BAB I PENDAHULUAN. dimiliki dan perilaku yang menjadi kebiasaannya. Nilai-nilai tersebut bermula dari

dokumen-dokumen yang mirip
Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana Jakarta

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan globalisasi telah menjangkau beberapa aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. yang bernilai dengan orang lain (Kotler, 2008). Oleh karena itu, kegiatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

2016 PENERAPAN PENGETAHUAN PENGGUNAAN ALAT PAD A PROSES PROD UKSI D I AEROFOOD ACS BAND UNG

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan yang pesat serta. penggunaan teknologi modern telah membawa berbagai perubahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. pada awalnya air minum dalam kemasan lebih banyak di konsumsi untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. cepat saji hingga restoran yang menyediakan full course menu. Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. bagi kehidupan manusia dimana makanan berfungsi memberikan tenaga atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap manusia mempunyai karakter sendiri sendiri, hal ini dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. bisnis restoran cepat saji. Makanan asing yang disajikan oleh restoran-restoran

BAB 1 PENDAHULUAN. yang bersaing dalam satu pasar semakin banyak dan beragam akibat keterbukaan

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini, pertumbuhan ekonomi dunia semakin meningkat sejalan UKDW

ANALISIS PENGARUH BRAND EQUITY

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Kotler dan Amstrong, 2004;283)

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari merek yang tertera pada produk tersebut. penjual dan untuk mendiferensikannya dari barang atau jasa pesaing.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Sumber: BPS, 2004 Gambar 1. Grafik Data Penumpang Angkutan Udara yang Berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta (Jan-Nov 2004)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 : Penjualan Kendaraan Domestik Kuartal I 2011

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan akan mendorong perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. bergerak di bidang industri, perdagangan maupun jasa. Selain itu banyak produk

BAB I PENDAHULUAN. yang diinginkan tersebut, salah satu cara yang harus diupayakan adalah dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. seorang pelanggan yang sudah ada (Kotler, 2006). Loyalitas menggambarkan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan pokok dan kebutuhan sehari hari dengan luas ruang penjualan ±

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Nasution,2004:47) Parasuraman, et al . (dalam Purnama,2006: 19)

BAB I PENDAHULUAN. mengelola loyalitas menjadi tantangan berat bagi pemasar. Jika pada masa lalu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan industri otomotif khususnya sepeda motor di Indonesia saat ini begitu

BAB I PENDAHULUAN. pendekatan dilakukan untuk mendapatkan simpati masyarakat baik melalui

BAB I PENDAHULUAN. Frank J. Fabozzi, Franco Modigliani, dan Michael G. Ferri, Pasar dan Lembaga Keuangan, Salemba Empat, Jakarta, 1999, hlm. 3.

BAB I PENDAHULUAN. dunia usaha di Indonesia. Peralatan canggih dan ditunjang dengan

II. LANDASAN TEORI. menjadi sasaran dan penyesuaian kegiatan perusahaan sedemikian rupa sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi dan. mengakibatkan berbagai perilaku manusia sebagai konsumen semakin mengalami

BAB I PENDAHULUAN UKDW. perusahaan salah satunya adalah dengan menciptakan brand. Brand suatu produk

Bab I PENDAHULUAN. Dewasa ini persaingan dalam dunia properti semakin ketat. berkualitas dan terjangkau ikut mempengaruhi banyaknya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. aspek-aspek teoritis dan mengolah data yang terkumpul lalu menganalisa mengenai

BAB I PENDAHULUAN. merupakan asset jangka panjang. Hal ini didukung oleh Kotler (2000) yang

BAB I PENDAHULUAN. kualitasnya dengan melihat pentingnya sebuah brand image. Konsumen dalam

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing brand yang dimiliki. Brand atau merek merupakan nilai utama

Sebuah produk merupakan segala hal yang dapat ditawarkan pada pasar untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan konsumen. Pelanggan membeli produk karena

BAB I PENDAHULUAN. besar terhadap industri otomotif, salah satu sektor industri yang saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan bahan bakar diperlukan untuk kebutuhan sehari-hari seperti

BAB I PENDAHULUAN. mengalami metamorfosis yang berkesinambungan. Tidak terkecuali di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menghadapi era globalisasi dan persaingan yang semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. Mengamati fenomena global saat ini dimana setiap individu cenderung menyukai halhal

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin berkembangnya keadaan ekonomi saat ini yang

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan dari kegiatan-kegiatan usaha yang ditujukan untuk. merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan

BAB I PENDAHULUAN. (21/8/2012). Hal ini tidak terkecuali pada perusahaan jasa, perusahaan dituntut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan oleh Ahmad Alhadi (2008) dengan judul Analisis Pengaruh Bauran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia yang kaya akan kuliner khas dari berbagai provinsi

BAB I PENDAHULUAN. penghasil produk melalui merek. Pesaing bisa saja menawarkan janji

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada kondisi perkeonomian global sekarang ini, yang ditunjukan dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang ditawarkannya pun semakin beraneka ragam. Setiap Pelaku usaha saling

Analisis Faktor Psikologi Konsumen Terhadap Keputusan. Pembelian Produk Motor Matic Yamaha. (Studi Pada Divisi Yamaha 3S PT. Hasjrat Abadi Gorontalo)

BAB V. 1. Product innovation berpengaruh signifikan dan positif terhadap brand. konsumen dari produk yang bersangkutan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi dan masyarakat kelas menengah di Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang begitu ketat antara perusahaan satu dengan perusahaan yang lainnya,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terutama di bidang Kuliner. Terdapat beberapa pesaing yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. menjaga kebersihan dan kesehatan gigi. Kebutuhan akan produk ini sudah

BAB I PENDAHULUAN. peranan sumber daya manusia yang menjadi aset terpenting perusahaan karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Transportasi merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan zaman pada saat ini berkembang sangat pesat. Bisnis. Perubahan pola konsumsi makanan merupakan gaya hidup masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. regional maupun internasional. Setiap perusahaan dituntut untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi, gaya hidup dan pola pikir masyarakat berkembang yang. konsumen yang berhasil menarik konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. nasional suatu bangsa.semakin maju suatu bangsa, maka semakin besar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memenangkan pasar dan pencapaian tujuannya, salah satu caranya adalah

BAB I PENDAHULUAN. terutama bisnis produk kecantikan/kosmetik dan masyarakat yang semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan tekhnologi didunia bisnis yang begitu pesat menjadi

BAB I PENDAHULUAN. atau barang dari suatu merek dan tidak terpengaruh oleh faktor-faktor apapun

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi permintaan konsumen dilakukan mulai dari perencanaan

BAB II IDENTIFIKASI DATA. A. Data Produk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Konsumen biasanya membeli suatu produk karena alasan. kebutuhan. Namun ada alasan atau faktor- faktor lain yang

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam hidup, manusia tidak lepas dari berbagai macam kebutuhan,

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan yang berpusat kepada pelanggan atau customer centricity menjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

perputaran roda ekonomi semakin cepat. Di Indonesia, dalam lima tahun terakhir ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. komponen yang aman, menggunakan kemasan yang ramah lingkungan serta dapat

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Budaya kerja telah lama dikenal oleh umat manusia, namun manusia belum menyadari bahwa suatu keberhasilan kerja itu berakar dari nilai-nilai yang dimiliki dan perilaku yang menjadi kebiasaannya. Nilai-nilai tersebut bermula dari adat kebiasaan, agama, norma, dan kaidah yang menjadi keyakinan seseorang dan menjadi suatu kebiasaan dalam perilaku suatu organisasi. Budaya kerja menjadi terkenal setelah Jepang mencapai tingkat kemajuan yang fantastik dalam melakukan manajemen kualitas yang berakar dan bersumber dari budaya yang dimiliki bangsa Jepang dikombinasikan dengan teknik manajemen pada tahun 1970an. Menurut Prasetya 1 dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia menyatakan bahwa budaya kerja adalah suatu falsafah yang didasari oleh pandangan hidup sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan, dan kekuatan pendorong, membudaya dalam kehidupan suatu kelompok masyarakat atau organisasi yang tercermin dari sikap menjadi perilaku, kepercayaan, cita-cita, pendapat dan tindakan yang terwujud sebagai kerja atau bekerja. Program budaya kerja akan menjadi kenyataan melalui proses panjang, karena perubahan nilainilai lama menjadi nilai-nilai baru akan memakan waktu untuk menjadi kebiasaan 1 Triguno Prasetya. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara. 2001 hal 13 1

2 dan tak henti-hentinya terus melakukan penyempurnaan dan perbaikan. Budaya kerja memiliki peranan penting dalam mencapai suatu tujuan organisasi. Mengapa budaya kerja penting dalam pencapaian suatu tujuan organisasi? Karena, budaya kerja merupakan suatu cara kerja yang bermutu dan didasari oleh nilai yang penuh makna dan memberikan motivasi serta inspirasi untuk bekerja lebih baik. Dengan adanya budaya kerja juga dapat mengubah sikap dan perilaku individu untuk mencapai suatu produktivitas kerja PT. Aerofood Indonesia ( Aerofood ACS Jakarta ) berupaya melakukan perbaikan kinerja secara menyeluruh dengan terus melakukan transformasi budaya kerja. Sekitar bulan Maret 2014 PT. Aerofood Indonesia dengan merk dagang adalah Aerofood ACS mengembangkan suatu budaya kerja yang baru tahap II. Budaya kerja baru lanjutan ini disebut dengan I-FRESH (Integrity, Fast, Reliable, Effective and Efficient, Service Excellence, Hygiene ) ACS SATU ACS SAYA (ACS Sadar Mutu ACS Sadar Biaya). Aerofood ACS terus melakukan perbaikan kinerja secara menyeluruh dengan orientasi kepada pelanggan. Budaya pelayanan, peningkatan omset dan juga perbaikan kualitas yang dilakukan secara bersama sama. Sebelum diterapkannya budaya kerja baru I-FRESH ( Integrity, Fast, Reliable, Effective and Efficient, Service Excellence, Hygiene ) ACS SATU ACS SAYA (ACS Sadar Mutu ACS Sadar Biaya), Aerofood ACS telah menerapkan suatu budaya yang disebut I-FRESH (Integrity, Fast, Reliable, Effective and Efficient, Service Excellence, Hygiene) yang dicetuskan sekitar tahun 2012 hingga 2014, merupakan sebuah budaya yang tidak terlalu terfokus dengan menyadarkan karyawan akan pentingnya kesadaran mutu, kesadaran biaya

3 serta keefektifitasan dan keefisiensian dalam bekerja demi kelangsungan hidup perusahaan. Budaya kerja baru lanjutan tahap II ini mulai diterapkan sekitar bulan Maret 2014. Tentu saja ini merupakan sesuatu hal yang urgent mengingat Aerofood ACS saat ini sudah mulai memiliki competitor sehingga membuat perusahaan perlu bekerja keras untuk dapat bersaing dengan competitor. Aerofood ACS juga merupakan anak perusahaan PT. Garuda Indonesia Tbk, di mana nama besar Garuda Indonesia juga di sandang Aerofood ACS dalam dunia catering penerbangan sehingga secara tidak langsung Aerofood ACS harus mampu menjaga nama baik Garuda Indonesia. Nama baik yang harus di jaga bukan hanya Garuda Indonesia dan Aerofood ACS saja namun maskapai penerbangan asing juga harus di jaga dengan baik karena terkait dengan Brand Image dari setiap maskapai penerbangan yang menjadi pelanggan dari Aerofood ACS. Adapun pengertian dari Brand Image adalah brand image selalu berkaitan dengan atribut produk karena untuk memberikan kepuasan kepada konsumen dan konsumen bereaksi terhadap atribut produk yang dibelinya. Atribut yang digunakan dalam suatu produk adalah rasa, kemasan, harga, aman, dan distribusi,kotler 2 yaitu: a. Rasa Rasa dari makanan yang disajikan kepada konsumen merupakan salah satu faktor yang menentukan citra suatu merek dari produk. Rasa makan itu sendiri adalah semua yang dirasakan atau dialami oleh lidah baik itu rasa pahit, manis, asam, dan sebagainya. Biasanya sebelum melakukan pembelian konsumen akan melihat 2 Philip Kotler.Brand Image.Jakarta : PT.Ikrar Mandiri.2002

4 terlebih dahulu penampilan dari makanan yang disajikan selanjutnya apabila penampilan makanan tersebut menarik hatinya konsumen akan melakukan pembelian. b. Kemasan Menurut (Kotler, 1997) pengemasan mencakup semua kegiatan merancang dan memproduksi wadah atau pembungkus untuk suatu produk. Kemasan merupakan sarana pemasaran yang penting. Kemasan yang di desaign dengan menarik secara otomatis akan menarik perhatian konsumen pula. Hal itu jelas akan memberikan nilai bagi produsen mengemukakan beberapa faktor yang berperan dalam meningkatkan penggunaan kemasan sebagai alat pemasaran yaitu: c.citra perusahaan dan merek Kemasan yang baik akan mempercepat pengenalan konsumen terhadap perusahaan dan merek dari produk yang dicitrakan perusahaan tersebut. d. Peluang inovasi Cara pengemasan yang inovatif akan memberikan manfaat bagi konsumen dengan keuntungan yang besar bagi perusahaan. Konsumen dapat mengetahui keunggulan suatu produk dengan mencoba produk tersebut. Namun mereka dapat saja tidak tertarik untuk mencoba produk tersebut karena kemasan yang kurang menarik. Demikian mereka tidak akan mengetahui keunggulan produk tersebut walaupun kualitas produk tersebut baik. Maka, pada tahun 2014 dibentuklah budaya kerja baru untuk memperkuat budaya kerja yang telah berjalan sebelumnya. Aerofood ACS berorientasi menjadi catering penerbangan International terbaik se-indonesia dan se-asean.

5 Terdapat beberapa hambatan dalam pelaksanaan budaya kerja baru ini salah satu temuan hambatan yang didapatkan peneliti dari hasil wawancara, yakni dengan Kurniawan 3 selaku assisten production manager yaitu sulitnya mengubah mindset karyawan lama yang telah bekerja puluhan tahun dengan gaya kerja lama yang masih sering di gunakan serta sudah merasa nyaman dengan nilai dan perilaku yang sudah ada sebelumnya, selain itu untuk menerapkan perilaku yang konsisten karena nilai-nilai hidup seseorang seringkali tidak konsisten dan sangat dipengaruhi oleh kondisi psikis. Contoh hambatannya adalah, budaya cuci tangan yang harus di lakukan oleh karyawan pada area produksi 2 ( dua ) jam sekali tidak konsisten di lakukan, penggunaan masker yang benar masih di dapati peneliti pengunaannya tidak benar, tidak boleh ada jenggot /kumis. Aerofood ACS bertekad untuk terus melakukan perbaikan kinerja secara menyeluruh dan mewujudkan kepada kerja nyata. Namun pada kenyataannya dalam penerapan budaya kerja tersebut tidak lah mudah masih jauh dari pencapaian akan kesadaran karyawan terhadap kesadaran mutu, kesadaran biaya, serta keefektifitasan dan keefisiensian dalam bekerja seperti yang di harapkan perusahaan. Adapun jumlah karyawan secara keseluruhan sekitar 2500 karyawan baik permanent maupun outsourching dengan beragam latarbelakang budaya, pendidikan, usia, agama dan sosial yang berbeda. Merujuk pada fakta dilapangan yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa sulitnya mengubah mindset karyawan lama yang telah bekerja puluhan tahun dengan gaya kerja lama yang masih sering di gunakan serta sudah merasa nyaman 3 Wahyu Kurniawan. Assisten Production Manager. Tangerang. Aerofood ACS Bandara Soekarno Hatta. 2014

6 dengan nilai dan perilaku yang sudah ada sebelumnya. Dengan upaya transformasi budaya kerja baru yang terdapat di Aerofood ACS khususnya Aerofood ACS Jakarta, peneliti tertarik dan ingin mengetahui apakah proses pelaksanaan transformasi budaya kerja baru tersebut telah dilaksanakan dengan baik dan telah sesuai dengan harapan perusahaan dengan melihat beberapa hambatan yang terjadi dalam penerapan budaya kerja itu sendiri. Langkahlangkah apa saja yang telah di lakukan oleh Aerofood ACS Jakarta dalam mentransformasikan budaya kerja barunya ke dalam wujud kerja nyata. Dikarenakan cukup luasnya area penelitian maka peneliti lebih memfokuskan area penelitian transformasi budaya kerja baru tersebut pada Aerofood ACS Jakarta khususnya area produksi saja. Alasan penliti mempersempit penelitian di area produksi di karenakan area produksi merupakan area paling besar dari semua departemen yang ada, selain itu juga area produksi merupakan jantung perusahaan yang banyak melibatkan karyawan dalam memproduksi makanan, bersentuhan langsung dengan makanana sehingga perusahaan memfokuskan pengimplementasian transformasi budaya kerja baru di area produksi menjadi prioritas utama perusahaan. STATUS JENIS KELAMIN Laki-Laki Perempuan Total PERMANEN 279 CASUAL 20 PKWT 82 511 28 KONTRAK 10 NHU 148 TOTAL 539 Tabel 1 4, Jumlah dan Jenis Kelamin Karyawan area Produksi Aerofood ACS 2014 4 Wahyu Kurniawan. Asst Production Manager. Jumlah dan Jenis Kelamin Karyawan area Produksi Aerofood ACS.2014

7 Selain itu pula di area produksi merupakan area yang paling sering di audit oleh pihak customer / maskapai penerbangan asing yang langsung di tangani oleh karyawan penjamah makanan.mengingat sangat pentingnya transformasi budaya kerja baru tersebut maka perusahaan memadang perlu membuat Food Safety Commitment ( Pakta Integritas ) yang di pahami dan di tanda tangani oleh seluruh karyawan produksi dengan memberlakukan denda. Denda tersebut di berlakukan dengan tujuan tidak lebih untuk memberikan edukasi kepada karyawan area produksi bahwa perusahaan sangat serius menanggapi transformasi budaya kerja baru ini serta upaya upaya perusahaan dalam mengurangi hambatan-hambatan yang ada. Namun sebelum melakukan pakta integritas tersebut perusahaan telah melakukan sosialisasi terlebih dahulu kepada karyawan pada area produksi. Di karenakan pada area produksi membutuhkan kecermatan, fokus, ketelitian yang tajam, kualitas / mutu pelayanan yang sangat di jaga sekali yang berdampak langsung pada reputasi perusaahaan maka di pandang perlu oleh perusahaan untuk sesegera mungkin melakukan transformasi budaya kerja baru yang menitik beratkan pada SDM nya. Adapun gambaran tentang perbandingan hasil budaya kerja sebelum dan sesudah transformasi dapat di lihat dalam Matriks nya sebagai berikut :

8 Indikator < Tahun 2012 2012 Transformasi I 2014 Transformasi II Hasil 1.Transformasi Sejak berdiri tahun Transformasi tahap I Transformasi tahap Berkurangnya Di Bentuk 1974-2012 di lakukan oleh II di lakukan pelanggaran perusahaan belum perusahaan dengan kembali oleh pernah melakukan slogan I-FRESH perusahaan dengan evaluasi perubahan menambah slogan budaya kerja baru menjadi I-FRESH ( ACS SATU ACS SAYA ) 2.Agen Belum pernah di Belum pernah di Telah di bentuk Lihat Bagan Perubahan di bentuk bentuk 106-107 bentuk 3.Team Leader Belum di bentuk Sudah pernah di Di bentuk lagi Lihat PPIC bentuk namun tidak lampiran 8. berjalan Cukup Efektif 4.Komitmen Belum pernah di Belum pernah di buat Telah di buat Lihat Pakta Punishment buat Integritas hal 86 5.Tidak ada Belum pernah di Belum pernah di buat Telah di buat Lihat Gambar sosialisasi buat 4.2.7 s/d 4.2.9 transformasi 6. Formula Belum pernah di Pernah di buat tapi Formula lebih di Berkurang Pencatatatn buat tidak berjalan detail nya Produksi di buat pembuatannya pemborosan biaya produksi Lihat tabel 4.3.6 s/d 4.3.8 7.Penggunaan Hampir selalu ada Hampir selalu ada di Sudah mencapai Penurunan

9 Masker Hairnet di temukan tidak temukan tidak 95% semua jumlah Dengan benar menggunakan menggunakan masker, menggunakan complaint dari masker, hairnet hairnet dengan benar masker, hairnet airlines dan dengan benar. dengan prosentase dengan baik dan auditor sekitar 60% benar Tabel 2 Perbandingan Hasil Budaya Kerja Sebelum dan Sesudah Transformasi Alasan tersebut itulah mengapa peneliti ingin mengambil penelitian yang berjudul transformasi budaya kerja baru dalam mencapai tujuan perusahaan Aerofood ACS Jakarta Bandara International Soekarno Hatta, Tangerang. 1.2 Fokus Penelitian Bagaimana Proses Transfomasi tahap I & II Budaya Kerja Baru Karyawan Aerofood ACS Jakarta? 1.3 Identifikasi Masalah Pemilihan topik penelitian ini di landasi atas dasar adanya hambatan dalam pelaksanaan transformasi budaya kerja baru di Aerofood ACS Jakarta Bandara International Soekarno Hatta, Tangerang. 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka peneliti dapat menentukan tujuan penelitian sebagai berikut: Untuk menjelaskan bagaimana penerapan dan pelaksanaan proses transformasi budaya kerja baru tahap I & II di Aerofood ACS Jakarta Bandara International Soekarno Hatta, Tangerang bagi karyawan produksi.

10 1.5 Manfaat Penelitian 1. Teoritis Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi pemikiran dalam pengembangan ilmu komunikasi khususnya dalam melakukan transformasi budaya kerja baru dalam mencapai tujuan perusahaan yang di lakukan oleh Aerofood ACS Jakarta Bandara Soekarno Hatta,Tangerang. 2. Praktis Adapun manfaat praktis dari penelitian ini yaitu, agar kiranya penelitian ini nantinya dapat memberikan sumbangan informasi terkait dengan budaya kerja. Dengan kata lain, dapat membantu pihak organisasi untuk menyadari akan pentingnya budaya kerja yang baik.