MIGAS

PERANCANGAN DAN ANALISA SISTEM PERPIPAAN PROCESS PLANT DENGAN METODE ELEMEN HINGGA

VARIASI TEMPERATUR PEMANASAN PADA PROSES PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DENGAN MATERIAL SS 304L

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH TEMPERATUR TEMPERING PADA PROSES QUENCHING TEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIK BAJA AISI 4140

ANALISA RANCANGAN PIPE SUPPORT PADA SISTEM PERPIPAAN DARI POMPA MENUJU PRESSURE VESSE DAN HEAT EXCHANGER DENGAN PENDEKATAN CAESARR II

Pengaruh Preheat Terhadap Struktur Mikro dan Sifat Mekanis Sambungan Las GTAW Material Baja Paduan 12Cr1MoV yang Digunakan pada Superheater Boiler

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Analisa Sifat Mekanik Hasil Pengelasan GMAW Baja SS400 Studi Kasus di PT INKA Madiun

STUDI KEKUATAN IMPAK PADA PENGECORAN PADUAL Al-Si (PISTON BEKAS) DENGAN PENAMBAHAN UNSUR Mg

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

Pengaruh Jenis Pahat dan Cairan Pendingin

Analisa Struktur Mikro Dan Kekerasan Baja S45C ANALISA STRUKTUR MIKRO DAN KEKERASAN BAJA S45C PADA PROSES QUENCH-TEMPER DENGAN MEDIA PENDINGIN AIR

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

Analisis Kekerasan Pada Pipa Yang Dibengkokan Akibat Pemanasan Pranowo Sidi, M.Thoriq Wahyudi Jurusan Teknik Permesinan Kapal, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya Jl. Teknik Kimia, Kampus ITS, Sukolilo, Keputih, Surabaya 60111 Telp. 031-5947186, Fax.031-5925524 E-Mail: pransidi@ppns.ac.id Abstract Pipe bending process needs special attention because it makes different mechanical properties. Increasing hardness cause materials brittle. The purpose of this study was to analyze the distribution of force on the part of the pipe as a result of the heating curves and 8000C 6700c with bending angle 900 and 1800. SA 335 is a pipe specimen with the size of outside diameter 44.5 mm and a thickness of 8 mm. At first, the two pipes is heated to the temperature 6700c and 2 other pipes that are heated to 8000C temperature, then 2 pipes bended at each heating temperature 900 and 1800. After that cut pipes to grab third in replication in each condition 4 pipe. From the test results found that the bending angle effect on hardness values. The greater the bending angle, the higher the hardness value. Keywords: bending, hardness, pipe, heating. PENDAHULUAN Perpipaan adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengalirkan fluida dari satu tempat ke tempat yang lain. Ada dua metode yang umum digunakan untuk memberi ukuran suatu pipa, yaitu: NPS (Nominal Pipe Size), banyak digunakan di Amerika Utara, dengan satuannya Inchi dan DN (Diameter Nominal), digunakan oleh negara di daratan Eropa, dengan satuan millimeter[1]. Disamping penamaan ukuran pipa dengan NPS atau DN, maka ada istilah yang selalu tidak ketinggalan ketika disebutkan ukuran pipa, yaitu Sch atau Schedule. Yang perlu diperhatikan disini adalah bahwa tidak selalu ukuran pipa dalam NPS merupakan ukuran diameter luar (OD) yang sebenarnya. Perbedaan antara NPS dengan OD dimulai dari pipa ukuran NPS ¼ sampai ukuran NPS 12 [1]. Sedangkan untuk pipa dengan NPS diatas 12 in, maka NPS yang ditunjukan adalah sesuai dengan OD dari pipa tersebut Pembengkokan Pipa Pembengkokan pipa yang tidak dilakukan dengan benar, akan menghasilkan bengkokan pipa yang tidak memenuhi standar. Dan tiap material pipa yang dibengkokan dengan sudut yang berbeda, maka nilai kekerasannya pun berbeda pula. Nilai kekerasan harus sesuai dengan nilai yang di standarkan oleh industri boiler yang bersangkutan. Jika nilai tersebut tidak memenuhi standar, maka material tersebut perlu di berikan heat treatment yang akan membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Hal ini yang melatar belakangi penulisan penelitian ini. Dengan memberi pemanasan dengan temperatur yang berbeda sebelum dilakukan pengujian pembengkokan pipa dengan variabel sudut yang berbeda dan dimana pada sudut tertentu material pipa yang di uji apakah masih dalam nilai kekerasan yang di tentukan. Dalam penelitian ini juga diamati perubahan struktur mikro dari material pipa yang telah dipanaskan dengan temperatur yang berbeda dan sudut pembengkokan yang berbeda. Dalam praktek di galangan sering memerlukan sambungan pipa dengan sudut tertentu, dan sangat mungkin sambungan tersebut tidak tersedia di pasaran [1]. Keadaan ini memaksa kita untuk membuat alat penyambung sendiri yang berupa pipa yang dibelokan sesuai dengan sudut yang kita perlukan. 398

Teknik pembengkokan pipa ada beberapa macam antara lain sebagi berikut 1. Pembengkokan pipa yang menggunakan pasir untuk mengisi pipa tersebut sebelum pipa dibengkokan. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya pengecilan diameter pada pipa setelah proses pembengkokan. 2. Dengan pemanasan terlebih dahulu yaitu sebelum pipa dibengkokan pipa dipanaskan agar pipa semakin lentur. 3. Pembengkokan dengan menggunakan mandrel. Cara ini tidak perlu mengisi pipa dengan pasir ataupun memanaskannya, tetapi kita langsung bisa melakukan pembengkokan pipa dengan memasukan mandrel kedalam pipa. Material ASME 335 Grade P91 Grade 91 adalah baja jenis ferritic dan juga martensitic dengan kandungan 9% Chromium 1% Molybdenum dengan sedikit ditambah vanadium dan columbium yang berguna mengontrol. Kandungan nitrogen terlarut sehingga kekuatan mulurnya sangat baik dan dapat meningkat tajam dari semula, disamping itu kandungan kadar karbon terlarut sangat kecil menjadi sifat fabrikasinya yang sangat bagus. Material ini banyak digunakan untuk aplikasi pipa proses, pada boiler superheater, tubes reheater pada unit pembangkit, header dan pipa uap untuk penggunaan tempertur tinggi. Keuntungan memakai material ini adalah karena memiliki kekuatan yang bagus pada temperatur yang relative tinggi serta perilaku creep yang sangat baik. Berat jenis yang cukup kecil sehingga dapat mengurangi berat boiler secara keseluruhan serta komponen piping proses, ketahanan thermal fatigue yang sangat baik dan juga material ini memiliki koefisien perpindahan panas yang baik serta koefisien ekspansi yang cukup rendah. Salah satu keunggulan akan material ini adalah kekuatan yang cukup baik pada temperatur tinggi sehingga kekuatan creep nya pun dipastikan juga akan memiliki sifat yang sama, sebaliknya walaupun kekuatan tinggi namun ternyata keuletan juga cukup tinggi, perpaduan sifat inilah yang dibutuhkan untuk penggunaan pada temperatur tinggi. Uji Kekerasan Kekerasan adalah kemampuan suatu bahan untuk tahan terhadap indentasi/ penetrasi atau abrasi. Kekerasan suatu bahan boleh jadi merupakan sifat mekanik yang paling penting, karena pengujian sifat ini dapat digunakan untuk menguji homogenitas suatu material, selain itu dapat digunakan untuk mengetahui sifat-sifat mekanik yang lainnya Ada beberapa metode pengujian kekerasan logam antara lain: a Metode pengujian Brinel b Metode pengujian Rockwell c Metode pengujian Vikers Dalam penelitian ini yang digunakan adalah pengujian kekerasan Vikers. Nilai kekersannya dibyatakan dalam DPH (Vickers Diamond Pyramidal Kekerasan) yang dihitung berdasarkan persamaan [2]: Untuk = 136 0 ; maka 2P sin DPH 20 (1) d 2 P DPH 1,854 (2) d 2 Dimana: P = gaya tekan (kg) D = diagonal identasi (mm) d1 d 2 = 2 METODE PENELITIAN Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan cara eksperimen yaitu: a. Pemasanasan material di induction heating. b. Material yang telah dipanaskan kemudian di pasang pada pressure die 399

c. Pembengkokan dengan radius 70 mm, yang sebelumnya mengalami hot bending (pemasanasan) terlebih dahulu. Gambar 3. Pemotongan spesimen a Gambar 1. Skema proses bending C Frame [3],[4]. Gambar 4. Pemotongan spesimen b Gambar 2. Mesin Induction Heating Pengujian Kekerasan Sebelum diuji kekerasan spesimen yang berupa pipa yang dipanaskan dengan suhu 670 0 C, 800 0 C dan di bengkokan dengan sudut 90 0 dan 180 0 terlebih dahulu kemudian dipotong pada bagian belokan pipa. Pemotongan ini dilakukan dengan menggunakan gergaji mesin. Selanjutnya dilakukan kodifikasi spesimen untuk memudahkan identifikasi pada saat pencatatan hasilnya. Gambar 5. Titik pengujian kekerasan 400

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan pada permukaan spesimen dengan pemanasan 670 0 C dan sudut bending 90 0 Gambar 6. di bawah menunjukkan spesimen yang dipotong untuk uji kekerasan yang sebelumnya mengalamaii pemanasan 670 0 C dan di bengkok dengan sudut 90 0. Perbedaan terbesar nilai kekerasan sebesar 569.056 DPH dan terkecil 148,785 DPH Pengamatan Pada Permukaan Spesimen Dengan Pemanasan 670 0 C Dan Sudut Bengkok 180 0 Spesimen dilakukan uji kekerasan yang sebelumnya mengalami pemanasan 670 0 C dan di bengkok dengan sudut 180 0. Setelah mengalami proses bendng dilakukan pengujian kekerasan dan didapat grafik hubungan kekerasan dengan sudut bending 180 o C seperti yang ditunjukkan gambar 9. Gambar 6. Spesimen 1, 2, 3 setelah pemanasan 670 0 C dan sudut bengkok 90 0 Untuk melihat nilai kekerasan pada pipa yang telah pemanasan 670 0 C dengan pembendingan 90 0 akan didapatkan grafik hubungan pemanasan terhadap sudut bending sebagaimana ditunjukan pada gambar 7. Gambar 8. Spesimen 1, 2, 3 setelah pemanasan 670 0 C dan sudut bengkok 180 0 Gambar 7. Grafik Distribusi nilai kekerasan pada pemanasan dan pembendingan (titik 1, 2, 3 di extrados dan titik 4, 5, 6 di intrados). Akibat proses pemanasan 670 0 C dan pembendingan 90 0 pada spesimen mengalami kenaikan nilai kekerasan paling tinggi pada spesimen dua dibandingkan dengan kenaikan nilai kekerasan yang dialami potongan spesimen satu dan tiga. Hal ini terjadi karena spesimen dua terletak di Pengujian kekerasan mulai dari ekstrados menunjukkan kecenderungan untuk terus naik mulai dari titik pengujian 2, 3, 4 dan mencapai puncaknya di titik pengujian 5 yang terletak pada bagian tengah intrados. Gambar 9. Grafik distribusi nilai kekerasan pada pemanasan dan pembendingan (Titik 1,2,3 di extrados, titik 4, 5, 6 di intrados) Akibat proses rotating bending, pada spesimen mengalami kenaikan nilai kekerasan paling tinggi pada spesimen dua dibandingkan dengan kenaikan kekerasan yang dialami spesimen satu dan spesimen dua. Pengujian kekerasan mulai dari ekstrados menunjukkan kecenderungan untuk terus naik mulai dari titik pengujian 2, 3, 4 dan mencapai puncaknya di titik pengujian 5 yang terletak pada bagian tengah intrados. Perbedaan terbesar nilai kekerasan sebesar 581,880 DPH dan terkecil 149,208 DPH. 401

Pengamatan pada permukaan spesimen dengan pemanasan 800 0 C dan sudut bengkok 90 0 Spesimen dengan variasi pemanasan 800 o C dan sudut bengkok 90 o C dapat dilihat pada gambar 10. Pengamatan pada permukaan spesimen dengan pemanasan 800 0 C dan sudut bending 180 0 Spesimen dengan variasi pemanasan 800 0 C dan sudut bengkok 180 0 dapat dilihat pada gambar 12. Gambar 10. Spesimen 1, 2, 3 setelah pemanasan 800 0 C dan sudut bengkok 90 0 Gambar 12. Spesimen 1, 2, 3 setelah pemanasan 8000 0 C dan sudut bengkok 180 0 Gambar 11. Grafik distribusi nilai kekerasan pada pemanasan dan pembendingan (Titik 1,2,3 di extrados, titik 4, 5, 6 di intrados). Berdasarkan gambar 11 diketahui bahwa akibat proses rotating bending pada specimen dengan radius 70 mm mengalami kenaikan nilai kekerasan paling tinggi pada specimen satu dibandingkan dengan dibandingkan dengan kenaikan kekerasan yang dialami spesimen dua dan spesimen tiga. Pengujian kekerasan mulai dari ekstrados menunjukkan kecenderungan untuk terus naik mulai dari titik pengujian 2, 3, 4 dan mencapai puncaknya di titik pengujian 5 yang terletak pada bagian tengah intrados. Perbedaan terbesar nilai kekerasan sebesar 505,559 DPH dan terkecil 168,203 DPH Gambar 13. Grafik distribusi nilai kekerasan pada pemanasan dan pembendingan (Titik 1,2,3 di extrados, titik 4, 5, 6 di intrados). Gambar 13. Menunjukkan hubungan pemanasan pada temperatur 800 o C dan sudut bengkok 180 o.akibat proses rotating bending pada specimen dengan radius 70 mm mengalami kenaikan nilai kekerasan paling tinggi pada spesimen dua dibandingkan dengan dibandingkan dengan kenaikan kekerasan yang dialami spesimen satu dan spesimen tiga. Pengujian kekerasan mulai dari ekstrados menunjukkan kecenderungan untuk terus naik mulai dari titik pengujian 2, 3, 4 dan mencapai puncaknya di titik pengujian 5 yang terletak pada bagian tengah intrados. Perbedaan terbesar nilai kekerasan sebesar 995.049 DPH dan terkecil 80.974 DPH. 402

KESIMPULAN Dari hasil pembahasan diatas maka dapat disimpulkna bahwa: 1. Pengukuran nilai kekerasan di spesimen no dua paling tinggi. Hal ini disebabkan karena spesimen no dua terletak di tengah-tengah bending yang merupakan puncak dari belokan dan mengalami deformasi plastis tinggi. 2. Distribusi nilai kekerasan di extrados menunjukan peningkatan bila diukur mulai dari titik pengujian no dua sampai titik pengujian no lima. Semakin mendekati intrados semakin tinggi nilai kekerasan-nya. Hal ini disebabkan karena semakin dekat intrados semakin tinggi deformasi plastisnya. DAFTAR PUSTAKA [1]. Raswari., 2005, Teknologi dan Perancangan Sistem Perpipaan, Universitas Indonesia, Jakarta. [2]. Surdi,.Tata., 2005, Pengetahuan Bahan Teknik, PT Pradnya Paramita, Jakarta. [3]. ASME (American Society of Mechanical Engineers) 2010, Sec II part A, SA 335, USA. [4]. ASME (American Society of Mechanical Engineers )code (2002), B31, Process Piping, USA. 403