FUNGSI SIDIK JARI SEBAGAI ALAT BUKTI UNTUK MENGUNGKAP TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT (STUDI KASUS POLRES PURWOREJO) AULINA DEVI RAHYUNI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS SIDIK JARI SEBAGAI SARANA PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN. A. Analisis Pembuktian Tindak Pidana Pembunuhan Dengan

BAB I PENDAHULUAN. dapat diungkap karena bantuan dari disiplin ilmu lain. bantu dalam penyelesaian proses beracara pidana sangat diperlukan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Dactyloscopy Sebagai Ilmu Bantu Dalam Proses Penyidikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. sehingga mereka tidak tahu tentang batasan umur yang disebut dalam pengertian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam Penjelasan Undang Undang Dasar 1945, telah dijelaskan

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang terdiri dari kesengajaan (dolus atau opzet) dan kelalaian (culpa). Seperti

BAB II LANDASAN TEORI. Adapun yang menjadi tujuan upaya diversi adalah : 6. a. untuk menghindari anak dari penahanan;

BAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, sering terjadi tindak

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. lazim disebut norma. Norma adalah istilah yang sering digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, mengakibatkan kejahatan pada saat ini cenderung

II. TINJAUAN PUSTAKA. wajib untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Pertanggungjawaban

BAB II PERANAN POLISI SEBAGAI PENYIDIK DALAM MELAKUKAN PENANGANAN TEMPAT KEJADIAN PERKARA

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa maupun media elektronik seperti televisi dan radio.

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

KEKUATAN PEMBUKTIAN VISUM ET REPERTUM BAGI HAKIM DALAM MEMPERTIMBANGKAN PUTUSANNYA. Oleh : Sumaidi, SH.MH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tegaknya negara hukum menjadi tugas dan tanggung jawab dari

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara hukum Pasal 24 Ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB II PENAHANAN DALAM PROSES PENYIDIKAN TERHADAP TERSANGKA ANAK DIBAWAH UMUR. penyelidikan yang merupakan tahapan permulaan mencari ada atau tidaknya

NILAI KEADILAN DALAM PENGHENTIAN PENYIDIKAN Oleh Wayan Rideng 1

BAB I PENDAHULUAN. baik. Perilaku warga negara yang menyimpang dari tata hukum yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Ketentuan Pasal 184 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

MEKANISME PENYELESAIAN KASUS KEJAHATAN KEHUTANAN

Makalah Daluwarsa Penuntutan (Hukum Pidana) BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. hukum, tidak ada suatu tindak pidana tanpa sifat melanggar hukum. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan negara hukum sebagaimana dicantumkan

Pemeriksaan Sebelum Persidangan

BAB I PENDAHULUAN. dapat lagi diserahkan kepada peraturan kekuatan-kekuatan bebas dalam

Lex Privatum Vol. V/No. 8/Okt/2017

BAB I PENDAHULUAN. mengatur suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide dan konsep-konsep menjadi

BAB I PENDAHULUAN. seperti pemalsuan Kartu Keluarga, KTP ganda, Akta Kelahiran ganda, dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian dan Unsur-Unsur Tindak Pidana. Belanda yaitu strafbaar feit yang terdiri dari tiga kata, yakni straf

BAB 1 PENDAHULUAN. boleh ditinggalkan oleh warga negara, penyelenggara negara, lembaga

KESAKSIAN PALSU DI DEPAN PENGADILAN DAN PROSES PENANGANANNYA 1 Oleh: Gerald Majampoh 2

BAB I PENDAHULUAN. sering terjadi penyimpangan-penyimpangan terhadap norma-norma pergaulan. tingkat kejahatan atau tindak pidana pembunuhan.

Bab IX : Sumpah Palsu Dan Keterangan Palsu

KEKUATAN VISUM ET REPERTUM SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM MENGUNGKAP TERJADINYA TINDAK PIDANA

BAB II PRAPERADILAN DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA INDONESIA. A. Sejarah Praperadilan dalam Sistem Peradilan Pidana di Indonesia

Hukum Acara Pidana Untuk Kasus Kekerasan Seksual

BAB I PENDAHULUAN. pada Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang berbunyi Negara Indonesia adalah Negara Hukum.

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

Lex et Societatis, Vol. IV/No. 2/Feb/2016/Edisi Khusus

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. pembunuhan dan penganiayaan yang terjadi dewasa ini seakan-akan telah

PENEGAKAN HUKUM DALAM TINDAK PIDANA PEMALSUAN MATA UANG DOLLAR. Suwarjo, SH., M.Hum.

II. TINJAUAN PUSTAKA. dipidana jika tidak ada kesalahan ( Green Straf Zonder Schuld) merupakan dasar

BAB IV KEWENANGAN KEJAKSAAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Perbedaan Kewenangan Jaksa dengan KPK dalam Perkara Tindak

Pelaksanaan Penyidik Diluar Wilayah Hukum Penyidik

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap yang dilakukan oleh pelakunya. Dalam realita sehari - hari, ada

Penerapan Tindak Pidana Ringan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kisaran Nomor 456/Pid.B/2013/PN.Kis)

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pertanggungjawaban Pidana Korporasi

BAB III IMPLEMENTASI KETERANGAN AHLI DALAM PEMERIKSAAN PERKARA PIDANA DI TINGKAT PENYIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Pengakkan hukum yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. landasan konstitusional bahwa Indonesia adalah negara yang berdasarkan

PELAKSANAAN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PENIPUAN JUAL BELI TANAH YANG DITANGANI OLEH POLRESTA SURAKARTA

Fungsi Dan Wewenang Polri Dalam Kaitannya Dengan Perlindungan Hak Asasi Manusia. Oleh : Iman Hidayat, SH.MH. Abstrak

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana pemalsuan uang mengandung nilai ketidak benaran atau palsu atas

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DAN PENADAHAN. dasar dari dapat dipidananya seseorang adalah kesalahan, yang berarti seseorang

Fungsi Sidik Jari Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan

I. PENDAHULUAN. hukum serta Undang-Undang Pidana. Sebagai suatu kenyataan sosial, masalah

Lex et Societatis, Vol. IV/No. 7/Juli/2016

BAB I PENDAHULUAN. untuk dipenuhi. Manusia dalam hidupnya dikelilingi berbagai macam bahaya. kepentingannya atau keinginannya tidak tercapai.

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Abstrak. Kata kunci: Peninjauan Kembali, Kehkilafan /Kekeliranan Nyata, Penipuan. Abstract. Keywords:

I. PENDAHULUAN. adalah bertujuan untuk mencari kebenaran materi terhadap perkara tersebut. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Penyelidikan merupakan bagian yang tidak dapat di pisahkan dari. penyidikan, KUHAP dengan tegas membedakan istilah Penyidik dan

ALAT BUKTI PETUNJUK DALAM PENYELESAIAN PERKARA PIDANA. (Studi Kasus Di Wilayah Hukum Pengadilan Negeri Surakarta)

SKRIPSI PERANAN PENYIDIK POLRI DALAM MENCARI BARANG BUKTI HASIL TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DI WILAYAH HUKUM POLRESTA PADANG

SKRIPSI. PELAKSANAAN PENYIDIKAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENCABULAN TERHADAP ANAK (Studi Kasus di Polres Pasaman Barat)

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbuatan yang telah dilakukan, yaitu perbuatan yang tercela oleh masyarakat dan

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA

Bagian Kedua Penyidikan

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

JURNAL ILMIAH FUNGSI IDENTIFIKASI SIDIK JARI DALAM MENENTUKAN PELAKU TINDAK PIDANA ( Studi di Polres Mataram ) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Pertama, hal Soerjono Soekanto, 2007, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cetakan

I. PENDAHULUAN. pengeledahan, penangkapan, penahanan dan lain-lain diberi definisi dalam. Berdasarkan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meningkatnya kasus kejahatan pencurian kendaraan bermotor memang

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan norma hukum tentunya tidaklah menjadi masalah. Namun. terhadap perilaku yang tidak sesuai dengan norma biasanya dapat

BAB I PENDAHULUAN. suatu perkara disandarkan pada intelektual, moral dan integritas hakim terhadap

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Tentang Tugas, Wewenang Hakim Dalam Peradilan Pidana

Bab XII : Pemalsuan Surat

PENYELESAIAN PERKARA PIDANA DI LUAR PENGADILAN TERHADAP DUGAAN KEJAHATAN PASAL 359 KUHP DALAM PERKARA LALU LINTAS

PENYELESAIAN PERKARA PIDANA DI LUAR PENGADILAN TERHADAP DUGAAN KEJAHATAN PASAL 359 KUHP DALAM PERKARA LALU LINTAS

BAB I PENDAHULUAN. penyelesaian perkara pidana, keterangan yang diberikan oleh seorang saksi. pidana atau tidak yang dilakukan terdakwa.

Kekuatan Keterangan Saksi Anak Dibawah Umur dalam Pembuktian Perkara Pidana

I. PENDAHULUAN. saling mempengaruhi satu sama lain. Hukum merupakan pelindung bagi

PERUSAKAN PAGAR DIATAS TANAH OBJEK SENGKETA PERDATA MERUPAKAN TINDAK PIDANA. Triswidodo 1. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yakni

BAB II HUBUNGAN KUHP DENGAN UU NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. dapat di pandang sama dihadapan hukum (equality before the law). Beberapa

BAB I PENDAHULUAN. penganiayaan adalah: perlakuan yang sewenang-wenang. Pengertian. pidana adalah menyangkut tubuh manusia. Meskipun pengertian

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana korupsi merupakan salah satu kejahatan yang merusak moral

SURAT TUNTUTAN (REQUISITOIR) DALAM PROSES PERKARA PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. pidana adalah kebenaran materil, yang menjadi tujuan dari hukum acara pidana itu

BAB IV PENUTUP A. Simpulan

PERANAN SIDIK JARI DALAM PROSES PENYIDIKAN SEBAGAI SALAH SATU ALAT BUKTI UNTUK MENGUNGKAP SUATU TINDAK PIDANA. (Studi Kasus di Polres Sukoharjo)

BAB I PENDAHULUAN. telah berusia 17 tahun atau yang sudah menikah. Kartu ini berfungsi sebagai

Transkripsi:

1 FUNGSI SIDIK JARI SEBAGAI ALAT BUKTI UNTUK MENGUNGKAP TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT (STUDI KASUS POLRES PURWOREJO) AULINA DEVI RAHYUNI 11100059 Abstrak : Sistem pengenalan sidik jari harus mampu mengidentifikasi sidik jari seseorang dari sekumpulan besar basis data sidik jari. Hal ini merupakan masalah tersendiri bagi efisiensi sistem identifikasi. Sehingga digunakanlah berbagai pendekatan klasifikasi berdasarkan ciri umum yang tampak pada sidik jari. Fungsi sidik jari sebagai alat bukti untuk mengungkap tindak pidana pemalsuan surat sangat penting untuk mengungkap atau membuktikan korban dan pelaku. hambatan-hambatan yang dihadapi oleh petugas kepolisian dalam mengungkap tindak pidana pemalsuan surat dengan menggunakan alat bukti sidik jari dalam tindak pidana pemalsuan suratadalah (1) petugas mengalami kesulitan karena penyidik yang menangani kasus ini kurang profesional atau dapat dikatakan belum menguasai mengenai pengetahuan tentang identifikasi sidik jari. (2) pelaku tidak mau mengakui perbuatannya, dia tetap bersikukuh bahwa dia tidak memalsukan cap jempol milik suaminya tersebut. Namun setelah mengetahui bahwa suaminya yang telah melaporkannya ke polisi kemudian dia mau mengakuinya namun dengan berbagai macam alasan. Kata Kunci : Sidik Jari Dalam Pemalsuan Surat LATAR BELAKANG Sistem pengenalan sidik jari harus mampu mengidentifikasi sidik jari seseorang dari sekumpulan besar basis data sidik jari. Hal ini merupakan masalah tersendiri bagi efisiensi sistem identifikasi. Sehingga digunakanlah berbagai pendekatan klasifikasi berdasarkan ciri umum yang tampak pada sidik jari. Dalam pembuktian suatu perkara pidana, hakim secara aktif harus mencari dan menemukan kebenaran materiil (kebenaran yang sesungguhnya), yaitu bahwa tindak pidana sebagaimana

2 diuraikan dalam surat dakwaan jaksa penuntut umum terhadap terdakwa adalah benar-benar terjadi, dan benar terdapat kesalahan terdakwa (baik kesengajaan maupun kelalaian), serta dapat dipertanggungjawabkannya tindak pidana tersebut oleh terdakwa. Pasal 184 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), maka alat bukti dalam perkara pidana umum adalah terdiri dari: 1. Keterangan saksi 2. Keterangan ahli 3. Surat 4. Petunjuk 5. Keterangan terdakwa Hal yang secara umum sudah diketahui dan tidak perlu untuk dibuktikan lagi (fakta notoir)jika dikaitkan dengan pertanyaan anda, sidik jari dari pelaku suatu tindak pidana tidak secara langsung dapat dikualifisir sebagai salah satu alat bukti dalam suatu perkara pidana, melainkan harus dikonversi dalam jenis-jenis alat bukti tertentu, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 184 KUHAP Tersebut. Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan sekurangkurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benarbenar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya. RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana fungsi pembuktian sidik jari sebagai alat bukti untuk mengungkap tindak pidana Pemalsuan Surat?

3 2. Hambatan-hambatan apa yang dihadapi oleh petugas kepolisian dalam mengungkap tindak pidana pemalsuan surat dengan menggunakan alat bukti sidik jari dalam tindak pidana pemalsuan surat? LANDASAN TEORI 1. Tinjuan Tentang Penyelidikan dan Penyidikan Penyelidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk melakukan penyelidikan (pasal 1 butir 4 KUHAP). Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini. (pasal 1 angka 5 KUHAP). penyelidikan merupakan tindakan tahap pertama permulaan penyidikan. ( M. Yahya Harahap, 2002:101) Penyidikan merupakan tinak lanjut penyelidikan,yang sedikit banyak telah menemukan konstruksi peristiwa pidana yang terjadi. Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya. (Berdasarkan UU Nomor 8 Tahun 1981 Tentang KUHAP pada Pasal 1 butir (2)). A. Pengertian Sidik Jari Sebagai Alat Bukti Pada proses penyelidikan akan dilakukan melalui beberapa proses yang salah satunya yakni dengan mengambil sidik jari. Sidik jari yang dalam bahasa Inggris disebut fingerprint ini diambil dalam proses penyelidikan untuk pemeriksaan lebih lanjut mengenai bukti-bukti yang mungkin tertinggal di TKP (Tempat Kejadian Perkara). Hasil yang dicapai dari penyelidikan tadi merupakan suatu pengetahuan yang disebut dactyloscopy atau pengetahuan tentang sidik jari. (

4 Karjadi.M, 1971:54). Daktiloskopi berasal dari bahasa Yunani, daktilos yang artinya Jari dan Skopio yang artinya mengamati atau melihat, jadi secara singkat daktilospkopi berarti mengamati sidik jari. ( A. Gumilang, 1993:87). Hal yang menjadi dasar sidik jari sebagai alat bukti adalah tidak adanya sidik jari yang sama satu sama lain dan sidik jari itu tidak akan berubah selama hidupnya. Seperti yang dikatakan Pagian Soeprapto dan V. Wahyoedi: Bahwa pengetahuan sidik jari ini dalam acara pidana mengambil tempat yang penting karena hasil ketepatannya diakui dan dapat dianggap sebagai suatu alat bukti yang sah terhadap salah atau tidaknya terdakwa dalam tindak pidana. (Pagian Soeprapto dan V. Wahyoedi, 1992: 7) B. Tindak Pidana dan Unsur-unsurnya Pengertian tindak pidana sebagai suatu tindakan melanggara hak yang telah dilakukan dengan sengaja maupun tidak sengaja oleh seseorang yang dapat dipertanggungjawabkan atas tindakannya dan yang oleh undang-undang telah dinyatakan sebagai tindakan yang dapat di hukum. (Lamintang.P.A.F, 1997:185). Moeljanto Memberikan pengertian yaitu perbuatan pidana sebagai perbuatan yang diacam dengan pidana, barang siapa yang melanggar larangan tersebut. ( Sudarto, 1990: 43). Vos merumuskan bahwa strafbaarfeit adalah suatu kelakuan manusia yang diancam pidana oleh peraturan perundang-undangan. ( Adami Chazawi, 2002:72) para sarjana juga memaparkan suatu unsur tindak pidana, antara lain yaitu : 1) Menurut Pompe, unsur dari tidak pidana adalah : a) Unsur Perbuatan pidana (criminal act) yang meliputi perbuatan dan sifat melawan hukum perbuatan

5 b) Pertanggungjawaban pidana (criminal responsibility) yang mencakup kesengajaan, kealpaan serta kelalaian dan kemampuan bertanggungjawab. ( A. Zainal Abidin, 1995: 224). C. Tindak Pidana Pemalsuan Surat Kejahatan Pemalsuan Surat pada umumnya adalah berupa pemalsuan surat dalam bentuk pokok (bentuk standar ) yang dimuat pada Pasal 263, yang merumuskan adalah sebagai berikut: Barangsiapa membuat surat palsu atau memalsukan surat yang dapat menimbulkan sesuatu hak, perikatan atau pembebasan hutang, atau yang diperuntukkan sebagai bukti daripada sesuatu hal yang dengan maksud untuk memakai atau menyuruh orang lain memakai surat tersebut seolah-olah isinya benar dan tidak palsu, dipidana jika pemakaian tersebut dapat menimbulakan kerugian, karena pemalsuan surat, dengan pidana penjara paling lama 6 tahun Dipidana dengan pidana yang sama, barangsiapa dengan sengaja memakai surat palsu atau yang dipalsukan seolah-olah jika pamakaian surat itu dapat menimbulkan kerugian. Dalam Pasal 263 tersebut ada 2 kejahatan, masing-masing dirumuskan pada ayat 1 dan 2. Rumusan pada ayat ke-1 terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut: 1. Unsur subjektif dengan maksud untuk menggunakannya sebagai surat yang asli dan tidak dipalsukan atau untuk membuat orang lain menggunakan orang tersebut. 2. Unsur-unsur objektif a. Barang siapa; b. Membuat secara palsu atau memalsukan; c. Suatu surat yang dapat menimbulkan suatu hak, suatu perikatan atau suatu pembebasan utang atau; d. Suatu surat yang dimaksud untuk membuktikan suatu kenyataan;

6 e. Penggunaannya dapat menimbulkan suatu kerugian. Sedang ayat 2 mempunyai unsur-unsur sebagai berikut: 1. Unsur obyektif : Perbuatan Objeknya : Memakai; : a) Surat palsu; b) Surat yang dipalsukan; Pemakaian surat tersebut dapat menimbulkan kerugian. 2. Unsur subyektif : Dengan sengaja. Surat (grechrift) adalah suatu lembaran kertas yang diatasnya terdapat tulisan yang terdiri dari kalimat dan huruf termasuk angka yang mengandung/berisi buah pikiran atau makna tertentu, yang dapat berupa tulisan dengan tangan, dengan mesin ketik, printer komputer, dengan mesin cetakan dan dengan alat dan cara apa pun. Membuat surat palsu (membuat palsu/valschelijk opmaaken sebuah surat) adalah membuat sebuah surat yang seluruh atau sebagian isinya palsu. Palsu artinya tidak benar atau bertentangan dengan yang sebenarnya. METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pendekatan yuridis sosiologis, artinya pendekatan permasalahan terhadap aspek yuridis dan sosiologis di lapangan tentang fungsi dan kekuatan pembuktian sidik jari sebagai alat bukti untuk mengungkap suatu tindak pidana.

7 1. Sifat Penelitian Jenis penelitian ini adalah bersifat deskriptif, yang menggambarkan secara lengkap tentang fungsi sidik jari sebagai alat bukti untuk mengungkap tindak pidana pemalsuan surat. 2. Bahan dan Materi Penelitian a. Data Primer Data yang diperoleh berupa data-data langsung di lapangan. Dalam hal ini sumbernya berupa wawancara dengan pihak penyidik dari Polres Purworejo, b. Data Sekunder Data-data yang diperoleh peneliti dari penelitian kepustakaan dan dokumentasi. 3. Teknik Pengumpulan Data Penulis dalam melakukan penelitian ini teknik pengumpulan data yang dilakuan dengan cara sebagai berikut: a) Studi Lapangan b) Studi Kepustakaan 4. Metode Analisis Data Data yang diperoleh baik dari penelitian lapangan maupun studi kepustakaan akan dianalisis yuridis kualitatif. Selanjutnya dengan menarik kesimpulan atas data-data yang ada dengan kenyataan empiris di lapangan.

8 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Paparan kasus Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Polres Purworejo, penelitian mendapatkan berkas Kasus tindak pidana Pemalsuan Surat. Berikut uraian singkat Berkas Kasus tindak pidana Pemalsuan Surat. DUDUK PERKARA Telah terjadi perkara dugaan tindak pidana pemalsuan surat pada hari Senin, tanggal 01 Agustus 2011 hingga pada hari senin tanggal tanggal 05 Desember 2011 sekitar jam 10.00 Wib, yang bertempat dirumah orang tua tersangka di Dusun Duduwetan Kec Kutoarjo kab.purworejo dan Kantor PD.BPR-BKK Purworejo cabang Kutoarjo Kab.Purworejo dengan tersangka atas nama Vivie Hapsary Kusumawardanie Binti saryanto. Tersangka atas nama Vivie Hapsary Kusumawardanie Binti saryanto melakukan tindak pidana pemalsuan surat dengan cara mengisi blangko permohonan kredit yang diajukan sebesar sebesar Rp 15.000.000,-(lima belas juta rupiah) tersangka dengan tanpa ijin dari suaminya yang sah yaitu Supriyadi membubuhkan cap jempol pada blangko permohonan kredit seolah-olah cap jempol tersebut adalah cap jempol suaminya Suptiyadi dan membubuhkan nama saksi Suptiyadi dalam blangko permohonan kredit, lalu membawanya ke ke PD.BPR-BKK Purworejo cabang Kutoarjo dan menggunakannya untuk mengajukan kredit di PD.BPR-BKK Purworejo cabang Kutoarjo. Setelah permohonan pengajuan kredit dari tersangka tersebut dapat terealisasi tersangka menerima pencairan permohonan kredit sebesar Rp 15.000.000,-(lima baelas juta rupiah) potong administrasi. Oleh karena tersangka atas Vivie Hapsary Kusumawardanie Binti saryanto diduga keras telah melakukan pemalsuan surat,maka terhadaptersangka atas nama Vivie Hapsary

9 Kusumawardanie Binti saryanto dapat disangkakan telah melakukan tindak pidana pemalsuan surat, sebagaimana dimaksud dalam Pasal263 ayat (1) KUHP.( sumber : Berita Acara Pendapat Polres Purworejo tanggal 05 Oktober 2015) B. ANALISIS 1. Fungsi Sidik Jari Sebagai Alat Bukti Untuk Mengungkap Tindak Pidana Pemalsuan Surat Sidik jari dari pelaku suatu tindak pidana tidak secara langsung dapat dikualifisir sebagai salah satu alat bukti dalam suatu perkara pidana, melainkan harus dikonversi dalam jenis-jenis alat bukti tertentu, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 184 KUHAP Tersebut.Dari definisi umum yang ada, sidik jari atau fingerprint didefinisikan sebagai hasil reproduksi tapak jari baik yang sengaja diambil, dicapkan dengan tinta, maupun bekas yang ditinggalkan pada benda karena pernah tersentuh kulit telapak tangan atau. Sedangkan ilmu yang mempelajari tentang sidik jadi adalah Daktiloskopi. Dalam hal ini, wujud konkret dari keterangan atas suatu sidik jari dalam suatu perkara pidana dapat berbentuk surat keterangan yang dibuat oleh seorang ahli (Pasal 187 huruf c KUHAP) yang dapat dikualifisir sebagai alat bukti surat.selain itu apabila diperlukan, baik dalam proses penyidikan di kepolisian maupun proses pemeriksaan perkara di pengadilan, seorang ahli Daktiloskopi dapat dipanggil guna didengar keterangannya untuk menjelaskan mengenai keterkaitan adanya sidik jari seseorang dalam suatu peristiwa pidana. Untuk mengetahui mengenai kekuatan hukum yang dimiliki oleh suatu alat bukti diperlukan pula pengetahuan tentang teori khususnya mengenai hukum pembuktian yang secara jelas

10 memaparkan bahwa suatu alat bukti dapat dipakaisebagai alat bukti apabila memenuhi beberapa persyaratan, sebagai berikut : 1. Diperkenankan oleh undang - undang untuk dipakai sebagai alat bukti; 2. Reability, yakni alat bukti tersebut dapat dipercaya absahannya; 3. Necessity, yakni alat bukti tersebut memang diperlukan untuk membuktikansuatu fakta; dan 4. Relevance, yakni alat bukti tersebut mempunyai relevansi dengan fakta yangakan dibuktikan. Pemanfaatan peran sidik jari dalam mengungkap pelaku kejahatan merupakan langkah strategis yang mungkin dilakukan saat ini, mengingat keotentikan alat bukti sidik jari itu sendiri yang dinilai sangat akurat, sebagaimanadiatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) Pasal 7huruf ftentangkewenangan penyidik untuk mengambil sidik jari dan memotretseorang, Undang-Undang Kepolisian Nomor 22 Tahun 2002 Pasal 15 ayat 1 sertaperaturan KAPOLRI Nomor 14 Tahun 2012 Tentang Manajemen PenyidikanTindak Pidana Pasal 10 Ayat 3 huruf d dan e.sebagai alat bukti petunjukdanketerangan ahli, tentunya berdampak sangat signifikan dalam mengungkap kasus-kasus pidana. Sebagai produk hukum yang mengatur mengenai pidana formil, didalamkuhap tidak banyak kita temui pengaturan mengenai penggunaan alat buktisidik jari sebagai alat bukti. Dalam hal ini hanya terdapat satu pasal yangmengatur alat buktisidik jari, yaitu Pasal 7 huruf f KUHAP yang menentukanbahwa penyidik sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat(1) huruf a karenakewajibannya mempunyai wewenang mengambil sidik jari dan memotret seorang.sedangkan dalam KUHAP Pasal 184 yang menyebutkan alat bukti yang sahadalah :

11 1. Keterangan Saksi; 2. Keterangan Ahli; 3. Surat; 4. Petunjuk; dan 5. Keterangan terdakwa. Dari uraian diatas, menurut penyusunbahwa alat bukti yang secara limitative terdapat dalam KUHAP Pasal 184 tersebut tidak memungkinkan untuk dikurangi. Oleh karena itu, kemunculan berbagai penemuan yang selanjutnya dapat dipergunakan sebagai alat bukti khususnya dalam pembuktian perkara pidana hanya dapat dikatagorikan kedalam jenis alat bukti yang ada dalam KUHAP Pasal184 tersebut. Di era yang serba canggih dan modern seperti saat ini, POLRI dituntut untuk berkembang mengikuti kemajuan teknologi dan perkembangan, dengan semakin meningkatkan keakuratan alat bukti yang dimilikinya, terutama sidik jari dalam tindakan pidana pemalsuan surat. Adapun langkah-langkah penyidikan yang dilakukan oleh penyidik dimulai dari mendatangi tempat kejadian perkara, memeriksa apa yang telah dilakukan penjahat, pemotretan dan pembuatan sketsa, pencarian alat-alat bukti, pemeriksaan saksi atau korban kalau hidup dan orang-orang yang dianggap dapat memberikan keterangan, pencarian dan pengerjaan serta penangkapan dan penahanan para tersangka sampai dengan penyerahan berkas berita acara kepada penuntut umum/kejaksaan. Tindak kejahatan yang terjadi di Indonesia pada umumnya masih sering meninggalkan sidik jari pelaku,pada umumnya sidik jari yang tertinggal pada TKP merupakan jenis sidik jari latent dan memerlukan pengembangan terlebih dahulu untuk membuatnya menjadi lebih jelas yang

12 kemudian bisa menjadi bukti ataupun petunjuk untuk pengenalan kembali pada pelaku tindak pidana. Awalnya pelaku bingung ketika ditanya oleh pihak kepolisian mengenai pemalsuan cap milik suaminya (dalam hal ini adalah korban), namun setelah mengetahui bahwa yang melaporkannya adalah suaminya sendiri baru dia kemudian mengakuinya dengan alasan saat itu suaminya sedang tidak ada dirumah dan dia sangat membutuhkan cap jempol suaminya tersebut guna mencairkan dana pinjaman dari bank, kemudian dia memalsukan cap jempol suaminya tersebut dengan cap jempolnya sendiri dan tidak mengira jika suaminya akan mengetahuinya dan justru melaporkannya ke polisi. Fungsi sidik jari dalam menemukan bukti pemalsuan cap jempol sebagai bukti sidik jari yang telah dipalsukan oleh pelaku tindak pidana pemalsuan surat tersebut sangat penting untuk mengungkap korban dan pelaku.pada kasus pemalsuan surat ini, sudah terdapat cap jempol yang diakui oleh tersangka sebagai cap jempol korban yang dipalsukan pada suratnya. Namun pada kasus ini, sudah jelas terdapat cap jempol palsu yang seolah-olah adalah milik korban tersebut sehingga lebih memudahkan pihak penyidik untuk melakukan penyidikan yaitu dengan menggunakan sidik jari pembanding milik korban. Setelah sidik jari pada surat tersebut diteliti, maka akan dicocokan dengan sidik jari korban, yaitu dengan cara dibandingkan dengan sidik jari korban atau sidik jari yang tersimpan di file yang tersimpan di data base Kepolisian atas nama korban tersebut. Hal ini untuk mencocokkan sidik jari yang terdapat pada surat tersebut dengan sidik jari korban yang dipalsukan cap jempolnya, dan ternyata sidik jari yang terdapat dalam cap jempol surat tersebut berbeda dengan sidik jari asli milik korban. Jadi, fungsi sidik jari sebagai

13 alat bukti untuk mengungkap tindak pidana pemalsuan surat tersebut sangat penting karena memang pada kasus tersesebut sidik jari dapat digunakan sebagai alat bukti yang kuat. 2. Hambatan-Hambatan yang Dihadapi Oleh Petugas Kepolisian dalam Mengungkap Tindak Pidana Pemalsuan Surat dengan Menggunakan Alat Bukti Sidik Jari hasil wawancara dengan Ipda Sunarso mengenai hambatan-hambatan yang dihadapi pihak penyidik dalam mengungkap tindak pidana pemalsuan surat menggunakan alat bukti sidik jari, menjelaskan bahwa dalam kasus pemalsuan cap jempol ini, tidak banyak hambatan yang dihadapi oleh pihak kepolisian, karena memang sudah terdapat sidik jari palsu yaitu yang terdapat dalam cap jempol surat tersebut yang seolah-olah oleh pelaku diakui sebagai cap jempol suaminya yang disini sebagai pelapor dan korban. Jadi lebih memudahkan penyidik dalam mencari atau menemukan bukti sidik jari tersebut. Namun dalam setiap proses penyidikan pasti ada hambatan yang dihadapi tak terkecuali dalam kasus pemalsuan surat ini, hambatan yang pertama adalah petugas sedikit mengalami kesulitan karena petugas yang bertugas sebagai penyidik yang menangani kasus ini belum begitu menguasai pengetahuan tentang identifikasi sidik jari. Petugas penyidik biasanya bertugas dibagian intel dan baru beberapa bulan dipindah tugaskan dibagian reskrim dan memang kebetulan ini kasus pertamanya mengenai pemalsuan surat yang menggunakan alat bukti sidik jari, jadi memang belum begitu menguasainya dan masih membutuhkan banyak latihan lagi. Namun hambatan ini dapat diatasi karena petugas kemudian mempelajari dengan baik dan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik.hambatan yang kedua adalah pada awalnya pelaku tidak mau mengakui perbuatannya, dia tetap bersikukuh bahwa dia tidak melakukan pemalsuan cap jempol milik suaminya dalam surat tersebut, dia mengelak bahwa cap jempol tersebut adalah asli milik suaminya, pelaku cukup pintar dalam mengarang cerita bahwa itu adalah cap jempol asli suaminya. Namun setelah polisi beritahu

14 bahwa suaminya yang telah melaporkannya kepada kepolisian kemudian dia mengakuinya namun dengan berbagai alasan ( Hasil wawancara dengan Ipda Sunarso, tanggal 11 februari 2015). Jadi, dalam setiap proses penyidikan suatu tindak pidana, penyidik pasti mengalami hambatan atau kendala untuk mengungkap suatu tindak pidana. Hambatan-hambatan yang dihadapi oleh petugas kepolisian dalam mengungkap tindak pidana pemalsuan surat dengan menggunakan alat bukti sidik jari adalah kesulitan atau bahkan gagal dalam mengumpulkan bukti-bukti tersebut. Namun dalam kasus pemalsuan surat ini, tidak banyak hambatan yang dihadapi petugas, hambatan-hambatannya adalah petugas yang kurang menguasai tentang identifikasi sidik jari, namun kendala tersebut dapat diatasi karena penyidik tersebut kemudian mempelajarinya dan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Hambatan kedua adalah pelaku pada awalnya tidak mau mengakui perbuatannya, namun setelah mengetahui bahwa suaminya sendiri yang melaporkannya kemudian dia mau mengakui perbuatannya. KESIMPULAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka penulis menyimpulkan 2 (dua) hal, sebagai berikut : Fungsi sidik jari dalam menemukan bukti pemalsuan cap jempol sebagai bukti sidik jari yang telah dipalsukan oleh pelaku tindak pidana pemalsuan surat tersebut sangat penting untuk mengungkap korban dan pelaku.pada kasus pemalsuan surat ini, sudah terdapat cap jempol yang diakui oleh tersangka sebagai cap jempol korban yang dipalsukan pada suratnya. Namun pada kasus ini, sudah jelas terdapat cap jempol palsu yang seolah-olah adalah milik korban tersebut sehingga lebih memudahkan pihak penyidik untuk melakukan penyidikan yaitu dengan

15 menggunakan sidik jari pembanding milik korban. Faktor-faktor yang menjadi penghambat bagi pihak kepolisian dalam menggunakan sidik jari sebagai alat bukti untuk mengungkap tindak pidana pemalsuan surat tersebut adalah petugas mengalami kesulitan karena penyidik yang menangani kasus ini kurang profesional atau dapat dikatakan belum nenguasai mengenai pengetahuan tentang identifikasi sidik jari. DAFTAR PUSTAKA A. Gumilang, 1993.Kriminalistik (Pengetahuan Tentang Teknik dan Taktik Penyidikan) Cet. 3. Bandung: Sinar Grafika A.Zainal Abidin. 1995, Hukum Pidana I. jakarta: Sinar Grafika Bambang Sunggono, 2003, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Persada. Chazawi, Adami. 2002. Pelajaran Hukum Pidana Bagian 1. Jakarta: Raja Grafindo Harahap, Yahya. 2002, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP.Jakarta Karjadi, M, 1971. Tindakan dan Penjidikan Pertama di Tempat Kejadian Perkara. Jakarta:P.T. Gita Karya Lamintang P.A.F., 1997. Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesi., Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. Sudarto, 1990, Hukum Pidana I, Semarang : Yayasan Sudarto Fakultas Hukum Universitas Diponegoro. Soeprapto, Pagian dan V. Wahyoedi.Asas-asas Pengetahuan Tentang Sidik Jari (Dactiloscopy). Politea: Bogor Kitab Undang-Undang Hukum Pidana(KUHP) pasal 263 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) pasal 1 dan 184