I. PENDAHULUAN. berasal dari kata curir (pelari) dan curene (tempat berpacu). Pada saat itu

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani sebagai bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan, yang

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak. Gerakan-gerakan senam sangat sesuai

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Pendidikan Jasmani merupakan media untuk mendorong. perkembangan keterampilan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan suatu proses pendidikan gerak insani (human movement)

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

I. PENDAHULUAN. layak dan sejahtera, hal ini menuntut manusia untuk bekerja keras demi mencapai

I. PENDAHULUAN. Senam menurut Roji (2006: 110) adalah olahraga dengan gerakan gerakan

I. PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas manusia untuk bersaing dalam membangun taraf hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar yang dapat menumbuhkan potensi sumber

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. hidup bangsa dan negara. Pada Negara-negara yang masih berkembang,

KONTRIBUSI KELENTUKAN, KEKUATAN, PANJANG LENGAN DAN TUNGKAI TERHADAP HASIL BELAJAR KAYANG. (Jurnal Skripsi) Oleh SATRIA WIJAYA

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak, khususnya dalam materi. Materi senam terdapat pada kurikulum Sekolah Menengah Atas dengan

I. PENDAHULUAN. Sikap lilin merupakan bagian dari keterampilan gerak dasar dalam senam

II. TINJAUAN PUSTAKA. melibatkan gerakan-gerakan yang terpilih dan terencana untuk mencapai. tujuan tertentu.dalam Muhajir (2006: 88)

: Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (PJOK)

I. PENDAHULUAN. maupun sebagai anggota kelompok yang dilakukan secara sadar dan. kemampuan, keterampilan jasmani, pertumbuhan kecerdasan dan

HUBUNGAN POWER OTOT TUNGKAI POWER OTOT LENGAN KELENTURAN DAN KESEIMBANGAN DENGAN HASIL BELAJAR KAYANG. Jurnal MUHAMMAD INDRA KURNIAWAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai suatu kegiatan telah di kenal dan di sadari atau tidak di lakukan oleh

PROGRAM PELAKSANAAN UJIAN PRAKTIK MATA PELAJARAN PENJASKES SMP NEGERI 1 TAJURHALANG

BAB V KEBUGARAN JASMANI. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 117

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (PenjasOrkes) sebagai bagian

BAB I PENDAHULUAN. kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berpikir kritis,

I. PENDAHULUAN. jasmani di mana di dalam pelaksanaannya banyak menggunakan fisik atau

BAB I PENDAHULUAN. gerak sebagai aktivitas jasmani adalah dasar bagi manusia untuk mengenal dunia

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kompleks, karena mencakup dimensi bio-sosio-kultural. Ditinjau dari aspek

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani adalah fase dari program pendidikan keseluruhan yang memberikan

I. PENDAHULUAN. mengamanatkan pengelolaan pendidikan dilaksanakan secara. sehingga dapat bersaing dengan hasil pendidikan negara-negara maju.

I. PENDAHULUAN. Senam Menurut Hidayat yang dikutip oleh Agus Mahendra 2002: 2 (dalam

GALIH PERMANA, 2015 PENGARUH PENGGUNAAN ALAT BANTU MODIFIED SMARTER SPOTTER TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN SIKAP KAYANG

I. PENDAHULUAN. fisik, teknik dan psikis. Fisik merupakan unsur utama seseorang bisa

A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran

62. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikapmentalemosional-sportifitas-spiritual-sosial),

Melatih Kebugaran. Kecepatan gerak Loncat katak

terdiri dari Langkah Berirama terdiri dari Latihan Gerak Berirama Senam Kesegaran Jasmani

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDHULUAN. Pengaruh Model Education Gymastics terhadap Peningkatan Gerak Dasar Guling Depan dalam Pembelajaran Senam Lantai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masaalah

I., PENDAHULUAN. merupakan terjemahan langsung dari bahasa Inggris Gymnastics. Kata gymnastics menurut Hidayat (1995:27), dipakai untuk menunjukan

BAB I PENDAHULUAN. setelah ada proses pembelajaran. Menurut Sugiyanto (1993: 24-25), berpendapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI SEKOLAH DASAR

Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas

62. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

I. PENDAHULUAN. (human movement) yang dapat berupa aktivitas jasmani, permainan atau

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING DANMODEL INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR SENAM PADA SISWI DI SMP NEGERI 5 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan sistem pendidikan yang berkualitas. Keberhasilan proses

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah upaya yang dikerjakan secara sadar oleh manusia untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah anak anak mengalami proses pertumbuhan fisik yang berbeda

I. PENDAHULUAN. satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. Silabus adalah rencana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral

Latihan 1: untuk menyiapkan kondisi secara fisiologis maupun psikologis agar dapat melaksanakan latihan gerakan senam dengan baik dan benar

I. PENDAHULUAN. penalaran, penghayatan nilai (sikap-mental-emosional-spiritual-sosial),

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan seseorang sebagai. dan pembentukan watak. Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Lompat jauh gaya jongkok merupakan salah satu nomor yang tergabung dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang

BAB I PENDAHULUAN. integral dari pendidikan secara keseluruhan. Tujuan pendidikan jasmani

BAB I PENDAHULUAN. laku dalam diri siswa, dan menjadi harapan semua pihak agar setiap siswa

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. sendiri dalam bahasa aslinya merupakan serapan kata bahasa yunani, gymnos,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL SEKOLAH MENENGAH PERTAMA / MADRASAH TSANAWIYAH TAHUN PELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. sengaja dan berencana, disusun secara sistematis dengan tujuan

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS Kurikulum Pendidikan di Sekolah Sekolah Menengah Atas (SMA)

5. Berkaitan dengan keterampilan seperti kelentukan, daya tahan otot, daya tahan kardiorespiratori, keseimbangan, koordinasi, dan persepsi kinestetik.

BAB I PENDAHULUAN. jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial,

I.PENDAHULUAN. perkembangan fisik harus merupakan kepedulian guru. Pada usia sekolah

A. Daya Tahan dan Kekuatan Otot

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan mampu bersaing, di samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang bertujuan untuk mendorong pertumbuhan fisik, psikis,

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, pemerintah sangat serius dalam menangani bidang pendidikan.

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. secara sistematis dengan melibatkan gerakan-gerakan yang terpilih dan terencana

I. PENDAHULUAN. gerak. Penguasaan kemampuan gerak dasar akan mendasari keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan harus diarahkan pada

SKRIPSI. Disusun : GUNTORO NPM :

I PENDAHULUAN. renang, seorang guru harus mencari sistem pengajaran atau metode yang

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam mata pelajaran pendidikan jasmani, maka mereka memiliki fondasi

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan secara terencana akan meningkatkan kebugaran jasmani seseorang.

I. PENDAHULUAN. Meroda merupakan salah satu gerak dasar yang kompleks, karena dalam

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga sebagai pendidikan atau dengan istilah pendidikan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. moral, spiritual, dan lain-lain. Apabila manusia mengalami pendidikan yang baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tujuan pendidikan jasmani bukan hanya mengembangkan ranah jasmani,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan salah satu mata

I. PENDAHULUAN. kemampuan yang dilakukan di dalam maupun di luar sekolah yang. berlangsung seumur hidup. Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral

KONTRIBUSI KELENTUKAN TUBUH, KEKUATAN OTOT LENGAN, KEKUATAN OTOT TUNGKAI DENGAN KEMAMPUAN KAYANG. (Skripsi) Oleh RESTU TRIWIJAYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat.pendidikan pada

KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat mempersiapkan

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah kurikulum (curriculum) pada awalnya digunakan dalam dunia olahraga, berasal dari kata curir (pelari) dan curene (tempat berpacu). Pada saat itu kurikulum diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari mulai dari start sampai dengan finish untuk memperoleh penghargaan. Haroll B. Alberty (1965) memandang kurikulum sebagai semua kegiatan yang diberikan kepada siswa di bawah tanggung jawab sekolah (all of the activitie that are provided for the student by the school ). Sedangkan menurut Saylor, Alexande, dan Lewis yang menganggap kurikulum sebagai segala upaya sekolah untuk mempengaruhi siswa supaya belajar, baik di dalam kelas maupun di luar kelas (the curriculum is the sum total of school s efforts to influence learning, whether in or out clasroom of school) Peranan kurikulum menurut Oemar Hamalik (2008:36) sangatlah penting dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan, serta memiliki tiga peranan yaitu peranan konservatif, kritis atau evaluatif serta kreatif. Fungsi dari kurikulum bagi guru adalah pedoman saat belajar mengajar, bagi kepala sekolah berfungsi sebagai pedoman saat melakukan supervisi atau pengawasan, bagi orang tua berfungsi sebagai pedoman membimbing anaknya dalam belajar.

2 Meurut Alexander (dalam Hamalik, 1990) fungsi kurikulum terdapat enam fungsi yaitu (1) fungsi penyesuaian (2) integritas (3) diferensiasi (4) persiapan (5) pemilihan (6) diagnostik. Keenam fungsi tersebut harus dimiliki oleh suatu kurikulum lembaga pendidikan secara menyeluruh. Dengan demikan kurikulum dapat memberikan pengaruh bagi pertumbuhan dan perkembangan siswa dalam mencapai tujuan pendidikan. KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) adalah kurikulum operasioanal yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan, tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, alokasi waktu, dan sumber ajar. Pembelajaran Pendidikan Jasmani merupakan media untuk mendorong perkembangan keterampilan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan, penalaran, penghayatan nilai (sikap, mental, emosional, spiritual, dan sosial), membantu siswa memahami mengapa manusia bergerak dan bagaimana cara melakukan gerak secara aman, efisien, dan efektif sehingga menghargai manfaat aktivitas jasmani bagi peningkatan kualitas hidup dan pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan serta perkembangan yang seimbang. Materi pokok Pendidikan Jasmani

3 diklasifikasikan menjadi enam aspek, yaitu : teknik/keterampilan dasar permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, uji diri/ senam, aktivitas ritmik, aquatik (aktivitas air), dan pendidikan luar kelas (out door). Senam merupakan aktifitas jasmani yang efektif untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak. Senam dapat diartikan sebagai setiap bentuk latihan fisik yang disusun secara sistematis dengan melibatkan gerakan-gerakan yang terpilih dan terencana untuk mencapai tujuan tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, olahraga senam mempunyai sistematika tersendiri serta tujuan yang hendak dicapai, seperti daya tahan, kekuatan, kelenturan dan koordinasi yang baik. Senam adalah kegiatan utama yang bermanfaat untuk mengembangkan komponen fisik dan kemampuan gerak. Selain itu, senam dapat pula menyumbang pengayaan perbendaharaan gerak pelakunya. Dasar-dasar senam akan sangat baik untuk pengembangan gerak tubuh, penguasaan dan kesadaran tubuh secara umum, serta keterampilanketerampilan senam. Senam lantai merupakan salah satu bagian dari senam yang memerlukan semua keahlian dasar senam. Salah satu senam lantai yang merupakan materi yang dipelajari siswa SMP adalah mempraktikkan senam lantai gerakan kayang. Kayang adalah keterampilan yang sangat dinamis yang memerlukan lentingan minimal. Dimulai dari percepatan yang di dapat saat awalan, menumpukan kedua tangannya di lantai dan membuat gerakan melentingkan badan ke atas.

4 Kayang adalah suatu bentuk atau sikap badan terlentang dan membusur, bertumpu pada kedua tangan, dan kedua kaki dengan siku-siku dan lutut lurus (Muhajir 2003:149-151),. Untuk dapat melakukan gerakan senam kayang maka siswa membutuhkan komponen fisik seperti berkembangnya daya tahan ototnya, kekuatan, kelentukan, koordinasi, kelincahan dan keseimbangannya. Dalam gerakan kayang kelentukan adalah komponen penting untuk menghasilkan gerakan yang maksimal, yaitu memposisikan tubuh lebih lenting saat melenting ke bawah. Kelentukan dalam gerakan kayang terjadi pada seluruh anggota badan, baik anggota tubuh bagian atas yang terdiri dari lengan, sendi bahu, dada, perut, punggung dan anggota tubuh bagian bawah, yaitu pinggang, paha, dan kaki. Dalam gerakan kayang juga diperlukan kekuatan pada otot lengan sebagai tumpuan saat akan memulai gerakan dan memberikan tolakan agar siswa mampu berguling lenting ke bawah. Kayang merupakan jenis keterampilan yang menuntut kemampuan lentingan yang baik, karena pada saat melenting posisi badan bertumpu pada empat titik dalam keadaan terbalik dengan meregang dan mengangkat perut dan pinggang. Kayang juga membutuhkan komponen fisik dan kemampuan gerak dasar sehingga siswa akan berkembang dengan daya tahan ototnya, kekuatan, kelentukan, koordinasi, kelincahan, fleksibilitas dan keseimbangan. Salah satu materi pembelajaran dalam pendidikan jasmani adalah mempraktikan gerakan kayang dengan koordinasi yang baik. Tujuan pembelajaran kayang ini adalah siswa dapat melakukan teknik dasar kayang dari posisi berdiri serta nilai disiplin, keberanian dan tanggung jawab. Ini berarti siswa akan mempelajari

bentuk dan manfaat senam dan juga dapat mempraktikan teknik dasar kayang tersebut. 5 Hasil observasi yang dilakukan penulis di SMP Negeri 1 Sukadana, Lampung Timur ketika siswa mengikuti materi pembelajaran senam lantai, antusias siswa masih sangat kurang. Penulis mengidentifikasi penyebab kurang tertariknya siswa dalam mengikuti materi pembelajaran senam lantai, khususnya materi kayang disebabkan cara pembelajaran yang cenderung monoton dan kurang inovasi-inovasi yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Pembelajaran cenderung monoton, seperti guru hanya menjelaskan tentang kayang memberikan contoh satu atau dua kali tentang kelangsungan gerak dasar kayang dari awalan sampai sikap akhir, kemudian siswa disuruh melakukan gerakan dasar tersebut. Kesalahan yang dilakukan dievaluasi dan diperbaiki sebagai pengambilan nilai hasil pembelajaran kayang. Dengan cara pembelajaran seperti ini, siswa menjadi kurang tertarik mengikuti mata pelajaran senam khususnya materi gerak dasar kayang, selain itu kurangnya peralatan senam sering dibuat menjadi alasan seorang guru tidak mengajarkan pelajaran senam di sekolah. Pola pelajaran yang kurang variatif dan cenderung membosankan membuat siswa menjadi malas dalam mempelajari pelajaran senam khususnya pada gerak dasar kayang. Kesulitan siswa dalam melakukan pelajaran senam khususnya gerak dasar kayang menyebabkan kendala pada mata pelajaran senam, selanjutnya pelajaran berjalan tidak efektif. Untuk itu perlu mengadakan perbaikan dengan

6 menggunakan metode atau model pembelajaran agar tercapai keberhasilan pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan keterampilan gerak dasar kayang. Dalam mempelajari keterampilan gerak perlu memperhatikan beberapa aspek dalam berlatih, antara lain dengan menganalisa sikap persiapan, pelaksanaan, dan sikap akhir pada saat melakukan sikap kayang. Dari permasalahan yang muncul inilah peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Pengaruh Model pembelajaran Berpasangan Dan BerkelompokTerhadap Keterampilan Gerak Dasar Kayang Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Sukadana, Lampung Timur tahun perlajaran 2013/2014. Dengan harapan melalui penelitian ini akan tercapai pembelajaran senam khususnya pada senam artistik gerakan kayang yang efektif sekaligus menyenangkan dengan tujuan utama dalam pembelajaran gerak tersebut adalah pengembangan pembelajaran untuk berpartisipasi dalam kegiatan olahraga, serta membantu dirinya bertindak efektif dan efisien dalam pelaksanaan tugas sehari-harinya. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan di atas maka dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan yang timbul antara lain: 1. Masih rendahnya hasil keterampilan gerak dasar kayang dalam senam lantai.

7 2. Masih kurangnya kelentukan tubuh siswa saat melenting tahap pelaksanaan kayang dalam senam lantai. 3. Masih terbatasnya model pembelajaran gerak dasar kayang yang diterapkan di sekolah. C. Batasan Masalah Dari identifikasi masalah yang telah dikemukakan, agar tidak meluas maka batasan masalah penelitian ini hanya terbatas pada masalah Pengaruh Model pembelajaran Berpasangan Dan Berkelompok Terhadap Keterampilan Gerak Dasar Kayang Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Sukadana, Lampung Timur. D. Rumusan Masalah Berdasarkan pada uraian latar belakang, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Apakah ada pengaruh model pembelajaran berpasangan terhadap keterampilan gerak dasar kayang dalam senam lantai? 2. Apakah ada pengaruh model pembelajaran berkelompok terhadap keterampilan gerak dasar kayang dalam senam lantai? 3. Apakah ada perbedaan antara model pembelajaran berpasangan, model pembelajaran berkelompok dan kontrol terhadap keterampilan gerak dasar kayang?

8 E. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, rumusan masalah, dan batasan masalah maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh model pembelajaran berpasangan terhadap keterampilan gerak dasar kayang. 2. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh model pembelajaran berkelompok terhadap keterampilan gerak dasar kayang. 3. Untuk mengetahui pengaruh yang lebih baik antara model pembelajaran berpasangan, berkelompok dan kelompok kontrol terhadap keterampilan gerak dasar kayang. F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermaanfaat : 1. Secara teoritis dapat menambah wawasan dan informasi di bidang ilmu pengetahuan pada umumnya, khususnya ilmu keolahragaan. 2. Secara praktis dapat menambah acuan kepada guru pendidikan jasmani dalam meningkatkan keterampilan gerak dasar kayang dalam senam lantai. G. Ruang Lingkup Penelitian Agar tidak terjadi salah penafsiran, maka perlu adanya batasan ruang lingkup penelitian sebagai berikut : 1. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 1 Sukadana, Lampung Timur.

2. Objek yang diteliti adalah pengaruh model pembelajaran berpasangan dan berkelompok terhadap keterampilan gerak dasar kayang. 9