PEMBUATAN ULTRA HIGH STRENGTH CONCRETE DENGAN MATERIAL LOKAL

dokumen-dokumen yang mirip
KATA KUNCI : rheology, diameter, mortar, fly ash, silica fume, superplasticizer.

KETAHANAN DI LINGKUNGAN ASAM, KUAT TEKAN DAN PENYUSUTAN BETON DENGAN 100% FLY ASH PADA JANGKA PANJANG

PENGARUH KOMBINASI SEMEN-FLY ASH DAN VARIASI WATER CONTENT DENGAN PENAMBAHAN SUPERPLASTICIZER TERHADAP KEPADATAN PASTA

PEMANFAATAN ABU SEKAM PADI DENGAN TREATMENT HCL SEBAGAI PENGGANTI SEMEN DALAM PEMBUATAN BETON

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

The 1 st INDONESIAN STRUCTURAL ENGINEERING AND MATERIALS SYMPOSIUM Department of Civil Engineering Parahyangan Catholic University

PENELITIAN AWAL TENTANG PENGGUNAAN CONSOL FIBER STEEL SEBAGAI CAMPURAN PADA BALOK BETON BERTULANG

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

SIFAT RHEOLOGY SEMEN PASTA DITINJAU DARI CAMPURAN MATERIAL PENYUSUNNYA DAN PENGGUNAAN SUPERPLASTICIZER

BAB I PENDAHULUAN. Quality control yang kurang baik di lapangan telah menjadi masalah

Pengaruh Penambahan Admixture Jenis F dan Substitusi Silica Fume terhadap Semen pada Kuat Tekan Awal Self Compacting Concrete

PEMANFAATAN SPENT CATALYST RCC-15 SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN PCC

PENGARUH PENAMBAHAN METAKAOLIN TERHADAP KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON MUTU TINGGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kualitas bahan, cara pengerjaan dan cara perawatannya.

BAB I BETON MUTU TINGGI (HIGH STRENGHT CONCRETE)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan seperti kekuatan tarik dan sifat daktilitas yang relatif rendah.

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. macam bangunan konstruksi. Beton memiliki berbagai kelebihan, salah satunya

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan beton non pasir, yaitu beton yang dibuat dari agregat kasar, semen dan

PEMANFAATAN LUMPUR SIDOARJO SECARA MAKSIMAL DENGAN CAMPURAN FLY ASH DALAM PEMBUATAN MORTAR GEOPOLIMER

PEMANFAATAN BOTTOM ASH DAN FLY ASH TIPE C SEBAGAI BAHAN PENGGANTI DALAM PEMBUATAN PAVING BLOCK

Perlu adanya suatu alternatif bahan yang bisa mengurangi kadar semen, tetapi tidak mengurangi kekuatan (strength) beton itu sendiri dan sifat-sifat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

THE INFLUENCE OF INITIAL PRESSURE ON THE CONCRETE COMPRESSIVE STRENGTH. Lina Flaviana Tilik, Maulid M. Iqbal, Rosidawani Firdaus ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Kemajuan teknologi telah berdampak positif dalam bidang konstruksi di

PENGARUH PERAWATAN DAN UMUR TERHADAP KUAT TEKAN BETON GEOPOLIMER BERBASIS ABU TERBANG

KoNTekS 6 Universitas Trisakti, Jakarta November 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. digunakan bahan tambah yang bersifat mineral (additive) yang lebih banyak bersifat

STUDI EKSPERIMENTAL KUAT TARIK BELAH BETON YANG MENGGUNAKAN TERAK NIKEL SEBAGAI AGREGAT KASAR

III. METODE PENELITIAN. diameter 15 cm dan tinggi 30 cm, dan benda uji balok beton dengan panjang

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA

PENGGUNAAN BOTTOM ASH YANG TELAH DIOLAH UNTUK PEMBUATAN BETON HVFA MUTU MENENGAH

PEMANFAATAN BOTTOM ASH SEBAGAI AGREGAT BUATAN

Pemanfaatan Mikrobakteri Terhadap Beton Mutu Tinggi dengan Tambahan Silica Fume

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENINGKATAN DURABILITAS BETON KONVENSIONAL DAN HVFA YANG MENGGUNAKAN METODE PERAWATAN STEAM CURING DENGAN COATING LARUTAN ALKALI DAN PASTA GEOPOLIMER

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia konstruksi modern saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, beton merupakan salah satu bahan elemen struktur bangunan yang

BAB III LANDASAN TEORI. dibandingkan beton normal biasa. Menurut PD T C tentang Tata Cara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. ini, para insinyur dituntut untuk memberikan inovasi-inovasi baru agar bisa

KAJIAN KUAT TEKAN DAN KUAT TARIK BETON RINGAN MEMANFAATKAN SEKAM PADI DAN FLY ASH DENGAN KANDUNGAN SEMEN 350 kg/m 3

III. METODE PENELITIAN. Konstruksi Fakultas Teknik Universitas Lampung. Benda uji dalam

PENGARUH SUBTITUSI ABU SERABUT KELAPA (ASK) DALAM CAMPURAN BETON. Kampus USU Medan

BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari penelitian ini dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu hasil

BAB V HASIL PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KARAKTERISTIK MORTAR DAN BETON GEOPOLIMER BERBAHAN DASAR LUMPUR SIDOARJO

PERBANDINGAN KINERJA BETON YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND POZZOLAN DENGAN YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND TIPE I

TINJAUAN PUSTAKA. didukung oleh hasil pengujian laboratorium.

PENELITIAN AWAL TENTANG PENGARUH PENGGUNAAN CONSOL POLYMER LATEX SEBAGAI CAMPURAN PADA BALOK BETON

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PEMERIKSAAN AGREGAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Zai, dkk (2014), melakukan penelitian Pengaruh Bahan Tambah Silica

PEMANFAATAN ABU TERBANG (FLY ASH) SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI SEMEN PADA BETON MUTU NORMAL

BAB I PENDAHULUAN. penggunaannya sehingga mendukung terwujudnya pembangunan yang baik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Self Compacting Concrete (Beton memadat Mandiri) adalah campuran

KAJIAN KORELASI RASIO-AIR-POWDER DAN KADAR ABU TERBANG TERHADAP KINERJA BETON HVFA

BAB I PENDAHULUAN. Beton merupakan salah satu bahan material yang selalu hampir digunakan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Beton sebagai salah satu bahan konstruksi banyak dikembangkan dalam

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN STELL FIBER TERHADAP UJI KUAT TEKAN, TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR PADA CAMPURAN BETON MUTU f c 25 MPa

PERBANDINGAN KUAT TEKAN DAN PERMEABILITAS BETON YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND POZZOLAN DENGAN YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND TIPE I

PENGARUH TREATMENT PADA BOTTOM ASH TERHADAP KUAT TEKAN BETON HIGH VOLUME FLY ASH

STUDI PENGEMBANGAN BETON 100% FLY ASH TIPE C: PENGARUH W/FA, SUPERPLASTICIZER, DAN KALSIUM TERHADAP KUAT TEKAN PASTA

BAB I PENDAHULUAN. meningkat dibandingkan beberapa tahun sebelumnya. Perkembangan yang. perkuatan untuk elemen struktur beton bertulang bangunan.

BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 3 METODE PENELITIAN

PENGARUH PENGGUNAAN ZEOLIT DAN SIKAMENT-520 TERHADAP KUAT TEKAN BETON MENGGUNAKAN PORTLAND POZZOLAND CEMENT (PPC)

KAJIAN INTERVAL RASIO AIR-POWDER BETON SELF-COMPACTING TERKAIT KINERJA KEKUATAN DAN FLOW (009M)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Beton PT. Pionir Beton

Pengaruh Variasi Jumlah Semen Dengan Faktor Air Yang Sama Terhadap Kuat Tekan Beton Normal. Oleh: Mulyati, ST., MT*, Aprino Maramis** Abstrak

PENGARUH PENAMBAHAN FLY ASH PADA SELF COMPACTING CONCRETE (SCC) TERHADAP KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS

TEKNOLOGI BETON JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BETON RINGAN SELF-COMPACTING DENGAN AGREGAT DAN POWDER LIMBAH PECAHAN GENTING MERAH

PENELITIAN MENGENAI PENINGKATAN KEKUATAN AWAL BETON PADA SELF COMPACTING CONCRETE

PENGARUH POLYPROPYLENE FIBRES PADA KEKUATAN DAN MODULUS ELASTISITAS SILINDER BETON BERLUBANG

PENELITIAN BALOK BETON BERTULANG DENGAN DAN TANPA PEMAKAIAN SIKAFIBRE

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI AWAL PENGARUH PENAMBAHAN FOAM PADA PEMBUATAN BATA BETON GEOPOLIMER BERBAHAN DASAR LUMPUR SIDOARJO

PENGARUH PEMANFAATAN SERAT KELAPA TERHADAP KINERJA BETON MUTU TINGGI

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH FLY ASH PADA KUAT TEKAN CAMPURAN BETON MENGGUNAKAN EXPANDED POLYSTYRENE SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL PASIR

BAB III METODE PENELITIAN. Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Penelitian Sebelumnya... 8

Jurnal Teknik Sipil No. 1 Vol. 1, Agustus 2014

ABSTRACT PENDAHULUAN. Key word : concrete, fly-ash, steam curing

PENGARUH STEEL FIBER PADA KEKUATAN TEKAN PIPA BETON

Vol.17 No.1. Februari 2015 Jurnal Momentum ISSN : X PENGARUH PENGGUNAAN FLY ASH SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT TERHADAP KUAT TEKAN PAVING BLOCK

1.1 Latar Belakang Penelitian

PENGARUH PENAMBAHAN SILICA FUME DAN SUPERPLASTICIZER TERHADAP KUAT TEKAN BETON MUTU TINGGI DENGAN METODE ACI (AMERICAN CONCRETE INSTITUTE)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dunia konstruksi bangunan di Indonesia saat ini mengalami perkembangan

Pengaruh Penggunaan Bambu Sebagai Pengganti Agregat Split terhadap Kuat Tekan Beton Ringan

Transkripsi:

PEMBUATAN ULTRA HIGH STRENGTH CONCRETE DENGAN MATERIAL LOKAL Giovanni Genial 1, Veronika Violintina 2, Antoni 3 ABSTRAK : Ultra High Strength Concrete (UHSC) merupakan terobosan yang sedang dikembangkan dalam beberapa dekade terakhir ini. UHSC memiliki beberapa kelebihan dibandingkan Normal Strength Concrete (NSC), yaitu beton UHSC memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap asam, kebakaran, maupun ketahanan jangka panjang. Pada tahun 2010, di Indonesia telah dapat dibuat beton UHSC dengan kekuatan mencapai 140 MPa dengan memanfaatkan material lokal dengan ukuran yang sangat halus walaupun masih di laboratorium. Dalam penelitian ini akan dicari mix design yang dapat mencapai kuat tekan UHSC, pengaruh steam curing, penambahan steel fibres, dan proses vacuum dalam pembuatan UHSC. Pencarian mix design dilakukan terebih dahulu sebelum melakukan penelitian yang lain. Kuat tekan maksimum yang dicapai adalah sebesar 115 MPa pada umur 28 hari. Perlakuan steam curing memberikan pengaruh pada kuat tekan awal dan dengan melakukan proses vacuum dalam proses pemadatan benda uji tidak memberikan pengaruh dalam kekuatan. Penambahan steel fibres memberikan pengaruh yang baik dari segi ketahan dalam mengatasi keruntuhan yang getas. KATA KUNCI: ultra high strength concrete, UHSC, steam curing, steel fibres, vacuum. 1. PENDAHULUAN Ultra High Strength Concrete (UHSC) merupakan terobosan yang sedang dikembangkan dalam beberapa dekade terakhir ini. UHSC memiliki beberapa kelebihan dibandingkan Normal Strength Concrete (NSC), yaitu beton UHSC memiliki durability yang lebih baik terhadap asam, kebakaran, maupun ketahanan jangka panjang. Penentuan komposisi yang optimum dari setiap material penyusun beton UHSC sangat diperlukan, baik dari aggregat halus, semen, supplementary cement material, air, dan metode-metode yang akan digunakan selama proses pembuatan. Salah satu metode yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan proses vacuum dalam pemadatan beton. Penerapan vacuum dalam pembuatan UHSC memiliki keuntungan-keuntungan yang dapat menunjang pencapaian beton UHSC. Keuntungan-keuntungan tersebut antara lain adalah pori-pori dalam campuran beton dapat diminimalisir sehingga beton akan lebih padat, selain itu juga dapat meningkatkan keseragaman material selama mixing, dan dapat mempersingkat mixing time (Schachinger et al. n.d.). Untuk perawatan beton UHSC sendiri dibutuhkan curing bersuhu tinggi. Tidak sedikit penelitian yang sudah dilakukan dalam usaha mendapatkan beton UHSC dengan penggunaan steam curing dalam perawatannya. Steam curing mengindikasikan kuat tekan beton umur 28 hari dapat dipercepat hingga umur 3 hari dan mungkin pada umur 28 hari kuat tekan beton yang menggunakan steam curing bisa lebih tinggi daripada kuat tekan beton umur 28 hari dengan normal curing (Hoang et al. 2008). 1 Mahasiswa Universitas Kristen Petra, giovannigenial@gmail.com 2 Mahasiswa Universitas Kristen Petra, veronikaviolintina@yahoo.com 3 Dosen Universitas Kristen Petra, antoni@petra.ac.id 1

Bahan penyusun UHSC yang mengandung sifat pozzolan umumnya membutuhkan waktu yang relatif lebih lama untuk bereaksi. Penggunaan steam curing diharapkan dapat membantu material pozzolan untuk bereaksi lebih cepat. Selain itu, kendala yang muncul saat pemadatan adalah rongga-rongga yang ada di dalam beton UHSC ini berpotensi mengurangi kekuatan dari beton itu sendiri. Salah satu proses yang hingga saat ini masih jarang digunakan dalam pembuatan beton UHSC adalah dengan menerapkan proses vacuum pada campuran beton UHSC, supaya rongga yang ada dapat diminimalisir. Tingginya kuat tekan yang dimiliki beton UHSC tentunya diikuti dengan tingginya jumlah semen yang digunakan dan semakin tinggi jumlah semen yang digunakan maka beton berpotensi mengalami susut dan microcrack di dalam beton tersebut. Penambahan material steel fibre diharapkan dapat menahan microcrack sehingga beton dapat mencapai kekuatan optimal. Beberapa hal ini dilakukan untuk dapat menyempurnakan penelitian mengenai UHSC. 2. MATERIAL Dalam proses pembuatan UHSC diperlukan volume semen yang lebih besar dibandingkan beton mutu normal dan digunakan semen portland yang tahan terhadap. Hal ini disebabkan oleh kandungan C 3 A yang rendah pada semen portland yang tahan terhadap sulfat. Campuran beton dengan semen yang memiliki kadar C 3 A yang rendah akan menyebabkan penggunaan w/c ratio yang rendah pula bila dibandingkan dengan penggunaan semen portland biasa (Al-azzawi et al. 2011). Di Indonesia sekarang hanya terdapat semen tipe PPC yang dijual bebas di pasaran dan dalam penelitian digunakan semen tipe PPC. Untuk meningkatkan kepadatan beton, perlu digunakan filler untuk mengisi rongga-rongga yang terdapat dalam beton. Oleh karena itu, digunakan silica fume dan fly ash sebagai filler dan juga dimanfaatkan sebagai material pozzolanik yang dapat meningkatkan performa beton, yaitu dalam hal kuat tarik, kuat tekan, durabilitas beton, dan mengurangi permeabilitas beton. Untuk silica fume, dosis yang digunakan harus pada dosis yang optimum karena pemakaian dengan dosis yang berlebihan tidak memberikan pengaruh yang efektif dalam peningkatan kuat tekan beton. Sedangkan untuk fly ash, dengan kadar SiO 2 yang lebih rendah dibandingkan silica fume, juga memiliki sifat pozzolan untuk bereaksi dengan kapur bebas yang dilepaskan oleh semen pada waktu proses hidrasi yang kemudian membentuk senyawa hydrated calcium silicate (CSH) dimana senyawa ini bersifat mengikat yang akan membangun kekuatan. Sedangkan kapur bebas yang tidak bereaksi dengan fly ash akan berguna untuk mengisi rongga-rongga yang ada. Penggunaan fly ash pada campuran beton dapat meningkatkan workability, mencegah segregasi, bleeding, heat evolution, permeability, dan meningkatkan ketahanan terhadap sulfat (Arunachalam & Vigneshwari 2011). Selain material pozzolan, superplasticizer perlu digunakan untuk membantu meningkatkan workability. Superplasticizer adalah bahan kimia tambahan yang digunakan untuk meningkatkan kelecakan atau workability dalam pengerjaan campuran. Bahan ini digunakan untuk mengurangi penggunaan air sehingga tercapai w/c ratio yang rendah yang digunakan dalam pembuatan UHSC (Malier 1992). Agregat yang digunakan adalah pasir halus dari Lumajang dan pasir silika dengan ukuran terbesar 1,2 mm. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi efek dari rongga yang ada di dalam agregat kasar yang menyebabkan berkurangnya kekuatan beton. Semakin kecil ukuran suatu agregat maka rongga di dalam agregat tersebut akan makin berkurang dan menambah kekuatan beton. Untuk mengatasi keruntuhan beton yang getas, digunakan serat baja atau steel fibres. Penggunaan steel fibres pada suatu penelitian menunjukkan peningkatan pada kelenturan dan kuat tekan beton, serta memberikan efek penurunan terhadap flowing ability pada beton segar (Hoang et al. 2008). Steel fibres memberikan beberapa kelebihan dibandingkan tulangan baja konvensional karen tulangan baja konvensional umumnya diletakkan dengan jarak yang relatif besar sehingga hal ini tidak dapat 2

menahan retakan kecil yang ada. Sedangkan bila menggunakan mikrofiber yang jaraknya berdekatan akan menahan microcracks dan meningkatkan kuat tarik dan kekakuan. Tetapi bila microfibres tersebut pendek akan menjadi tidak efektif dalam menahan macrocrack yang ada (Shah & Weiss 1998). Gambar 1 Konsep Pengaruh Panjang Serat terhadap Retakan dan Sifat Mekanis 3. RANCANGAN PENELITIAN Dalam menentukan mix design untuk pembuatan beton UHSC ini, digunakan beberapa referensi dari penelitian yang pernah dilakukan oleh beberapa sumber. Berdasarkan penelitian yang telah ada, sebagian besar dari penelitian tersebut menggunakan w/c ratio yang rendah dan material dengan ukuran partikel lebih kecil dari semen juga digunakan untuk mengisi rongga-rongga udara yang ada. Tabel 1 Contoh Komposisi Mix Design Hardjasaputra (Hardjasaputra et al. 2011) TM5 TM5a TM5b TM5c Material (kg/m³) (kg/m³) (kg/m³) (kg/m³) Cement 800 800 800 800 Sand 977.21 981.62 983.38 985.15 Silica 230 230 230 230 Superplasticizer 39 35.75 34.32 32.89 Crushed quartz 152.63 156.98 158.72 160.46 W/c 0.221 0.221 0.221 0.221 Density 2369.43 2343.94 2363.06 2350.32 Strength (MPa) 137.4 130.15 134.55 143.02 Tabel 2 Contoh Mix Design Kurniawan (Kurniawan et al. 2012) Komponen UHPC Semen (kg/m³) 770 Pasir Lumajang (kg/m³) 911.250 Pasir Silika (kg/m³) 303.750 Fly Ash (kg/m³) 372 Silica Fume (%C) 7.5 Superplasticizer (%C) 2.00 w/c 0.22 3

Setelah kekuatan beton UHSC tercapai, dilakukan beberapa perlakuan khusus untuk benda uji berikutnya, yaitu dengan memberikan perlakuan steam curing pada proses pemeliharaan beton, menambahkan steel fibres ke dalam campuran, dan melakukan proses vacuum saat proses pemadatan benda uji yang diujikan secara terpisah. Dalam penelitian dilakukan steam curing dengan suhu ±60 C selama 10 jam setelah melepaskan bekisting.hal ini sesuai dengan referensi yang mengatakan bahwa steam curing pada suhu 66 C (150 F) merupakan suhu yang menguntungkan untuk perawatan beton agar beton mengalami susut yang minimal, sedangkan beton yang menggunakan steam curing pada suhu diatas 82 C akan berdampak buruk pada kuat tekan akhir beton nantinya (Yazdani et al. 2010). Setelah 10 jam berlalu, beton dikeluarkan dari alat kukusan atau dandang dan diletakkan dalam suhu ruangan selama ±2 jam sebelum dimasukkan ke dalam kolam curing bersuhu ruangan agar suhu beton menurun secara perlahan sehingga beton tidak mengalami penurunan suhu yang tiba-tiba saat dimasukkan ke dalam kolam curing. Pemeliharaan di dalam kolam curing dilakukan hingga beton berumur sehari sebelum beton diuji kuat tekannya. Benda Uji Air Kompor Listrik Gambar 2 Kompor Listrik dan Dandang Untuk penelitian berikutnya, steel fibres ditambahkan ke dalam campuran saat campuran sudah membentuk pasta sesuai dengan petunjuk dari PT. Dramix. Dalam penelitian ini kadar steel fibres yang diberikan ke dalam campuran menjadi variabel bebas yang diteliti, yaitu sebesar 0.25%, 0.375%, dan 0.5% dari berat volume. Untuk mengetahui pengaruh proses vacuum saat proses pemadatan, dilakukan secara bertahap yaitu tiap cetakan terisi setinggi 1 inch selama ±5 menit untuk tiap lapisan. Proses ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan adonan yang lebih padat dan meminimalisir udara yang terjebak di dalamnya. Penelitian dilakukan secara bertahap agar udara yang dikeluarkan dari dalam benda uji bukanlah udara yang ada pada permukaan saja. 4. HASIL DAN ANALISA 4.1 Komposisi dan Hasil Uji Kuat Tekan Percobaan ini dilakukan dengan mengadopsi beberapa mix design referensi yang akhirnya didapatkan mix design yang sesuai dan dapat dilakukan. Berbagai mix design referensi telah dicoba dan akhirnya didapatkan mix design yang sudah disesuaikan dengan kondisi material-material yang digunakan. Benda uji yang dibuat dalam percobaan ini tidak diberikan perlakuan khusus seperti vacuum dalam proses mixing maupun steam curing pada pemeliharaan betonnya. Benda uji digetarkan menggunakan mesin vibrator dalam proses pemadatan dan menggunakan normal curing, yaitu dengan merendam beton ke dalam kolam curing yang ada di dalam Laboratorium Beton Universitas Kristen Petra, dalam pemeliharaan beton setelah setting time beton. Dapat dilihat pada Tabel 3 beberapa mix design yang digunakan. 4

No. Semen (kg/m³) Pasir Lumajang (kg/m³) Pasir Silika (kg/m³) Tabel 3 Mix Design Fly ash (kg/m³) Silica fume (%C) Superplasticizer (%C+SF+FA)(ml) w/c w/cm 1 900 0.00 1260.00 270.00 10.00 3.75 0.27 0.19 2 900 0.00 1512.00 270.00 10.00 4.01 0.29 0.21 3 900 675.00 675.00 360.00 10.00 3.13 0.28 0.19 4 770 911.25 303.75 372.00 7.50 3.45 0.26 0.16 5 800 980.00 156.00 0.00 10.00 4.42 0.23 0.21 6 742 1215.00 0.00 394.00 7.50 3.99 0.25 0.16 Gambar 3 Grafik Perbandingan Kuat Tekan Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa mix design 5 merupakan mix design yang mampu menghasilkan kuat tekan beton tertinggi dengan kuat tekan 28 hari sebesar 115 MPa dan untuk penelitian selanjutnya digunakan mix design tersebut sebagai acuan. Kuat tekan yang dihasilkan masih belum memenuhi target kuat tekan UHSC karena beberapa perbedaan yang dilakukan dengan mix design referensi dalam penggunaan material, seperti perbedaan tipe material yang digunakan. Di mana referensi dalam pembuatan UHPC menggunakan material berukuran mikro, seperti penggunaan marble powder yang berukuran 10µm - 100 µm sebagai micro filler. Pasir silika yang digunakan pun berasal dari Bangka di mana kandungan SiO 2 dalam pasir silika tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan pasir silika asal Tuban yang digunakan dalam penelitian ini dan semen yang digunakan adalah semen tipe OPC yang sekarang sudah tidak dijual secara bebas lagi di pasaran umum Indonesia. Semen PPC yang dipakai dalam penelitian ini memiliki kandungan pozzolan yang lebih tinggi dibandingkan dengan semen OPC di mana kandungan pozzolan ini berfungsi sebagai bahan pengganti semen dan mampu berfungsi pula sebagai filler. Dengan bertambahnya filler dalam kandungan semen ke dalam campuran, maka akan mengurangi kuat tekan beton yang seharusnya dapat dicapai. Selain itu, dengan w/c ratio yang rendah sebaiknya digunakan alat mixing dengan kinerja yang tinggi sedangkan dalam penelitian ini digunakan alat mixer yang memiliki performa yang menyamai proses mixing secara manual yang kemungkinan besar memberikan hasil campuran yang kurang maksimal. 4.2 Steam Curing Mix design 5 dari penelitian sebelumnya diambil sebagai mix design acuan dalam pngamatan penggunaan steam curing. Dari hasil uji kuat tekan pada Gambar 4 dapat disimpulkan bahwa pemeliharaan beton menggunakan steam curing memberikan kekuatan yang lebih tinggi dari normal curing pada umur awal dan kekuatan yang tidak berbeda jauh pada umur 28 hari. Penggunaan steam curing ini lebih cenderung kepada usaha untuk mendapatkan kekuatan yang lebih tinggi di umur awal. 5

Kuat Tekan Benda Uji (MPa) Peningkatan kekuatan tersebut terjadi karena reaksi hidrasi yang terjadi pada beton tersebut telah di percepat oleh heat treatment dari steam curing dengan meningkatkan suhu perawatan. Sifat pozzolan yang terdapat pada silica fume membutuhkan bantuan heat treatment agar dapat bereaksi secara optimal. Jika diperhatikan, beton steam curing pada umur 3 hari yang tadinya memiliki margin kekuatan 20% daripada beton normal curing, pada umur 7 hari kekuatan beton steam curing hanya 10% lebih tinggi daripada beton normal curing, dan pada umur 28 hari kuat tekan beton steam curing dan beton normal curing berada di kekuatan yang hampir sama. Hal ini dikarenakan steam curing hanya membantu mempercepat reaksi hidrasi di umur awal dan ketika mendekati 28 hari reaksi hidrasi yang berjalan mulai berhenti perlahan-lahan. 150 100 Norm Steam 50 4.3 Penambahan Steel Fibres 0 3 Umur Benda 7 Uji (Hari) 28 Gambar 4 Perbandingan Steam Curing dengan Normal Curing Steel fibres yang digunakan menggunakan steel fibres panjang (l) 60 mm dan diameter (d) 0.75 mm. Komposisi penambahan steel fibres ke dalam campuran dapat dilihat pada Tabel 4. Mix design 5 dari penelitian sebelumnya diambil sebagai mix design acuan. Dan dalam Gambar 5 dapat dilihat bahwa penggunaan steel fibres tidak memberikan pengaruh yang signifikan dalam hal kekuatan. Dengan menambahkan steel fibres ke dalam campuran, kemungkinan besar hal ini akan menyebabkan bertambahnya udara yang terjebak di dalam campuran sehingga kekuatan beton pun menjadi tidak lebih baik, bahkan menjadi lebih rendah dibandingkan tanpa penambahan steel fibres. Walaupun kekuatan yang dihasilkan tidak memberikan perbedaan yang signifikan, keruntuhan yang terjadi saat pengujian cukup berbeda antara benda uji dengan dan tanpa penambahan steel fibres. Tabel 4 Mix Design Benda Uji dengan Penambahan Steel Fibres dan Tanpa Penambahan Steel Fibres Mix design NSF SF 0.25% SF 0.375% SF 0.5% Semen (kg/m³) 800 800 800 800 Pasir Lumajang (kg/m³) 980 980 980 980 Pasir Silika (kg/m³) 156 156 156 156 Silica Fume (%C) 10 10 10 10 Steel Fibres (kg) - 0.153 0.23 0.312 SP (%C+SF+FA) 4.42 4.42 4.42 4.42 w/c 0.23 0.23 0.23 0.23 w/cm 0.21 0.21 0.21 0.21 Sedangkan pada Gambar 6 dapat dilihat perbandingan keruntuhan beton, antara beton yang tidak menggunakan steel fibres dengan beton yang menggunakan steel fibres. Saat pengujian, beton tanpa steel fibres mengalami keruntuhan yang lebih getas dan eksplosif. Beton tanpa steel fibres ini tidak mampu menahan retakan-retakan yang terjadi saat pengujian sehingga beton seakan-akan meledak dan beberapa serpihan beton terbang. Lain halnya dengan yang terjadi pada beton yang menggunakan steel 6

Kuat Tekan Benda Uji (MPa) Kuat Tekan Benda Uji (MPa) fibres di dalam campurannya. Retakan yang terjadi pada beton selama pengujian dapat ditahan oleh steel fibres sehingga keruntuhannya tidak terlalu getas dan eksplosif. 140 120 100 80 60 40 20 0 No Steel Fibre Steel Fibre 0.25% 1 Umur 3 Benda Uji 7 (Hari) 28 Gambar 5 Hasil Uji Kuat Tekan dengan Steel Fibres dan Tanpa Steel Fibres 4.4 Proses Vacuum Gambar 6 Keruntuhan Beton Tanpa Steel Fibres dan dengan Steel Fibres Pada pengamatan proses vacuum ini digunakan mix design 5 dari penelitian sebelumnya diambil sebagai mix design acuan. Pada Gambar 7 terlihat beton dengan dan tanpa proses vacuum dalam pemadatannya tidak memberikan perbedaan kuat tekan yang terlalu jauh. Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh kemampuan alat vacuum pump yang kurang mampu menghisap udara yang berada di dalam vacuum box yang berukuran cukup besar sehingga udara yang terdapat di dalam campuran beton tidak dapat dihisap sepenuhnya oleh vacuum pump. Vacuum pump memiliki kekuatan hisap 2880 r/min dan dioperasikan selama ±5 menit, dimana sebaiknya alat dijalankan lebih lama agar dapat menghisap udara yang terjebak di dalam beton. Udara di dalam beton membutuhkan waktu yang lebih lama untuk dapat keluar karena kondisi padat yang padat sehingga seakan-akan menahan udara yang akan keluar. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan proses vacuum ini juga terbatas dengan setting time beton. Kondisi ini yang menjadi penyebab penggunaan vacuum kurang optimal pada penelitian ini 140 120 100 No Vacu 80 60 40 20 0 1 3 7 28 Umur Benda Uji (Hari) Gambar 7 Perbandingan Hasil Uji Kuat Tekan Beton Tanpa Vacuum dengan Beton Vacuum 7

5. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan analisa yang didapat dengan melakukan pengujian pada benda uji yang dibuat, secara umum dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Dengan mix design milik Hardjasaputra et al yang digunakan sebagai acuan, dapat mencapai kuat tekan 115 MPa pada umur 28 hari. Kekuatan yang dicapai masih belum dapat memenuhi target karena dipengaruhi beberapa faktor yang berbeda dengan referensi, yaitu mutu material dan alat yang digunakan 2. Penggunaan perlakuan steam curing hanya membantu mempercepat reaksi hidrasi di umur awal yaitu 20% lebih tinggi saat umur 3 hari, 10% pada 7 hari, sedangkan pada umur 28 hari kuat tekan beton dengan steam curing tidak berbeda banyak dengan beton tanpa perlakuan steam curing. 3. Perlakuan vacuum pada proses pemadatan tidak memberikan pengaruh pada kuat tekan. Hal ini disebabkan penggunaan vacuum masih belum efektif, baik dalam kekuatan dan lama waktu penghisapan udara yang terjebak di dalam campuran. 4. Penambahan steel fibres ke dalam campuran beton tidak mempengaruhi kuat tekan beton tetapi mampu mengatasi keruntuhan benda uji yang getas. 6. DAFTAR REFERENSI Al-azzawi, A.A., Ali, A.S. & Risan, H.K. (2011). Behavior Of Ultra High Performance Concrete Structures. ARPN Journal of Engineering and Applied Sciences, 6(5), pp.95 109. Arunachalam, K. & Vigneshwari, M. (2011). Experimental Investigation on Ultra High Strength Concrete Containing Mineral Admixtures Under Different Curing Conditions. International Journal of Civil and Structural Engineering, 2(1), pp.33 42. Hardjasaputra, H., Tirtawijaya, J. & Tandaju, G.S. (2011). The Recent Development Of Ultra High Performance Concrete (UHPC) in Indonesia. The 3rd International Conference of EACEF (European Asian Civil Engineering Forum), pp.111 116. Hoang, K.H. et al. (2008). Influence of Types of Steel Fiber on Properties of Ultra High Performance Concrete. The 3rd ACF International Conference-ACF/VCA, 3, pp.347 355. Kurniawan, E., Valentino, I. & William, I. (2012). Ultra High Performance and Sustainable Powder Concrete. Malier, Y. (1992). High Performace Concrete From Material to Structure, Schachinger, I. et al., Early-Age Cracking Risk and Relaxation by Restrained Autogenous Deformation of Ultra High Performance Concrete. 6th International Symposium on High Strength / High Performance Concrete, pp.1 13. Shah, S.P. & Weiss, W.J. (1998). Ultra High Performance Concrete: A Look to the Future. Yazdani, N., Filsaime, M. & Manzur, T. (2010). Effect of Steam Curing on Shrinkage of Concrete Piles with Silica Fume. Second International Conference on Sustainable Construction Materials and Technologies, June. 8