REKONSTRUKSI GEOMETRI AKUIFER KAWASAN PESISIR BUNGUS, SUMATRA BARAT Aquifer Geometric Reconstruction at Bungus Coastal Area, West Sumatra

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENDUGAAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS DI DESA TELLUMPANUA KEC.TANETE RILAU KAB. BARRU SULAWESI-SELATAN

IDENTIFIKASI BIDANG GELINCIR DI TEMPAT WISATA BANTIR SUMOWONO SEBAGAI UPAYA MITIGASI BENCANA LONGSOR

BAB III METODE PENELITIAN

POLA SEBARAN AKUIFER DI DAERAH PESISIR TANJUNG PANDAN P.BELITUNG

Prosiding Seminar Nasional XII Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2017 Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta

p-issn : e-issn : Accreditation Number: 766/AU3/P2MI-LIPI/10/2016

EKSPLORASI BIJIH BESI DENGAN METODE DIPOLE-DIPOLE DAN GEOMAGNET DI WILAYAH GANTUNG, KABUPATEN BLITUNG TIMUR, PROVINSI BLITUNG

PENYELIDIKAN HIDROGEOLOGI CEKUNGAN AIRTANAH BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR

Pendugaan Akuifer serta Pola Alirannya dengan Metode Geolistrik Daerah Pondok Pesantren Gontor 11 Solok Sumatera Barat

FOTON, Jurnal Fisika dan Pembelajarannya Volume 18, Nomor 2, Agustus 2014

MODEL VOLUME RESAPAN AIR HUJAN PADA SUMUR RESAPAN DI KECAMATAN RUMBAI KOTA PEKANBARU

Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sumatera Barat, Jalan Jhoni Anwar No. 85 Lapai, Padang 25142, Telp : (0751)

Rustan Efendi 1, Hartito Panggoe 1, Sandra 1 1 Program Studi Fisika Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Tadulako, Palu, Indonesia

BAB IV KONDISI HIDROGEOLOGI

PROFIL RESISTIVITAS 2D PADA GUA BAWAH TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER-SCHLUMBERGER (STUDI KASUS GUA DAGO PAKAR, BANDUNG)

PENGUKURAN TAHANAN JENIS (RESISTIVITY) UNTUK PEMETAAN POTENSI AIR TANAH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PRAYA. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

ANALISIS AIR BAWAH TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK

PENENTUAN TAHANAN JENIS BATUAN ANDESIT MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER (STUDI KASUS DESA POLOSIRI)

POTENSI AIRTANAH DI CEKUNGAN AIRTANAH (CAT) PALU BERDASARKAN SATUAN HIDROMORFOLOGI DAN HIDROGEOLOGI. Zeffitni *)

e-issn : Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains Didaktika

REVISI, PEMODELAN FISIKA APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK INVESTIGASI KEBERADAAN AIR TANAH

Penentuan Lapisan Bawah Permukaan di Tempat Pengolahan Akhir Sampah (TPAS) Banjarbaru dengan Metode Geolistrik

PENENTUAN SEBARAN DAN KANDUNGAN UNSUR KIMIA KONTAMINASI LIMBAH CAIR BAWAH PERMUKAAN DI TPA CAHAYA KENCANA, KABUPATEN BANJAR

IDENTIFIKASI KEDALAMAN AQUIFER DI KECAMATAN BANGGAE TIMUR DENGAN METODA GEOLISTRIK TAHANAN JENIS

ANALISIS DATA GEOLISTRIK UNTUK IDENTIFIKASI PENYEBARAN AKUIFER DAERAH ABEPURA, JAYAPURA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS KEBERADAAN BIJIH BESI MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK 2D DI LOKASI X KABUPATEN LAMANDAU KALIMANTAN TENGAH

SURVAI SEBARAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS KONFIGURASI WENNER DI DESA BANJAR SARI, KEC. ENGGANO, KAB.

POTENSI KETERSEDIAAN AIR TANAH DI DESA LIMO KECAMATAN SALIMPAUNG KABUPATEN TANAH DATAR - SUMATERA BARAT

PEMODELAN FISIKA APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK INVESTIGASI KEBERADAAN AIR TANAH

PENDUGAAN AKUIFER AIRTANAH DI PESISIR PULAU SOLOR, NUSA TENGGARA TIMUR

PENENTUAN ZONA PENGENDAPAN TIMAH PLASER DAERAH LAUT LUBUK BUNDAR DENGAN MARINE RESISTIVITY Muhammad Irpan Kusuma 1), Muhammad Hamzah 2), Makhrani 2)

Identifikasi Jalur Patahan Dengan Metode Geolistrik Hambatan Jenis Di Wilayah Palu Barat

Jurnal APLIKASI ISSN X

PENENTUAN POLA SEBARAN INTRUSI AIR LAUT DI PESISIR PANTAI BATAKAN KALIMANTAN SELATAN DENGAN METODE GEOLISTRIK

PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 2 (2015), Hal ISSN :

BAB I PENDAHULUAN I.1

APLIKASI METODE GEOLISTRIK UNTUK MENGIDENTIFIKASI AIRTANAH ASIN DI WILAYAH KEPESISIRAN KECAMATAN REMBANG, KABUPATEN REMBANG

BAB III LANDASAN TEORI

Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 2016 ISSN: Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI POLE-POLE UNTUK MENENTUKAN SEBARAN DAN KEDALAMAN BATUAN SEDIMEN DI DESA WONOSARI KECAMATAN NGALIYAN SEMARANG

KERANGKA ACUAN KERJA ( TERM OF REFERENCE TOR )

Pemetaan Airtanah Dangkal Dan Analisis Intrusi Air Laut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan mahkluk hidup. Kebutuhan

Identifikasi Intrusi Air Laut Menggunakan Metode Geolistrik Di Desa Kampung Baru, Tanah Bumbu

Sehah dan Hartono. Keywords: groundwater aquifer, village of Kedungwuluh, geoelectric of resistivity method, Wenner configuration.

BAB 3 GEOLOGI SEMARANG

Nurun Fiizumi, Riad Syech, Sugianto.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 2, Nomor 2, Juni 2010, Halaman ISSN:

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 01 (2016), Hal ISSN :

POLA SPASIAL SEBARAN MATERIAL DASAR PERAIRAN DI TELUK BUNGUS, KOTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan kimia airtanah dipengaruhi oleh faktor geologi dan faktor antropogen.

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7 (2011) 33-37

Bayu Suhartanto, Andy Pramana,Wardoyo, M. Firman, Sumarno Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Bengkulu, Bengkulu

PENENTUAN RESISTIVITAS BATUBARA MENGGUNAKAN METODE ELECTRICAL RESISTIVITY TOMOGRAPHY DAN VERTICAL ELECTRICAL SOUNDING

APLIKASI METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS UNTUK MENENTUKAN ZONA INTRUSI AIR LAUT DI KECAMATAN GENUK SEMARANG

IDENTIFIKASI POLA AKUIFER DI SEKITAR DANAU MATANO SOROAKO KAB. LUWU TIMUR Zulfikar, Drs. Hasanuddin M.Si, Syamsuddin, S.Si, MT

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.2 Perumusan Masalah

BAB IV HIDROGEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Jurnal Einstein 3 (2) (2015): Jurnal Einstein. Available online

METODE GEOLISTRIK UNTUK MENGETAHUI POTENSI AIRTANAH DI DAERAH BEJI KABUPATEN PASURUAN - JAWA TIMUR

Riad Syech, Juandi,M, M.Edizar Jurusan Fisika FMIPA Universitas Riau Kampus Bina Widya Km 12,5 Pekanbaru ABSTRAK

Cross Diagonal Survey Geolistrik Tahanan Jenis 3D untuk Menentukan Pola Penyebaran Batuan Basal di Daerah Pakuan Aji Lampung Timur

PENERAPAN METODE RESISTIVITAS UNTUK IDENTIFIKASI PENYEBAB RAWAN LONGSOR PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI BRANTAS KECAMATAN SUKUN KOTA MALANG

PENELITIAN AIR TANAH DI WADUK PUNTUK SURUH KECAMATAN PENGADEGAN KABUPATEN PURBALINGGA JAWA TENGAH

PENENTUAN LAPISAN PEMBAWA AIR DENGAN METODE TAHANAN JENIS DI DAERAH ATAS TEBING LEBONG ATAS BENGKULU

POTENSI AIR TANAH DI DAERAH CIKARANG DAN SEKITARNYA, KABUPATEN BEKASI BERDASARKAN ANALISIS PENGUKURAN GEOLISTRIK

PEMODELAN 3D RESISTIVITAS BATUAN ANDESIT DAERAH SANGON, KAB. KULONPROGO, PROVINSI DIY

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENENTUAN KEDALAMAN AKUIFER BEBAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER

, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10

Metode Geolistrik (Tahanan Jenis)

BAB I PENDAHULUAN. - Bagian barat dengan Kabupaten Jayapura. - Bagian selatan dengan Kecamatan Arso, Kabupaten Jayapura

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Cekungan. Air Tanah. Penyusunan. Pedoman.

PENELITIAN SUMBER AIR BERSIH BAWAH TANAH DI PULAU FLORES

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

PENYELIDIKAN BIJIH BESI DENGAN METODE GEOMAGNET DAN GEOLISTRIK

MENENTUKAN LITOLOGI DAN AKUIFER MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER DAN SCHLUMBERGER DI PERUMAHAN WADYA GRAHA I PEKANBARU

Dinisa Hanifa 1, Ibrahim Sota 1, Simon Sadok Siregar 1

GEOMETRI AKUIFER BERDASARKAN DATA GEOLISTRIK DAN SUMUR PEMBORAN DI DAERAH JASINGA, KECAMATAN JASINGA, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

PEMODELAN AKUIFER AIR TANAH UNTUK MASYARAKAT PESISIR LINGKUNGAN BAHER KABUPATEN BANGKA SELATAN. Mardiah 1, Franto 2

UJI NILAI TAHANAN JENIS POLUTAN AIR LAUT DENGAN METODE OHMIK DAN GEOLISTRIK TAHANAN JENIS SKALA LABORATORIUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDUGAAN POTENSI AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER DI KAMPUS TEGAL BOTO UNIVERSITAS JEMBER

POTENSI AIR TANAH DAERAH KAMPUS UNDIP TEMBALANG. Dian Agus Widiarso, Henarno Pudjihardjo *), Wahyu Prabowo**)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MENENTUKAN AKUIFER LAPISAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER DI PERUMAHAN GRIYO PUSPITO DAN BUMI TAMPAN LESTARI

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup di muka bumi. Makhluk hidup khususnya manusia melakukan

Interpretasi Data Geofisika untuk Penentuan Titik Pemboran Air Tanah di Daerah Mertoyudan, Kab. Magelang, Provinsi Jawa Tengah

PEMANFAATAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS UNTUK MENGETAHUI STRUKTUR GEOLOGI SUMBER AIR PANAS DI DAERAH SONGGORITI KOTA BATU

BAB III KONDISI EKSISTING DKI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. ini, ketidakseimbangan antara kondisi ketersediaan air di alam dengan kebutuhan

ANALISIS KARAKTERISTIK AKUIFER BERDASARKAN PENDUGAAN GEOLISTRIK DI PESISIR KABUPATEN CILACAP JAWA TENGAH

Seminar Nasional Ke III Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

Optimalisasi Desain Parameter Lapangan Untuk Data Resistivitas Pseudo 3D

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Transkripsi:

ISSN 0125-9849, e-issn 2354-6638 Ris.Geo.Tam Vol. 25, No.1, Juni 2015 (1-11) DOI: 10.14203/risetgeotam2015.v25.134 REKONSTRUKSI GEOMETRI AKUIFER KAWASAN PESISIR BUNGUS, SUMATRA BARAT Aquifer Geometric Reconstruction at Bungus Coastal Area, West Sumatra Gunardi Kusumah Loka Penelitian Sumber Daya dan Kerentanan Pesisir Balitbang KP, KKP ABSTRAK Karakteristik hidrologi yang khas di wilayah pesisir menuntut proses evaluasi, perencanaan dan pembangunan sumberdaya air harus didasarkan pada pendekatan khusus yang dapat mendukung keterbatasan lingkungan hidrologisnya. Penelitian yang dilakukan telah menginventarisasi beberapa parameter hidrologi yang berhubungan dengan kondisi keberadaan air di wilayah pesisir Teluk Bungus, Sumatera Barat. Pengukuran di wilayah pelabuhan perikanan PPS Bungus menunjukkan bahwa sebagian besar air permukaan adalah air payau dan hanya di beberapa lokasi memiliki indikasi air tawar. Hasil pengukuran nilai resistivitas material bawah permukaan dengan metoda geolistrik menunjukkan sistem airtanah di wilayah didominasi oleh sistem airtanah bebas (unconfined) dan bocor (leaky). Sistem akifer hingga kedalaman 130 meter di bawah permukaan laut berada pada endapan-endapan bekas longsoran yang disebut sebagai endapan talus (scree deposit). Beberapa lokasi hasil pengukuran geolistrik dapat direkomendasikan dilakukan pemboran untuk pengambilan airtanah namun dengan prinsip ketelitian dan kecermatan pada saat pelaksanaan serta prinsip pelestarian saat melakukan eksploitasi airtanah. Kata Kunci: airtawar, geolistrik, resistivitas, endapan talus, Bungus. Naskah masuk : 28 Januari 2015 Naskah direvisi : 25 Mei 2015 Naskah diterima : 3 Juni 2015 Gunardi Kusumah Loka Penelitian Sumber Daya dan Kerentanan Pesisir Balitbang KP, KKP Kawasan Pelabuhan Perikanan Bungus Jl. Raya Padang - Painan Km. 16 Bungus, Padang, Sumatera Barat Kode Pos : 25245 E-mail: gkusumah@gmail.com 2015 Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia ABSTRACT The typical hydrological characteristic in coastal areas requires that all evaluation, planning and development processes for water resources should be based on specific approaches that support the limitations of hydrological environment at coastal area. This research aims to inventory some hydrological parameters related to the condition of the presence of fresh water in the coastal area of Bungus Bay, West Sumatra. Groundwater measurements around the fishing port area of PPS Bungus showed that most surface water is brackish water with indication of freshwater, locally. Results of the geoelectric survey indicated that groundwater system in the area is dominated by the unconfined and leaky aquifer system. The aquifer system down to 130 meters depth below sea level is within the paleolandslide deposits, which are referred to as scree deposits. The survey results might recommend some drilling locations for groundwater collecting with some precision and accuracy during the execution and sustainability of ground water resources during the exploitation. Keywords: freshwater, geoelectrical method, resistivity, scree deposits, Bungus PENDAHULUAN Wilayah pesisir merupakan sumberdaya yang sangat penting dan merupakan salah satu sumber investasi bagi bangsa Indonesia. Namun terdapat beberapa kendala dalam pengembangan wilayah pesisir, diantaranya adalah ketersediaan air baku baik yang berasal dari air hujan, air permukaan dan airtanah untuk kehidupan sehari-hari masyarakat maupun pemerintahan dan sektor industri. Pengaruh laut terhadap tata air seringkali terlihat signifikan di wilayah pesisir, namun 1

Kusumah / Rekonstruksi Geometri Akuifer Kawasan Pesisir Bungus, Sumatra Barat pengaruh tersebut berbeda di satu tempat dan tempat yang lain. Hal ini terutama ditentukan oleh faktor alami, diantaranya faktor iklim dan bentuk wilayah. Karakteristik hidrologi yang khas di wilayah pesisir serta pengaruh interaksi laut menuntut proses evaluasi, perencanaan dan pembangunan sumberdaya air harus didasarkan pada pendekatan khusus yang dapat mendukung keterbatasan lingkungan hidrologisnya (Delinom & Lubis, 2007). Wilayah penelitian di sekitar kawasan PPS Bungus dan sekitarnya merupakan wilayah yang cukup padat dengan kegiatan/aktivitas pelabuhan, perkantoran maupun permukiman penduduk yang terus berkembang. Kondisi tersebut ke depan memiliki beberapa hambatan terutama dalam pemenuhan kebutuhan air, dimana secara hidrogeologi termasuk kedalam wilayah airtanah perbukitan (Bappeda, 2011), yang memiliki nilai keterusan (permeability) umumnya rendah. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik sumberdaya air khususnya airtanah dan memahami kondisi sistem akuifer wilayah sebagai data dasar bagi pengembangan wilayah. LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian terletak di wilayah pesisir Teluk Bungus-tepatnya di area Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Bungus dan sekitarnya, Provinsi Sumatera Barat (Gambar 1). Temperatur berkisar antara 22,5 C-31,5 C dan curah hujan 314,47 mm/bulan, berada pada koordinat 01 02 15 LS dan 100 23 34 BT (PPS Bungus, 2006; Kusumah dan Salim, 2008). Geologi Wilayah Penelitian Batuan dasar penyusun daerah Bungus dan sekitarnya didominasi oleh batuan gunungapi berumur Oligo-Miosen dengan sejumlah kecil batuan sedimen. Batuan gunungapi terdiri dari lava, breksi, tuf dan ignimbrit, batuan sedimen pada formasi ini berumur Miosen Awal. Di atas batuan dasar tersebut, diendapkan lapisan aluvium berumur Kuarter yang umumnya terdiri dari lanau, pasir dan kerikil. Menurut Rosidi et al. (1996) dalam Peta Geologi Lembar Painan dan bagian timur Lembar Muarasiberut, disebutkan bahwa material ini umumnya terdapat Gambar 1. Sistem airtanah CAT Bungus yang merupakan Bagian CAT Painan-Lubuk Pinang. 2

Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.25, No.1, Juni 2015, 1-11 di dataran pantai. Berdasarkan kondisi hidrogeologinya, wilayah ini termasuk ke dalam sistem cekungan airtanah (CAT) Painan-Lubuk Pinang (Bappeda, 2011), wilayah ini diklasifikasikan sebagai kipas aluvial Cekungan Airtanah Bungus dan lokasi penelitian merupakan bagian dari sub cekungan utara Bungus. METODE Metode penelitian yang dilakukan adalah pengamatan kualitas air dan pengukuran geofisika. Hasil kualitas air diperlukan untuk mengetahui ketersediaannya sebagai potensi air tawar. Pengukuran geofisika metode geolistrik dilakukan untuk mengetahui potensi airtanah di wilayah tersebut. Interpretasi terhadap kondisi hidrogeologi wilayah penelitian, diantaranya didasarkan pada hasil geolistrik. Selain itu juga dilakukan pengukuran data sifat kimia fisik air yang disajikan dalam bentuk peta kesamaan muka airtanah bebas (isofreatik), kesamaan salinitas dan kesamaan daya hantar listrik. Kualitas Air Pengukuran serta pengambilan contoh air dilakukan untuk mengetahui kualitas fisik air permukaan. Nilai kualitas air tersebut kemudian akan dibandingkan dengan nilai batas ambang yang diperbolehkan dalam persyaratan air minum yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990. Parameter yang diukur di lapangan meliputi parameter fisika (ph, DO, turbiditas, temperatur, konduktifitas, salinitas, Total Dissolved Solids) menggunakan alat water level meter, Multi- Parameter Water Quality Meter model WQC-24, tipe sensor module WMS-24 serta TOA water checker yang digunakan untuk mengukur kualitas air (Kurniawan, 2009). Gambar 2. Distribusi titik pengukuran geolistrik 2D. 3

Kusumah / Rekonstruksi Geometri Akuifer Kawasan Pesisir Bungus, Sumatra Barat Pengukuran Nilai Resistivitas Batuan/ Tanah Pengukuran nilai resistivitas batuan/ tanah (metoda geolistrik) merupakan salah satu metode geofisika yang sering digunakan untuk tujuan eksplorasi airtanah khususnya untuk menentukan lapisan pembawa air (akuifer). Salah satu tujuan dari metode geolistrik untuk sumberdaya air adalah memperkirakan susunan lapisan akuifer berdasarkan distribusi tahanan jenisnya yang relatif sensitif terhadap material maupun kandungannya. Dalam kegiatan ini telah dilaksanakan pengukuran geolistrik dengan metode geolistrik 2D menggunakan unit peralatan Resistivity Meter. Secara sederhana, metode Geolistrik ini dilakukan dengan cara mengalirkan arus listrik searah (DC) ke dalam bumi melalui sepasang elektrode arus (AB), yang kemudian diterima oleh sepasang elektroda potensial (MN). Elektrode potensial ini akan menerima harga perbedaan potensial yang ditimbulkan oleh sifatsifat batuan yang dilalui arus listrik (Dobrin, 1984). Total lintasan geolistrik yang diukur pada penelitian dengan metode Geolistrik 2D ini berjumlah 5 lintasan (Gambar 2). Hasil pengolahan data geolistrik merupakan pemodelan 2D menggunakan software inversi EarthImager (Loke & Barker, 1996). HASIL DAN PEMBAHASAN Dengan morfologi pantainya yang berbukit, sumberdaya air permukaan di wilayah penelitian di sekitar PPS Bungus dan sekitarnya, ditemukan terutama dalam bentuk sungai, mata air dan rawa, juga terdapat beberapa sumur gali. Pengamatan dan pengukuran langsung contoh air terutama dilakukan pada sungai, mata air dan sumur-sumur gali. Pengamatan dan pengukuran kualitas dan debit air sungai dilakukan terhadap Sungai Pagasahan, yaitu salah satu sungai yang mengalir melewati wilayah kerja PPS Bungus dan bersifat periodik (intermittent) menjadi salah satu potensi sumber daya air untuk kawasan pelabuhan perikanan terutama saat musim penghujan. Pengamatan lain dilakukan terhadap lokasi-lokasi mata air dan sumur gali yang berada di wilayah PPS Bungus. Gambar 3. Peta kesamaan muka airtanah. 4

Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.25, No.1, Juni 2015, 1-11 Gambar 4. Peta sebaran nilai DHL. Pengukuran yang dilakukan saat musim peralihan (sekitar bulan September) di hulu sungai utama memperlihatkan nilai debit air rata-rata hanya 25 liter/detik dan di hilir sungai memiliki debit sekitar 0,5-0,7 m 3 /detik, perbedaan nilai ini disebabkan karena banyak terdapat mata air, yang timbul diantara kontak antara batuan beku dan material hasil pelapukannya, yang terdapat di sepanjang sungai ini. Pengukuran yang juga dilakukan pada saat musim penghujan di wilayah hilir sungai menunjukkan debit yang cukup besar, sekitar 2,5 m 3 /detik. Kualitas Fisik Air Wilayah Pelabuhan Pengukuran dilakukan di wilayah pelabuhan dan sekitarnya. Sifat fisik airtanah yang diukur dilapangan meliputi daya hantar Listrik (DHL), sifat keasaman air (ph), kandungan oksigen terlarut (DO), temperatur air dan muka airtanah. Titik lokasi pengukuran meliputi sumur, mataair dan beberapa lokasi pengamatan air permukaan. Beberapa hasil pengukuran kualitas air di wilayah Teluk Bungus ini tercatat beberapa lokasi air permukaan dan airtanah yang memenuhi kriteria air tawar (Tabel 1). Berdasarkan hasil uji airtanah yang berasal dari sumur gali di wilayah Teluk Bungus terlihat bahwa nilai fisis dari sampel-sampel lokasi pengukuran kualitas air di beberapa wilayah, terutama yang berdekatan dengan daerah kipas aluvial memperlihatkan hasil yang berada di bawah ambang batas maksimum yang diperbolehkan dalam persyaratan air minum Departemen Kesehatan RI No.416/MENKES/ PER/IX/1990, sehingga secara teknis air tersebut layak untuk bahan baku air minum. Sedangkan pengukuran di wilayah pelabuhan menunjukkan bahwa sebagian besar air permukaan adalah air payau dan hanya di beberapa lokasi yang memiliki indikasi air tawar (Gambar 5). 5

Kusumah / Rekonstruksi Geometri Akuifer Kawasan Pesisir Bungus, Sumatra Barat Tabel 1. Kualitas fisik air tawar di beberapa lokasi sungai dan mataair di sekitar pelabuhan Lokasi ph DHL Res (ms/m) (Ohm m) Data Kimia Fisik Air Salinitas (%) DO (mv) Temp Air MA-1 Beringin 6,04 7,71 129,7 0,00 61 24,6 26,0 MA-2 Pagasahan 6,55 7,07 141,1 0,00 31 25,2 25,6 S-1 Beringin 6,37 12,73 78,5 0,01 42 25 26 S-1 Pagasahan 6,95 4,17 0,238 0,00 6 25 25,6 S-2 Pagasahan 6,87 4,0 0,25 0,00 11 24,9 25,6 Temp Udara Hasil keseluruhan data sifat fisik air permukaan di wilayah PPS Bungus dikompilasi sebagai peta Isophreatik/peta kesamaan muka airtanah (Gambar 3) dan peta sebaran nilai salinitas (Gambar 5). Hasil pengamatan muka airtanah dan peta isofreatik (Gambar 3) menunjukkan sebagian besar wilayah pelabuhan memiliki airtanah dengan ketinggian yang sama dengan permukaan laut (0-m dpl). Klasifikasi besaran salinitas: 0-0,05% - air tawar, 0,05-3% - air payau, 3-5% - air laut dan > 5% - air garam. Gambar 5. Peta sebaran nilai salinitas. 6

Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.25, No.1, Juni 2015, 1-11 Hal ini mengindikasikan adanya kemungkinan interaksi antara airtanah dan airlaut yang bersifat dinamis yang menyebabkan sistem airtanah tawar di wilayah ini menjadi rentan. Peta sebaran nilai daya hantar listrik pun menunjukkan pola yang sama dengan sebaran nilai salinitas (Gambar 4). Berdasarkan peta ini maka dilakukan pengukuran detail di wilayah yang menunjukkan adanya potensi airtanah tawar. Pengukuran Resistivitas Material Bawah Permukaan (Geolistrik) Berdasarkan hasil pengolahan data geolistrik, maka diperoleh penampang resistivitas semu dari setiap lintasan pengukuran. Berdasarkan hasil pengukuran, harga tahanan jenis akan berkaitan erat dengan jenis batuan dan fluida yang mengisinya. Beberapa jenis batuan dan kisaran nilai tahanan jenisnya mengacu pada Telford (1990), Di wilayah sekitar PPS Bungus, harga tahanan jenis tinggi berasosiasi dengan batuan breksi, semakin tinggi harga tahanan jenis semakin keras batuan tersebut. Sedangkan tahanan jenis rendah diinterpretasikan sebagai batuan sedimen/lunak. Pengukuran geolistrik yang dilakukan menggunakan metoda 2-D, pada 5 (lima) lintasan di wilayah PPS Bungus (Gambar 2). Untuk memperkirakan potensi wilayah PPS Bungus serta hubungannya dengan cekungan airtanah Bungus, maka telah dilakukan juga pengukuran geolistrik di wilayah sekitar kipas aluvial CAT Bungus (Gambar 6). Pengukuran dilaksanakan pada bagian tengah kipas aluvial CAT Bungus (wilayah nagari Kayu Aro), menunjukkan potensi airtanah yang baik (Gambar 6). Potensi ini direfleksikan pada nilai tahanan jenis 20-100 ohm meter dengan kisaran kedalaman 2-100 meter. Hal ini diperkuat dengan laporan sumur pemboran di wilayah muara cekungan_yang menghasilkan airtanah artesis positif dengan kedalaman pemboran 80 meter. Gambar 6. Data sebaran tahanan jenis di lintasan tengah CAT Bungus. 7

Kusumah / Rekonstruksi Geometri Akuifer Kawasan Pesisir Bungus, Sumatra Barat Gambar 7. Penampang sebaran tahanan jenisyang menunjukan hubungan hidrodinamika airtanahairlaut di daerah penelitian. Hasil pengukuran ini sangatlah berbeda jika dibandingkan dengan pengukuran geolistrik di lintasan 3, 4 dan 5 (Gambar 7). Hasil pengukuran di wilayah ini menunjukkan adanya interaksi antara air tawar dengan air yang memiliki salinitas tinggi. Air dengan salinitas yang tinggi ini dicirikan oleh nilai tahanan jenis 0,5-3,1 ohm meter (warna biru) dengan kisaran kedalaman 0-40 meter. Potensi air tawar dapat dilihat pada hasil pengukuran di lintasan 2. Potensi ini dicirikan dengan nilai 20-1000 ohm meter sampai dengan kedalaman >136 meter (Gambar 8). Berdasarkan gambaran hasil pengukuran, tidak terlihat adanya indikasi lapisan akuifug (nilai tahanan jenis tinggi) yang menerus diantara lapisan dengan nilai tahanan jenis berpotensi airtanah tawar. Diduga sistem airtanah yang berada di wilayah ini adalah sistem airtanah bebas (unconfined) dan airtanah bocor (leaky). Hasil ini juga mengindikasikan bahwa sistem airtanah di wilayah pengukuran lebih dikendalikan oleh tinggian di wilayah utara pelabuhan. 8

Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.25, No.1, Juni 2015, 1-11 Gambar 8. Hasil pengukuran di lintasan 2, wilayah utara pelabuhan yang mengindikasikan adanya potensi airtanah tawar. Hasil pengukuran detail di wilayah pelabuhan memperlihatkan indikasi potensi airtanah tawar hanyalah berada di wilayah Utara pelabuhan. Interpretasi data pada lintasan 2, 3, 4 dan 5 menunjukkan bahwa sistem airtanah utama berasal dari endapan-endapan bekas longsoran (Gambar 9) yang disebut sebagai endapan talus (scree deposit). Hasil pengamatan lapangan menunjukkan sketsa model geometri endapan talus tersebut berupa bongkah-bongkah breksi dan batuan beku, (Gambar 10). Berdasarkan model ini kualitas airtanah akan sangat tergantung pada pola musim hujan setempat dan sangat ditentukan oleh besaran interaksi airtanah dan air laut. Sebaran endapan ini dapat terlihat di sepanjang jalan raya Padang-Painan/bagian utara wilayah PPS (Gambar 11). Gambar 9. Singkapan endapan talus sebagai sistem airtanah utama di wilayah pelabuhan. 9

Kusumah / Rekonstruksi Geometri Akuifer Kawasan Pesisir Bungus, Sumatra Barat Gambar 10. Sketsa model geometri endapan Talus (tanpa skala). Gambar 11. Lokasi pengukuran dengan informasi lintasan 2 dan endapan talus yang dicirikan oleh warna kuning di peta. 10

Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.25, No.1, Juni 2015, 1-11 KESIMPULAN Ketersediaan air tawar di wilayah pelabuhan PPS Bungus sangatlah terbatas, khususnya sumberdaya air permukaan, dimana potensi sumberdaya air ini memiliki kualitas yang tidak baik. Hal ini dicirikan dengan tingginya salinitas yang memiliki hubungan dengan sifat interaksi air laut dan air tawar di wilayah ini. Potensi lain yang dapat digunakan adalah potensi ketersediaan airtanah. Hasil pengukuran nilai tahanan jenis material bawah permukaan dengan metoda geolistrik menunjukkan sistem airtanah di wilayah ini merupakan ciri dari sistem endapan aluvial pantai dan koluvial sungai. Sistem ini didominasi oleh sistem airtanah bebas (unconfined) dan semi tertekan bocor (leaky). Sistem akifer ini hingga kedalaman 130 meter dibawah permukaan laut berada pada endapan-endapan longsoran purba yang disebut sebagai endapan talus (scree deposit). Hal ini mengakibatkan kualitas airtanah bersifat musiman dan sangat ditentukan oleh besaran interaksi airtanah dan air laut. Hasil pengukuran geolistrik di wilayah pelabuhan menunjukkan hingga kedalaman tersebut belum terlihat indikasi sebaran endapan kipas aluvial sistem cekungan airtanah Bungus, yang pada pengukuran geolistrik di wilayah Kayu Aro (utara dari pelabuhan) menunjukkan potensi airtanah yang baik. Berdasarkan analisa data dari kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan, maka selain dari pemanfaatan air sungai yang dapat dimanfaatkan pada waktu-waktu tertentu, hal lain yang dapat dimanfaatkan, terutama di dalam wilayah PPS Bungus, adalah sumber daya air bawah permukaan yang dapat dieksploitasi dengan melakukan pemboran airtanah. Upaya pemenuhan kebutuhan air tawar dengan menggunakan airtanah ini dapat dilakukan dengan prinsip ketelitian dan kecermatan pada saat pelaksanaan serta prinsip konservasi saat melakukan eksploitasi airtanah. UCAPAN TERIMAKASIH Hasil dari kegiatan penelitian pada Loka Penelitian Sumber Daya dan Kerentanan Pesisir (LPSDKP) TA. 2012. Terima kasih disampaikan kepada Kelti Daya Dukung Sumber Daya Pesisir, rekan-rekan di Loka serta Prof.Ris. Dr. Robert Delinom, Dr. Sci. Rachmat Fajar Lubis dan tim Puslit Geoteknologi-LIPI atas kerjasama dan masukannya. Terima kasih kepada redaksi dan mitra bebestari yang telah memberi masukan untuk perbaikan tulisan ini. DAFTAR PUSTAKA Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Pemkot Padang, 2011. Kegiatan Identifikasi dan Pemetaan Lokasi Pemanfaatan Air Bawah Tanah Kawasan Pesisir Kota Padang, TA. 2011, Laporan Akhir (tidak dipublikasikan). Delinom, R dan Lubis, R.F., 2007. Sumber Daya Air Di Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Di Indonesia/editor, Robert M. Delinom, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Pusat Penelitian Geoteknologi, Jakarta. Dobrin, M.B., 1984. Introducing to Geophysical Prospecting, Mc Graw Hill. Kusumah, G. dan Salim, H., 2008. Kondisi Morfometri dan Morfologi Teluk Bungus. Padang. Jurnal Segara, 4 (2), 101-110. Loke M.H & Barker R.D, 1996, Rapid least square inversion of apparent resistivity pseudosections using a quasi-newton method. Geophysical Prospecting 44, 131-152. Rosidi, H.M.D., Tjokrosapoetro, S., Pendowo, B., Gafoer, S dan Suharsono., 1996. Peta Geologi Lembar Painan dan bagian Timur Muarasiberut skala 1:250.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990, Departemen Kesehatan. PPS Bungus, 2006. Laporan Tahunan Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera Barat Tahun 2006. Kurniawan, R., 2009. Pemanfaatan dan Pengelolaan Air Bersih Di Pelabuhan Perikanan Samudera Bungus Sumatera Barat, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Skripsi. Telford, W.M. dan Geldart, L.P., 1976. Applied Geophysics, Cambridge University. 11