BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. Latar Belakang. Rataan suhu di permukaan bumi adalah sekitar K (15 0 C ), suhu

Perilaku Bertani Padi Sawah Yang Mitigatif Terhadap Perubahan Iklim di Kabupaten Bima

Iklim Perubahan iklim

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

PERILAKU BERTANI PADI SAWAH YANG MITIGATIF TERHADAP PERUBAHAN IKLIM DI KABUPATEN BIMA

I. PENDAHULUAN. Perubahan dramatis paradigma pemanfaatan sumberdaya alam yang terjadi

lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan mendatang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan

TINJAUAN PUSTAKA. sektor pertanian (MAF, 2006). Gas rumah kaca yang dominan di atmosfer adalah

KEMENTERIAN PERTANIAN

Sosio Ekonomika Bisnis ISSN

Perlu Inovasi Teknologi Mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca dari Lahan Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. pihak menanggung beban akibat aktivitas tersebut. Salah satu dampak yang paling

UPAYA DEPARTEMEN PERTANIAN DALAM ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DI WILAYAH PESISIR DAN. Direktur Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air

MENGURANGI EMISI GAS RUMAH KACA

I. PENDAHULUAN. Peningkatan aktivitas manusia di muka bumi telah mendorong terjadinya

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LAPORAN VERIFIKASI PROKLIM

Global Warming. Kelompok 10

BAB I PENDAHULUAN I.1

Fahmuddin Agus dan Achmad Rachman Peneliti Balitbangtan di Balai Penelitian Tanah

BAB I PENDAHULUAN. dipancarkan lagi oleh bumi sebagai sinar inframerah yang panas. Sinar inframerah tersebut di

Unsur gas yang dominan di atmosfer: Nitrogen : 78,08% Oksigen : 20,95% Argon : 0,95% Karbon dioksida : 0,034%

IKLIM. Dr. Armi Susandi, MT. Pokja Adaptasi, DNPI

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG MEMPENGARUHI PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT PADI SAWAH DITINJAU DARI SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Geografi. Kelas X ATMOSFER VII KTSP & K Iklim Junghuhn

Kebijakan Ristek Dalam Adaptasi Perubahan Iklim. Gusti Mohammad Hatta Menteri Negara Riset dan Teknologi

I. PENDAHULUAN. substitusinya sebagaimana bahan bakar minyak. Selain itu, kekhawatiran global

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) seperti karbon dioksida

PEMANASAN GLOBAL PENYEBAB PEMANASAN GLOBAL

I. PENDAHULUAN. Upaya pemenuhan kebutuhan beras bagi 230 juta penduduk Indonesia

Perubahan Iklim? Aktivitas terkait pemanfaatan sumber daya energi dari bahan bakar fosil. Pelepasan emisi gas rumah kaca ke udara

BAB I PENDAHULUAN. iklim sudah menjadi pengetahuan yang umum saat ini. Pemanasan global adalah

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

PEMANASAN GLOBAL. Efek Rumah Kaca (Green House Effect)

APA ITU GLOBAL WARMING???

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Emisi Gas Rumah Kaca di Indonesia

I. PENDAHULUAN. anorganik terus meningkat. Akibat jangka panjang dari pemakaian pupuk

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

PEMANASAN GLOBAL: Dampak dan Upaya Meminimalisasinya

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dan pemimpin politik untuk merespon berbagai tantangan dari ancaman

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Jawa merupakan salah satu pulau yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #10 Genap 2016/2017. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan

I. PENDAHULUAN. bermata pencarian sebagai petani (padi, jagung, ubi dan sayur-sayuran ). Sektor

MENINGKATKAN PROUKSI PADI DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI HEMAT AIR

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat

I. PENDAHULUAN. Industri kelapa sawit merupakan salah satu industri penghasil devisa non migas di

Sambutan Endah Murniningtyas Penyusunan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Balikpapan, Februari 2012

PENDAHULUAN Latar Belakang

PERUBAHAN IKLIM DAN BENCANA LINGKUNGAN DR. SUNARTO, MS FAKULTAS PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

I. Pendahuluan. II. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Di permukaan bumi ini, kurang lebih terdapat 90% biomasa yang terdapat

I. PENDAHULUAN. Singkong merupakan salah satu komoditi pertanian di Provinsi Lampung.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Peningkatan suhu rata-rata bumi sebesar 0,5 0 C. Pola konsumsi energi dan

DISAMPAIKAN PADA ACARA PELATIHAN BUDIDAYA KANTONG SEMAR DAN ANGGREK ALAM OLEH KEPALA DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAMBI

TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI RAMAH IKLIM Climate Smart Agriculture. Mendukung Transformasi Menuju Ekonomi Hijau

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi dunia saat ini. Pemanasan global berhubungan dengan proses. infra merah diserap oleh udara dan permukaan bumi.

Kebijakan Perkotaan Terkait Perubahan Iklim Oleh: Ir. Hayu Parasati, MPS, Direktur Perkotaan dan Perdesaan

POTENSI EMISI METANA KE ATMOSFER AKIBAT BANJIR

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengolahan tanah merupakan tindakan mekanik terhadap tanah yang ditujukan

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

SAMBUTAN KETUA DPR-RI. Pada Jamuan Makan Siang dengan Peserta International Youth Forum on Climate Change (IYFCC) Jakarta, 28 Februari 2011

IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. A. Kesimpulan. 1. Pada daerah sentra produksi utama di Indonesia, perkembangan luas panen,

FENOMENA GAS RUMAH KACA

TENTANG REKOMENDASI PEMUPUKAN N, P, DAN K PADA PADI SAWAH SPESIFIK LOKASI

STUDI PREFERENSI MIGRASI MASYARAKAT KOTA SEMARANG SEBAGAI AKIBAT PERUBAHAN IKLIM GLOBAL JANGKA MENENGAH TUGAS AKHIR

MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi...

BAB I PENDAHULUAN. isu utama dalam perubahan lingkungan global. Untuk mengurangi pengaruh emisi

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia

PEMANASAN GLOBAL Dampak terhadap Kehidupan Manusia dan Usaha Penanggulangannya

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (GRK)

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Jambi Tahun I. PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Tanah Ultisol mencakup 25% dari total daratan Indonesia. Penampang tanah

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan iklim sekarang ini perlu mendapatkan perhatian yang lebih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

INFORMASI IKLIM UNTUK PERTANIAN. Rommy Andhika Laksono

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan peningkatan ketahanan pangan nasional. Hasil Sensus Pertanian 1993

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata

Wiwi Widia Astuti (E1A012060) :Pengetahuan Lingkungan ABSTRAK

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. banyak sekali dampak yang ditimbulkan oleh pemanasan global ini.

III. KERANGKA PEMIKIRAN Adaptasi petani terhadap Perubahan Iklim. Menurut Chambwera (2008) dalam Handoko et al. (2008)

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan iklim global merupakan salah satu issu lingkungan penting dunia dewasa ini, artinya tidak hanya dibicarakan di Indonesia tetapi juga di negara-negara lain di seluruh dunia. Hal ini disebabkan perubahan iklim global menyebabkan dampak negatif pada berbagai sektor kehidupan. Beberapa dampak yang dirasakan karena adanya perubahan iklim antara lain terjadinya peningkatan suhu rata-rata serta peningkatan intensitas curah hujan dan bergesernya musim hujan. Menurut Kusnanto (2011) keadaan rata-rata suhu udara di Indonesia mulai tahun 1968 hingga tahun 2007 terus mengalami peningkatan. Dalam waktu 70 tahun sejak tahun 1940 suhu rata-rata di muka bumi mengalami kenaikan sekitar 0,5 0 C. Menurut Firman (2009) kondisi udara di Indonesia menjadi lebih panas sepanjang abad dua puluh, yaitu suhu udara rata-rata tahunan telah bertambah kira-kira 0,3 0 C. Menurut Firman (2009) terjadinya peningkatan rata-rata suhu udara menyebabkan terjadinya penguapan air yang tinggi, sehingga menyebabkan atmosfir basah dan intensitas curah hujan meningkat. Menurut Naylor (2006) dalam Diposaptono (2009), perubahan pola curah hujan di Indonesia akan mengarah pada terlambatnya awal musim hujan dan kecenderungan lebih cepat berakhirnya musim hujan. Hal ini berarti bahwa musim hujan terjadi dalam waktu yang lebih singkat, tetapi memiliki intensitas curah hujan yang lebih tinggi. Perubahan iklim pada dasarnya merupakan dampak dari pemanasan global (global warming), yaitu fenomena peningkatan temperatur global dari tahun ke tahun karena terjadinya efek rumah kaca (greenhouse effect) yang disebabkan oleh meningkatnya emisi gas rumah kaca (GRK). Menurut Sejati (2011) ada enam jenis gas yang digolongkan sebagai GRK, yaitu karbondioksida (CO 2 ), metana (CH 4 ), dinitrooksida (N 2 O), sulfurheksafluorida (SFx), perfluorokarbon (PFC) dan hidrofluorokarbon (HFC). Peningkatan emisi GRK di sebabkan karena aktivitas manusia maupun peristiwa-peristiwa alam yang berkontribusi bagi peningkatan emisi GRK tersebut.

Menurut Rosegrent, dkk. (2008), secara global emisi GRK merupakan kontribusi dari berbagai sektor kehidupan. Sektor energi memberikan kontribusi sebesar 63%, sektor kehutanan dan alih fungsi lahan sebesar 18%, sektor pertanian sebesar 13%, sektor industri dan sampah rumah tangga masing-masing sebesar 3%. Berdasarkan data yang bersumber dari PEACE (2007), distribusi terbesar GRK di Indonesia adalah karbondioksida (CO 2 ), metana (CH 4 ) dan dinitrogenoksida (N 2 O). Indonesia merupakan salah satu Negara yang memberikan sumbangsih terhadap perubahan iklim dengan kontribusi GRK sebesar 3.014 MtCO 2 e yang terdiri dari sektor kehutanan sebesar 2.536 MtCO 2 e, sektor energi sebesar 275 MtCO 2 e, sektor pertanian sebesar 141 MtCO 2 e dan sektor limbah sebesar 35 MtCO 2 e. Selain CO 2, gas rumah kaca terbesar kedua yang memberikan kontribusi terhadap pemanasan global di Indonesia adalah CH 4 yang mayoritas berasal dari sektor pertanian, termasuk di dalamnya kegiatan peternakan. Berdasarkan laporan ADB-GEF-UNDP dalam Deptan (2007), dalam sektor pertanian, budidaya padi sawah memberikan kontribusi emisi GRK terbesar, yaitu 70,9%. Selain itu budidaya padi sawah menyumbang 76% dari keseluruhan gas CH 4 yang diemisikan sektor pertanian. Padi merupakan komoditi utama tanaman pangan di Indonesia yang terus ditingkatkan produktivitas dan produksinya. Hal ini disebabkan karena padi merupakan komoditi tanaman pangan yang menjadi sumber utama gizi dan energi bagi sebagian besar penduduk. Kebutuhan terhadap beras akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, sehingga dapat dipastikan bahwa kegiatan budidaya padi sawah di Indoenesia akan terus berlangsung dan ditingkatkan. Kaitannya dengan emisi GRK, bila tidak dilakukan kegiatan budidaya padi sawah yang mitigatif terhadap emisi GRK maka kontribusi CH 4 dan gas lainnya dari kegiatan budidaya padi sawah terhadap pemanasan global akan terus berlangsung dan meningkat. Menghadapi perubahan iklim global, Pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk menurunkan emisi GRK secara nasional hingga 26% pada tahun 2020 dengan menggunakan sumber pendanaan dalam negeri, serta penurunan emisi hingga 41% jika ada dukungan international dalam aksi mitigasi. Kegiatan ini dituangkan dalam Program Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (Bappenas, 2010). Berdasarkan Rencana Aksi Nasional dalam Menghadapi Perubahan iklim yang diterbitkan oleh Kementerian Negara Lingkungan Hidup (2007), berbagai sektor kehidupan di

Indonesia, termasuk sektor pertanian perlu melakukan kegiatan mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim. Mitigasi terhadap perubahan iklim pada sektor pertanian harus didorong melalui penggunaan pupuk organik dan pestisida ramah lingkungan yang mengacu pada pengelolaan hama terpadu serta menggalakkan penggunaan mesin yang efisien. Selain itu perlu dilakukan penurunan tinggi genangan air, karena selain bisa menghemat air juga bisa mengurangi aktifitas bakteri yang menghasilkan gas CH 4. Sisa tanaman sebaiknya dibenamkan ke dalam tanah untuk menambah bahan organik tanah serta mengurangi produksi gas CH 4. Perlu dikembangkan sistem irigasi ramah lingkungan, yakni sistem irigasi yang tidak menggunakan energi penggerak berbahan bakar fosil. Limbah pertanian dan agroindustri dapat diolah menjadi kompos guna mengurangi emisi GRK. Terkait dengan pemupukan, perlu dilakukan efisiensi pemupukan dan penggunaan varietas padi yang responsif terhadap pupuk Nitrogen. Hal ini perlu dilakukan karena peningkatan produksi pertanian di masa yang akan datang bukan hanya ditujukan untuk stabilitas ketahanan pangan, tetapi juga untuk mitigasi emisi GRK dan stabilitas ketahanan energi. Secara teoritis terdapat konsep-konsep budidaya padi sawah yang selain dapat memberikan produktivitas padi yang tinggi juga sekaligus berfungsi sebagai budidaya padi yang mitigatif terhadap peningkatan GRK. Perilaku pertanian konvensional memberikan kontribusi paling besar terhadap pemanasan global dengan menghasilkan emisi gas CH 4 paling banyak dibandingkan dengan sisitem pengelolaan tanaman terpadu (PTT) dan System Rice Intensification (SRI). Emisi gas CH 4 yang dihasilkan pada pertanian non-ptt tergenang sebanyak 282±36,5 kg/ha, non-ptt intermitten sebanyak 57±6,7 kg/ha, PTT intermitten sebanyak 78±42,0 kg/ha, PTT tergenang sebanyak 347±28,4 kg/ha dan sistem SRI sebanyak 60 kg/ha. Selain dapat menekan emisi gas CH 4, sistem bertani PTT dan SRI dapat meningkatkan hasil padi sebesar 3,9-5,4% (Setyanto, dkk., 2008) Kabupaten Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan salah satu kabupaten di Indonesia yang sudah merasakan dampak perubahan iklim, yaitu ditandai dengan peningkatan suhu udara dan perubahan curah hujan. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Kabupaten Bima (2012), selama 20 tahun terakhir di Kabupaten Bima telah terjadi peningkatan trend rata-rata suhu udara sebesar 0,027 0 C setiap tahun. Selain itu juga terjadi peningkatan trend curah hujan sebesar 21,97 mm per tahun. Intensitas curah hujan pada kurun waktu tahun 1990-

2000 telah mengalami perubahan bila dibandingkan dengan intensitas curah hujan pada kurun waktu 2001-2011, yaitu diperoleh trend intensitas curah hujan yang semakin tinggi. Uraian di atas menggambarkan tentang kondisi perubahan iklim yang telah terjadi, GRK yang dihasilkan oleh budidaya padi sawah, komitmen pemerintah untuk menurunkan emisi gas rumah kaca, serta adanya beberapa penelitian yang merekomendasikan tentang cara budidaya padi sawah yang mitigatif terhadap perubahan iklim. Berdasarkan hal tersebut dipandang perlu dilakukan penelitian tentang perilaku bertani budidaya padi sawah yang mitigatif terhadap perubahan iklim di Kabupaten Bima Provinsi NTB. 1.2. Rumusan Masalah Memperhatikan kondisi perubahan iklim yang telah terjadi di Kabupaten Bima, serta dalam rangka mendukung Program Aksi Nasional Penunuran Emisi Gas Rumah Kaca, maka seharusnya pemerintah Kabupaten Bima Provinsi NTB mendorong petani untuk melaksanakan kegiatan mitigasi terhadap perubahan iklim dalam budidaya padi sawah. Berdasarkan uraian di atas, maka di rumuskan beberapa permasalahan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimanakah perilaku bertani padi sawah di Kabupaten Bima ditinjau dari segi mitigasi terhadap perubahan iklim? 2. Bagaimanakah seharusnya prioritas pelaksanaan mitigasi terhadap perubahan iklim pada tahapan budidaya padi sawah di Kabupaten Bima? 3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku bertani padi sawah yang mitigatif terhadap perubahan iklim di Kabupaten Bima? 1.3. Tujuan Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut : 1. Mengkaji kesesuaian perilaku bertani padi sawah di Kabupaten Bima ditinjau dari segi mitigasi terhadap perubahan iklim. 2. Mengkaji prioritas pelaksanaan mitigasi terhadap perubahan iklim pada tahapan budidaya padi sawah yang harus dilakukan di Kabupaten Bima. 3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku bertani padi sawah yang mitigatif terhadap perubahan iklim di Kabupaten Bima.

1.4. Manfaat Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat, baik manfaat teoritis, akademis maupun manfaat aplikatif. 1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah dapat memberikan referensi tentang kegiatan budidaya padi sawah yang mitigatif terhadap perubahan iklim. 2. Manfaat Akademis Penelitian ini merupakan salah satu syarat akademis untuk menyelesaikan studi pada Program Magister Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro Semarang. 3. Manfaat Aplikatif a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran dan sikap mitigatif petani terhadap perubahan iklim dalam budidaya padi sawah, khususnya di Kabupaten Bima. b. Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan masukan kepada penyuluh pertanian di Kabupaten Bima dalam rangka membina petani agar melakukan budidaya padi sawah yang mitigatif terhadap perubahan iklim. c. Hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi masukan bagi pemerintah dalam rangka merumuskan kebijakan yang berkaitan dengan kegiatan budidaya pertanian yang mitigatif terhadap perubahan iklim. 1.5. Penelitian Terdahulu Penelitian tentang mitigasi terhadap perubahan iklim dalam budidaya padi sawah di Kabupaten Bima, sepengetahuan penulis belum pernah dilakukan, tetapi terdapat beberapa penelitian terdahulu yang mendukung. Adapun penelitian-penelitian yang berkaitan dengan bertani padi, faktor-faktor yang mempengaruhinya, dan penelitian sistem pertanian yang rendah emisi gas rumah kaca, ditampilkan pada tabel 1.

1.6. Road Map Penelitian

1.7. Kerangka Alur Penelitian Latar Belakang Perubahan iklim merupakan issu lingkungan penting karena berdampak pada berbagai aspek kehidupan dan terjadi di seluruh dunia. Peningkatan suhu udara dan perubahan intensitas curah hujan yang merupakan salah satu dampak adanya perubahan iklim telah terjadi di Indonesia. Intensitas curah hujan cenderung meningkat tetapi mengalami pergeseran waktu. Penyebab perubahan iklim yang semakin cepat akibat penamasan global dipicu oleh meningkatnya gas rumah kaca dari aktivitas manusia. Secara global, sektor pertanian memberikan sumbangsih sebesar 13% dalam peningkatan GRK, Di Indonesia sektor pertanian menyumbang GRK terbesar ketiga. Budidaya padi sawh menyumbang 70,9% GRK dan 76% methan dihasilkan dari kegiatan budidaya padi sawah. Pemerintah Indonesia berkomintmen menurunkan emisi GRK sebesar 26% pada tahun 2020. Pada kegiatan budidaya pertanian juga dianjurkan untuk melakukan mitigasi. Terdapat berbagai pola bertani padi sawah yang dapat menekan emisi gas rumah kaca yang dihasilkan, seperti pola PTT, SRI dan anjuran dari Deptan. Kabupaten Bima NTB merupakan salah satu daerah yang telah mengalami peningkatan trend suhu udara dan peningkatan intensitas curah hujan. Dalam rangka menghambat laju perubahan iklim, sebaiknya petani melakukan budidaya padi sawah yang mitigatif terhadap perubahan iklim. Permasalahan 1. Bagaimana perilaku bertani padi sawah di Kabupaten Bima ditinjau dari segi mitigasi terhadap perubahan iklim? 2. Bagaimanakah seharusnya prioritas pelaksanaan mitigasi terhadap perubahan iklim pada tahapan budidaya padi sawah di Kabupaten Bima? 3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku bertani padi sawah yang mitigatif terhadap perubahan iklim di Kabupaten Bima? Tujuan 1. Mengkaji kesesuaian perilaku bertani padi sawah di Kabupaten Bima ditinjau dari segi mitigasi terhadap perubahan iklim. 2. Mengkaji prioritas pelaksanaan mitigasi terhadap perubahan iklim pada tahapan budidaya padi sawah yang harus dilakukan di Kabupaten Bima. 3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pola bertani padi sawah yang mitigatif terhadap perubahan iklim di Kabupaten Bima. Metode Penelitian Deskriptif dengan pendekatan kuantitatif Output Kesimpulan dan Rekomendasi Gambar 2. Kerangka Alur Penelitian