BAB III MENEROPONG BENTANG ALAM DESA BUNGURASIH. Desa Bungurasih 20 tahun yang lalu adalah Desa yang penuh damai, tentram,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Bungurasih harus menyesuaikan dengan perkembangan lingkungan dan sosial itu,

BAB IV GAMBARAN UMUM DUSUN NONGKO DESA SUMBERAGUNG KECAMATAN NGARINGAN KABUPATEN GROBOGAN

BAB IV DISKRIPSI LOKASI PENELITIAN

BAB IV MENELUSURI DESA DI TENGAH PERSAWAHAN

BAB II. KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten

BAB III PROFIL LOKASI PENDAMPINGAN

BAB III GAMBARAN UMUM DESA MULYA AGUNG. Desa Mulya Agung secara geografis terletak di Kecamatan Lalan

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. klasifikasi data rendah. Dusun Mojosantren merupakan dusun yang strategis

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN. Desa Pagaran Dolok merupakan salah satu desa dari Kecamatan Hutaraja

BAB IV PROFIL DESA KEDUNG PELUK

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. jarak dengan ibukota provinsi (pekanbaru)sekitar 200 km. 1) Sebelah utara berbatasan dengan desa sepotong

BAB II KONDISI OBJEKTIF DESA CIPETE KEC. PINANG KOTA TANGERANG BANTEN

BAB III PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

BAB III DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN DAN TRADISI TUKAR-MENUKAR RAMBUT DENGAN KERUPUK DI DESA SENDANGREJO LAMONGAN

BAB III GAMBARAN TERHADAP TRADISI PENITIPAN BERAS DI TOKO BERAS DI DUSUN BANYUURIP DESA SUMBERINGIN KECAMATAN SANAN KULON KABUPATEN BLITAR

BAB II KEADAAN MASYARAKAT DESA SEPANJANG SEBELUM MASUKNYA MUHAMMADIYAH

BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DESA PENANGGUNGAN KECAMATAN WANAYASA KABUPATEN BANJARNEGARA. daerahnya sejuk dan sangat berpotensial.

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI RISET PENDAMPINGAN. lain di Kecamatan Tulung. Desa yang memiliki luas 222,571 Ha ini

BAB II GAMBARAN UMUM DESA PUJUD KECAMATAN PUJUD KABUPATEN ROKAN HILIR

BAB III PRAKTIK HIBAH SEBAGAI CARA PEMBAGIAN HARTA WARISAN DI DESA SRIWULAN KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL

BAB III PENYAJIAN DATA. A. Pelaksanaan Kenduri Arwah sebagai rangkaian dari ritual kematian dalam

BAB I PENDAHULUAN. kelurahan dan profil Rukun Warga (RW) 22 dari Kelurahan Wirogunan. Hasil

BAB III PRAKTIK UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG

BAB III PELAKSANAAN JUAL BELI IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN OLEH PEMILIK PERAHU DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB IV SELAYANG PANDANG KAMPUNG TAMBAK MADU. Tambak Madu adalah sebuah kampung yang termasuk dalam wilayah

BAB III PELAKSANAAN SEWA MENYEWA RUKO DI DESA KUWASEN KECAMATAN GUNUNGPATI SEMARANG

BAB II PROFIL DESA KASIKAN. Propinsi. Desa Kasikan merupakan desa paling ujung sebelum Desa Talang

BAB III PRAKTEK JUAL BELI ANYAMAN KEPANG DI DESA RINGINHARJO KEC. GUBUG KAB. GROBOGAN

BAB I PENDAHULUAN. Kuliah Kerja Nyata Alternatif Periode LI unit II.C.1 Universitas

BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK. Sungai Apit Kabupaten Siak yang memiliki luas daerah 300 Ha.

BAB III PRAKTEK HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN

BAB II KONDISI OBJEKTIF DESA MARGAMULYA KEC. CILELES KAB. LEBAK. Kabupaten Lebak yang letaknya berada di kecamatan Cileles provinsi Banten Luas

BAB III TRADISI PELAKSANAAN UTANG PIUTANG BENIH PADI DENGAN SISTEM BAYAR GABAH DI DESA MASARAN KECAMATAN MUNJUNGAN KABUPATEN TRENGGALEK

BAB III PENANAMAN NILAI-NILAI KEAGAMAAN PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI LINGKUNGAN KELUARGA. 1. Letak Georgafis Desa Tahunan Baru, Tegalombo, Pacitan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Demografis Desa Sungai Keranji

BAB IV BENTUK DAN FAKTOR ASIMILASI BUDAYA KEISLAMAN ANTARA PENDUDUK PRIBUMI (ASLI) DENGAN PENDATANG DI RUNGKUT LOR

BAB III PRAKTIK JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN

BAB I LATAR BELAKANG

BAB II KONDISI OBYEKTIF LOKASI DESA BITUNG JAYA KEC. CIKUPA KAB. TANGERANG

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KECAMATAN RUMBAI PESISIR. orang jawa yang masuk dalam Wilayah Wali Tebing Tinggi. Setelah itu

BAB II GAMBARAN KELURAHAN TERKUL KECAMATAN RUPAT KABUPATEN BENGKALIS

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SEMPOR. membuat sungai dari sebelah barat (Sungai Sampan), sedang yang muda

BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN BANYURIP KECAMATAN PEKALONGAN SELATAN KOTA PEKALONGAN

BAB III PERKEMBANGAN KEAGAMAAN ANAK BURUH PABRIK DI WONOLOPO

BAB III PELAKSANAAN HIBAH OLEH PEWARIS PADA SAAT SAKIT YANG DISETUJUI OLEH SEBAGIAN AHLI WARIS DI DESA PEGIRIAN KECAMATAN SEMAMPIR SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Dusun Dermojurang, Seloharjo, Pundong, Bantul, Yogyakarta. Mahasiswa

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III PRAKTIK PENDIRIAN BANGUNAN DI ATAS SUNGAI DI DESA SEKARAN LAMONGAN. 1. Keadaan Demografis Desa Sekaran - Lamongan

BAB II KONDISI UMUM KELURAHAN LOMANIS. kelurahan di wilayah Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap.Lokasinya

BAB II DESA BERINGIN JAYA. b. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Suka Damai. d. Sebelah timur berbatasan dengan /Kecamatan Sentajo Raya 1

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB III PRAKTIK UTANG-PIUTANG DI ACARA REMUH DI DESA KOMBANGAN KEC. GEGER BANGKALAN

BAB III GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DESA MUNUNG. berada di Kecamatan Jatikalen dan salah satu dari 284 (dua ratus delapan

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN PEMBAGIAN WARISAN AHLI WARIS ANAK YANG DIASUH OLEH IBU TIRI DI KELURAHAN PEGIRIAN KECAMATAN SEMAMPIR KOTA SURABAYA

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Tualang terdiri dari empat Kadus (Kepala Dusun), 8 RW, dan 79 RT,

BAB II KONDISI OBJEKTIF DESA MERAK KECAMATAN SUKAMULYA KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN

BAB III PROSES KHITBAH YANG MENDAHULUKAN MENGINAP DALAM SATU KAMAR (DI DESA WARUJAYENG KECAMATAN TANJUNGANOM KABUPATEN NGANJUK)

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. atau 9,965 Ha, dengan pusat pemerintaahan berada di desa Kampar.

ANALISIS NILAI-NILAI DALAM TRADISI BARITAN SEBAGAI PERINGATAN MALAM SATU SYURO DI DESA WATES KABUPATEN BLITAR

b. Tanah kering No Tanah Kering Luas 1 Pekarangan / Bangunan 25,717

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENLITIAN, PENDUDUK DAN INFORMAN. dan sudah termasuk daerah ibu kota Propinsi Jawa Barat.

BAB II KONDISI MASYARAKAT DESA BALONGDOWO

BAB III PERAMPASAN HAK MILIK PEMBELI ATAS KETERLAMBATAN PEMBAYARAN DENGAN JAMINAN YANG DITANGGUHKAN

BAB I PENDAHULUAN Deskripsi Wilayah 1. Deskripsi Wilayah Desa/Kelurahan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. RT dengan jumlah penduduk jiwa yang terdiri dari kepala

BAB II PROFIL WILAYAH. Deskripsi wilayah disusun berdasarkan hasil survei lapangan dan. pendapat, maupun diskusi dengan tokoh masyarakat di Kampung

BAB IV TANGGAPAN MASYARAKAT SEKITAR TERHADAP PEZIARAH DAN MOTIVASI PEZIARAH KE MAKAM KH. ALI MAS UD. A. Tanggapan Masyarakat dari Sisi Positif

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DESA SUMBERWANGI

BAB III KERJASAMA PERTANIAN DI DESA PADEMONEGORO

BAB III TRADISI MBAYAR TUKON DALAM PERNIKAHAN DI DESA GEJAGAN KECAMATAN PAKIS KABUPATEN MAGELANG

BAB II PENYAJIAN DATA. A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian di Desa Karang Kembang Kecamatan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. terletak dipinggir sungai Kundur. Sekitar tahun 70-an bupati Alamsyah

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DI KAMPUNG DESA BITUNG JAYA, KECAMATAN CIKUPA TANGERANG BANTEN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Indonesia dengan sasaran pembukaan lapangan kerja.

BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA SAWAH SAWAH NGGANTUNG PARI DI DESA BECIRONGENGOR KECAMATAN WONOAYU KABUPATEN SIDOARJO

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. luas wilayah 1060 Ha. Dahulu desa ini bernama desa Prambanan, dan kemudian

BAB III PRAKTIK TRADISI PENGEMBALIAN HUTANG BERAS DI KELURAHAN SIMOLAWANG KECAMATAN SIMOKERTO SURABAYA

BAB III GAMBARAN UMUM DESA BATUR KECAMATAN GADING DAN PRAKTEK HUTANG PANENANAN KOPI BASAH. 1. Sejarah Desa Batur Kecamatan Gading

BAB I PENDAHULUAN. yang diperoleh tentang kondisi geografis Dusun Sentolo Lor, kondisi alam dan

BAB III. Setting Penelitian

BAB III PRAKTIK PERSEWAAN ALAT-ALAT PESTA MAHKOTA INDAH DI KELURAHAN BIBIS KARAH KECAMATAN JAMBANGAN SURABAYA

BAB II LAPORAN SURVEI DAN RENCANA KEGIATAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV SELAYANG PANDANG DESA PARAKAN. Kecamatan Trenggalek. Desa ini berdekatan dengan alun-alun kota atau pusat

BUPATI MALANG SAMBUTAN BUPATI MALANG PADA ACARA PENERIMAAN KUNJUNGAN KERJA DPR RI KOMISI X TANGGAL : 23 SEPTEMBER 2016

BAB III PRAKTEK SEWA SUNGAI KALIANYAR DAN PEMANFAATANNYA DI DESA SUNGELEBAK KECAMATAN KARANGGENENG KABUPATEN LAMONGAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. dikenal karena keberadaan Desa Gobah berada diantara Sungai Kampar dan

BAB II DESKRIPSI UMUM PENELITIAN

BAB III PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KELUARGA BURUH BATIK DI DESA SEPACAR KECAMATAN TIRTO KABUPATEN PEKALONGAN

BAB 5 ANALISIS HASIL PENELITIAN. Dari hasil penelitian ini diperoleh gambaran umum penelitian yang

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. wilayah dari Desa Kasikan Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar yaitu:

BAB IV GAMBARAN UMUM KONDISI MASYARAKAT DESA GEDANGAN. Arteri Sekunder (jalan provinsi) yang cukup startegis membujur arah Utara-

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Perawang Barat maju pesat dalam pembangunan maupun perekonomian, hal ini didukung

I. PENDAHULUAN. sebuah kalimat yang berasal dari lafadz hallala-yuhallilu-tahlilan yang berarti

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

BAB III STRATIFIKASI PENDIDIKAN DAN SIFAT GOTONG ROYONG DI KELURAHAN JEMUR WONOSARI KECAMATAN WONOCOLO KOTA SURABAYA

Transkripsi:

32 BAB III MENEROPONG BENTANG ALAM DESA BUNGURASIH A. Potret Desa Bungurasih Desa Bungurasih 20 tahun yang lalu adalah Desa yang penuh damai, tentram, wilayahnya masih 'hijau', sawah, pepohonan, terhampar dimana-mana. Efek samping dari sebuah pembangunan dan kemajuan membuat Desa Bungurasih harus menyesuaikan dengan perkembangan lingkungan dan sosial itu, terminal Purabaya turut berperan dalam upaya (pemaksaan) penyesuaian secara cepat itu dengan tanpa diimbangi penyesuaian Sumber Daya Manusia sehingga pada akhirnya SDM yang notabene warga asli Desa Bungurasih yang kurang siap hanya menjadi bagian 'tidak penting' di Purabaya; asongan, ojek, calo, dan bahkan sampai copet, jambret, dll. Sampai disini, bagaimana untuk mengantisipasi dan menyelesaikan permasalahan-permasalahan sosial Desa Bungurasih ini akibat perkembangan itu. Desa Bungurasih terletak di kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo, desa Bungurasih adalah perbatasan kota antar kota Surabaya-Sidoarjo dan juga dekat dengan ibukota kecamatan. Luas tanahnya 3.032,00, dan terdiri dari 47 Desa yang salah satunya adalah Desa Bungurasih. Desa Bungurasih mempunyai luas 149,59 Ha. Batas-batas dari Desa Bungurasih sendiri yaitu sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Dukuh Menanggal, sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Medaeng, sebelah Barat berbatasan dengan Desa Ketegan. Dan sebelah Timur

33 berbatasan dengan Desa kedungrejo. Adapun jarak tempuh dengan ibukota sebagai berikut : a. Jarak ke ibukota kecamatan terdekat : 4 Km b. Jarak tempuh ke ibukota kecamatan terdekat : 20 menit c. Jarak ke ibukota kabupaten : 10 Km d. Jarak tempuh : 50 menit Awalnya sebelum ada Terminal Purabaya atau yang dikenal dengan Terminal Bungurasih, Desa Bungurasih terdiri dari satu Pedukuhan yaitu Dukuh Kasian dan Desa Bungur. Setelah terjadi perkembangan wilayah maka antar Dukuh Kasian dan Desa bungur digabungkan yang kemudian menjadi Desa Bungurasih. Yang terdiri dari 5 wilayah ke-rw-an, yaitu RW 1 Bungurasih Penulisur yang dulunya adalah Dukuh Kasian, Rw 2 Bungurasih Barat, Rw 3 Bungurasih tengah, Rw 4 Bungurasih utara, Rw 5 di Perum Hamada yang berbatasan dengan Dukuh Bambe Kelurahan Menanggal. Gambar 01 : Peta Bungurasih

34 B. Keadaan Masyarakat (Demografi) Keadaan masyarakat Desa Bungurasih sudah berbeda yang dulu dengan sekarang, untuk saat ini kebanyakan dari masyarakatnya adalah pendatang dan hampir melebihi dari penduduk asli Bungurasih. Saat ini jumlah penduduk masyarakat Desa Bungurasih berjumlah 11085 jiwa, yamg terdiri dari 5618 penduduk laki-laki, dan 5467 penduduk perempuan, anak-anak maupun dewasa. Awalnya masyarakat Bungurasih berprofesi sebagai petani. Karena tuntutan dan perkembangan zaman yang mengakibatkan berbagai macam profesi di Desa Bungurasih. Rata-rata mata pencaharian masyarakatnya yaitu sebagai pegawai swasta atau buruh. Adapun kepemilikan tanah di Bungurasih awalnya adalah milik penduduk atau warga setempat. Namun setelah terjadi pengembangan wilayah sebagian tanahnya menjadi milik pemerintah yaitu terminal jalan Tol Surabaya-malang, mojokerto dan adapun juga yang milik swasta atau PT yaitu Ramayana. C. Kondisi Ekonomi Masyarakat Bungurasih Jika dilihat secara kasat mata, memang banyak dari masyarakat Desa Bungurasih ini, termasuk kalangan menengah keatas. Karena sebagian dari warganya pun ada juga yang berprofesi sebagai guru swasta maupun negeri dan PNS wiraswasta dan banyak juga pedagang dan lainnya. Tidak hanya itu ada juga sebagaian dari masyarakat yang pekerja di luar kota tempat tinggal mereka. Letaknya yang berdekatan dengan Terminal terbesar menjadikan sebagaian warganya untuk berwirausaha dengan membangun lahan parkiran, kos-kosan,

35 sampai ponten umum. Tidak hanya itu, meskipun demikian tidak sedikit penduduknya yang juga kekurangan dari segi perekonomiannya. Akibat dari pembangunan dan kemajuan membuat Desa Bungurasih harus menyesuaikan dengan perkembangan lingkungan dan sosial itu, terminal Purabaya turut berperan dalam upaya (pemaksaan) penyesuaian secara cepat itu dengan tanpa diimbangi penyesuaian Sumber Daya Manusia sehingga pada akhirnya SDM yang notabene warga Desa Bungurasih yang kurang siap hanya menjadi bagian 'tidak penting' di Purabaya; asongan, tukang ojek bahkan pengamen. Saat ini di Desa Bungurasih banyak bukan penduduk asli Bungurasih, mereka adalah pendatang dari berbagai kota dan desa. Banyak dari mereka tidak mempunyai profesi atau pekerjaan dan tempat tinggal yang tetap (rumah sendiri). Akhirnya mereka juga memanfaatkan Terminal sebagi tempat untuk memenuhi kebutuhan. Banyak dari mereka profesi adalah sebagai pedagang asongan dan pengamen juga sebagaian yang bekerja di cafe-cafe. Selain mereka tidak mempunyai harta, atau warisan, mereka juga tidak mempunyai bekal pendidikan dan keterampilan yang cukup. Sehingga, mereka kurang berfikir luas, tentang mengembangkan bakat terpendam yang dimiliki setiap individu dan memanfaatkan kesempatan yang ada. Dalam hal ini kebayakan dari warga pendatang, yang mana mereka tanpa bekal apapun dari derah asalnya mereka datang ke Bungurasih yang notabene daerah transisi yang semakin lama

36 berkembang manjadi kota. Tanpa berbekal ketrampilan dan pendidikan yang cukup mereka datang untuk mencari nafkah. Gambar 02: kos-kosan dan parkiran D. Sosial Budaya Desa Bungurasih Warga Desa Bungurasih memiliki berbagai macam budaya yang masih mengandung unsur kejawen. Meskipun Desa Bungurasih terbilang daerah transisi, masyarakat Desa Bungurasih masih melestarikan budaya sejak dahulu yang mereka masih ada hingga sekarang,. Dan ini merupakan warisan nenek moyang yang masih dijaga oleh warga Desa Bungurasih sampai saat ini. Adapun kegiatan budaya yang ada di Bungurasih antara lain: a. Megengan Megengan merupakan adat istiadat yang dilakukan oleh masyarakat Desa Bungurasih sebelum melaksanakan ibadah puasa pada bulan rhomadon. Dengan bertujuan untuk meminta keselamatan kepada allah SWT, agar dalam menjalankan ibadah puasa diberi kekuatan dan kesehatan. Megengan ini

37 dilakukan oleh warga secara bersama sama, dengan membawa hidangan ke masjid atau mushola. Hidangan tersebut akan dimakan secara bersamaan setelah ceramah dan doa yang dipimpin oleh kepala Desa atau Tokoh agama setempat. Hidangan yang disajikan dalam acara megengan biasanya berupa nasi dan lauk semampu masyarakat. b. Selametan Kematian (Kenduren) Yaitu ritual selametan yang dilakukan setelah ada sanak sodara yang meninggal dunia kematian juga merupakan suatu tradisi penting di Desa tersebut, terdapat beberapa tradisi yang masih dilestarikan, yaitu tradisi memperingati tujuh hari kematian, tradisi memperingati 40 hari kematian, tradisi memperingati 100 hari kematian, tradisi memperingati 1000 hari kematian. Tradisi-tradisi tersebut pada intinya merupakan tradisi mendo akan orang yang meninggal agar dapat diterima di Sisi Allah SWT. Tradisi-tradisi tersebut umumnya dilakukan di Desa Bungurasih. Karena dalam tradisi-tradisi diatas tersimpan makna keagamaan, sebagaimana dalam tradisi kematian, yang didalamnya berisi panjatan tahlil serta do a untuk orang yang meninggal. c. Tradisi-tradisi Yang Dilakukan Sebelum Dan Sesudah Melahirkan 1. Tingkepan Tingkepan adalah salah satu tradisi yang ada di Bungurasih. Tingkepan ini dilakukan dalam rangka 7 bulanan dari kehamilan. Hal

38 ini dilakukan agar supaya calon jabang bayi yang ada dalam rahim ibunya menjadi anak yang baik. 2. Selapanan Selapanan dilakukan 36 hari setelah kelahiran bayi. Pada hari ke 36 ini, hari lahir si bayi akan terulang lagi. Misalnya bayi yang lahir hari Rabu Pon (hari weton-nya), maka selapanannya akan jatuh di Hari Rabu Pon lagi. Pada penanggalan Jawa, yang berjumlah 5 (Wage, Pahing, Pon, Kliwon, Legi) akan bertemu pada hari 36 dengan hari di penanggalan masehi yang berjumlah 7 hari. Logikanya, hari ke 36, maka akan bertemu angka dari kelipatan 5 dan 7. Di luar logika itu, selapanan mempunyai makna yang sangat kuat bagi kehidupan si bayi. Berulangnya hari weton bayi, pantas untuk dirayakan seperti ulang tahun. Namun selapanan utamanya dilakukan sebagai wujud syukur atas kelahiran dan kesehatan bayi. Yang pertama dilakukan dalam rangkaian selapanan, adalah potong rambut atau parasan. Pemotongan rambut pertama-tama dilakukan oleh ayah dan ibu bayi. Di bagian ini aturannya, rambut bayi dipotong habis. Potong rambut ini dilakukan untuk mendapatkan rambut bayi yang benar-benar bersih, diyakini rambut bayi asli adalah bawaan dari lahir, yang masih terkena air ketuban. Alasan lainnya adalah supaya rambut bayi bisa tumbuh bagus, oleh karena itu rambut bayi paling tidak digunduli sebanyak 3 kali. Namun pada tradisi potong rambut ini, beberapa orang ada yang

39 takut untuk menggunduli bayinya, maka pemotongan rambut hanya dilakukan seperlunya, tidak digundul, hanya untuk simbolisasi. Setelah potong rambut, dilakukan pemotongan kuku bayi. Dalam rangkaian ini, dilakukan pembacaan doa-doa untuk keselamatan dan kebaikan bayi dan keluarganya. Upacara pemotongan rambut bayi ini dilakukan setelah waktu salat Maghrib, dan dihadiri oleh keluarga, kerabat, dan tetangga terdekat, serta pemimpin doa. d. Gotong royong Selain budaya yang bersifat kejawen, ada pula yang dinamakan dengan budaya gotong royong. Budaya gotong royong ini dilakukan dalam rangka meningkatkan rasa tenggang rasa serta kerukunan antar warga. Budaya gotong royong ini biasanya dilakukan dengan cara kerja bakti baik dalam perbaikan jalan, pembangunan rumah maupun yang lainnya. Dan biasanya untuk menggumpulkan warga dengan nenyebarkan selebaran kertas atau undangna pembaritahuan. Adapun acara kerjabakti tersebut biasanya dilakukan pada pagi hari tepatnya di hari Minggu. Karena bagi warga Bungurasih, hari minggu adalah hari libur. E. Pola Keagamaan Dan Kepercayaan Indonesia merupakan negara dengan penduduk Muslim terbanyak di dunia, dengan 85% dari jumlah penduduk adalah penganut ajaran Islam. Mayoritas

40 Muslim dapat dijumpai di wilayah barat Indonesia seperti di Jawa dan Sumatera 14. Sejarah Islam di Indonesia sangatlah kompleks dan mencerminkan keanekaragaman dan kesempurnaan tersebut dalam cultur (budaya). Seperti di Desa Bungurasih ini kebanyakan penduduknya memeluk agama Islam. Meskipun masih bercampur dengan tradisi dahulu yaitu Hindu-Budha, namun di jalankan dengan cara islami. Di desa Bungurasih mayoritas warganya memeluk agama Islam, namun juga sebagaian warganya beragama non islam seperti kristen dan hindu. Meskipun demikian tidak menjadikan perpecahan mereka tetap saling menghormati antar pemeluk agama. Gambar 03 : Kegiatan keagamaan warga Di Bungurasih terdapat beberapa tempat ibadah yaitu masjid atau mushola yang digunakan sebagai tempat berbagai kegiatan. Seperti digunakan sebagai tempat pengajian, musyawarah warga dan untuk TPA/TPQ. Dengan adanya itu menunjukan kentalnya tradisi agama islam yang ada di Desa Bungurasih. Mayoritas Muslim warga Bungurasih adalah penganut Nahdlatul Ulama. Hal ini bisa dibuktikan dengan berbagai corak kegiatan keagamaan yang dilakukan. Bagi warga Bungurasih, tiada hari tanpa do a bersama. Warga 14 http//www.wikipedia.org

41 Bungurasih mempunyai kegiatan rutin mingguan, dan bulanan. Kegiatan mingguan terdiri dari tahlilan, diba an dan khataman. Adapun kegiatan tahlil ini dibedakan antara orang perempuan dan orang laki-laki. Meskipun dibedakan anatara oarang laki-laki dan perempiuan, namun acara tahlil ini diadakan pada waktu yang sama yaitu setiap satu minggu sekali yaitu pada hari kamis malam jum at. Untuk tahlilan orang laki-laki berada di masjid dan untuk yang perempuan di rumah warga yang digilir secara rutin. Untuk setiap kegiatan tahlilan perempuan ini dikenakan iuran sebesar Rp.5000,00. Uang dari iuran yang terkumpul akan diberikan kepada pemilik rumah (yang mendapat giliran tahlil) sebesar Rp.100.000,00 dan sisanya dimasukkan ke dalam kas. Tabel 1 Jadwal Kegiatan Keagamaan Warga Bungurasih No. Hari Kegiatan Jam 1 Kamis Malam Tahlilan orang 18.00-18.30 laki-laki 2 Kamis malam Tahlilan orang 19.00-20.00 perempuan 3 Sabtu Diba an orang 19.00-20.00 perempuan 4 Minggu Khotmil qur an 19.00-21.00 perempuan

42 F. Pendidikan sebagai upaya peningktan SDM Dalam hal pendidikan di Desa Bungurasih ini terbilang bagus terutama pendidikan formal hampir seluruh warganya berpendidikan tinggi. Namun tidak hanya pendidikan formal saja yang dibutuhkan pendidikan non formal pun juga penting. Sedangkan infrastruktur yang juga memberi kontribusi positif ialah adanya Taman Pendidikan Al-Qur an (TPQ) Nurul Iman Desa Bungurasih Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo. Lembaga tersebut sudah berdiri lama sekali dari semenjak Desa Bungurasih masih belum padat hingga berpenduduk padat seperti sekarang ini. Namun bukan lembaga ini saja, masih ada lembaga (TPQ) yang lainnya. Selain masalah pendidikan formal, pendidikan non formal juga menjadi salah satu permasalahan yang cukup kompleks di Desa Bungurasih. Salah satu pendidikan non formal yang ada adalah TPA (Taman Pendidikan Al Quran). Masih banyaknya anak yang tidak belajar di lembaga ini, yang dikarenakan berbagai alasan dari orang tuanya. Hal ini sangat disayangkan sekali mengingat pentingnya pendidikan ini terutama dalam hal pengetahuan agama. Hal ini berakibat pada minimnya pengetahuan agama dikalangan anak serta kemampuan membaca Al Quran yang masih rendah, bahkan bukan hanya anak-anak orang tua pun juga. Kondisi yang demikian ini lambat laun mengakibatkan menurunnya nilainilai moral terutama pada anak yang tidak memiliki pengetahuan agama yang cukup. untuk menghasilkan out put yang baik maka setidaknya ada beberapa

43 komponen yang harus berjalan secara beriringan, yaitu kesungguhan anak didik dan kesungguhan orang tua. Umumnya anak begitu antusias, akan tetapi kesungguhan dari orang tua dan cukup kurang. Terkadang pula si anak yang memang tidak mau karena kurangnya dorongan dari orang tua.