BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Oleh: Nastain dan Probo Hardini Jurusan Teknik Sipil Universitas Jenderal Soedirman (Diterima: 18 Juli 2005; Disetujui: 24 Nopember 2005)

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Perhitungan kadar Fe metode titrasi sederhana : Pagi, WIB : a. Kadar Fe lantai dasar : Fe = 1000

BAB IV TINJAUAN AIR BAKU

DESAIN SISTEM JARINGAN DAN DISTRIBUSI AIR BERSIH PEDESAAN (STUDI KASUS DESA WAREMBUNGAN)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bertahan hidup tanpa air. Sebanyak 50 80% di dalam tubuh manusia terdiri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. ketersediaan air dengan tingkat pemenuhan yang dapat ditelorir di daerah yang

STUDI SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI PULAU BARRANG LOMPO KECAMATAN UJUNG TANAH KOTA MAKASSAR

PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA RANOLAMBOT KECAMATAN KAWANGKOAN BARAT KABUPATEN MINAHASA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah keadaan lingkungan. Salah satu komponen lingkungan. kebutuhan rumah tangga (Kusnaedi, 2010).

PERENCANAAN JARINGAN AIR BERSIH DESA KIMA BAJO KECAMATAN WORI

BAB I PENDAHULUAN. Air adalah sebutan untuk senyawa yang memiliki rumus kimia H 2 O. Air. Conference on Water and the Environment)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SUMBER AIR SESUATU YANG DAPAT MENGHASILKAN AIR (AIR HUJAN, AIR TANAH & AIR PERMUKAAN) SIKLUS AIR

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi

PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH KELURAHAN KAYAWU KOTA TOMOHON

PENINGKATAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI KELURAHAN PINARAS

I. PENDAHULUAN. bagi manusia. Bagi kelangsungan hidupnya, manusia membutuhkan air baik

PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I RP JARINGAN AIR BERSIH

SISTEM JARINGAN AIR BERSIH. Disiapkan Oleh: Muhammad Iqbal, ST., M.Sc Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Malikussaleh Tahun 2015

PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA DUMOGA II KECAMATAN DUMOGA TIMUR KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

BAB IV HASIL & PEMBAHASAN

PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DESA LOBONG, DESA MUNTOI, DAN DESA INUAI KECAMATAN PASSI BARAT KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air bersih merupakan salah satu dari sarana dasar yang paling dibutuhkan oleh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia di dunia ini. Air digunakan untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. manusia berkisar antara % dengan rincian 55 % - 60% berat badan orang

PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA SEA KECAMATAN PINELENG KABUPATEN MINAHASA

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

LAMPIRAN A : Bagan Uji Pendugaan, Penegasan dan Sempurna. Di Pipet

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan kita sebagai manusia yang berbudaya. Air juga diperlukan untuk mengatur suhu tubuh.

BAB IV TINJAUAN SUMBER AIR BAKU AIR MINUM

Pengaruh Pencemaran Sampah Terhadap Kualitas Air Tanah Dangkal Di TPA Mojosongo Surakarta 1

V. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Sistem Kerja Pompa Torak Menggunakan Tenaga Angin. sebagai penggerak mekanik melalui unit transmisi mekanik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 1. Kebutuhan air di kampus IPB Dramaga saat libur

APLIKASI TEKNOLOGI FILTRASI UNTUK MENGHASILKAN AIR BERSIH DARI AIR HASIL OLAHAN IPAL DI RUMAH SAKIT ISLAM SURABAYA

PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI KAWASAN PERUMAHAN GRIYA PEMULA (WELONG ABADI) KECAMATAN PALDUA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. ini. Terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard Km 3 air dengan persentase 97,5%

BAB I PENDAHULUAN. bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun

RESERVOAR SLIDE 06 TPAM. Yuniati, PhD

Penggunaan Filter Tembikar Untuk Meningkatkan Kualitas Air Tanah Dangkal Dekat Sungai (Studi Kasus Air Sumur Dekat Sungai Kalimas, Surabaya)

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air merupakan unsur yang penting di dalam kehidupan.tidak ada satu pun makhluk

PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA TANDENGAN, KECAMATAN ERIS, KABUPATEN MINAHASA

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Lokasi Studi.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. kaca, dan air. Suhu merupakan faktor eksternal yang akan mempengaruhi

2014 KAJIAN KUALITAS AIR TANAH DI SEKITAR KAWASAN BUDIDAYA IKAN PADA KERAMBA JARING APUNG DI WADUK JATILUHUR KABUPATEN PURWAKARTA

IRWNS Kinerja Alat Pengolahan Air Minum Portable

PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA SULUUN SATU KECAMATAN SULUUN TARERAN KABUPATEN MINAHASA SELATAN

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN

LAMPIRAN A DATA HASIL PENGUJIAN KARBON AKTIF KAYU BAKAU

PENGEMBANGAN SISTIM PELAYANAN AIR BERSIH

BAB I PENDAHULUAN. dengan berbagai macam cara, tergantung kondisi geografisnya. Sebagian

BAB III METODOLOGI A. Tahap Penelitian

ANALISIS WARNA, SUHU, ph DAN SALINITAS AIR SUMUR BOR DI KOTA PALOPO

BAB III KONDISI EKSISTING SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH

BAB I PENDAHULUAN. lainnya untuk bisa terus bertahan hidup tentu saja sangat tergantung pada ada atau

DAFTAR STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN,

BAB I PENDAHULUAN. Sumberdaya air bersifat dinamis dalam kualitas dan kuantitas, serta dalam

BAB I PENDAHULUAN. sehingga tidak akan ada kehidupan seandainya di bumi tidak ada air. Ada tiga

PERATURAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 416/MEN.KES/PER/IX/1990 Tentang Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air

DESTILATOR TIPE ATAP SETENGAH BOLA (HEMISPHERE) SEBAGAI SUMBER POTENSIAL BAGI PENGADAAN AIR MINUM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air merupakan komponen utama untuk kelangsungan hidup manusia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bohulo. Desa Talumopatu memiliki batas-batas wilayah sebelah Utara berbatasan

GAMBARAN PENGOLAHAN AIR BERSIH DI PDAM KOTA SINGKAWANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. gas/uap. Maka dari itu, bumi merupaka satu-satunya planet dalam Tata Surya. yang memiliki kehidupan (Kodoatie, 2012).

Repository.Unimus.ac.id

BAB V HASIL PENELITIAN. berturut turut disajikan pada Tabel 5.1.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air adalah kebutuhan esensi untuk semua kebutuhan manusia mulai dari air minum, pertanian, dan energi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang mau tidak mau menambah pengotoran atau pencemaran air (Sutrisno dan

I. PENDAHULUAN. makhluk hidup, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan. Akses terhadap air

Promotif, Vol.5 No.2, April 2016 Hal PENGARUH JUMLAH KARBON AKTIF PADA FILTER AIR TERHADAP TEKANAN KELUARAN HASIL FILTER

BAB I PENDAHULUAN. digunakan oleh manusia untuk keperluan sehari-harinya yang memenuhi

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penentuan parameter. perancangan. Perancangan fungsional dan struktural. Pembuatan Alat. pengujian. Pengujian unjuk kerja alat

Perencanaan Sistem Penyediaan Air Bersih Di Desa Manembo Kecamatan Langowan Selatan Kabupaten Minahasa

BAB 1 PENDAHULUAN. kelangsungan hidup manusia. Untuk itu diperlukan suatu instalasi pengolahan air

BAB 1 PENDAHULUAN. Air merupakan kebutuhan sangat vital bagi mahkluk hidup. Air yang

PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI KECAMATAN POSO KOTA SULAWESI TENGAH

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR: 429/ MENKES/ PER/ IV/ 2010 TANGGAL: 19 APRIL 2010 PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM

Hasil uji laboratorium: Pencemaran Limbah di Karangjompo, Tirto, Kabupaten Pekalongan Oleh: Amat Zuhri

Lampiran 1. Data Penentuan Panjang Gelombang Maksimum dari Larutan Seri Standar Fe(NH 4 ) 2 ( SO 4 ) 2 6H 2 O 0,8 mg/l

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EVALUASI DEBIT AIR DAN DIAMETER PIPA DISTRIBUSI AIR BERSIH DI PERUMAHAN KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN NELAYAN INDAH BELAWAN SEPTIAN PRATAMA

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR HALAMAN PERSEMBAHAN DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN

BAB 1 Pendahuluan. Secara umum air yang terdapat di alam yang dapat dikonsumsi oleh manusia bersumber dari:

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Bumi merupakan satusatunya planet yang ditemukan berbagai jenis kehidupan. Faktor pendukung adanya kehidupan tersebut yaitu karena di permukaan bumi tersedia air. Sekitar 70% permukaan bumi tertutup oleh perairan, seandainya semua air diratakan dipermukaannya, maka akan didapatkan air yang kedalamannya hingga 3000 meter. Perairan di permukaan bumi terdiri dari berbagai macam air, secara garis besar berupa air laut dan air tawar. Sekitar 98% air dipermukaan bumi merupakan air laut, dan 2% diantaranya berupa air tawar. Dari semua air tawar 87% diantaranya membentuk es yang membeku di kutub. Selebihnya air di bawah tanah, di dalam tanah, dan di udara sebagai uap air serta di tubuh makhluk hidup. (http://www.walhi.or.id/ /air/.2006). 2.2 Air Tanah Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah (UndangUndang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang sumber Daya Air). Air tanah merupakan air yang terdapat pada poripori tanah (Kashef, 1987), sehingga kandungan air tanah akan dipengaruhi oleh porositas tanah (n). Dalam bahasan air tanah, dikenal istilah akuifer (water bearing formation) yang merupakan struktur tanah yang terisi oleh air dan dapat mengalir, sedangkan yang tidak dapat mengalir dinamakan aquicludes atau aquitards. Kecepatan aliran air tanah ini secara alami sangatlah kecil, yaitu berkisar antara 1,5 m/th 2 m/hari. Akuifer dapat dibedakan menjadi dua yaitu; akuifer bebas (unconfined aquifer) yaitu akuifer yang terletak di atas lapisan kedap air (impermeable) dan akuifer tertekan atau artesis (confined aquifer) yaitu akuifer yang terletak di antara dua lapisan kedap air. (Kashef, 1987).

10 Air di bumi yang paling banyak digunakan adalah air tanah. Banyak segi positif yang diperoleh dengan menggunakan air tanah, selain airnya relatif bersih, kemungkinan tercemar sangat kecil dan suhunya relatif rendah. Sebagian besar penduduk Indonesia, baik di pedesaan maupun di perkotaan menggunakan air minum dari air sumur atau air bawah tanah bahkan di Amerika Serikat sebagai negara maju sekitar 50% penduduknya menggunakan air bawah tanah sebagai air minum. Tidak semua air tanah layak untuk dikonsumsi manusia, masalah tentang air akan semakin kompleks bila dihubungkan dengan kualitas yang dikonsumsi manusia terutama pengaruhnya terhadap kesehatan. (http://www.lablink.or.id/.2006). Air tanah pada umumnya jernih dan memiliki kualitas air yang konstan sepanjang waktu. Beberapa air tanah pada akuifer bebas kualitasnya dapat dipengaruhi oleh pembuangan sampah. Sampah yang membusuk akan mengalami dekomposisi dengan menguraikan zat organik menjadi materi lain seperti padatan total Nitrogen organik, Nitrat, Phospor, Kalsium, Magnesium, Photasium, Sodium, Clorida, Sulfat, Besi dan lainlain. Zatzat ini akan larut ke dalam air sebagai air sampah (Leacharte) dan akan meresap ke dalam tanah sehingga mencemari air tanah. 2.3 Mata Air Mata air adalah air tanah yang mengalir ke permukaan tanah secara alami karena adanya gaya gravitasi atau gaya tekanan tanah (BPP Kimpraswil, 2002; Wanielista, et all, 1990). Menurut Soetrisno (2004) penggunaan mata air sebagai sumber air bersih dapat dilakukan jika mata air tersebut dihasilkan dari aliran air di bawah tekanan hidrostatik sebagai akibat dari gaya gravitasi, sedangkan jika mata air merupakan hasil rekahan yang meluas sampai jauh ke dalam kerak bumi akibat dari gaya non gravitasi akan berupa mata air panas dan cocok digunakan untuk pariwisata. Mata air jika digunakan untuk air bersih juga harus memenuhi persyaratan kuantitas (BPP Kimpraswil, 2002) dan kualitas berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun1990. (Nastain dkk, 2004).

11 2.4 Kuantitas dan Kualitas Mata Air Kuantitas air ditentukan berdasarkan kecukupan potensi debit minimum terhadap rencana kebutuhan air bagi masyarakat pedesaaan. Sedangkan kualitas air ditentukan berdasarkan kualitas fisik (kekeruhan, warna, rasa, bau, dan suhu) serta kualitas kimia (inorganic chemical and organik chemical) berdasarkan standar kualitas air minum bagi kesehatan (Kashef, 1987; Permenkes No. 416/MENKES/Per/IX/1990; Kep. Gubernur Jateng No. 660.1/26/1990). Sedangkan pendistribusian air secara gravitasi (alami) dapat dilakukan jika memiliki potensi energi potensial (head) yang cukup untuk suatu daerah pelayanan tertentu. Kuantitas air dapat ditentukan dengan melakukan pengukuran debit menggunakan alat pengukur debit Thomson dengan sudut pintu sebesar 60 dan 90. Besarnya debit ditentukan dengan rumus sebagai berikut (BPP Kimpraswil, 2002) : 2,5 Q = 0,0134H...(2.1) Q = H = debit (lt/detik) tinggi muka air di atas ambang/pintu (cm) Jika debit mata air cukup kecil, maka pengukuran debit dapat dilakukan dengan menggunakan tabung atau gelas atau ember ukur. Debit dihitung dengan menggunakan rumus Kimpraswil (2002) : V Q =...(2.2) t Q = V = t = debit (lt/detik) volume tabung/gelas/ember ukur (liter) waktu (detik) Kelayakan kuantitas air dievaluasi berdasarkan debit minimum, yaitu debit terkecil yang dapat memenuhi kebutuhan bagi masyarakat pedesaan (debit minimum harus lebih besar dari rencana kebutuhan) dan ketersediaan debit sepanjang musim (BPP Kimpraswil, 2002). Sedangkan kualitas air dapat

12 ditentukan dengan cara pengikuran nilai besaran fisika yaitu bau (odor), warna (color), kekeruhan (turbitity), rasa (taste), suhu (temperatur), dan zat padat terlarut (residu), besaran kimia (inorganic chemical, organic chemical), mikrobiologi (biological standards) dan radio aktivitas (radioactivity) (Kashef, 1987; Permenkes No. 416/MENKES/Per/IX/1990; Kep. Gubernur Jateng No. 660.1/26/1990). Badan Penelitian dan Pengembangan Kimpraswil (2002) memberikan batasan bahwa uji kualitas air untuk sumber air bersih pedesaan hanya meliputi parameter fisik kekeruhan, warna, rasa, bau dan temperatur, sedangkan parameter kimia meliputi ph, Kandungan Besi (Fe), dan kandungan Mangan (Mn). Tabel 2.1 Parameter dan metode uji kualitas air minum pedesaan Parameter Satuan Metode Peralatan Keterangan Kekeruhan Visual Warna Visual FISIK Rasa Bau Dicicipi tanpa ditelan Dibau dan dicicipi Temperatur 0 C Diukur Termometer KIMIA ph Besi (Fe) Mangan (Mn) Diukur Visual Visual Kertas Lakmus Flek Kuning Bercak pada cucian Sumber : Kimpraswil, 2002 Berdasarkan pengukuran di lapangan dan di laboratorium dapat diketahui kualitas air berdasarkan parameter fisik dan kimia yang telah diukur. Hasil pengukuran kualitas air juga dibandingkan dengan standar kualitas air sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/MENKES/Per/IX/1990 tanggal 3 september 1990. seperti pada Tabel 2.2.

13 Tabel 2.2 Persyaratan kualitas air bersih dan air minum berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/MENKES/Per/IX/1990 No Parameter Satuan Kadar maksimum yang diperbolehkan untuk air bersih 1. BAKTERIOLOGIS Total Bakteri Coliform Jumlah per 100 ml sampel Perpipaan = 10 Non Perpipaan = 50 KIMIA 1. ph 6,5 9,0 2. Nitrat 10 3. Nitrit 1,0 4. Zat Organik 10 5. Mangan 0,5 6. Besi 1,0 7. Kesadahan 500 8. Klorida 600 9. Fluoride 1,5 10. Sisa Chlor FISIK 1. Suhu ºC Suhu udara (±3ºC) 2. Bau 3. Rasa 4. Warna 5. Kekeruhan Skala NTU 25 Kualitas air dari mata air dapat dikatakan relatif konstan karena tidak tergantung oleh musim dan lingkungan (Budi Utomo dan Sulastoro, 1999). Hasil penelitian terhadap 11 mata air alami di kabupaten gunung kidul Yogyakarta menunjukan bahwa 6 mata air termasuk golongan A dan 5 mata air termasuk golongan B (Yuwono, 2003). Air golongan A artinya dapat digunakan sebagai sumber air minum tanpa diolah, sedangkan golongan B harus diolah terlebih dahulu. (Permenkes No. 416/ MENKES/ Per/ IX/ 1990).

14 Penggolongan air menurut UU No: 20 TAHUN 1990 (20/1990) Tentang Pengendalian Pencemaran Air ditetapkan sebagai berikut : a. Golongan A : Air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu; b. Golongan B : Air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum; c. Golongan C : Air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan; d. Golongan D : Air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, dan dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri, pembangkit listrik tenaga air. 2.5 Kebutuhan Air Masyarakat Kebutuhan air masyarakat adalah jumlah air bersih atau air minum yang diperlukan sebagai prasyarat bagi individu atau masyarakat untuk hidup secara layak, sedangkan air bersih atau air minum adalah air yang memenuhi baku mutu yang berlaku (Kimpraswil, 2002). Secara umum kebutuhan air menurut Budi Utomo dan Sulastoro (1999) dapat dibedakan menjadi empat kategori yaitu untuk rumah tangga, komersil dan industri, pemakaian umum, serta kehilangan atau kebocoran. Jumlah penggunaan air berbedabeda dari kota satu dengan kota lainnya, tergantung pada cuaca, penduduk, lingkungan, dan faktorfaktor lainnya. Sularso dan Tahara (1987) menyatakan bahwa kebutuhan air penduduk tergantung oleh jumlah dan jenis fasilitas yang digunakan (Tabel 2.3 dan Tabel 2.4). Tabel 2.3 Kebutuhan air maksimum menurut jumlah penduduk Jumlah Penduduk (jiwa) < 10.000 10.000 50.000 50.000 100.000 100.000 300.000 300.000 1 juta > 1 juta Kebutuhan air (liter/org/hari) 150 300 200 350 250 400 300 450 350 500 > 400

15 Tabel 2.4 Kebutuhan air menurut jenis fasilitas Kebutuhan air (liter/org/hari) Jenis Fasilitas Ratarata Maksimum Perumahan 100 150 Sekolah 35 50 Hotel 70 100 Perkantoran 50 70 Rumah Sakit 250 400 Sumber : Sularso dan Tahara, 1987 Kebutuhan air bersih untuk masingmasing manusia tergantung pada banyak sedikitnya aktivitas manusia selain itu juga tergantung pada kondisi sosial ekonomi dan tempat tinggal manusia tersebut. Linsley dan Franzini (1986:92) menjelaskan, bahwa penggunaan air berbeda antara satu kota dengan kota lainnya, tergantung pada cuaca, ciriciri masyarakat, masalah lingkungan hidup, penduduk, industrialisasi, dan faktorfaktor lainnya. Menurut Priyono (1990/1991:28) bahwa ratarata perhari perkapita konsumsi air bervariasi, untuk ukuran Indonesia 90 liter sampai 140 liter. Banyaknya keperluan air perorang tiap hari untuk daerah pedesaan antara 6080 liter, sedangkan untuk daerah perkotaan dengan penduduk 50.000 jiwa adalah 80120 liter, dan jika jumlah penduduk lebih dari 50.000 banyaknya air yang dibutuhkan 120200 liter. Menurut Lee (1980:6), bahwa manusia membutuhkan pasokan air yang rutin, yaitu sekitar 12 liter/orang/hari untuk orang dewasa guna mempertahankan fungsifungsi yang normal, dan untuk mengimbangi kehilangan air karena penguapan. (http://www.lablink.or.id/.2006). Pada umumnya kebutuhan banyaknya air tergantung pada faktorfaktor yang mempengaruhi yaitu karakteristik penduduk, kepadatan penduduk, aktivitas dan letak suatu daerah yang satu berbeda dengan daerah yang lain dan berbeda pula dalam hal kebutuhan air bersih, hal ini karena adanya daerah permukiman dan daerah industri yang berarti bahwa daerah dengan permukiman dan industri akan membutuhkan air lebih banyak dari daerah pertanian dan perkebunan. Untuk mengetahui banyaknya air bersih yang dibutuhkan oleh seluruh penduduk suatu daerah menurut Hadenberg (1952) dalam Taryana

16 (1992) dapat dihitung dengan mengalikan jumlah penduduk seluruh daerah itu dengan kebutuhan air bersih ratarata perkapita perhari. (http://www.lablink.or.id/.2006). Kebutuhan air masyarakat dihitung dengan membandingkan besarnya jumlah penduduk dengan kebutuhan air per orang per hari sebagai prasyarat bagi individu atau masyarakat untuk hidup secara layak. Besarnya jumlah penduduk itu sendiri perlu diprediksikan untuk masa yang akan datang. Hal ini diperlukan untuk dapat memperkirakan apakah ketersediaan air dapat memenuhi kebutuhan air masyarakat pada masa sekarang dan yang akan datang. Prediksi jumlah penduduk di masa yang akan datang dapat dihitung dengan menggunakan rumus (BPS Banyumas) : ( r) n Pi = P0 1 +...(2.3) Pi = jumlah penduduk di masa datang (jiwa) P 0 = jumlah penduduk sekarang (jiwa) r = tingkat pertumbuhan penduduk (%) n = rentang waktu prediksi (tahun) Tjahjana et al., (2003) menyatakan bahwa kebutuhan air masyarakat kota adalah 120 liter/orang/hari dan masyarakat desa adalah 60 liter/orang/hari. Badan Penelitian dan Pengembangan Kimpraswil (2002) memberikan batasan khusus untuk kebutuhan air masyarakat desa, bahwa jika air bersih tersebut disalurkan melalui kran umum (KU) atau hidran umum (HU) maka kebutuhan air masyarakat desa adalah 30 liter/orang/hari. 2.6 Distribusi Air Pendistribusian air bersih pedesaaan pada umumnya menggunakan pemipaan, dan pengalirannya dapat menggunakan sistem gravitasi atau sistem pompa. Sistem gravitasi adalah sistem pengaliran air dalam pipa secara alami akibat perbedaan tinggi tekan (energi) yang tersedia lebih besar dari pada kehilangan energi (hf) pada pipa, dan sebaliknya jika lebih kecil maka harus menggunakan sistem pompa. Hubungan tinggi tekan (energi) dan kehilangan

17 energi pada fluida (air) yang mengalir dikenal sebagai persamaan Bernoulli sebagai berikut (Triatmodjo, 1996) : 2 2 p1 v1 p2 v2 z 1 + + = z 2 + + + hf γ 2g γ 2g z = energi potensial p γ = energi tekanan hidrostatik.......(2.4) 2 v 2g = energi kecepatan hf = kehilangan energi Badan Penelitian dan Pengembangan Kimpraswil (2002) memberikan pedoman dalam menentukan sistem pengaliran yang akan dipakai, yaitu berdasarkan jarak dan beda tinggi antara sumber air dengan daerah pelayanan seperti pada Tabel 2.5. Tabel 2.5 Potensi sistem pengaliran Beda tinggi antara sumber air dan daerah pelayanan (m) Jarak (km) Potensi sistem pengaliran > 30 10 30 3 10 < 3 < 2 < 1 < 0,2 Gravitasi Gravitasi Pompa Pompa Sumber : Kimpraswil, 2002 Pada dasarnya sistem distribusi air dapat dibedakan menjadi 3 yaitu : 1. Metode sistem gravitasi Sistem ini sangat memungkinkan untuk area pelayanan yang memiliki elevasi lokasi sumber suplai air di atas area pelayanan, sedemikian rupa sehingga dapat dikondisikan tekanan yang cukup memadai di dalam jaringan pipa.

18 2. Metode kombinasi sistem gravitasi pompa Dalam metode ini, kelebihan air yang dipompakan selama periode konsumsi air rendah ditampung dalam tangki atau reservoir. Pada saat konsumsi air tinggi, air yang tertampung dialirkan untuk menambah air yang didistribusikan. 3. Metode sistem pompa Untuk sistem ini, pompa mendesak air langsung ke dalam pipa distribusi. Bila kegagalan oleh energi pengaliran akan sangat berarti dalam menambah gangguan distribusi air, maka metode ini layak untuk digunakan dengan konsekuensi biaya yang lebih mahal. Tingkat pelayanan suatu sumber mata air dapat dilihat dari seberapa luas daerah pelayanannya. Luas daerah pelayanan tersebut didapat dengan melakukan pengukuran potensi energi potensial dan trase jaringan air menggunakan alat waterpas/theodolit dan GPS (Global Positioning System) untuk mengetahui dan mendapatkan beda tinggi gravitasi permukaan air (h) dengan daerah yang akan dilayaninya. Dengan mengetahui perbedaan elevasinya, maka dapat diperkirakan sejauh mana sumber mata air tersebut dapat mencukupi kebutuhan masyarakat. Perhitungan beda ketinggian/elevasi tersebut dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut : h A B = BT ( B) BT ( A)...(2.5) h AB = beda tinggi antara titik A dan B BT (A) = bacaan benang tengah di titik A BT(B) = bacaan benang tengah di titik B Pengukuran dilakukan dengan metode poligon terbuka, sehingga beda tinggi (h) dihitung berdasarkan pengukuran pulang pergi sebagai berikut : h + = A B h h B A......... (2.6) 2 Kehilangan energi (head losses) akibat gesekan seanjang pipa (hf) dalam pendistribusian air dihitung dengan menggunakan rumus (Featherstone and Nalluri, 1995) :

19 2 L v h f = f........ (2.7) D 2g 0,0005 f = 0,02 +...... (2.8) D D L V = diameter pipa (m) = panjang pipa (m) = kecepatan aliran (m/detik) g = gravitasi (m/detik 2 ) f = koefisien kehilangan energi gesekan pipa Kehilangan energi pada penyempitan pipa (hf 1 ) dalam pendistribusian air dihitung dengan menggunakan rumus (Featherstone and Nalluri, 1995) : 2 v h f 1 = f1.......(2.9) 2g v = kecepatan aliran (m/detik) g = gravitasi (m/detik 2 ) f 1 = koefisien kehilangan energi akibat penyempitan (Tabel 2.6) Tabel 2.6 Koefisien kehilangan energi akibat penyempitan (f 1 ) (D 1 /D 2 ) 2 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1,0 f 1 0,5 0,48 0,45 0,41 0,36 0,29 0,21 0,13 0,07 0,01 0,0 Kehilangan energi (head losses) pada belokan pipa (h f2 ) dalam pendistribusian air dihitung dengan menggunakan rumus (Featherstone and Nalluri, 1995) : 2 v h f 2 = f2.......(2.10) 2g v = kecepatan aliran (m/detik) g = gravitasi (m/detik 2 ) f 2 = koefisien kehilangan energi akibat belokan (Tabel 2.7)

20 Tabel 2.7 Koefisien kehilangan energi akibat belokan (f 2 ) Sudut ( 0 ) 5 10 15 22,5 30 45 60 90 f 2 Halus 0,016 0,034 0,042 0,066 0,130 0,236 0,471 1,129 Kasar 0,024 0,044 0,062 0,154 0,165 0,320 0,684 1,265 Sumber Featherstone and Nalluri, 1995 2.7 Sarana Penunjang Distribusi Air Sarana penunjang distribusi air pada umumnya adalah pipa. Pipa diperlukan untuk mengalirkan air dari mata air ke bak penampungan, maupun dari penampungan ke konsumen. Pada umumnya, pipa memiliki bentuk penampang bulat. Pipa yang digunakan dapat dibuat dari berbagai macam bahan, antara lain : 1. Besi tuang (cast iron) Jenis pipa ini termasuk yang paling lama digunakan, biasanya akan tercelup dalam larutan anti karat untuk perlindungan pipa itu sendiri dari proses perkaratan. Panjang pipa ini antara 46 meter, dan dapat mencapai umur 100 tahun. Keuntungan penggunaan pipa ini adalah : a. Harga pipa cukup murah dan banyak tersedia di pasaran b. Mudah dalam proses penyambungan c. Tahan terhadap daya korosi Kerugian dari penggunaan jenis pipa ini adalah: a. Konstruksi pipa keras mudah pecah b. Pipa berat sehingga berpengaruh terhadap daya pengangkutan ke lokasi 2. Besi galvanis (galvanized iron pipe) Pipa jenis ini bahannya terbuat dari pipa besi yang dilapisi seng. Umurnya relatif pendek antara 710 tahun, pipa ini dipakai secara luas untuk jaringan pelayanan yang kecil di dalam suatu distribusi. Keuntungan penggunan pipa ini adalah : a. Harga terjangkau dan banyak terdapat di pasaran. b. Ringan sehingga mudah diangkut ke lokasi pekerjaan.

21 c. Mudah dalam proses penyambungan Kerugian dari penggunaan pipa ini adalah mudah terjadi korosi atau perkaratan. 3. Pipa plastik (PVC) Pipa PVC (Poly Vinyl Chloride) sekarang ini banyak digunakan dalam proyekproyek jaringan distribusi air bersih. Panjang pipa 46 meter dengan berbagai ukuran. Keuntungan penggunaan pipa ini adalah : a. Umur pipa dapat mencapai 75 tahun b. Banyak tersedia di pasaran dan harga cukup murah c. Sangat ringan dan mudah dalam proses pemasangannya d. Karena bahan terbuat dari plastik, maka PVC sangat tahan terhadap perkaratan e. Mudah dalam pengangkutan ke lokasi pemasangan Satu kelemahan dari jenis pipa PVC adalah koefisien muai yang cukup besar sehingga tidak tahan terhadap suhu yang terlalu tinggi. 4. Pipa baja (steel pipe) Pipa ini terbuat dari baja lunak dan mempunyai banyak ragam serta ukuran. Keuntungan penggunaan pipa ini adalah: a. Tersedia dalam berbagai ukuran b. Umur pipa bisa sampai 40 tahun Kerugiannya adalah : a. Berat, sehingga berpengaruh terhadap biaya pengangkutan b. Tidak tahan perkaratan c. Untuk ukuran yang besar sistem penyambungan agak sulit. Selain halhal tersebut diatas, beberapa sarana penunjang lain yang sering digunakan dalam suatu jaringan perpipaan antara lain : 1. Sambungan pipa Untuk menggabungkan atau menyambungkan dua buah pipa atau lebih diperlukan sambungan pipa, baik sambungan antara pipa yang berdiameter sama maupun yang tidak sama. Jenisjenis sambungan pipa antara lain :

22 a. Mangkok (bell) dan lurus b. Sambungan mekanik c. Sambungan dorong (push and joint) d. Sambungan pinggiran roda (flange) Sambungan tersebut biasanya dipakai sesuai dengan kebutuhan di lapangan saat pemasangan jaringan. 2. Pompa Pompa merupakan alat untuk menaikkan tekanan atau energi potensial air. Pompa dapat menambah tekanan pada aliran sehingga air dapat mengalir sesuai dengan yang diharapkan. Mengalirkan air berarti memberikan debit di dalam pipa atau mempercepat aliran dalam pipa. Pompa mengalirkan air ke satu arah dengan menaikkan tinggi tekanan di daerah rendah menuju yang lebih tinggi. 2.8 Kriteria Desain Sistem Air Bersih Pedesaan Kriteria desain diperlukan untuk mempermudah perencanaan jaringan transmisi, distribusi maupun bangunan penunjang lainnya. Kriteria desain sistem air bersih pedesaan telah diberikan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kimpraswil (2002) sebagai berikut : 1. Sistem pelayanan air bersih pedesaan dilakukan melalui kran umum (KU) atau hidran umum (HU). 2. Cakupan pelayanan dapat mencukupi 60 100% dari jumlah penduduk dalam satu wilayah. 3. Jarak minimum penempatan KU atau HU adalah 200 meter. 4. Pelayanan air per orang per hari adalah 30 liter. 5. Faktor kehilangan air dalam pendistribusian adalah 20% dari jumlah total kebutuhan air. 6. Faktor hari maksimum adalah 1,1 dan faktor jam puncak 1,2. 7. Periode desain minimum adalah 10 tahun.