NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI KRIPIK PISANG DI KECAMATAN CILONGOK, KABUPATEN BANYUMAS

dokumen-dokumen yang mirip
ABSTRAK. PENDAHULUAN Latar Belakang. GaneÇ Swara Vol. 10 No.1 Maret 2016 IDA BGS. EKA ARTIKA, 2) IDA AYU KETUT MARINI

PERAN AGROINDUSTRI PADI DALAM MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI DI KECAMATAN SUMBANG

ANALISIS NILAI TAMBAH BUAH PISANG MENJADI KERIPIK PISANG PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA SOFIE DI KOTA PALU

SEPA : Vol. 8 No. 2 Pebruari 2012 : ISSN :

KINERJA USAHA AGROINDUSTRI KELANTING DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN GEDONGTATAAN KABUPATEN PESAWARAN

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN MARGIN PEMASARAN PISANG MENJADI OLAHAN PISANG ANALYSIS OF ADDED VALUE AND MARKETING MARGIN OF PROCESSED BANANA PRODUCTS

ANALISIS NILAI TAMBAH BAWANG MERAH LOKAL PALU MENJADI BAWANG GORENG DI KOTA PALU

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar merupakan pengertian yang digunakan untuk memperoleh

DIVERSIFIKASI NILAI TAMBAH DAN DISTRIBUSI KEREPIK UBI KAYU DI KECAMATAN SARONGGI KABUPATEN SUMENEP

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional meliputi pengertian yang digunakan

Staf Pengajar Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Unja ABSTRAK

ANALISIS NILAI TAMBAH PISANG NANGKA (Musa paradisiaca,l) (Studi Kasus di Perusahaan Kripik Pisang Krekes di Loji, Wilayah Bogor)

PENDAHULUAN. Nurmedika 1, Marhawati M 2, Max Nur Alam 2 ABSTRACT

No. Uraian Rata-rata/Produsen 1. Nilai Tambah Bruto (Rp) ,56 2. Jumlah Bahan Baku (Kg) 6.900,00 Nilai Tambah per Bahan Baku (Rp/Kg) 493,56

PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH USAHA KOPI BUBUK ROBUSTA DI KABUPATEN LEBONG (STUDI KASUS PADA USAHA KOPI BUBUK CAP PADI)

IDENTIFIKASI NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI MINYAK KAYU PUTIH DI KPHL TARAKAN

PERANAN AGROINDUSTRI DALAM MENINGKATKAN NILAI TAMBAH KOMODITI PISANG, NANGKA DAN GARUT

ANALISIS NILAI TAMBAH PENGOLAHAN NANAS MENJADI KERIPIK DAN SIRUP (Kasus: Desa Sipultak, Kec. Pagaran, Kab. Tapanuli Utara)

TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA ABSTRAK

STUDI KELAYAKAN AGROINDUSTRI GETUK GORENG DI KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS

ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI KERIPIK TEMPE SKALA RUMAH TANGGA (Studi Kasus Desa Lerep Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang)

ANALISIS PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH EMPING TEKI PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA DESA KERTASADA KABUPATEN SUMENEP

ANALISIS NILAI TAMBAH USAHA PENGOLAHAN GULA AREN DI DESA SUKA MAJU KECAMATAN SIBOLANGIT KABUPATEN DELI SERDANG

ANALISIS NILAI TAMBAH USAHA AGROINDUSTRI DAN PEMASARAN PRODUK GULA AREN DI KECAMATAN GUNUNGSARI KABUPATEN LOMBOK BARAT ABSTRAK

Analisis Pendapatan Agroindustri Aneka Keripik Putri Tunggal di Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin

SURYA AGRITAMA Volume 5 Nomor 2 September 2016

ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH PRODUK KERUPUK BERBAHAN BAKU IKAN DAN UDANG (Studi Kasus Di Perusahaan Sri Tanjung Kabupaten Indramayu)

ANALISIS EKONOMI PAKAN TERNAK TERFERMENTASI BERBASIS LIMBAH AGROINDUSTRI PISANG DI KABUPATEN LUMAJANG

III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan tujuan

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENDAPATAN USAHA PRODUK OLAHAN KERUPUK WORTEL DAN SIRUP WORTEL

ANALISIS USAHA AGROINDUSTRI KERUPUK SINGKONG (Studi Kasus di Desa Mojorejo, Kecamatan Junrejo, Kota Wisata Batu)

ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN PETANI KOPI ATENG YANG MENJUAL DALAM BENTUK GELONDONG MERAH (Cherry red) DENGAN KOPI BIJI

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

ANALISIS PERBANDINGAN NILAI TAMBAH PENGOLAHAN UBI KAYU MENJADI TEPUNG MOCAF DAN TEPUNG TAPIOKA DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

ANALISIS NILAI TAMBAH KERIPIK PISANG PADA INDUSTRI CAHAYA INDI DI DESA TANAMEA KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN PRODUK OLAHAN IKAN LELE (Clarias sp.) DI DESA HANGTUAH KECAMATAN PERHENTIAN RAJA KABUPATEN KAMPAR PROVINSI RIAU

NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI STROBERI

Steffi S. C. Saragih, Salmiah, Diana Chalil Program StudiAgribisnisFakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. (b) Mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

VI. ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI PENGGERGAJIAN KAYU (IPK)

NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI DAGING SAPI

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI

ANALISIS NILAI TAMBAH. Julian Adam Ridjal PS Agribisnis Universitas Jember

Yonda Defrianti Putri 1), Lamun Bathara 2), Hendrik 2) ABSTRAK

NILAI TAMBAH PADA AGROINDUSTRI TAHU

AGRIBISNIS KENTANG DI KABUPATEN WONOSOBO

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN RISIKO USAHA PADA AGROINDUSTRI SERUNDENG UBI JALAR DI KECAMATAN SIULAK KABUPATEN KERINCI

ANALISIS NILAI TAMBAH PRODUK OLAHAN BOLU DAN BROWNIES RAMBUTAN

ANALISIS NILAI TAMBAH ABON SAPI PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA MUTIARA HJ. MBOK SRI DI KOTA PALU

ANALISIS NILAI TAMBAH PENGOLAHAN MANGROVE PADA KELOMPOK PEREMPUAN MUARA TANJUNG

ANALISIS NILAI TAMBAH, KEUNTUNGAN, DAN TITIK IMPAS PENGOLAHAN HASIL RENGGINANG UBI KAYU (RENGGINING) SKALA RUMAH TANGGA DI KOTA BENGKULU

ANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI KECAP (Studi Kasus pada Pengusaha Kecap Cap Jago di Desa Cibenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran)

Analisis Efisiensi Pemasaran Pisang Produksi Petani di Kecamatan Lengkiti Kabupaten Ogan Komering Ulu. Oleh: Henny Rosmawati.

ANALISIS EKONOMI PAKAN TERNAK TERFERMENTASI BERBASIS LIMBAH AGROINDUSTRI PISANG DI KABUPATEN LUMAJANG

ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH DARI USAHA PENGOLAHAN MARNING DAN EMPING JAGUNG DI KABUPATEN GROBOGAN

NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI SUSU KEDELAI. Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di subsektor perikanan mempunyai peranan yang penting bagi kelangsungan pembangunan secara keseluruhan,

Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE)

Oleh : Iif Latifah 1, Yus Rusman 2, Tito Hardiyanto 3. Fakultas Pertanian Universitas Galuh 2. Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

KELAYAKAN FINANSIAL DAN NILAI TAMBAH USAHA AGROINDUSTRI KERIPIK UBI KAYU DI KECAMATAN SARONGGI KABUPATEN SUMENEP

ANALISIS USAHA PADA INDUSTRI KERAJINAN ROTAN DI KECAMATAN GATAK KABUPATEN SUKOHARJO

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu 4.2 Data dan Instrumentasi

III. METODE PENELITIAN

NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI MENDONG

III. METODE PENELITIAN. langsung terhadap gejala dalam suatu masyarakat baik populasi besar atau kecil.

JIIA, VOLUME 3 No. 1, JANUARI 2015 ANALISIS RANTAI PASOK DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI KOPI LUWAK DI PROVINSI LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terigu dicukupi dari impor gandum. Hal tersebut akan berdampak

III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi Penelitian dan Pengumpulan Data. tempat dan waktu btertentu. Metode pengumpulan dengan melakukan

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA BAWANG PUTIH GORENG PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA SOFIE DI KOTA PALU

METODE PENELITIAN. Klaster adalah konsentrasi spasial dari industri industri yang sama atau

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di Kecamatan Leuwiliang dan Leuwisadeng,

ANALISIS PERBEDAAN BIAYA, PENDAPATAN DAN RENTABILITAS PADA AGROINDUSTRI TEMPE ANTARA PENGGUNAAN MODAL SENDIRI DENGAN MODAL PINJAMAN

ANALISIS PEMASARAN BAWANG MERAH DI DESA OLOBOJU KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

ANALISIS SALURAN PEMASARAN KRIPIK UBI KAYU (Studi Kasus pada Perusahaan Jaya Sari di Desa Selamanik Kecamatan Cipaku Kabupaten Ciamis)

AGRISTA : Vol. 3 No. 3 September 2015 : Hal ISSN ANALISIS PEMASARAN SEMANGKA DI KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO

ANALISIS PENDAPATAN DAN TATANIAGA BERAS VARIETAS PANDAN WANGI DAN VARIETAS UNGGUL BARU

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TEMPE (Suatu Kasus di Kelurahan Banjar Kecamatan Banjar Kota Banjar) Abstrak

ANALISIS AGROINDUSTRI KERIPIK TEMPE BU SITI DI DESA BULUH RAMPAI KECAMATAN SEBERIDA KABUPATEN INDRAGIRI HULU

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

BAB III METODE PENELITIAN. daerah penelitian ini dilakukan secara sengaja atau purposive pada agroindustri

BAB I PENDAHULUAN. berusaha. Seiring dengan meningkatnya pembangunan nasional terutama dalam

ANALISIS NILAI TAMBAH KERIPIK PISANG DI UKM RIFA, KABUPATEN SUBANG

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

III. METODE PENELITIAN. metode penelitian yang menggambarkan atau menjelaskan kejadian-kejadian atau

NILAI TAMBAH DAN PROFITABILITAS KOMODITAS KELAPA DI KABUPATEN NATUNA

BAB III METODE PENELITIAN

KELAYAKAN USAHA AGROINDUSTRI KERIPIK DAN SALE PISANG GORENG. Agus Muharam 1 )

8. NILAI TAMBAH RANTAI PASOK

PENENTUAN HARGA POKOK DAN SKALA MINIMUM PRODUKSI COMRING HASIL OLAHAN SINGKONG

Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Universitas Brawijaya, Jl. Veteran Malang

ANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TEPUNG TAPIOKA DI DESA NEGARATENGAH KECAMATAN CINEAM KABUPATEN TASIKMALAYA

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN PISANG KEPOK DI KABUPATEN SERUYAN ABSTRACT

Transkripsi:

NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI KRIPIK PISANG DI KECAMATAN CILONGOK, KABUPATEN BANYUMAS Altri Mulyani 1), Dindy Darmawati Putri 2), Ratna Satriani 3) Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman Jl. Dr. Soeparno Kampus Karangwangkal Purwokerto Utara, Jawa Tengah 53121 Telp : 0281-638791. E-mail:altri.mulyani@yahoo.co.id ABSTRACT The food endurance more decided by social economy condition rather than agroclimate and access to get the food rather than production. One of the ways to increase the farmer s access to get food with income increasement, especially with diversification. Diversification make the sell price higher because there are added value to this product. Agroindustry have the role to make added value, the added value optimalization can be realized trough industry that integrated with the family s agribusiness effort and agribusiness corporate directly. Agroindustry not only to increase the product at the market but also can increse the farmer s income. The banana chips is the one of the trade on agroindustry product in Banyumas Regency. The aims of this research are (1) To know the added value of banana chips agroindustry in Cilongok Region, Banyumas Regency; (2) To know the distribution of added value banana chips agroindustry in Cilongok Region, Banyumas Regency. The location decided by purposive random sampling, and to decide the sampling of banana chips s worker by simple random sampling that totaly 33 person. The methode that used to measure the added value is Hayami method. The results of this research show that the banana chips added value is Rp1.473,41 per kilos with added value ratio is 43,87%, this value can be increased by the right marketting strategy formulation. The largest processing distribution margin on worker profit, that is 53,82%; on input 26,26% and direct labour 19,92%. Key words: banana chips, added value, marketing strategy PENDAHULUAN Ketahanan pangan lebih banyak ditentukan oleh kondisi sosial ekonomi daripada agroklimat dan pada akses terhadap pangan daripada produksi atau ketersediaan pangan (FAO, 2003). Salah satu upaya untuk meningkatkan akses petani terhadap pangan adalah dengan meningkatkan pendapatan petani. Selama 1

ini petani memperoleh pendapatan dari hasil usahataninya. Usahatani yang dilakukan oleh petani kebanyakan bersifat on farm sehingga pendapatan yang diperolehnya masih rendah. Jarang sekali petani yang melakukan kegiatan off farm dalam usahataninya misalnya adalah dengan melakukan diversifikasi produk dengan cara mengolah produk pertanian menjadi produk olahan sehingga memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Nilai jual yang lebih tinggi tersebut timbul karena adanya nilai tambah (added value) dari produk primer. Salah satu kegiatan diversifikasi adalah pengolahan bahan pangan atau sering dikenal dengan istilah agroindustri. Kegiatan agroindustri merupakan bagian integral dari sektor pertanian yang mempunyai kontribusi penting dalam proses industrialisasi terutama di wilayah pedesaan. Agroindustri berperan menciptakan nilai tambah, optimalisasi nilai tambah dicapai pada pola industri yang berintegrasi langsung dengan usahatani keluarga dan perusahaan pertanian. Pengembangan agroindustri tidak saja ditujukan dalam rangka peningkatan jumlah pangan yang tersedia di pasar tetapi bisa meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat melalui peningkatan produksi bahan baku dan nilai tambah sekaligus meningkatkan ekonomi daerah. Salah satu sumberdaya lokal yang ada di Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas adalah buah pisang. Buah pisang merupakan salah satu komoditas buah unggulan nasional yang diprioritaskan untuk pengembangan secara agribisnis yang selanjutnya akan berkembang menjadi suatu usaha agroindustri dengan menerapkan konsep-konsep agroindustri secara tepat demi peningkatan nilai ekonomis serta perolehan keuntungan agroindustri tersebut. Tanaman pisang yang ada di Kecamatan Cilongok selama ini hanya berfungsi sebagai pengingat batas lahan (patok) atau tanaman yang tidak sengaja tumbuh di belakang rumah, sehingga penduduk belum melakukan budidaya pisang secara intensif, padahal apabila dibudidayakan dengan baik tanaman pisang memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi. Pemanfaatan lahan pekarangan dengan menanam tanaman pisang dapat meningkatkan pendapatan petani, mengingat tanaman pisang tidak membutuhkan perawatan yang intensif. Luas pekarangan yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Cilongok adalah 1.180 ha dan berada pada urutan kedua 2

untuk daerah kecamatan yang memiliki luas pekarangan terbesar yang ada di Kabupaten Banyumas (BPS Kabupaten Banyumas, 2010). Hal ini menunjukkan bahwa wilayah Kecamatan Cilongok memiliki potensi untuk pengembangan budidaya tanaman pisang. Upaya yang dapat ditempuh untuk meningkatkan nilai tambah komoditas pisang adalah mendorong upaya diversifikasi produk. Dengan upaya diversifikasi produk pisang maka akan tercipta aneka produk olahan lain yang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi. Keripik pisang merupakan salah satu produk olahan pisang yang banyak diusahakan oleh masyarakat di Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas. Jenis pisang yang banyak diolah menjadi keripik pisang adalah pisang ambon nangka. Proses pembuatan keripik pisang tidak terlalu sulit sehingga usaha tanpa memerlukan keahlian khusus, selain itu ketersediaan bahan baku yaitu buah pisang cukup melimpah baik di wilayah Kecamatan Cilongok maupun wilayah Kabupaten Banyumas sehingga pasokan bahan baku dapat dicukupi. Data produksi buah pisang di Kabupaten Banyumas dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Produksi pisang di Kabupaten Banyumas periode 2001-2007 Tahun Luas Panen (pohon) Produksi (kuintal) 2001 1.254.892 253.105 2002 1.625.066 360.845 2003 273.914 54.542 2004 1.055.662 189.318 2005 1.179.332 190.988 2006 740.442 111.153 2007 266.192 119.327 Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Banyumas, 2008 Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Mengetahui nilai tambah agroindustri keripik pisang di Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas; (2) Mengetahui distribusi nilai tambah agroindustri keripik pisang di Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas 3

METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja ( purposive), yaitu metode yang bersifat tidak acak dan dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu. Alasan pemilihan lokasi adalah karena di daerah tersebut merupakan sentra produksi keripik pisang. Pengambilan responden dilakukan pada perajin keripik pisang di Desa Jatisaba, Desa Karangtengah, Desa Cikidang, dan Panusupan Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas. Penentuan sampel dilakukan secara acak sederhana (simple random sampling). Metode yang digunakan untuk mengukur nilai tambah pada agroindustri keripik pisang adalah metode Hayami. Metode ini merupakan salah satu analisis nilai tambah yang sering digunakan. Hayami menerapkan analisis ini pada subsistem pengolahan (produksi sekunder). Produksi sekunder adalah kegiatan produksi yang mengubah bentuk produk primer. Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menganalisis nilai tambah menurut metode ini adalah : (1) Membuat arus komoditi yang menunjukkan bentuk-bentuk komoditi, lokasi, dan berbagai perlakuan yang pernah diberikan terhadap komoditi yang bersangkutan. (2) Mengidentifikasi setiap transaksi yang terjadi menurut perhitungan finansial. (3) Memilih dasar perhitungan, dalam penelitian nilai tambah perajin didasarkan per satuan output. 4

Tabel 3. Perhitungan Nilai Tambah dari Kegiatan Pengolahan/Agroindustri I. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. No. Uraian Satuan Perhitungan Output, Input, dan Harga Hasil Produksi Bahan Baku Tenaga Kerja Faktor Konversi Koefesien Tenaga Kerja Harga Produk Upah per Hari Kerja Unit Unit Hari Kerja Rp/Unit prod Rp/HK A B C A/B = M C/B = N D E II. 8. 9. 10. 11. aa. b. 12. aa. b. III. 13. a. b. c. Pendapatan dan Keuntungan Nilai bahan baku Nilai input tambahan Nilai produk Nilai tambah Rasio nilai tambah Imbalan tenaga kerja Bagian tenaga kerja Keuntungan perusahaan Tingkat keuntungan perusahaan Imbalan Faktor Produksi Marjin Pengolahan Pendapatan Tenaga Kerja Input tambahan Keuntungan Perusahaan % % % % % % F G M x D = H H F G = K (K / H) x 100 = L N x E = P (P / K) x 100 = Q K P = R (R / K) x 100 = O H F = S (P / S) x 100 = T (G / S) x 100 = U (R / S) x 100 = V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identifikasi Agroindustri Keripik Pisang di Kecamatan Cilongok Agroindustri keripik pisang di Kecamatan Cilongok, sebagian besar termasuk dalam skala rumah tangga. Agroindustri ini mempunyai peranan penting, antara lain sebagai salah satu mata pencaharian dan sumber pendapatan masyarakat sekaligus dapat menampung tenaga kerja dan memberikan kesempatan berusaha. Agroindustri keripik pisang di Kecamatan Cilongok mempunyai potensi yang cukup besar untuk menggerakkan perekonomian terutama di daerah pedesaan. Agroindustri keripik pisang pada umumnya merupakan pekerjaan pokok dengan bentuk unit usaha perseorangan, sehingga sumber modal berasal dari 5

kemampuan perajin sendiri. Proses produksi keripik pisang memerlukan bahan baku utama pisang raja nangka yang diperoleh dari pasar buah Ajibarang dengan bahan penolongnya adalah minyak goreng, kayu dan minyak tanah sebagai bahan bakar untuk memasak. Pisang di pasar buah Ajibarang merupakan pisang hasil produksi dari banyak daerah di Kabupaten Banyumas dan sekitarnya. Pedagang pengepul dari beberapa daerah mengirimkan pisang ke pasar buah Ajibarang yang didistribusikan ke Kabupaten Banyumas. Perajin pada umumnya membeli pisang dalam jumlah yang sesuai dengan tingkat produksi sehari-hari, namun bagi perajin yang mempunyai modal besar membeli dalam jumlah besar pula, sesuai kebutuhan bahan baku untuk tiap minggunya. Pengusaha keripik pisang di Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas tidak menggunakan modal dari luar atau modal pinjaman disebabkan karena mereka tidak memenuhi syarat-syarat yang telah diajukan oleh pihak pemberi pinjaman untuk memperoleh modal pinjaman misalnya untuk memperoleh pinjaman pengusaha tersebut harus bebas hutang dari pihak lain selain itu perlu ada jaminan untuk dapat melunasi hutang tersebut. Alasan lain mengapa pengusaha tidak menggunakan modal yang berasal dari luar karena pengusaha mempunyai modal sendiri yang cukup digunakan untuk menjalankan proses produksi sehingga tidak perlu mencari modal dari luar. Bagi perajin yang tidak mempunyai modal cukup, pisang dapat diperoleh dengan cara kredit di beberapa pedagang dan pembayaran dilakukan jika keripik pisang sudah habis dijual. Harga pisang pada saat penelitian berkisar antara Rp1.200,00 sampai Rp1.400,00 per kg dan rata-rata Rp1.300,00 per kg. Harga minyak goreng adalah Rp9.000,00 per kg, harga plastik adalah Rp30.000,00 per roll, harga minyak tanah Rp8.000,00 per liter dan harga bahan bakar kayu Rp100.000,00 per m 3. Perajin keripik pisang di Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas dalam pemasaran keripik pisang pada umumnya dilakukan sendiri, dan biasanya melayani konsumen akhir maupun pedagang pengecer dengan harga rata-rata Rp12.000,00 per kilogram. Ditinjau dari jangkauan pemasarannya, para perajin tidak hanya memasarkan pisangnya di daerah Kecamatan Cilongok melainkan juga di pasar-pasar Purwokerto, dan daerah lain seperti Ajibarang, 6

Wangon, Patikraja, Sokaraja, dan ada yang memasarkannya di daerah Kabupaten Brebes, Cirebon, Tegal, Jogja dan Purbalingga. B. Analisis Nilai Tambah Metode Hayami Nilai tambah merupakan pertambahan nilai suatu komoditas, karena komoditas itu telah mengalami proses pengolahan, pengangkutan dan penyimpanan dalam suatu proses produksi. Perhitungan nilai tambah metode Hayami pada kegiatan produksi keripik pisang dilakukan untuk mengetahui besarnya nilai tambah diperoleh dari proses pengolahan pisang menjadi keripik pisang. Perhitungan tersebut juga memberikan informasi mengenai besarnya pendapatan tenaga kerja langsung dan keuntungan yang diperoleh agroindustri keripik pisang dari pengolahan setiap kilogram pisang. Hasil perhitungan nilai tambah untuk pengolahan secara lengkap tersaji pada Tabel 2, sedangkan untuk rincian perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran. Tabel 2 menjelaskan bahwa dengan menggunakan bahan baku yang berupa pisang raja nangka rata-rata sebanyak 5.424,00 kilogram per bulan dapat menghasilkan keripik pisang rata-rata sebanyak 1.479,00 kilogram per bulan dengan harga rata-rata sebesar Rp12.321,00. Perbandingan antara besaran output dan input bahan baku utama diperoleh faktor konversi. Nilai faktor konversi menggambarkan banyaknya keripik pisang yang dapat dihasilkan dari setiap kilogram pisang yang diolah. Nilai faktor konversi yang didapat dari hasil perhitungan yaitu 0,27. Hal ini menunjukkan bahwa setiap pengolahan satu kilogram pisang, rata-rata akan dihasilkan 0,27 kilogram keripik pisang. 7

Tabel 2. Hasil analisis nilai tambah Metode Hayami (per bulan) BIAYA, PRODUKSI dan HARGA 1. Hasil produksi(kg/bln) 1.478,79 2. Bahan Baku(kg/bln) 5.424,24 3. Tenaga Kerja Langsung(HOK) 231,82 4. Faktor Konversi 0,27 5. Koefisien Tenaga Kerja Langsung 0,04 6. Harga Produk(Rp/kg) 12.320,70 7. Upah Tenaga kerja Langsung(Rp/HOK) 9.312,42 PENDAPATAN, KEUNTUNGAN 8. Harga Bahan Baku(Rp/kg) 1.360,89 9. Sumbangan Input Lain(Rp/kg) 524,64 10. Nilai Produk(Rp/kg) 3.358,94 a. Nilai Tambah(Rp/kg) 1.473,41 b. Rasio Nilai Tambah(%) 43,87 11. a. Imbalan Tenaga kerja Langsung(Rp/kg) 397,99 b. Bagian Tenaga kerja Langsung(%) 27,01 12. a. Keuntungan(Rp/kg) 1.075,42 b. Tingkat Keuntungan(%) 72,99 IMBALAN FAKTOR PRODUKSI 13. Marjin(Rp/kg) 1.998,04 14. a. Sumbangan Input Lain(Rp) 524,64 b. Imbalan Tenaga kerja Langsung(Rp) 397,99 c. Keuntungan Perajin(Rp) 1.075,42 Sumber: Data primer diolah, 2011 Rata-rata jumlah dan upah tenaga kerja langsung yang digunakan untuk proses pengolahan pisang menjadi keripik pisang adalah 8 orang yang terdiri dari 4 orang pada bagian pengupasan pisang dengan rata-rata upah Rp821.818,00 per bulan, 3 orang pada bagian penggorengan dengan upah rata-rata Rp1.189.091,00 per bulan, 1 orang pada bagian pembungkusan dengan upah rata-rata Rp147.879,00 per bulan. Dalam satu bulan setiap tenaga kerja bekerja selama 30 hari, maka rata-rata jumlah hari kerja selama satu bulan yaitu 231,82 HOK dengan upah rata-rata tenaga kerja langsung pada kegiatan produksi keripik pisang adalah sebesar Rp9.312,00 per HOK. Nilai tersebut diperoleh dengan membagi total upah tenaga kerja langsung yaitu Rp2.158.787,00 dengan jumlah Hari Orang Kerja (HOK) selama periode analisis yaitu 231,82 HOK. Koefisien tenaga kerja merupakan nilai yang dihasilkan dari pembagian antara jumlah hari orang kerja (HOK) dengan banyaknya bahan baku utama yang 8

diperlukan dalam proses pengolahan. Nilai tersebut menggambarkan produktivitas dari tenaga kerja langsung, yaitu tingkat efisiensi untuk penggunaan tenaga kerja langsung pada kegiatan produksi. Berdasarkan nilai HOK maka diperoleh ratarata koefisien tenaga kerja langsung sebesar 0,04. Nilai ini menunjukkan bahwa pada proses produksi keripik pisang rata-rata jumlah hari orang kerja (HOK) yang dibutuhkan untuk mengolah setiap kilogram bahan baku utama pisang adalah 0,04 HOK atau setara dengan 0,32 jam kerja dengan asumsi adalah 8 jam kerja yaitu dimulai dari jam 08.00 sampai pukul 16.00 WIB. Nilai produk merupakan hasil perkalian antara faktor konversi bahan baku utama dengan harga produk. Rata-rata nilai produk yang diperoleh pada kegiatan pengolahan keripik pisang adalah Rp3.359,00, nilai ini menunjukkan jumlah ratarata penerimaan kotor yang dihasilkan dari pengolahan setiap 1 kilogram bahan baku utama pisang. Nilai tersebut dialokasikan untuk bahan baku utama berupa pisang dan sumbangan input lain masing-masing rata-ratanya sebesar Rp1.361,00 per kilogram dan Rp525,00 per kilogram bahan baku. Nilai sumbangan input lain merupakan nilai dari semua korbanan selain bahan baku utama dan tenaga kerja langsung yang terjadi selama proses produksi berlangsung, diperoleh dengan membagi total sumbangan input lain dengan jumlah bahan baku utama yang digunakan. Sumbangan input lain tersebut terdiri dari biaya bahan baku penolong (minyak goreng) serta pembebanan biaya pada sumbangan input lain yang meliputi biaya-biaya penyusutan, biaya kayu bakar, minyak tanah, korek api, plastik, tali raffia, biaya telepon, biaya transportasi, dan biaya sales penjualan. Nilai tambah yang dihasilkan dari pengolahan pisang menjadi keripik pisang merupakan selisih antara nilai produk dengan harga bahan baku utama dan sumbangan input lain yaitu rata-rata sebesar Rp1.473,00 per kilogram bahan baku utama pisang. Rasio nilai tambah yang diperoleh adalah 43,87 persen, ini menunjukkan persentase nilai tambah terhadap nilai produk. Persentase tersebut menunjukkan bahwa untuk setiap Rp100,00 dari nilai produk mendapatkan nilai tambah rata-rata sebesar Rp43,87. Nilai tersebut merupakan nilai yang tercipta dari pengolahan setiap kilogram bahan baku utama pisang menjadi keripik pisang. 9

Nilai tambah yang dihasilkan merupakan nilai tambah kotor karena nilai tambah tersebut masih mengandung bagian untuk pendapatan tenaga kerja langsung. Rata-rata pendapatan tenaga kerja langsung yang diperoleh pada pengolahan keripik pisang adalah sebesar Rp398,00 per kilogram bahan baku utama, menunjukkan jumlah pendapatan yang diterima tenaga kerja langsung untuk kegiatan pengolahan setiap kilogram pisang. Pendapatan tersebut diperoleh dari hasil perkalian antara rata-rata koefisien tenaga kerja langsung dengan upah ratarata tenaga kerja langsung per Hari Orang Kerja (HOK). Bagian tenaga kerja merupakan besarnya bagian pendapatan tenaga kerja langsung terhadap nilai tambah, dan dinyatakan dalam persentase sebesar 27,01 persen dari besarnya nilai tambah. Nilai 27,01 tersebut menunjukkan bahwa untuk rata-rata setiap Rp100,00 dari nilai tambah, besarnya bagian untuk tenaga kerja langsung adalah Rp27,01. Keuntungan yang diterima oleh rata-rata perajin keripik pisang di Kecamatan Cilongok pada pengolahan pisang menjadi keripik pisang adalah Rp1.075,00, menunjukkan jumlah keuntungan bersih yang diterima oleh perajin keripik pisang dari pengolahan setiap kilogram pisang. Keuntungan tersebut merupakan selisih antara nilai tambah dengan pendapatan tenaga kerja langsung. Rata-rata tingkat keuntungan yang diperoleh perajin keripik pisang yaitu 72,99 persen dari nilai produk, menunjukkan bahwa untuk setiap Rp100,00 dari nilai produk maka perajin akan mendapatkan keuntungan sebesar Rp72,99. Marjin menunjukkan kontribusi faktor-faktor produksi selain bahan baku utama dalam menghasilkan produk. Besarnya margin diperoleh dari selisih antara nilai produk dengan harga bahan baku utama. Rata-rata balas jasa atau imbalan untuk pemilik faktor produksi yang dilihat dari besarnya marjin yaitu Rp1.998,00. Nilai ini kemudian didistribusikan untuk sumbangan input lain sebesar Rp525,00 atau 26,26 persen, untuk pendapatan tenaga kerja langsung sebesar Rp398,00 atau 19,92 persen, dan untuk keuntungan perajin keripik pisang sebesar Rp1.075,00 atau 53,82 persen dari keseluruhan nilai marjin. Distribusi marjin yang terbesar adalah untuk keuntungan perajin. Hal tersebut menunjukkan bahwa kegiatan pengolahan pisang menjadi keripik pisang yang dilakukan dapat mencapai tingkat keuntungan yang tinggi bagi perajin keripik pisang. Namun nilai ini masih sangat 10

jauh lebih sedikit dibandingkan dengan penelitian serupa di Kabupaten Karanganyar. Nilai tambah keripik pisang di Kecamatan Cilongok dapat ditingkatkan dengan penentuan strategi pemasaran yang tepat, sehingga rasio nilai tambah yang dihasilkan akan lebih besar. Kendala yang dihadapi oleh perajin adalah keterbatasan bahan baku lokal sehingga perajin harus membeli dari luar daerah dengan harga yang lebih mahal. Selain itu nilai jual yang masih rendah yang diakibatkan keterbatasan teknologi dalam proses produksi maupun pengemasan. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Nilai tambah yang dihasilkan dari pengolahan keripik pisang mencapai Rp1.473,41 per kilogram dengan rasio nilai tambah 43,87%, nilai ini dapat ditingkatkan dengan penentuan strategi pemasaran yang tepat. 2. Distribusi margin pengolahan terbesar ada pada keuntungan perajin sebesar 53,82%; sumbangan input lain 26,26%; dan Imbalan tenaga kerja langsung 19,92%. B. Saran-saran 1. Perlunya pelatihan bagi perajin mengenai peningkatan teknologi pembuatan kripik pisang 2. Perlunya pembentukan kelompok usaha bersama untuk mempermudah akses pemasaran. DAFTAR PUSTAKA BPS Kabupaten Banyumas. 2010. Banyumas dalam Angka. BPS Kabupaten Banyumas. Diniarti, F. Analisis Agrobisnis Keripik Pisang di Kabupaten Karanganyar. UNS. Surakarta. Hayami, Y., Toshihiko, K., Yoshinori, m., masdjidin, S., 1987. Agricultural Marketing and Processing in upland java, A prospective from Sunda Village. CGPRT. Bogor. 11

UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Universitas Jenderal Soedirman yang telah mendanai penelitian ini, (Nomor Kontrak : 1583.01/H23.9/PN/2011 tanggal 31 Maret 2011) 2. Responden yang sudah mau bekerja sama dengan baik sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar. 12