BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pelaku dalam industri (Heinrich, 1980). Pekerjaan konstruksi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. industri atau yang berkaitan dengannya (Tarwaka, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BAB 3 METODOLOGI. 3.1 Kerangka Konsep

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

Tren Perusahaan Konstruksi tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2017

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DI JAWA BARAT

PROVINSI JAWA BARAT JULI 2017

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BAB 3 METODOLOGI. Tingkat Risiko MSDs Pekerja Konstruksi. Keluhan MSDs. Gambar 3.1. Kerangka Konsep. 32 Universitas Indonesia

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JANUARI 2017

BAB I PENDAHULUAN. lain, misalnya industri pabrikan (manufacture), maka bidang konstruksi

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian kualitas juga harus dijadikan prioritas utama. juga menjamin kualitas produk hingga masa akhir penggunaannya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pekerjaan konstruksi merupakan kompleksitas kerja yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu dari sekian banyak bidang usaha yang tergolong sangat

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor penting dalam

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DI JAWA BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN. kerja, kondisi serta lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka meningkatkan

BPS PROVINSI JAWA BARAT

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT


BPS PROVINSI JAWA BARAT

PROVINSI JAWA BARAT MARET 2017


BPS PROVINSI JAWA BARAT

PROVINSI JAWA BARAT JUNI 2017

Penyesuaian Tarif Listrik Tahun 2014 per 1 Juli 2014

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan traumatic injury. Secara keilmuan, keselamatan dan



PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA OKTOBER 2009

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JULI 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN DESEMBER 2016

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pesat dunia industri konstruksi bangunan di Indonesia

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MEI 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN APRIL 2017

Perkembangan Ekspor dan Impor

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang menjadi penentu pencapaian dan kinerja suatu perusahaan. Jika dalam proses


PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN FEBRUARI 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JANUARI 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MEI 2016

PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE KOTA TANJUNGPINANG AGUSTUS 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA SEPTEMBER 2011

BPS PROVINSI JAWA BARAT

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN NOVEMBER 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JUNI 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MARET 2008

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JANUARI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MEI 2011

PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE PROVINSI KEPULAUAN RIAU MEI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN FEBRUARI 2016

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat

Perkembangan Ekspor dan Impor

BPS PROVINSI JAWA BARAT

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA MARET 2017

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proyek konstruksi merupakan salah satu sektor industri yang memiliki risiko

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN SEPTEMBER 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JUNI 2016

BAB I PENDAHULUAN. orang yang terbagi menjadi karyawan direktorat, non- direktorat, proyek dan

PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN

PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI JANUARI 2012

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DI JAWA BARAT

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA APRIL 2015

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DI JAWA BARAT

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE PROVINSI KEPULAUAN RIAU AGUSTUS 2009

BAB I PENDAHULUAN. orang. Secara nasional hingga November 2007, jumlah kecelakaan kerja di

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan sumber daya paling penting dalam suatu organisasi

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA JANUARI 2015

BAB I PENDAHULUAN. ilmiah dalam upaya mencegah atau memperkecil terjadinya bahaya (hazard) dan

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DI JAWA BARAT

PERKEMBANGAN PARIWISATA JAWA TIMUR JUNI 2013

PERKEMBANGAN PARIWISATA JAWA TIMUR JUNI 2012

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MEI 2016

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DI JAWA BARAT

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional Indonesia yang berdampak positif terhadap penyerapan

PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE PROVINSI KEPULAUAN RIAU MARET 2016

HUBUNGAN ANTARA PERSPESI IKLIM KESELAMATAN DAN MASA KERJA DENGAN KEPATUHAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA PEKERJA KONSTRUKSI PT.

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DI JAWA BARAT

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2014

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DI JAWA BARAT

PERKEMBANGAN PARIWISATA JAWA TIMUR AGUSTUS 2012

PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE PROVINSI KEPULAUAN RIAU DESEMBER 2009

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA BARAT NOVEMBER 2013

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JUNI 2014

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN DESEMBER 2016

PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE KOTA BATAM JANUARI 2016

BAB I PENDAHULUAN. adalah meningkatnya jumlah tenaga kerja di kawasan industri yang

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DI JAWA BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran aspek..., Aldo Zaendar, FKM UI, 2009

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DI JAWA BARAT

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN DESEMBER 2015

PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE KOTA BATAM FEBRUARI 2016

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pekerjaan konstruksi merupakan keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan masing-masing beserta kelengkapannya, untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lain (UU No.18/1999, Jasa Konstruksi). Pada proses pekerjaan konstruksi banyak menyerap tenaga kerja dan dapat meningkatkan taraf hidup serta mengurangi pengangguran. Data dari Departemen Tenaga Kerja dan transmigrasi menunjukan kehadiran perusahaan layanan jasa konstruksi semakin bertambah dan mampu menyerap sekitar 4,5 juta tenaga kerja di Indonesia (Data Depnakertrans, 2009). Dampak negatif yang timbul dari proses pembangunan konstruksi yaitu munculnya angka kecelakaan akibat kerja. Hal ini dikarenakan pekerjaan jasa konstruksi hampir selalu berada di tempat terbuka, serta memiliki kemudahan akses untuk dimasuki orang yang berbeda, dimana kondisi tersebut tidak mendukung untuk K3, sehingga berpotensi untuk terjadi kecelakaan kerja (Hinze,1997 dalam Hesti 2006). Kecelakaan yang timbul dapat dikategorikan dari kecelakaan minor hingga kecelakaan yang fatal sangat mungkin terjadi di pekerjaan konstruksi. Dampak yang ditimbulkan dari kecelakaan kerja pun tidak sedikit, selain kerugian yang harus dialami korban berupa kecacatan atau meninggal, perusahaan pun mengalami kerugian biaya sebagai kompensasi. Berikut merupakan data mengenai kasus kecelakaan kerja di beberapa negara (Kompas, 2004 dalam Endroyo, 2005) 1

2 Tabel 1.1 Kasus Kecelakaan Kerja di Beberapa Negara Negara Tahun Jumlah Kasus Inggris 1999 4 dari 100.000 pekerja Singapura 1998 6,3 per 1000 pekerja Malaysia Thailand 1994 16 per 1000 pekerja 2000 11 per 1000 pekerja 2001 189.621 pekerja 2003 lebih dari 200.000 pekerja (Sumber: Endroyo 2005) Data mengenai kasus kematian yang disebabkan kecelakaan kerja menunjukan di Malaysia 8,5 banding 100.000 pekerja, Thailand 8,9 banding 100.000 pekerja, di Indonesia 20 orang meninggal dari 100.000 pekerja dimana angka ini dianggap paling buruk di kawasan ASEAN, dimana Indonesia menduduki urutan ke-5 dibandingkan dengan Singapura yang menduduki urutan pertama, disusul Malaysia, Thailand dan Filipina (Danggur Konradus SH MH. 2006:5). Berdasarkan data dari organisasi buruh internasional (ILO), angka kecelakaan kerja di Indonesia tertinggi di dunia yaitu tercatat tahun 2007 menduduki peringkat 52 dari 53 negara. (www.medanbisnisonline.com, 2009). Sedangkan data mengenai kasus Kecelakaan kerja yang terjadi di Indonesia, berdasarkan laporan PT. Jamsostek (Persero) yaitu: Tabel 1.2 Jumlah Kasus Kecelakaan Kerja di Indonesia Tahun Jumlah Kasus 2003 105.846 2004 95.418 2005 99.023 2006 95.624 2007 95.000 Sumber data: (Sitorus, 2009)

3 Diantaranya 1.883 kasus kematian akibat kecelakaan kerja tersebut terdapat ratarata 5 tenaga kerja yang meninggal setiap harinya (Sitorus, 2009). Pada sektor konstruksi, kasus kecelakaaan kerja juga menunjukkan angka yang masih tinggi di beberapa negara. Seperti di Amerika Serikat, angka kecelakaan kerja yang fatal sebesar 1.178 di semua sektor industri pada tahun 2007. Pada sektor konstruksi, kecelakaan fatal mengalami penurunan dari 721 di tahun 2006 menjadi 680 kasus pada tahun 2007. Di Indonesia, berdasarkan data dari Depnakertrans bahwa sektor konstruksi menempati urutan tertinggi dalam kecelakaan kerja yakni sebesar 32%. Angka tersebut sangat besar jika dibandingkan dengan penyerapan tenaga kerja konstruksi yang hanya 5% dari total tenaga kerja di negeri ini. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hinze (1997), industri konstruksi merupakan indiustri yang menduduki tempat tertinggi ditinjau dari terjadinya kecelakaan kerja dan kematian. Secara umum kecelakaan kerja dapat terjadi karena dua hal, yaitu kondisi tidak aman (unsafe condition) dan tidakan tidak aman (unsafe act) (Reason, 1997). Kecelakaan kerja tidak disebabkan satu faktor saja, melainkan banyak faktor yang menjadi pemicu terjadinya suatu kecelakaan di sektor konstruksi. Frank Bird (1990) menyatakan bahwa diantara faktor-faktor yang menjadi penyebab kecelakaan adalah perilaku tidak aman dan kondisi tidak aman, serta sebagai penyebab dasarnya adalah faktor individu dan pekerjaan. Perilaku tidak aman tersebut dapat digambarkan oleh pekerja itu sendiri, mandor, pengawas, pelaksana maupun pihak manajer (Hinze,1997). Sebuah hasil penelitian terhadap faktor-faktor yang paling bergambaran pada terjadinya kecelakaan kerja di konstruksi adalah kelalaian pekerja/manusia (74,3%), kelengakapan alat kerja (5,7%) dan kelengkapan alat keselamatan kerja (2,9%) (http://penyihir.blogspot.com, 2008). Penelitian lain mengatakan kecelakaan kerja yang terjadi pada pekerja 90% diantaranya disebabkan oleh perilaku pekerja, sedangkan 10 % sisanya disebabkan kondisi tidak aman (Anton, 1989 ; Aditya Chandra, 2005). (www.digilab-patra.co.id) Data kecelakaan selama kurun waktu 5 tahun terkahir dari tahun 1999 hingga 2003 di PT. Waskita Karya menyebutkan bahwa terjadi 672 kasus kecelakaan

4 kerja yang semuanya dialami oleh pekerja konstruksi level tukang di wilayah I (Jakarta). Aulias,2004) Gambar 1.1 Grafik Jumlah Kasus Kecelakaan PT Waskita Kraya tahun 1999-2003 (Sumber : Penelitian Reni Aptri Aulias, 2004) Sedangkan data kecelakaan di proyek pembangunan Fasilitas Rekreasi dan Olahraga Boker (GOR Boker) Ciracas PT. Waskita Karya tahun 2009, dari bulan Januari 2008 hingga bulan Mei 2009 yaitu Gambar 1.2 Grafik Kecelakaan Kerja & Nera Miss Proyek Pembangunan Rekreasi & Olahraga Proyek GOR Boker (Sumber: Laporan Bulanan K3LM Proyek Boker,2009)

5 Tabel 1.3. Data Kecelakaan & Near Miss Proyek Pembangunan Fasilitas Rekreasi dan Olahraga Boker tahun 2008 2009 Bulan Kategori Kecelakaan Ringan Sedang Berat Near Miss Jan-08 1 0 0 1 Feb-08 1 0 0 0 Mar-08 7 0 0 0 Apr-08 1 0 0 0 Mei 2008 5 0 0 1 Jun-08 4 0 0 0 Jul-08 7 0 0 1 Aug-08 3 0 0 6 Sep-08 0 0 0 7 Oct-08 0 0 0 1 Nov-08 0 0 0 1 Des 2008 0 0 0 0 Jan-09 0 0 0 1 Feb-09 0 0 0 4 Mar-09 0 0 0 5 Apr-09 1 0 0 3 Total 30 0 0 31 (Sumber: Laporan Bulanan K3LM Proyek Boker, 2009) Terkait data kecelakaan tersebut diketahui bahwa mayoritas kecelakaan dikarenakan perilaku tidak Aman yang dilakukan pekerja seperti tidak menggunakan APD, tidak mengikuti prosedur kerja bukan kesalahan prosedur atau ketidaklengkapan APD serta alat alat kerja. Adapun kasus kecelakaan dominan yang terjadi yaitu near miss, kemudian tertusuk paku serta tergores besi. (Aulias, 2004)

6 Gambar 1.3 Grafik Kecelakaan Dominan Proyek GOR Boker (Sumber: K3LM Proyek Boker,2009) Selain itu pada proyek ini, faktor lingkungan seperti bangunan bedeng yang digunakan untuk tempat tinggal sementara pekerja, area kerja yang memiliki kompleksitas aktivitas kerja, serta merupakan area terbuka yang memiliki kemudahan akses untuk dimasuki orang yang berbeda, sering terjadi penggantian pekerja level tukang, dimana kondisi tersebut tidak mendukung untuk K3, sehingga berpotensi untuk terjadi kecelakaan kerja. Proses pembangunan sistem manajemen keamanan kerja, penurunan angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat dikembangkan melalui pendekatan aspek perilaku. Meskipun perilaku individu hanya merupakan sebagian dari penyebab suatu kecelakaan. Para ahli psikologi mengembangkan pendekatan analisa perilaku untuk tujuan mengurangi perilaku kerja tidak aman dan mencegah terjadinya kecelakaan saat bekerja (American Psychological Association, 2006 dalam Hesti, 2006). PT. Waskita Karya merupakan salah satu perusahaan BUMN Indonesia yang bergerak di bidang industri jasa konstruksi. Sejak berdirinya di tahun 1961, PT. Waskita Karya telah menghasilkan berbagai macam produk pembangunan seperti gedung, jalan raya, jembatan, dam, sarana publik, tempat rekreasi, dan

7 sebagainya. Dalam sebuah pembangunan, selain pekerja PT. Waskita Karya sebagai pelaksana, pekerjaan konstruksi juga membutuhkan pekerja lapangan (buruh) sebagai petugas langsung di lapangan. Pekerja lapangan memiliki tingkat risiko kecelakaan lebih tinggi dibandingkan dengan pekerja lainnya. Data kecelakaan yang telah disebutkan diperoleh bahwa kasus kecelakaan kerja lebih bayak menimpa pekerja lapangan dibandingkan pekerja di lainnya. Faktor yang melatarbelakanginya pun beraneka macam baik dari dalam diri pekerja maupun faktor di luar pekerja seperti lingkungan dan organisasi. Berdasarkan penilaian risiko (HIRADC) perusahaan, masalah terbanyak dalam setiap task pekerjaan adalah kecelakaan di tempat kerja dari nilai risikonya yang rendah hingga fatal. Dengan latar belakang ini, maka survey ini dilakukan pada di proyek pembangunan Fasilitas Rekreasi dan Olahraga Boker (GOR Boker) Ciracas PT. Waskita Karya untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya kecelakaan di tempat kerja konstruksi dari faktor perilaku tidak aman pekerja. 1.2 Rumusan Permasalahan Munculnya kecelakaan kerja yang tidak sedikit pada pekerja bidang konstruksi dimana tingkat kecelakaan yang terjadi dari tingkat kecelakaan minor sampai kecelakaan yang fatal sangat mungkin terjadi di pekerjaan konstruksi. Dampak yang ditimbulkan dari kecelakaan kerja pun tidak sedikit, selain kerugian yang harus dialami korban berupa kecacatan atau meninggal, perusahaan pun mengalami kerugian biaya sebagai kompensasi. Perilaku tidak aman dari pekerja merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja di sektor konstruksi. Oleh sebab itu, penulis bertujuan meninjau perilaku tidak aman pekerja konstruksi terhadap terjadinya kecelakaan kerja di proyek pembangunan Fasilitas Rekreasi dan Olahraga Boker (GOR Boker) Ciracas PT. Waskita Karya tahun 2009. 1.3 Pertanyaan Penilaian 1. Bagaimana gambaran perilaku tidak aman pekerja di proyek pembangunan GOR Boker Ciracas PT. Waskita Karya tahun 2009?

8 2. Bagaimana gambaran faktor internal pekerja terhadap perilaku tidak aman pekerja di proyek pembangunan GOR Boker Ciracas PT. Waskita Karya tahun 2009? a. Bagaiman gambaran pengetahuan pekerja tentang perilaku tidak aman pada pekerja di proyek pembangunan GOR Boker Ciracas PT. Waskita Karya tahun 2009? b. Bagaimana gambaran Persepsi pekerja terkait hambatan untuk berperilaku aman dan Aman di proyek pembangunan GOR Boker Ciracas PT. Waskita Karya tahun 2009? c. Bagaimana gambaran Motivasi pekerja untuk bekerja Aman di proyek pembangunan GOR Boker Ciracas PT. Waskita Karya tahun 2009? d. Bagaimana gambaran Kepatuhan pekerja terhadap peraturan di proyek pembangunan GOR Boker Ciracas PT. Waskita Karya tahun 2009? 3. Bagaimana gambaran faktor eksternal pekerja terhadap perilaku tidak aman pekerja di proyek pembangunan GOR Boker Ciracas PT. Waskita Karya tahun 2009? a. Bagaimana gambaran Peraturan/Kebijakan yang ada di proyek pembangunan GOR Boker Ciracas PT. Waskita Karya tahun 2009? b. Bagaimana gambaran komunikasi di tempat kerja di proyek pembangunan GOR Boker Ciracas PT. Waskita Karya tahun 2009? c. Bagaimana gambaran pengawasan di proyek pembangunan GOR Boker Ciracas PT. Waskita Karya tahun 2009? d. Bagaimana gambaran ketersediaan fasilitas kerja di proyek pembangunan GOR Boker Ciracas PT. Waskita Karya tahun 2009? 1.4 Tujuan Survey 1.4.1 Tujuan Umum Mengetahui faktor-faktor perilaku kerja tidak aman pada proyek pembangunan GOR Boker Ciracas PT. Waskita Karya tahun 2009.

9 1.4.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui gambaran perilaku kerja tidak aman pekerja di proyek pembangunan GOR Boker Ciracas PT. Waskita Karya tahun 2009 2. Mengetahui gambaran faktor internal pekerja terhadap perilaku kerja tidak aman pekerja di proyek pembangunan GOR Boker Ciracas PT. Waskita Karya tahun 2009 a. Mengetahui gambaran faktor pengetahuan pekerja tentang perilaku kerja tidak aman di proyek pembangunan GOR Boker Ciracas PT. Waskita Karya tahun 2009 b. Mengetahui gambaran faktor persepsi pekerja terkait hambatan untuk berperilaku kerja aman di proyek pembangunan GOR Boker Ciracas PT. Waskita Karya tahun 2009 c. Mengetahui gambaran faktor Motivasi pekerja untuk bekerja aman di proyek pembangunan GOR Boker Ciracas PT. Waskita Karya tahun 2009 d. Mengetahui gambaran faktor Kepatuhan pekerja terhadap peraturan yang telah dibuat di proyek pembangunan GOR Boker Ciracas PT. Waskita Karya tahun 2009 3. Mengetahui gambaran faktor eksternal pekerja terhadap perilaku kerja tidak aman pekerja di proyek pembangunan GOR Boker Ciracas PT. Waskita Karya tahun 2009 a. Mengetahui gambaran faktor ketersediaan fasilitas untuk bekerja di proyek pembangunan GOR Boker Ciracas PT. Waskita Karya tahun 2009 b. Mengetahui gambaran faktor Peraturan/Kebijakan di proyek pembangunan GOR Boker Ciracas PT. Waskita Karya tahun 2009 c. Mengetahui gambaran faktor komunikasi di tempat kerja di proyek pembangunan GOR Boker Ciracas PT. Waskita Karya tahun 2009 d. Mengetahui gambaran faktor pengawasan di proyek pembangunan GOR Boker Ciracas PT. Waskita Karya tahun 2009

10 1.5 Manfaat 1.5.1 Bagi Penulis Menambah pengetahuan dan ketrampilan dalam menilai faktor faktor perilaku kerja tidak aman pada pekerja konstruksi. 1.5.2 Bagi Departemen K3 FKM UI Memberikan masukan dalam mengembangkan keilmuan di bidang KeAmanan dan Kesehatan Kerja terutama faktor faktor perilaku terhadap terjadinya kecelakaan kerja khusunya pada industri konstruksi 1.5.3 Bagi PT. Waskita Karya 1. Diperoleh gambaran mengenai faktor fakor berkontribusi pada perilaku tidak aman pada pekerja. 2. Dapat dijadikan acuan atau masukan bagi pihak pengelola dalam membuat pelatihan, kebijakan, atau peraturan yang berguna bagi peningkatan perilaku pekerja untuk bekerja lebih aman dan Aman. 1.6 Ruang Lingkup Survey Survey ini merupakan penilaian mengenai faktor-faktor perilaku kerja tidak aman pekerja sebagai salah satu penyebab kecelakaan di tempat kerja yang dilakukan di proyek pembangunan Fasilitas Rekreasi dan Olahraga (GOR) Boker Ciracas PT. Waskita Karya. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Mei 2009 dengan metode observasi, penyebaran kuesioner dan wawancara tidak berstruktur serta data sekunder dari perusahaan, buku-buku dan situs internet yang berkaitan.