Universitas Gadjah Mada 36

dokumen-dokumen yang mirip
Dasar Ilmu Tanah semester ganjil 2011/2012 (EHN & SIN) Materi 03: Batuan & Tanah

Universitas Gadjah Mada 43

BAB V PEMBENTUKAN NIKEL LATERIT

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi

BAB 3 KIMIA TANAH. Kompetensi Dasar: Menjelaskan komponen penyusun, sifat fisika dan sifat kimia di tanah

Citra LANDSAT Semarang

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara di wilayah tropika basah yang sebagian besar

Dasar Ilmu Tanah semester ganjil 2011/2012 (EHN & SIN) Materi 09: Sifat Kimia (2)- Mineral Liat & Bahan Organik Tanah

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

TANAH / PEDOSFER. OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. Pemetaan adalah proses pengukuran, perhitungan dan penggambaran

, NO 3-, SO 4, CO 2 dan H +, yang digunakan oleh

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

DASAR-DASAR ILMU TANAH WIJAYA

PEMBENTUKAN TANAH PARANITA ASNUR

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KESUBURAN TANAH DAN NUTRISI TANAMAN

DASAR-DASAR ILMU TANAH

TANAH. Apa yang dimaksud dengan tanah? Banyak definisi yang dapat dipakai untuk tanah. Hubungan tanah dan organisme :

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. PEMBENTUKAN TANAH

DASAR ILMU TA AH Ba B b 5 : : S i S fa f t t K i K mia T a T nah

TANAH. Oleh : Dr. Sri Anggraeni, M,Si.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Lumpur Sidoarjo

TINJAUAN PUSTAKA. Sekilas Tentang Tanah Andisol. lapisan organik dengan sifat-sifat tanah andik, mana saja yang lebih

MAKALAH GEOGRAFI TANAH PROSES PEMBENTUKAN TANAH. Makalah diajukan untuk memenuhi tugas kelompok. Oleh: 2. MENTARI PRATAMI ( /2011)

FOSFOR A. KELIMPAHAN FOSFOR

METODA GRAVIMETRI. Imam Santosa, MT.

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Mineralisasi N dari Bahan Organik yang Dikomposkan

PEMBENTUKAN TANAH PARANITA ASNUR

TINJAUAN PUSTAKA. Batuan adalah material alam yang tersusun atas kumpulan (agregat)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Ultisol

BAB I PENDAHULUAN. tunggang dengan akar samping yang menjalar ketanah sama seperti tanaman dikotil lainnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

ION EXCHANGE DASAR TEORI

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

DERET BOWEN DAN KLASIFIKASI BATUAN BEKU ASAM DAN BASA

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sifat Umum Tanah Masam

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Universitas Gadjah Mada 22

HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Contoh

DASAR ILMU TANAH. Materi 04: Pembentukan Tanah

Karakteristik Air. Siti Yuliawati Dosen Fakultas Perikanan Universitas Dharmawangsa Medan 25 September 2017

BAB II STUDI PUSTAKA

Pemantauan Kerusakan Lahan untuk Produksi Biomassa

Company LOGO ILMU TANAH. Dr. Ir. Mohammad Mahmudi, MS Arief Darmawan, S.Si., M.Sc

TINJAUAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB 4 SIKLUS BIOGEOKIMIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisa Klorida Analisa Kesadahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN III (PEMURNIAN BAHAN MELALUI REKRISTALISASI)

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON

IDENTIFIKASI JENIS-JENIS TANAH DI INDONESIA A. BAGAIMANA PROSES TERBENTUKNYA TANAH

LAMPIRAN C CCT pada Materi Ikatan Ion

IV. SIFAT - SIFAT KIMIA TANAH

PENENTUAN KUALITAS AIR

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya.

BAB 2 KOMPONEN FISIK DAN MORFOLOGI TANAH

KARAKTERISTIK TANAH. Angga Yuhistira Teknologi dan Manajemen Lingkungan - IPB

SOIL COMPONENT EKOSARI R. 2011

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN. (CH 2 O)n + n O 2 n CO 2 + n H 2 O + e - (1) mikrob (CH 2 O)n + nh 2 O nco 2 + 4n e - + 4n H + (2)

KIMIA. Sesi KIMIA UNSUR (BAGIAN IV) A. UNSUR-UNSUR PERIODE KETIGA. a. Sifat Umum

26/03/2010. Klasifikasi menurut bentuk. Klasifikasi Struktur Tanah. Definisi. Tipe/bentuk

MATERI-9. Unsur Hara Mikro: Kation & Anion

geografi Kelas X PEDOSFER I KTSP & K-13 A. PROSES PEMBENTUKAN TANAH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

batuan, butiran mineral yang tahan terhadap cuaca (terutama kuarsa) dan mineral yang berasal dari dekomposisi kimia yang sudah ada.

KIMIA. Sesi POLIMER. A. LOGAM ALKALI a. Keberadaan dan Kelimpahan Logam Alkali. b. Sifat-Sifat Umum Logam Alkali. c. Sifat Keperiodikan Logam Alkali

No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 Semester I BAB I Prodi PT Boga BAB I MATERI

BAB VI REAKSI KIMIA. Reaksi Kimia. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas IX 67

BAB V KIMIA AIR. 5.1 Tinjauan Umum

LAHAN GAMBUT TERDEGRADASI SRI NURYANI HIDAYAH UTAMI UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Vertisol adalah tanah-tanah mineral yang mempunyai sifat vertik, warna

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KIMIA TERAPAN DALAM PRESPEKTIF AGRO INDUSTRI

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik

SIFAT KIMIA TANAH LANJUTAN SIFAT KIMIA TANAH

Nama : Peridotit Boy Sule Torry NIM : Plug : 1

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

I. PENDAHULUAN. induk batuan sedimen masam (Soil Survey Staff, 2006). Di Indonesia jenis tanah

DASAR-DASAR ILMU TANAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DASAR ILMU TANAH. Bab 5: Sifat Kimia Tanah

IV. BATUAN METAMORF Faktor lingkungan yang mempengaruhi

BAB IV. HASIL PENGAMATAN dan PERHITUNGAN

DASAR-DASAR ILMU TANAH

Transkripsi:

5) Pelapukan 5.1) Pelapukan Fisik Pelapukan secara umum mengacu pada sekelompok proses dengan mana batuan permukaan terpecah belah menjadi partikel-partikel halus atau terlarutkan ke dalam air karena pengaruh atmosfer dan hidrosfer. Proses pelapukan seringkali lambat (ratusan sampai ribuan tahun). Jumlah waktu dimana batuan dan mineral telah tersingkap pada permukaan bumi akan mempengaruhi tingkat pelapukan batuan dan mineral tersebut. Proses pelapukan dapat dibedakan ke dalam 3 kategori: Pelapukan fisik (physical weathering) Pelapukan kimia (chemical weathering) Pelapukan biologi (biological weathering) Mineral primer atau batuan terpecah menjadi pecahan (fragmen) karena pelapukan fisik. Ini mendorong terciptanya kondisi lingkungan yang sangat membantu pelapukan kimia. Terdapat beberapa bentuk pelapukan fisik: Pengikisan (abrasion): air yang membawa fragmen batuan mempunyai pengaruh mengikis permukaan yang dilewatinya. Sebagai contoh adalah penggerusan oleh glacier, krikil, krakal, bongkah batuan yang bergerak bersama aliran air Pembasahan dan pengeringan (wetting & drying). Air meresap kedalam batuan dan bereaksi dengan konstituen penyusun batuan Pembekuan dan pencairan (freezing & thawing). Apabila air tersekap di dalam batuan/celah pada batuan, pembekuan dan pencairan yang berulang-ulang akan menimbulkan pengembangan dan pengkerutan (apabila air membeku volumenya meningkat sekitar 9 %) Pemanasan dan pendinginan. Batuan terdiri atas berbagai mineral penyusun batuan. Apabila mengalami pemanasan karena sinar matahari, tiap mineral akan mengembang dan mengerut pada pendinginan dengan kecepatan yang berbeda. Fluktuasi suhu pada waktunya akan menimbulkan stress (karena perbedaan daya hantar panas antar mineral) yang akan melemahkan ikatan sepanjang butir/kristal dan pada akhirnya akan memecahkan batuan. Pembebasan tekanan. Ini adalah pengurangan tekanan pada batuan karena pemindahan bahan pada bagian atasan. Pembebasan tekanan akan mengakibatkan batuan terpecah sepanjang bidang lemah yang disebut joint. Kristalisasi. Pada lingkungan arid (kering) air menguap pada permukaan batuan dan kristal terbentuk dari mineral-mineral yang terlarutkan. Dengan berjalannya waktu, kristal ini akan tumbuh dan volumenya terus meningkat sehingga dapat menimbulkan tekanan yang cukup untuk memecahkan batuan. Universitas Gadjah Mada 36

Kegiatan organisme. Kegiatan organisme membantu disintegrasi batuan Akar tanaman. Kegiatan akar membantu disintegrasi fisik batuan. 5.2) Pelapukan Kimia Perbedaan antara pelapukan fisik dan kimia adalah bahwa yang terakhir mengakibatkan komposisi mineral atau batuan berubah. Makin tinggi luas permukaan (ukuran butir makin kecil) akan semakin mudah berlangsungnya pelapukan kimia. Pada pelapukan kimia peranan air adalah dominan karena air mengawali proses pelapukan. Berikut ini adalah deskripsi singkat beberapa proses pelapukan kimia terpenting. Hidrasi Ion mempunyai kecenderungan untuk berikatan apabila H 2 0 tersedia dan terdisosiasi. Proses ini berlangsung di daerah arid dimana terdapat garam. Sebagai contoh, chlorida dan sulfat melapuk karena proses hidrasi. Secara umum ion dengan muatan yang sama tetapi radius lebih kecil mempunyai lapisan H 2 O yang lebih besar dan karena itu tidak terjerap kuat. Ion Li + yang kecil cenderung tetap terikat pada permukaan, sedangkan ion Al 3+ yang besar terikat dan terjerap kuat. Kekuatan jerapan meningkat dengan urutan sebagai berikut: Hidrolisis Molekul air pada permukaan mineral terdisosiasi menjadi ion H + dan OH -. Ion H + menyusup kisi kristal, menyebabkan ketidak seimbangan muatan, yang mengakibatkan kation-kation seperti Ca 2+, Mg 2+, K +, dan Na + terdifusi keluar. Contoh: orthoclase feldspar terhidrolisis menghasilkan asam lemah (silicilic acid), basa kuat (KOH) dan meninggalkan residu mineral lempung illite, yang merupakan mineral sekunder. Dalam reaksi hidrolisis, perlu diperhatikan peranan penting dari CO 2. Ini diperlihatkan pada hidrolisis olivine: Reaksi ini menggunakan asam (carbonic acid H 2 CO 3 ) dan karena itu larutan menjadi semakin alkalis selama penyelesaian reaksi hidrolisis. Universitas Gadjah Mada 37

Oksidasi-reduksi Beberapa mineral primer mengandung Fe 2+ dan Mn 2+. Apabila terdapat kondisi lingkungan oksidatif maka Fe 2+ akan teroksidasi menjadi Fe 3+ (mengendap sebagai oxyhydroxide tidak larut, biasanya salah satu ferrihydrite atau mineral goethite) dan Mn 2+ menjadi Mn 3+ atau Mn 4+, yang menyebabkan bermuatan positif dan mineral menjadi tidak stabil. Ketidak seimbangan muatan ini dinetralisir oleh kehilangan besi atau mangan teroksidasikan dan/atau sejumlah kation terdisosiasi dari mineral. Endapan mungkin membentuk selaput pada permukaan mineral, yang akan memperlambat hidrolisis berikutnya. Perhatikan oksidasi Fe 2+ menjadi Fe 3+ mengikuti reaksi di bawah ini: Ion H + yang dihasilkan dalam reaksi ini umumnya akan mempercepat reaksi hidrolisis Kompleksasi Logam-logam yang dibebaskan dari mineral primer seperti Fe, Mn, dan Al membentuk kompleks dengan komponen-komponen organik, seperti asam fulfik dan asam humik yang sangat stabil. Satu hal penting dalam hubungannya dengan pelapukan kimia adalah hilangnya kation keluar dari sistem, sehingga menyebabkan ketidak seimbangan antara kation dan anion. Intisari Proses Pelapukan Kimia Pelapukan mineral primer menghasilkan mineral sekunder. Unsur yang terbebaskan dari mineral primer rentan terhadap pelindian apabila tidak membentuk kompleks. Dalam pelapukan pemiskinan unsur pertama adalah Na +, Ca 2+ dan Mg 2+. Universitas Gadjah Mada 38

5.3) Pelapukan Biologis Lichens memainkan peranan penting dalam pelapukan, karena lichens kaya akan unsur pengkhelat (chelating agents), yang mampu menangkap unsur yang terbebaskan pada dekomposisi batuan dan sekaligus membentuk kompleks organometalik. Sebagian lichens menjadi epilithic (hidup pada permukaan batuan), sebagian lagi endolithic (di bawah permukaan ~ aktif melubangi permukaan batuan). Bukti dari proses ini diperoleh dari hasil analisis rinci mikroskopis pada tapak batas (interface) lichen dan batuan. Mekanisme dan hasil kegiatan lichen disajikan pada Tabel 5.1. Universitas Gadjah Mada 39

5.4) Ketahanan Terhadap Pelapukan Ketahanan terhadap pelapukan e.g. stabilitas mineral bahan induk tergantung pada: Tipe mineral Luas permukaan batuan yang tersingkap Porositas batuan Batuan yang tersusun atas fragmen-fragmen besar (granite) mudah mengalami pelapukan fisik tetapi sukar atau lambat mengalami pelapukan kimia. Sebaliknya batuan yang tersusun oleh mineral primer berukuran halus (basalt) pelapukan kimia akan lebih intensif dibandingkan dengan pelapukan fisik. Pelapukan batuan sedimen tergantung pada orientasi dari stratifikasi dan tingkat sementasi batuan. Secara umum, resistensi (ketahanan) mineral primer terhadap pelapukan meningkat dengan meningkatnya tingkat andil (sharing) oksigen antara Si tetrahedral yang berdekatan di dalam kisi kristal. Ikatan Si-O mempunyai energi pembentukan (energy of formation) yang paling tinggi diikuti oleh ikatan Al-O, kemudian ikatan antara O dengan kation-kation logam yang lain (Na +, Ca 2+ ). Pada Gambar 5.2. disajikan ranking beberapa mineral primer dalam hubungannya dengan tingkat resistensi terhadap pelapukan. Olivine melapuk dengan cepat karena siikon tetrahedral saling terikat hanya oleh ikatan O- kation logam, sebaliknya quartz sangat resisten karena strukturnya terbentuk atas dasar ikatan silikon tetrahedral seluruhnya. Pada struktur rantai silikat (amphibole dan pyroxene) dan lembaran silikat (sheet silicate ~ phyllosilicates), titik terlemah adalah pada ikatan O- kation metal. Substitusi isomorphous Si 4+ oleh Al 3+ juga mengakibatkan ketidak stabilan karena proporsi ikatan Al-O dan Si-O meningkat. Hal inilah yang menyebabkan menurunnya stabiitas kalsium feldspar bila dibandingkan dengan natrium dan kalium feldspars. Kecepatan pelapukan dipengaruhi oleh beberapa faktor, a.l.: Temperatur Kecepatan perkolasi air Status oksidasi dari zone pelapukan (weathering zone) Pelapukan sangat dipengaruhi oleh anasir iklim, e.g. temperatur dan rata-rata curah hujan tahunan yang mengakibatkan terjadinya keragaman lengas tanah. Rata-rata masa-hidup (lifetime~bertahan) terhadap pelapukan sehingga menjadi saprolit kaolinitik dari satu centimeter berbagai batuan disajikan pada Tabel 5.4.1. Tabel ini memperlihatkan bahwa di daerah beriklim dingin, sedang atau humid tropis, iklim merupakan pengendali kecepatan pelapukan. Universitas Gadjah Mada 40

Universitas Gadjah Mada 41

Status keudaraan (oksidasi) mempengaruhi tingkat proses pelapukan kimia. Kondisi lingkungan oksidatif dapat menyebabkan ion-ion tertentu antara lain Fe2+ dan Mn 2+ teroksidasi. Air merupakan bahan yang mendorong proses hidrasi dan hidrolisis, tetapi kandungan air tinggi dapat menyebabkan terciptanya kondisi reduktif (anaerob) yang akan menurunkan kecepatan oksidasi. Universitas Gadjah Mada 42