BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. bahasa itu akan dimengerti orang lain atau pembaca bila dituangkan dalam bahasa

dokumen-dokumen yang mirip
PEMBELAJARAN MENULIS SEBAGAI SUATU KETERAMPILAN BERBAHASA

LANGKAH-LANGKAH DALAM TEKNIK OBSERVASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. semakin modern, diharapkan dapat meningkatkan aktivitas serta kreativitas

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatnya kemampuan siswa, kondisi lingkungan yang ada di. dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desi Sukmawati, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Bahasa Indonesia merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus. dipelajari dan diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Menurut Tarigan (2008:1) ada

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 1). Pembelajaran menurut Sugandi (2006: 9) adalah seperangkat peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. dan jenjang pendidikan, mulai dari taman kanak-kanak sampai Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. secara kreatif dapat memikirkan sesuatu yang baru. berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan hendaknya berupa kata-kata

Aas Asiah Instansi : Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Siliwangi Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan

BAB I PENDAHULUAN. Menulis atau mengarang ialah kemampuan mengekspresikan pikiran, perasaan, pengalaman, dalam bentuk tulisan yang disusun secara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sarana yang digunakan untuk berkomunikasi dengan

PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI SISWA KELAS V SD NEGERI I GEBANG NGUNTORONADI WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sebagai alat komunikasi yang paling utama. Bahasa dibagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikhlasiah As ar, 2016

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang

SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan keterampilan menulis dan hasil dari produk menulis itu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar yang nantinya digunakan sebagai landasan untuk jenjang yang lebih

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dasar hingga jenjang perguruan tinggi untuk meningkatkan mutu penguasaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ENTENG KARYANA, 2013

KEMAMPUAN MEMPRODUKSI TEKS ANEKDOT SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 BONGOMEME

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF EKSPOSISI. Menulis memiliki berberapa definisi. Menurut Tarigan (1994:3) Menulis

BAB I PENDAHULUAN. dalam menimba berbagai ilmu. Banyak ilmu dan keterampilan diperoleh

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA LAGU PADA SISWA KELAS VIIIB SMP NEGERI 1 NGUTER, SUKOHARJO

PENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS EKSPOSISI MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR BERSERI PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KROYA TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan

K BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Suatu karangan terdiri dari beberapa kalimat yang kemudian disusun

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan seseorang dalam melakukan komunikasi sangat tergantung

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra

Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan keterampilan yang harus dikuasai setiap orang melalui proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

BAB I PENDAHULUAN. E. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa Indonesia adalah pembelajaran yang lebih menekankan

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan keterampilan yang harus dikuasai setiap orang melalui proses yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. sekolah. Dalam kegiatan ini, seorang penulis harus terampil memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam masyarakat modern seperti sekarang ini dikenal dua macam cara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Selain itu bahasa Indonesia juga

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

2014 PENERAPAN METODE MENULIS BERANTAI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu ciri orang terpelajar atau bangsa yang terpelajar. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia pada dasarnya merupakan upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran Bahasa Indonesia memiliki empat aspek keterampilan, yaitu

II. LANDASAN TEORI. Menulis adalah suatu proses kegiatan menuangkan pikiran manusia yang hendak

2015 PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SEKOLAH DASAR

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF INDUKTIF MENGGUNAKAN METODE KONTEKSTUAL. ( DESKRIPTIF PADA Siswa Kelas X SMA Darmayanti

2015 PENERAPAN METODE IMAGE STREAMING MELALUI MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PUISI

J-SIMBOL (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS EKSPOSISI MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS SISWA KELAS X.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembelajaran merupakan suatu proses belajar seseorang untuk

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan intelektual. Oleh karena itu mereka tidak dapat terlepas dari. menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di

BAB I PENDAHULUAN. bahasa yang tidak dapat keluar dari sistem yang mengikatnya atau mengaturnya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. (KTSP) secara umum dikembangkan menjadi keterampilan berbahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. dikuasai dan dipahami oleh guru, yaitu kemampuan menggunakan berbagai

PENERAPAN MODEL STAD DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI PADA SISWA KELAS IV SDN 11 TELAGA BIRU KABUPATEN GORONTALO OLEH : FEMMY

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam

BAB I PENDAHULUAN. benar. Seseorang dapat dikatakan telah mampu menulis dengan baik jika pembacanya

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan baik, seseorang perlu belajar cara berbahasa yang baik dan. Salah satu usaha untuk meningkatkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. dalam merangkai kata. Akan tetapi, dalam penerapannya banyak orang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan dengan baik secara lisan maupun tulisan. Pembelajaran bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. dapat tercapai sesuai yang diinginkan ( Hamalik, 2001 : 56) pengetahuan, ilmu dan pengalaman-pengalaman hidupnya dalam bahasa tulis

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. oleh orang-orang yang dapat menyusun pikirannya dan mengutarakannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat jenis keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari empat keterampilan berbahasa. Dilihat dari proses pemerolehan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. dua, yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis. Kedua bahasa tersebut mempunyai. hubungan yang erat satu dengan lainnya.

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENULIS TEKS PERCAKAPAN MELALUI MEDIA GAMBAR DI KELAS IV SDN 1 LIMBOTO KECAMATAN LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hakikat Menulis 2. 1. 1 Pengertian Menulis Menulis berarti mengekspresikan secara tertulis gagasan, ide, pendapat, atau pikiran dan perasaan. Sarana mewujudkan hal itu bahasa, isi ekspresi melalui bahasa itu akan dimengerti orang lain atau pembaca bila dituangkan dalam bahasa yang teratur, sistematis, sederhana, dan mudah dimengerti, Menulis bukan sesuatu yang di peroleh secara spontan, tetapi memerlukan usaha sadar Menuliskan kalimat dan mempertimbangkan cara mengkomunikasikannya Tarigan, (dalam Elina dkk 2009 : 5) Tarigan (dalam Fajar 2010:1), mengemukakan bahwa Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami lambang bahasa dan grafik. Sedangkan Byrne (dalam Elina dkk 2009:5) mengemukakan bahwa mengarang pada hakikatnya bukan sekedar menulis simbol-simbol grafis. Sehingga terbentuk kata dan kata-kata dibentuk sehingga menjadi kalimat menurut peraturan tertentu, akan tetapi mengarang adalah menuangkan buah pikiran ke dalam bahasa tulis, melalui kalimat-kalimat yang dirangkai secara utuh, lengkap dan jelas sehingga buah pikiran tersebut dapat dikomunikasikan kepada pembaca dengan berhasil. Sehubungan dengan hal ini ada penulis yang mengatakan bahwa Menulis di pergunakan, melaporkan/memberitahukan, dan

mempengaruhi, dan maksud serta tujuan seperti itu hanya dapat di capai dengan baik oleh orang-orang yang menyusun pikirannya dan mengutarakannya dengan jelas, kejelasan ini bergantung pada pikiran,organisasi, pemakaian kata-kata, dan struktur kalimat Morsey (dalam Tarigan 2008:4) Menulis pada hakikatnya adalah mengarang yakni memberi bentuk kepada segala sesuatu yang dipikirkan, dan melalui pikiran, segala sesuatu yang di rasakan, berupa rangkaian kata, khususnya kata tertulis yang di susun sebaikbaiknya sehingga dapat di pahami dan dipetik manfaatnya dengan mudah dipahami oleh orang yang membacanya. Penulis biasanya menuangkan apa yang dipikirnya dengan melibatkan perhatian pembacanya. Dari beberapa definisi tentang menulis yang telah dikemukakan dapat disimpulkan: 1). Menulis merupakan salah satu komponen komunikasi 2). Menulis adalah menggambarkan pikiran, perasaan, dan ide ke dalam Bentuk lambang-lambang bahasa grafis dan 3). Menulis dilakukan untuk keperluan mencatat dan komunikasi 2.1.2 Tujuan Menulis Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang di pergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Tarigan (1982:3) Mengemukakan bahwa Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis ini, sang penulis haruslah terampil memanfaatkan kaidah-kaidah bahasa seperti, ejaan, struktur bahasa, dan kosa kata.

Empat keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca dan menulis) tersebut saling mendukung dalam perkembangan bahasa Indonesia. Kemampuan berkomunikasi secara tulis mampu menuangkan pendapat, ide dan saran secara runtut dan benar. Melalui pembelajaran bahasa Indonesia khususnya keterampilan menulis, siswa di harapkan untuk mampu berkomunikasi dengan bahasa tulis. Siswa terampil menulis, akan mampu mengutarakan apa yang menjadi maksud dan tujuannya kepada pembaca dengan jelas, mengembangkan wawasan dan cara berpikir yang lebih kritis. Dalam kehidupan yang modern ini, jelas bahwa keterampilan menulis sangat dibutuhkan. Kiranya tidak terlalu berlebihan bila kita katakan bahwa keterampilan menulis merupakan suatu ciri dari orang terpelajar. Sehubungan dengan hal ini, kegiatan menulis di gunakan untuk mencatat/merekam, meyakinkan, mengutarakannya dengan jelas, kejelasan itu tergantung pada pikiran, organisasi, pemakaian kata-kata, dan struktur kalimat (Morsey 1976:122). Menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang sangat penting untuk dikuasai sebab menulis adalah keterampilan berbahasa yang di gunakan untuk menyampaikan apa yang di rasakan seorang kepada orang lain secara tidak langsung. Dan menulis juga merupakan aspek kemampuan berbahasa yang paling kompleks karena menuntut kemampuan seseorang pada saat menuangkan ide, gagasan, pendapat atau perasaannya, oleh karena itu pengembangan kemampuan

menulis perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh sejak tingkat pendidikan dasar. Menurut Hugo Hartig (dalam Taufik dan Hanifah 2010:9). Tujuan menulis sebagai berikut: 1. Tujuan penugasan (assigment purpose) Menulis tidak menulis tujuan, untuk apa dia menulis. Penulis hanya menulis tanpa mengetahui tujuannya. Dia menulis karena mendapat tugas, bukan atas kemauan sendiri. 2. Tujuan Altruistik (altruistik purpose) Penulis bertujuan ingin menyenangkan para pembaca, ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan dan penalarannya ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya. 3. Tujuan Persuasif (persusive purpose) Penulis bertujuan mempengaruhi pembaca, agar para pembaca yakin akan kebenaran gagasan atau ide yang di utarakan oleh penulis. 4. Tujuan Informasional (informational purpose) Penulis menuangkan ide/gagasan dengan tujuan memberi informasi atau keterangan kepada pembaca.

5. Tujuan Kreatif (creatif purpose) Penulis bertujuan agar pembaca dapat memiliki nilai-nilai artistik atau nilai-nilai kesesuaian dengan membaca tulisan si penulis. 6. Tujuan Pernyataan Diri Penulis berusaha untuk memperkenalkan atau menyatakan dirinya sendiri kepada para pembaca. 2.1.3 Proses Kegiatan Menulis Dalam proses menulis kegiatan ini sangat membutuhkan keseriusan, konsentrasi dan kreativitas dalam menulis untuk mencapai suatu tulisan yang memiliki mutu dan kualitas tulisan dibutuhkan kesediaan dan kesiapan dalam menulis. Aktivitas menulis mengikuti alur proses yang terdiri atas beberapa tahap. Donald Muray (dalam Suparno, 2006:Mdl 4), mengemukakan tujuh tahap, yaitu: pemilihan dan pembatasan masalah, pengumpulan bahan, penyusunan bahan, pembuatan kerangka karangan, penulisan naskah awal, revisi dan, penulisan naskah akhir. Pendapat para ahli lain mengatakan tentang proses menulis belum lengkap, sebab tulisan tidak akan bermakna jika tidak di publikasikan kepada orang lain. Di samping itu belum menjelaskan kapan pengarang menentukan judul karangannya.

Dari pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa proses penulisan terdiri atas lima tahap, yakni: pra penulis, menulis, merevisi, mengedit dan mempublikasikan. Penjelasan setiap tahap sebagai berikut: 1. Tahap Pra penulis Pra penulis merupakan tahap perencanaan atau persiapan menulis Muray (dalam Suparno 2006:Mdl 4). Kegiatan yang mula-mula harus dilakukan ialah menentukan topik, menentukan judul, karangan, tujuan, memilih tema sesuai dengan keinginan siswa atau jenis tulisan. 2. Tahap Penulisan Tahap saat menulis merupakan kegiatan di mulainya suatu tulisan dari menyebarkan ide ke dalam bentuk tulisan, ide ide itu dituangkan dalam bentuk kalimat dan paragraf, selanjutnya paragraf paragraf itu di rangkai menjadi salah satu wacana yang utuh, Braja (dalam Pateda, 2004 : 78). Ada lima tahap menulis sebagai berikut : 1. Mencontoh, peserta didik menulis sesuai contoh. Dalam tahap ini peserta didik melakukan kegiatan menulis dengan mencontoh/mengikuti hasil hasil tulisan yang telah di lakukan oleh guru. 2. Reproduksi, peserta didik mulai menulis tanpa ada model. Pada tahap ini peserta didik mulai menulis dengan tidak melihat bentuk huruf yang sebenarnya (masih bersifat acak).

3. Rekombinasi / transformasi, peserta didik mulai berlatih menggabungkan kalimat-kalimat yang pada mulanya berdiri sendiri menjadi gabungan beberapa kalimat. Pada tahap ini peserta didik mulai menulis dari kata demi kata sehingga membentuk suatu kalimat. 4. Menulis terpimpin, peserta didik mulai berkenalan dengan penulisan alinea. Pada tahap ini peserta didik melatih bebas menulis sesuai dengan keinginannya. Kadang kala dalam bentuk karangan cerita, menulis surat dan lain-lain. 5. Menulis, peserta didik mulai menulis bebas, mulai mengembangkan keterampilan menulis. Pada tahap ini peserta didik mulai bebas menulis sesuai dengan keinginannya. Kadang kala dalam bentuk karangan cerita, puisi dan menulis surat dan lain-lain. 3. Tahap Revisi Pada tahap revisi diadakan koreksi pada keseluruhan karangan. Koreksi dilakukan terhadap keseluruhan karangan, dan juga terhadap berbagai aspek misalnya struktur karangan dan kebahasaan. 4. Tahap Mengedit Apabila karangan telah selesai direvisi, maka penulis karangan tinggal melaksanakan pengeditan. 5. Mempublikasikan Mempublikasikan mempunyai dua pengertian. Pengertian pertama berarti menyampaikan karangan kepada publik dalam bentuk cetakan. Pengertian kedua menyampaikan dalam bentuk non cetakan.

Sementara itu, Deporter (2004:194) menjelaskan tahap-tahap proses penulisan adalah (1) tahap sebelum menulis. Tahap ini merupakan suatu pondasi yang membangun topik yang akan ditulis berdasarkan pengetahuan, gagasan, dan pengalaman penulis; (2) draf kasar, gagasan dieksploitasi dan dikembangkan; (3) berbagi, yaitu meminta orang lain untuk membaca draf dan memberikan umpan balik; (4) memperbaiki, memperbaiki tulisan dan menyuruh orang lain untuk membaca kembali; (5) penyuntingan, memperbaiki segala kesalahan, tata bahasa, dan tanda baca; (6) penulisan kembali, memasukan isi yang baru dan perubahan penyuntingan ; dan (7) evaluasi memeriksa hasil tulisan. 2. 1.4 Kemampuan Menulis Karangan Kemampuan menulis karangan mencakup berbagai kemampuan, seperti kemampuan menguasai gagasan yang di kemukakan, kemampuan menggunakan unsur unsur bahasa, kemampuan menggunakan gaya, dan kemampuan menggunakan ejaan dan tanda baca. Berdasarkan konsep tersebut, dapat di katakan bahwa menulis karangan merupakan komunikasi tidak langsung yang berupa pemindahan pemikiran atau perasaan. Menulis karangan merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa, menulis karangan bukanlah hal yang sulit namun tidak juga dikatakan mudah, menulis karangan di katakan bukan hal yang sulit bila menulis karangan hanya di artikan sebagai aktivitas mengungkapkan gagasan melalui lambang lambang grafis tanpa memperhatikan unsur penulisan dan unsur di luar penulisan

seperti pembaca. Sementara itu sebagian besar orang berpendapat bahwa menulis karangan bukan hal yang mudah sebab di perlukan banyak bekal bagi seseorang untuk keterampilan menulis karangan. Menulis karangan adalah aktivitas mengungkapkan gagasan melalui media bahasa. Batasan yang di buat Nurgiantoro sangat sederhana, menulis karangan hanya sekedar mengungkapkan ide, gagasan, atau pendapat dalam bahasa tulis, lepas dari mudah tidaknya tulisan tersebut di pahami oleh pembaca, menyatakan menulis sebagai tindakan pemindahan pikiran atau perasaan dalam bahasa tulis dengan menggunakan lambang lambang atau grafem (Nurgiantoro, 2001:273). Dengan memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata dengan menggunakan simbol - simbol sehingga dapat di baca seperti apa yang di wakili oleh simbol tersebut. Mengkombinasikan dan menganalisis setiap unsur kebahasaan dalam sebuah karangan merupakan suatu keharusan bagi penulis. Dari sinilah akan terlihat sejauh mana pengetahuan yang di miliki penulis dalam menciptakan sebuah karangan yang efektif. Kosakata dan kalimat yang di gunakan dalam kegiatan menulis harus jelas agar mudah di pahami oleh pembaca. Di samping itu, jalan pikiran dan perasaan penulis sangat menentukan arah penulisan sebuah karya tulis atau karangan yang berkualitas. Dengan kata lain hasil sebuah karangan yang berkualitas umumnya di tunjang oleh keterampilan kebahasaan yang memiliki seorang penulis Rusyana dalam Elina dkk (2009:5-6)

2.2 Tinjauan Umum Tentang Karangan Deskriptif 2.2.1 Pengertian Karangan Braja (dalam Tarigan, 2005:2.38) mengemukakan bahwa Mengarang pada hakikatnya bukan sekedar menulis simbol- simbol grafis, sehingga terbentuk kata dan kata-kata di bentuk sehingga menjadi kalimat menurut aturan atau kaidah kaidah bahasa yang sudah di tentukan. Akan tetapi mengarang adalah menuangkan sebuah pikiran ke dalam bahasa tulis melalui kalimat - kalimat yang dirangkai secara utuh, lengkap dan jelas, sehingga terbentuk kata dan kata-kata di bentuk sehingga menjadi kalimat menurut aturan atau kaidah kaidah bahasa yang sudah di tentukan, akan tetapi mengarang adalah menuangkan buah pikiran tersebut dapat di komunikasikan kepada pembaca dengan baik, secara singkat dapat di katakan bahwa dalam kegiatan karang mengarang menggunakan bahasa tulis untuk menyatukan isi hati dan buah pikiran secara menarik dan menggugah hati pembaca. Oleh karenanya di samping menguasai topik dan permasalahan yang di tulis, penulis harus menguasai beberapa komponen, di antaranya : 1. Grafologi, 2. Struktur, 3.Kosakata, 4.Kelancaran 2.2.2 Langkah-langkah Penyusunan Karangan 1. Penulisan Topik Kegiatan yang mula mula dilakukan adalah menentukan topik. Hal ini berarti bahwa harus ditentukan apa yang akan di bahas dalam tulisan, Mulyati (2007:2.10). Dalam memilih topik perlu diperhatikan beberapa hal:

a. Topik yang akan di angkat ada manfaatnya dan layak dibahas b. Topik itu cukup menarik terutama bagi penulis c. Topik itu di kenal baik d. Bahan yang di perlukan dapat di peroleh dan cukup memadai. e. Topi tidak terlalu luas dan juga tidak terlalu sempit. 2. Pembahasan topik 3. Topik dan sudut pandang digarap Topik adalah pokok pembicaraan dalam keseluruhan karangan yang akan 2.2.3 Pengertian Karangan Deskriptif Kata deskripsi berasal dari bahasa Latin describere yang berarti menggambarkan atau memerikan suatu hal, deskripsi adalah bentuk karangan yang melukiskan susatu sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, sehingga pembaca dapat mencitrai (melihat, mendengar, mencium, dan merasakan)apa yang di lukiskan sesuai citra penulisnya. Deskripsi adalah pemaparan atau penggambaran dengan kata-kata suatu benda, tempat, suasana atau keadaan, seorang deskripsi mengharapkan pembacanya, melalui tulisannya, dapat melihat apa yang dilihatnya, dapat mendengar apa yang di dengarnya, merasakan apa yang dirasakannya, serta sampai pada kesimpulan yang sama dengannya, dari sini dapat di simpulkan

bahwa deskripsi merupakan hasil observasi melalui panca indera, yang di sampaikan dengan kata-kata, Marahimin (dalam Elina dkk 2009:8) Kegiatan menulis dapat di klasifikasikan sebagai berikut: tulisan berbentuk deskriptif, narasi, eksposisi, dan argumentasi. Di antara keempat jenis tulisan diatas penelitian ini di fokuskan pada jenis tulisan deskriptif. Pada hakikatnya menulis karangan deskriptif merupakan kegiatan siswa untuk memaparkan dan menggambarkan tentang keadaan dan ciri-ciri suatu benda atau peristiwa di lingkungannya dalam suatu tulisan atau karangan yang runtut dan padu. Kemampuan menulis karangan deskriptif tersebut harus di tunjang dengan penguasaan terhadap aspek-aspek bahasa lainnya, seperti : penguasaan kosakata atau perbendaharaan kata atau banyaknya kata yang di miliki, yang sudah tentu harus di barengi dengan pemahaman tentang jenis-jenis dan makna kata; penguasaan terhadap struktur kalimat, jenis-jenis dan makna kalimat serta penguasaan terhadap tata cara penyusunan paragraf/alinea. Mengingat bahwa kemampuan menulis karangan deskriptif bagi siswa merupakan pekerjaan yang sulit, maka sangat di perlukan latihan-latihan yang terprogram terhadap berbagai faktor yang mendukung tersusunnya suatu tulisan yang deskriptif. 2.2.4 Macam-Macam Deskriptif Di lihat dari sifat objeknya, deskripsi dapat di bedakan atas 2 macam yaitu sebagai berikut. Nurul (2010)

a. Deskripsi imajinatif / fiksi ialah deskripsi yang menggambarkan objek benda sesuai kesan/imajinasi si penulis. b. Deskripsi faktual/ekspositoris ialah deskripsi yang menggambarkan objek berdasarkan urutan logika atau fakta-fakta yang dilihat. Menurut Keraf (dalam Suparno 2006:Mdl 4) 1. Deskripsi Sugestif 2. Deskripsi Teknis Langkah-langkah menulis deskriptif, yaitu; 1. Menentukan objek pengamatan, Tempat atau Orang 2. Menentukan/ merumuskan tujuan 3. Mengadakan pengamatan dan mengumpulkan bahan 4. Menetapkan bagian yang akan di deskripsikan orang (watak, gagasan, ciri fisik atau benda-benda sekitar) 5. Menyusun kerangka karangan 6. Mengembangkan kerangka menjadi karangan 2.2.5 Tujuan Mengarang Deskriptif Tujuan utama menulis atau mengarang deskriptif adalah sebagai sarana komunikasi tidak langsung. Tujuan menulis banyak sekali ragamnya. Tujuan menulis secara umum adalah memberikan arahan, menjelaskan, sesuatu, menceritakan kejadian, meringkasnya dan meyakinkan (Semi, 2003:14-154). 2.2.6 Tehnik Pengamatan Objek Secara Langsung Metode adalah prosedur yang di lakukan, merancang, menyelesaikan dari sesuatu yang di inginkan, (Atmazaki 1993: 124), teknik pembelajaran tidak akan

tercapai bila tidak adanya metode yang benar benar cocok dengan pembelajaran tersebut, dalam kesempatan ini peneliti menggunakan teknik pengamatan objek. Teknik pengamatan objek adalah metode yang di lakukan untuk mengamati suatu benda, atau mengamati benda, kejadian atau peristiwa secara langsung, Teknik pengamatan objek dekat sekali dengan alam dan lingkungan sekitar. Pada dasarnya siswa senang dengan kenyataan atau realita yang langsung di lihat oleh siswa, oleh sebab itu siswa lebih peka atau lebih terangsang mengekspresikan sesuatu yang dirasakannya 1. Tujuan Pengamatan Objek Dengan pengamatan kita dapat memperoleh gambaran tentang kehidupan sosial yang sukar untuk di ketahui dengan metode lainnya. Pengamatan di lakukan untuk menjajaki sehingga fungsi eksploitasi, dari hasil berbagai data konkret secara langsung di lapangan atau tempat penelitian, pengamatan objek kita akan memperoleh gambaran yang jelas tentang masalahnya dan mungkin petunjukpetunjuk tentang cara pemecahannya, jadi jelas bahwa tujuan pengamatan objek adalah untuk mendapatkan informasi langsung secara kongkret di lapangan. 2. Jenis jenis pengamatan objek Berdasarkan pelaksanaan, pengamatan objek dapat di bagi dalam dua jenis yaitu: pengamatan partisipasi dan pengamatan non partisipasi

a. Pengamatan Partisipasi Pengamatan partisipasi adalah pengamatan yang melibatkan peneliti atau pengamatan secara langsung dalam kegiatan pengamatan di lapangan. Jadi, peneliti bertindak sebagai observer, artinya peneliti merupakan bagian dari kelompok yang di telitinya. Keuntungan cara ini adalah peneliti merupakan bagian yang integral dari situasi yang dipelajarinya sehingga kehadirannya tidak memengaruhi situasi penelitian. Kelemahannya, yaitu ada kecenderungan peneliti terlampau terlibat dalam situasi itu sehingga prosedur yang berikutnya tidak mudah di cek kebenarannya oleh peneliti lain b. Pengamatan non partisipasi Pengamatan non partisipasi adalah pengamatan yang dalam pelaksanaannya tidak melibatkan peneliti sebagai partisipasi atau kelompok yang di teliti, cara ini banyak yang di lakukan pada saat ini, kelemahan cara ini antara lain kehadiran pengamat dapat mempengaruhi sikap dan perilaku yang diamatinya. 3. Instrumen yang digunakan dalam melakukan pengamatan Instrumen yang di lakukan dalam melakukan pengamatan, yaitu check list, rating scale, anecdotal, catatan berkala, dan mechanical device a. Check list, merupakan suatu daftar yang berisikan nama-nama responden dan factor- factor yang akan di amati b. Rating scale, merupakan instrumen untuk mencatat gejala menurut tingkatan tingkatannya.

c. Anecdotal record, merupakan catatan yang di buat oleh peneliti mengenai kelakuan-kelakuan luar biasa yang di tampilkan oleh responden d. Mechanical device, merupakan alat mekanik yang di gunakan untuk memotret peristiwa peristiwa tertentu yang di tampilkan oleh responden 4. Keuntungan dan Kelemahan Penggunaan pengamatan dalam Pengumpulan Data a. Kelebihan Pengamatan 1. Pengamat mempunyai kemungkinan untuk mencatat hal-hal, perilaku pertumbuhan, dan sebagainya, sewaktu kejadian tersebut masih berlaku, atau sewaktu perilaku sedang terjadi sehingga pengamat tidak menggantungkan data-data dari ingatan seseorang. 2. Pengamat dapat memperoleh data dan subjek, baik dengan berkomunikasi verbal ataupun tidak, misalnya dalam melakukan penelitian. Sering subyek tidak mau berkomunikasi secara verbal dengan peneliti karena takut tidak punya waktu atau enggan, namun hal ini dapat di atasi dengan pengamatan (Observasi) langsung. b. Kelemahan pengamatan Kelemahan pengamatan antara lain :

1. Memerlukan waktu yang lebih lama untuk memperoleh pengamatan langsung terhadap suatu kejadian, contoh upacara Ngaben di Bali, harus menunggu adanya upacara adat tersebut. 2. Pengamat biasanya tidak dapat melakukan terhadap suatu fenomena yang berlangsung lama, contohnya kita ingin mengamati fenomena perubahan suatu masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern akan sulit atau tidak mungkin di lakukan. 3. Adanya kegiatan kegiatan yang tidak mungkin di amati, misalnya kegiatan kegiatan yang berkaitan dengan hal hal yang bersifat pribadi. Seperti kita ingin mengetahui perilaku anak saat orang tua sedang bertengkar, kita tidak mungkin melakukan pengamatan langsung pada konflik keluarga tersebut karena kurang jelas 4. Langkah-langkah dalam pengamatan Langkah langkah dalam pengamatan sebagai berikut : a. Harus diketahui di mana pengamatan itu di lakukan b. Harus d tentukan dengan pasti siapa saja yang akan diamati. c. Harus diketahui dengan jelas, data data apa saja yang akan di perlukan. d. Harus diketahui bagaimana cara mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar

e. Harus diketahui tentang cara mencatat hasil pengamatan seperti menyediakan buku catatan, kamera, tape recorder, dan alat-alat tulis lainnya. 2.3 Kajian Penelitian Yang Relevan 1. Maryam Lakiya. 2012. Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi Melalui Teknik Pengamatan Objek Secara langsung pada Siswa SDN 4 Kayubulan Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo. Skripsi, Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Drs. Yusuf Jafar, M.Pd. dan Pembimbing II Dra.Hj.Rusmin Husain, S.Pd, M.Pd. Masalah pokok dalam penelitian ini adalah Apakah dengan model STAD dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas IV SD Negeri I Kayumerah dalam menulis deskriptif?. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa menulis cerita deskriptif melalui model STAD. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui lembar pengamatan kegiatan guru, lembar pengamatan kegiatan siswa, serta tes tertulis. Indikator keberhasilan yang ditetapkan untuk kegiatan guru dan siswa dalam proses belajar mengajar adalah paling kurang 80%. Aspek kegiatan guru dan siswa memperoleh nilai pengamatan dengan kriteria sangat baik (SB) dan baik (B). Sedangkan untuk hasil belajar siswa minimal 75% siswa memperoleh nilai 70 ke atas.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil capaian siswa hanya mencapai 38.89% pada siklus I. Pada siklus II mencapai kriteria ketuntasan belajar sebesar 88.89%. Dengan demikian hasil capaian siswa pada siklus II sudah memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa dalam menulis cerita deskriptif dapat ditingkatkan dengan menggunakan model STAD. Kata Kunci : Menulis Deskriptif dan Model STAD Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah: (1) subjek, subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas III sekolah dasar, (2) pada penelitian ini menulis karangan deskriftip, 2. Guru memiliki peran signifikan dalam menentukan keberhasilan proses pembelajaran. Namun demikian data di lapangan menunjukkan masih banyaknya permasalahan yang dihadapi dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan deskriptif melalui pengamatan obyek pada siswa kelas III SDN I Limehu Kecamatan Tabongo Kabupaten Gorontalo. Hasil penelitian yang relevan tentang Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Deskriptif oleh Ari Sutrisno (2010) dengan judul Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis Karangan Deskriptif Melalui Pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) Pada Siswa Kelas III SD. Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa (1) Sebagian Siswa Yang Bertanya/Mengajukan Pertanyaan sebelum tindakan, (2) Sebagian Pula Siswa Mengemukakan pendapat sebelum

tindakan, (3) Sebagian Besar Siswa Menjawab pertanyaan sebelum tindakan. Dalam uraian tersebut penerapan metode pada siswa masih perlu ditingkatkan. Berdasarkan temuan di atas tampak bahwa kemampuan Siswa Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia khususnya materi menulis karangan deskriptif di Kelas III dengan berbagai macam strategi termasuk Melalui Pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) masih dihadapkan pada berbagai kendala. Berbagai upaya tersebut perlu dievaluasi untuk dapat di temukan sebab musababnya serta solusi efektif dalam Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Menulis Karangan Deskriptif Pada Siswa Kelas III SD. Perbedaan penelitian ini dengan yang terdahulu adalah: (1) metode, metode pada penelitian ini adalah pengamatan objek. (2) pembahasan, pada penelitian ini adalah gagasan atau ide yang disampaikan, penggunaan ejaan dan huruf kapital, kesesuaian fakta dengan isi cerita. 2.4 Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah Jika digunakan metode Pengamatan Objek dalam pembelajaran menulis deskriptif, maka kemampuan siswa menulis karangan deskriptif meningkat. 2.5 Indikator Keberhasilan Tindakan kelas ini dianggap berhasil jika memenuhi indikator keberhasilan sebagai berikut: Keberhasilan penelitian ini di tunjukkan oleh adanya peningkatan kualitas pembelajaran dan dampaknya terhadap peningkatan

kemampuan siswa menulis deskriptif dengan indikator keberhasilan minimal 84% atau 20 orang siswa dari 27 orang yang di kenakan tindakan memperoleh nilai minimal 65 ke atas pada materi menulis karangan deskriptif.