BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tebu, jika digiling akan menghasilkan air dan ampas dari tebu,

dokumen-dokumen yang mirip
PHOSPHAT ACID AND FLOCCULAN ADDED IN JUICE SUGAR CRYSTAL PROCESS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tebu (Saccarum officinarum L) termasuk famili rumput-rumputan. Tanaman

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pemurnian nira yang ternyata masih mengandung zat zat bukan gula dari proses

Pabrik Gula dari Nira Siwalan dengan Proses Fosfatasi-Flotasi

I. PENDAHULUAN. mampu memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin banyak. Upaya pemenuhan

PEMBUATAN GULA MERAH DENGAN BAHAN DASAR TEBU (SACCHARUM OFFICIANARUM)

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

Pabrik Gula (PG) Kebon Agung merupakan salah satu perusahaan. keteknikan pertanian di Indonesia yang mengolah tebu menjadi gula. PG.

PENGARUH PENAMBAHAN SUSU KAPUR (CaOH) 2 DAN GAS SO 2 TERHADAP ph NIRA MENTAH DALAM PEMURNIAN NIRA DI PABRIK GULA KWALA MADU PTP NUSANTARA II LANGKAT

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki gugus hemiasetal. Oleh karena itu sukrosa di dalam air tidak berada

membantu pemerintah dalam menanggulangi masalah pengangguran dengan

KIMIA TERAPAN (APPLIED CHEMISTRY) (PENDAHULUAN DAN PENGENALAN) Purwanti Widhy H, M.Pd Putri Anjarsari, S.Si.,M.Pd

Peneliti : Budi Santoso Fakultas Teknik Industri Univesitas Gunadarma PROSES PEMBUATAN GULA DARI TEBU PADA PG X

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM ANALISA GULA

BAB I. Indonesia tidak dapat terus menerus mengandalkan diri dari pada tenaga kerja

Cara Penentuan Nilai BRIX kadar gula Dalam Tanaman Tebu. Oleh: Khairul Nurcahyono

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Proses Pembuatan Madu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMANFAATAN BONGGOL PISANG UNTUK PEMBUATAN ASAM PHOSPAT *)

AUDIT KINERJA PROSES PENGOLAHAN PADA PABRIK GULA

TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN SUMBER KARBOHIDRAT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyaringan nira kental pada proses pengkristalan berfungsi untuk

PEMISAHAN CAMPURAN proses pemisahan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR PEMURNIAN. Nama : Shinta Wijaya NRP : Kelompok : E Meja : 10 (Sepuluh) Asisten : Tyas Citra Aprilia

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

PENGGUNAAN SUSU KAPUR DARI LIMBAH GAS ACETYLEN SEBAGAI PENJERNIH NIRA MENTAH. Sri Risnojatingsih Progdi Teknik Kimia FTI-UPNV Jatim ABSTRACT

KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL PADA FERMENTASI TEPUNG KETELA POHON (Manihot utilissima Pohl) DENGAN DOSIS RAGI DAN WAKTU FERMENTASI YANG BERBEDA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji benedict (Semikuantitatif) Tujuan : Menghitung secara kasar kadar glukosa dalam urin. Dasar teori :

DARi BATAWG YAWG DITUNDA EKSTRAKSI NIRANVA

DARi BATAWG YAWG DITUNDA EKSTRAKSI NIRANVA

BAB IX TEKNIK KIMIAWI

I PENDAHULUAN. tebu, bit, maple, siwalan, bunga dahlia dan memiliki rasa manis. Pohon aren adalah

Lampiran 1 Daftar Wawancara

PENGARUH KONSENTRASI NaOH PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGEMBANGAN PEMBUATAN GULA TUMBU MUTU I MELALUI METODE FOSFATASI DALAM SKALA USAHA MIKRO

Perancangan Instalasi Unit Utilitas Kebutuhan Air pada Industri dengan Bahan Baku Air Sungai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bakso adalah jenis makanan yang dibuat dari bahan pokok daging dengan

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7. Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Revisi BAB I PENDAHULUAN

BAB II LANDASAN TEORI

cincin ungu pada batas larutan fruktosa cincin ungu tua pada batas larutan glukosa cincin ungu tua pada batas larutan

I PENDAHULUAN. protein berkisar antara 20% sampai 30%. Kacang-kacangan selain sumber protein

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

- Menghantar/memindahkan zat dan ampas - Memisahkan/mengambil zatdengan dicampur untuk mendapatkan pemisahan (reaksi kimia)

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BIOETHANOL. Kelompok 12. Isma Jayanti Lilis Julianti Chika Meirina Kusuma W Fajar Maydian Seto

BAB VI REAKSI KIMIA. Reaksi Kimia. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas IX 67

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

RANCANGAN PERBAIKAN PROSES PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN QFD, LCA DAN LCC DI PT PG CANDI BARU SIDOARJO

4.2. Kadar Abu Kadar Metoksil dan Poligalakturonat

LAPORAN PRAKTIKUM. ph METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN. s n. Pengujian Fitokimia Biji Kelor dan Biji. Kelor Berkulit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menyebabkan penyakit bagi masyarakat. Pengolahan limbah cair terdiri dari

Evaluasi Belajar Tahap Akhir K I M I A Tahun 2005

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK DASAR PENENTUAN KADAR NIKEL SECARA GRAVIMETRI. Pembimbing : Dra. Ari Marlina M,Si. Oleh.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENJABARAN RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN Mingguke-5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tangga, industri, pertambangan dan lain-lain. Limbah berdasarkan sifatnya

No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 Semester I BAB I Prodi PT Boga BAB I MATERI

III. METODOLOGI PENELITIAN

ANALISISN AIR METODE TITRIMETRI TENTANG KESADAHAN AIR. Oleh : MARTINA : AK

PENENTUAN KADAR GULA METODE NELSON-SOMOGYI. Kelompok 8 Dini Rohmawati Nafisah Amira Nahnu Aslamia Yunus Septiawan

DIVERSIFIKASI PRODUK AREN UNTUK PANGAN DAN PROSPEK PASAR

Lampiran 1. Prosedur Analisis

BAB I PENDAHULUAN. produksi garam dapur, gula, sodium sulphat, urea, dan lain-lain. pada batas kristalisasi dan batas kelarutan teoritis.

Perencanaan Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik di Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Sidoarjo

I. PENDAHULUAN. Gula merupakan salah satu dari Sembilan bahan pokok di Indonesia. Kebutuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES

Analisa Klorida Analisa Kesadahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GRAVIMETRI PENENTUAN KADAR FOSFAT DALAM DETERJEN RINSO)

BAB I PENDAHULUAN. bahan-bahan yang ada dialam. Guna memenuhi berbagai macam kebutuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia, karena air diperlukan untuk bermacam-macam kegiatan seperti minum,

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN III (PEMURNIAN BAHAN MELALUI REKRISTALISASI)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu ( Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman penting sebagai penghasil

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Bahan Baku Karet Crepe

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nira Tebu Tanaman tebu, jika digiling akan menghasilkan air dan ampas dari tebu, kemudian air hasil gilingan itu disaring dan air itu yang di namakan nira dan proses penyaringan ini sering dinamakan ekstraksi. Jadi nira adalah air hasil gilingan atau ekstraksi dari tanaman tebu, di dalam nira terdapat banyak sekali zat zat yang terkandung didalamnya, misalnya daun kering, blendok, pectin serta polisakarida starch, karena biasanya tebu yang digiling didalam pabrik dalam keadaan kotor, kering, tidak dicuci, dan tidak dikuliti terlebih dahulu. Adapun komposisi yang terkandung dalam nira menurut penelitian Soejoto. (1975 ) adalah : Tabel 1. Komposisi Nira Komposisi Besarnya Brix 16,88 17,85 % HK Pol 82,69 83,49 % Sukrosa 12,09 13,24 % Gula Reduksi 79 1,35 % Abu Fosfat 0,7 1,25 % Sumber : Soejoto, 1975

pada tabel 2. Adapun syarat mutu nira yang baik menurut penelitian Sumarno, (1997) ada Tabel 2. Syarat Mutu Nira Komposisi Besarnya Polarisasi 93,34 % Hk Pol 94,40 % Warna 50,63 % Turbidy 394 Sumber : Sumarno, 1997 2.2 Bentuk Gula Dalam Nira Tebu Beberapa bentuk gula karbohidrat yang ada dalam nira tebu. 1. Monosakarida Monosakarida adalah gula tunggal yang mempunyai rumus C 6 H 12 O 6. ini terdiri atas glukosa dan fruktosa dimana keduanya terdapat didalam nira tebu. 2. Disakarida (Sakharosa) Disakarida tersusun dari gabungan dua buah gula tunggal. Yang terpenting didalamnya adalah sacharosa atau sukrosa atau yang lazim disebut dengan gula tebu. Secara kimiawi sukrosa termasuk gula bibit. 2.3 Proses Pemurnian Nira Proses pemurnian nira pada umumnya meliputi beberapa proses yaitu diantaranya adalah: Proses Defikasi, Proses Sulfitasi, dan Proses Karbonatasi.

2.3.1 Proses Defikasi Proses ini digunakan dipabrik pabrik gula diluar negeri untuk memproduksi gula merah atau raw sugar yang akan digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan gula rafinasi. Raw sugar dilebur kemudian diproses lagi dengan menggunakan bahan kimia dan proses tertentu. Pabrik gula merah hanya menggantungkan pengaruh penambahan kapur serta pemanasan dengan atau tanpa menggunakan bahan kimia lain. Dalam pelaksanaan pemurnian nira umumnya dilakukan kombinasi antara dosis kapur dan panas. Ada beberapa cara pengapuran yang dapat dilakukan dan pada garis besarnya (umumnya) sebagai berikut : 1. Pengapuran dingin (cold Liming) Susu kapur (2,5 7,5 %) CaO ditambahkan ke dalam nira mentah untuk menaikkan ph sampai 7,2 8,6. Kemudian nira dipanasi sampai suhu 100 102 0 C dan diikuti pengendapan. Normalnya sampai mendekati netral. 2. Pengapuran panas (Hot Liming) Nira mentah dipanasi sampai suhu 100 102 oc kemudian susu kapur ditambahkan sampai ph 7,6 8,0. Dan selanjutnya diikuti pengendapan. 3. Pengendapan terbagi (Fractional Liming) Nira mentah diberi kapur sampai ph 6,0 6,4, kemudian sampai suhu 100 102 0 C kemudian dikapuri lagi sampai ph 7,6 7,8 dan diikuti pengendapan.

4. Pengendapan terbagi dan pemanasan ganda (F.L.D.H.) Sebagian pengapuran diberikan kedalam nira mentah sampai ph 6,0 6,4 kemudian dipanaskan sampai 39 0 C dan diikuti pengapuran lagi sampai ph 7,6 7,8. Nira dipanaskan lagi sampai 100 102 0 C kemudian diikuti pengendapan. 5. Pemurnian Majemuk (Compound Clarification) Nira pertama yang berasal dari crusher dan gilingan ke 1 diberi susu kapur secara dingin terpisah dengan nira kedua (yang bersasal dari gilingan gilingan yang lain). Endapan dari nira pertama dicampur dengan nira kedua dan nira bersih dari pengendapan kedua dicampur nira pertama sebelum dikapuri. Nira mentah yang sudah diberi kapur akan terbagi menjadi 3 lapisan. Zat yang memiliki berat jenis lebih kecil dari berat jenis nira yang mengapung diatas dan merupakan buih. Yang memiliki berat jenis yang lebih besar akan mengendap diantaranya nira kotor. Dalam proses pemurnian banyak peneliti mengemukakan betapa pentingnya phosphat didalam nitrat tebu. Kadar phosphat, dalam nira tebu mempunyai peranan yang baik dalam meningkatkan kualitas nira dan efisiensi pengolahan. Mochtar, M (1990). Menyarankan agar phospat yang tersedia dalam nira mentah yang akan diolah tidak kurang dari 300 mg/l. Peneliti lain juga menyatakan bila kandungan phospat tidak cukup perlu ditambahkan phospat mengingat calcium phospat yang terbentuk sangat berperan untuk menurunkan (mengadsorbsi) silicic acid, larutan iron salt nitrogen non sugar dan lipid.

2.3.2 Proses Sulfitasi Proses sulfitasi di berbagai industri gula umumnya meliputi manipulasi nira mentah, kapur, gas SO 2, suhu, waktu dan ketepatan reaksi. Masing masing faktor bervariasi pada harga tertentu sehingga dapat disusun berbagai kombinasi yang berbeda dan menghasilkan macam macam proses sulfitasi. 2.3.3 Proses Karbonatasi Dari 68 pabrik gula di Indonesia masih ada 9 pabrik yang masih mempertahankan proses karbonatasi. Kesembilan pabrik tersebut berada di Jawa. Pendirian pabrik gula baru umumnya berlokasi di Jawa dan semua pabrik tersebut menggunakan proses sulfitasi. Ada beberapa pertimbangan untuk tetap mempertahankan proses karbonatasi karena kenyataannya cara karbonatasi masih mampu memberikan hasil yang lebih baik yaitu : 1. Penghilangan bukan gula dalam proses karbonatasi lebih besar dibandingkan dengan cara sulfitasi, yang berarti perolehan kristal gula lebih besar. Dengan perkiraan proses karbonatasi dapat menghasilkan gula lebih tinggi 2% dibandingkan dengan cara Sulfitasi. 2. Gula karbonatasi lebih sedikit kotorannya (Chemical Impurities) dibandingkan dengan gula sulfitasi sehingga lebih disukai industri pabrik minumum (Coca-Cola, Indomilk). Pabrik yang pernah memproduksi gula setingkat kualitas industri sebelum tahun 1982, PG Tasikmadu dan Kadhipaten.

3. Kualitas gula pabrik karbonatasi lebih tinggi dibandingkan dengan gula Pabrik sulfitasi. 2.4 Zat Zat Kimia Yang Digunakan Dalam Proses Pemurnian Nira. Dalam proses pemurnian nira mentah ada beberapa zat kimia yang digunakan untuk mempermudah proses pemurnian itu sendiri. Adapun zat-zat kimia yang dipakai dalam proses pemurnian nira adalah,: Asam Phosphat, flokulan, dan susu kapur. 2.4.1 Asam Phosphat Pemberian asam phosphat disini dimaksudkan untuk membentuk gumpalan yang agak besar disebut mikroflok dari gumpalan yang dibentuk oleh penambahan susu kapur. Keunggulan proses fosfatasi : 1. Membentuk gumpalan trikalsium phosphate dalam butiran kecil yang disebut mikroflok. 2. Dapat meningkatkan Harkat Kemurnian terutama pada penambahan phosphat sampai 200 mg/l. 3. Dapat menyebabkan turbidynya terutama pada phosphat sampai 200 mg/l. 4. Dapat menurunkan warna pada kosentrasi sampai 200 mg/l dan berbeda nyata. Sumarno, (1996). Kadar phosphat yang cukup dalam nira mentah (250 300 mg/l) merupakan syarat yang penting untuk memperoleh hasil pengolahan (pemurnian, pembentukan inkrustasi minimal di penguapan) yang optimal.

2.4.2 Flokulan Flokulan polikarilamide yaitu suatu persenyawaan polielektrolik yang bermuatan anion dengan berat molekul 5 10 juta flokulan. Anion sangat berperan dalam meningkatkan effisiensi pemurnian nira dan memperbaiki mutu nira. Penggunaan flokulan di perindustrian gula Indonesia hanya terbatas pada proses pemurnian, pengendapan dan penapisan. Namun dengan makin berkembangnya teknologi pembuatan gula bermutu tinggi maka kombinasi penggunaan flokulan anion dan flokulan kation pada proses fosfatasi dan flotasi menjadi sangat penting artinya. 2.4.3 Susu Kapur Pada proses pengilingan tebu yang biasanya masih dalam keadaan kotor tercampur oleh daun kering, blendok, maka penambahan kapur bening dapat merubah sifat fisik dari endapan-endapan yang tidak mudah terhidrolisis menjadi struktur flok yang dan mudah disaring. Keberhasilan dari kerja stasiun filtrasi antara lain dinilai dari kadar kapur nira encer serta kecerahanya (turbiditinya). Fungsi pemberian susu kapur : a. Menghambat pertumbuhan jasad renik, karena telah diketahui bahwa jasad renik berkembang dengan baik pada kondisi asam. b. Mengurangi derajat keasaman pada nira tebu. c. Memberi keuntungan terhadap umur kerja mesin atau peralatan yang tidak tahan asam.

d. Membentuk gumpalan sebagai inti dari pembesaran kotoran pada proses pengendapan. Proses degradasi gula reduksi pada suhu dibawah 55 0 C dimungkinkan terjadinya, tetapi berjalan dengan lambat. Perpecahan gula reduksi yang terjadi pada suhu rendah tersebut tidak mempengaruhi warna nira, tetapi asam organik yang juga terbentuk bersamaan dengan pecahnya gula reduksi itu dapat mempengaruhi sifat buffer nira sehinga dapat menaikan kadar gula kapur. Susu kapur pada nira akan membentuk gumpalan garam kalsium. Gumpalan ini akan bertindak sebagai inti dari pembesaran kotoran yang mengendap, sehingga memudahkan proses filtrasi Purnomo,(1994). 2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Pemurnian Nira 2.5.1 ph Seperti yang telah dijelaskan dalam proses defikasi, ph yang dibutuhkan dalam proses defikasi adalah berkisaran 7,2 sampai dengan 8,6 dan setelah itu dinetralkan kembali hingga mencapai ph standar 7,0 (Sumarno, 1994). Karna nira akan lebih bereaksi menghasilkan gumpalan kalsium phospat pada kondisi alkalis. 2.5.2 Suhu Suhu merupakan hal terpenting dimana nira harus dipanaskan sampai mencapai kisaran suhu 80 100 o C yang bertujuan untuk penyempurnaan reaksi apabila kestabilan suhu tidak terkontrol maka akan mempengaruhi hasil gula yang

diproduksi baik dari warna maupun, rasa, dan jumlah produksinya pun akan menurun Sumarno, (1994). 2.5.3 Dosis Asam Phospat Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Sumarno, (1997). Bahwa dosis penambahan Asam Phospat terbaik adalah antara 100 sampai 200 mg/l. Fungsi dari penambahan asam phospat antara lain adalah: 1. Meningkatkan tingkat derajat kemurnian nira 2. Meningkatkan kejernihan (turbiditinya) nira 3. Dapat menurunkan warna nira sehingga mendekati jernih. 2.5.4 Dosis Flokulan Dosis dari flokulan dalam penelitian yang sudah dilakukan berkisar antara 2-3 mg/l (T. Martoyo, 1997). Pemberian flokulan dengan dosis 0 sampai dengan 40 mg/l mempunyai tujuan untuk membantu memperbesar flok sehingga dinamakan makroflok.